PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tentamen Suicide
Bunuh diri adalah merupakan kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh
seseorang terhadap dirinya sendiri. Kasus ini umumnya meliputi suatu krisis yang
menyebabkan penderitaan yang mendalam disertai perasaan tak berdaya dan taka
da harapan. Konflik antara keinginan untuk bertahan dengan stress yang tak
tertanggungkan lagi, persepsi pasien bahwa ia tak mempunyai banyak pilihan dan
keinginan untuk melepaskan diri dari masalahnya
Epidemiologi
Prevalensi ide, rencana, dan percobaan bunuh diri di dunia berturut-turut
adalah 9,1%, 3,1%, dan 2,7%. Pada beberapa negara, 60% transisi dari ide menjadi
rencana dan percobaan bunuh diri terjadi dalam waktu satu tahun setelah
munculnya pikiran bunuh diri. Selama ini, percobaan bunuh diri sering dikaitkan
dengan kesedihan atau depresi.
Etiologi
Penyebab terjadinya bunuh diri dapat disebabkan Karena adanya depresi,
Penyalahgunaan zat-zat terlarang, alkohol, gangguan psikiatri, serta trauma berat
juga dapat menyebabkan tindakan percobaan bunuh diri. beberapa penelitian
menunjukkan bahwa gangguan psikiatri merupakan faktor resiko terkuat untuk
percobaan bunuh diri dan bunuh diri. Gangguan psikiatri yang tidak terdiagnosis
terdapat pada 90% kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri.
2
tidak mematikan. Depresi dan skizophrenia merupakan gangguan psikologis yang
sering berkaitan dengan percobaan bunuh diri. Sebesar 60% laki-laki dan 44%
perempuan yang melakukan percobaan bunuh diri karena menderita depresi. Selain
itu antara 30% sampai 50% penderita skizophrenia minimal sekali melakukan
percobaan bunuh diri.
b. Penggunaan alkohol dan narkotik (Substance Abuse)
Penggunaan alkohol dan narkotik merupakan factor yang sangat penting
dalam percobaan bunuh diri, hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian yang
menunjukkan bahwa penggunaan narkotik dan obatobatan lainnya ikut ambil
bagian dalam kasus bunuh diri dengan prosentase antara 25% sampai 55%.
c. Krisis kepribadian (Personality Disorder)
Meskipun hubungan antara krisis kepribadian dan bunuh diri belum
diyakini secara umum, tapi beberapa penelitian terkini menunjukkan bahwa krisis
kepribadian merupakan faktor penting dalam melakukan percobaan bunuh diri.
Krisis kepribadian didapatka pada 40%-53% dari orang-orang yang melakukan
percobaan bunuh diri.
d. Penyakit-penyakit jasmani (Physical Illnesses)
Penyakit-penyakit jasmani termasuk hal-hal yang paling sering
mengakibatkan bunuh diri, khususnya bagi orang-orang tua. Rasa sakit merupakan
faktor penting dalam sekitar 20% dari kasus bunuh diri yang dilakukan orang-orang
tua. banyak riset yang mengkaji hubungan antara penyakit jasmani yang kronis dan
bunuh diri.
e. Faktor-faktor genetis (Genetic Factors)
Para pakar yang akhir-akhir ini meneliti bunuh diri secara biologis
menyatakan bunuh diri memiliki kesiapan-kesiapan genetis. Meskipun tindakan
bunuh diri yang dilakukan salah satu anggota keluarga atau kerabat bukanlah sebab
langsung bagi bunuh diri, namun para anggota keluarga ini lebih rentan terhadap
bunuh diri dari pada yang lain. Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa depresi dan
penyakit-penyakit lainnya memiliki kesiapan genetis. Jika tidak mendapatkan
penanganan, penyakit-penyakit ini bisa jadi mengakibatkan tindakan bunuh diri.
3
f. Perubahan dalam bursa kerja (Labour Market)
Revolusi ekonomi dan teknologi yang terjadi di dunia telah membawa
dampak positif dan negatif, disengaja dan tidak sengaja, baik dalam bidang
ekonomi, sosial, kejiwaan, politik dan budaya. Semua ini mempengaruhi kesehatan
penduduk dunia, diantara permasalahan serius yang dihadapi dunia secara bersama
adalah semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Krisis moneter dan ekonomi
di dunia mengakibatkan bertambahnya pengangguran dan menimbulkan bahaya
yang serius.
g. Kondisi keluarga
Kebanyakan remaja yang memiliki prilaku bunuh diri menghadapi berbagai
problem keluarga yang membawa mereka kepada kebimbangan tentang harga diri,
serta menumbuhkan perasaan bahwa mereka tidak disukai, tidak diperlukan, tidak
dipahami dan tidak dicintai. Mayoritas mereka berasal dari keluarga yang
menerapkan system pendidikan yang tidak layak. Biasanya para orangtua yang
berada disekitar anak berlaku keras terhadapnya, mengabaikannya, atau hanya
memperhatikan pertumbuhan fisiknya saja dan bukan prilakunya. Hilangnya cinta
kadang ikut berperan bagi perkembangan bahaya bunuh diri. Kehilangan cinta ini
bisa terjadi karena faktor kematian, perceraian, atau menurunnya kasih sayang
orantua dan orang-orang yang memiliki kedudukan penting dalam kehidupan
seseorang.
h. Pengaruh media massa
Berita tentang bunuh diri kadang dapat memicu tindakan bunuh diri,
terutama bagi orang-orang yang memang telah mempersiapkan diri untuk
melakukannya. Ketika mereka tahu bahwa orang yang mati bunuh diri sebelumnya
hidup dengan posisi dan keadaan yang sama dengan yang mereka alami, maka itu
bisa mendorong mereka untuk meniru dan melakukan perbuatan yang sama.
4
a. Gantung diri,
b. Melukai diri dengan benda tajam seperti tradisi harakiri di jepang, memotong
urat nadi, atau menembak dirinya dengan senjata api atau pistol,
c. Menelan racun atau obat-obatan sampai over dosis,
d. Menjatuhkan diri dari atap gedung,
e. Membakar diri,
f. Menabrakkan diri
5
k. Membuang atau memberikan semua hadiah-hadiah miliknya dan sebaliknya
mulai menata kerapihan.
l. Serangkaian kecelakaan atau tingkah laku beresiko yang tidak terencana
seperti penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, mengabaikan keselamatan
diri, menerima tantangan yang berbahaya. (dalam hubungannya dengan
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, telah terjadi peningkatan yang
drakmatis selama beberapa tahun belakangan ini sehubungan dengan
jumlah remaja yang melakukan bunuh diri pada saat sedang dibawah
penggaruh alkohol dan obat-obatan terlarang).
6
i. Banyak penderitaan jasmaniah, mengalami insomnia (tak bisa tidur), mengalami
anoreksia atau tidak suka makan dan menderita psikastenia dan simptom-
simptom psikosomatis lainnya.
j. Penderita pernah sekali atau beberapa kali mencoba melakukan upaya bunuh diri.
7
4. Fatalistic Suicide
Tipe bunuh diri ini merupakan kebalikan dari anomic suicide, dimana
individu mendapat pengaturan yang berlebihan dari masayarakat. Misalnya
ketika seseorang dipenjara atau menjadi budak.
8
Tanda-tanda bahaya meliputi:
1. Pernah melakukan percobaan bunuh diri (jadi anggapan bahwa orang yang
pernah mencoba bunuh diri tidak akan berbuat demikian lagi juga keliru).
2. Penyakit yang menahun. Penderita dengan penyakit kronis yang berat dapat
melakukan bunuh diri karena mengalami depresi yang disebabkan oleh penyakit
yang dideritanya.
3. Ketergantungan obat dan alkohol. Alkohol dan beberapa obat mempunyai efek
melemahkan kontrol dan mengubah dorongan (impuls) sehingga memudahkan
bunuh diri.
4. Hipokhondriasis. Keluhan fisik yang konstan dan bermacam-macam tanpa sebab
organik dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.
5. Bertambahnya umur. Bertambahnya umur, terutama pria, tanpa pekerjaan atau
kesibukan yang berarti, dapat menambah perasaan bahwa hidupnya tidak
berguna lagi. Tetapi dari beberapa artikel, di Indonesia paling banyak terjadi
bunuh diri antara umur 20-40 tahun.
6. Pengasingan diri. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak dapat lagi
menolong dan mengatasi depresi yang berat.
7. Kebangkrutan kekayaan. Individu tanpa uang, pekerjaan, teman atau harapan
masa depan, mengalami kekurangan gairah untuk hidup dibandingkan dengan
individu yang memiliki keluarga dan kedudukan sosial yang lebih berhasil.
8. Catatan bunuh diri. Setiap catatan bunuh diri harus ditanggapi sebagai tanda
bahaya.
9. Kesulitan penyesuaian diri yang berlangsung lama. Individu dengan riwayat
permasalahan yang lama atau hubungan antar individu yang tidak baik
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan bunuh diri.
10. Tidak jelas adanya keuntungan sekunder. Jika ancaman pasien tertuju pada
orang tertentu di sekitarnya, mungkin percobaan bunuh diri bertujuan untuk
memanipulasi dan mengharapkan pertolongan, maka risikonya lebih kecil. Jika
tidak terdapat 6 keuntungan sekunder yang jelas dan ancamannya betul-betul
ditujukan pada dirinya, maka risikonya jauh lebih besar.
Cara terbaik untuk menilai adanya ide-ide bunuh diri adalah dengan
wawancara secara langsung atau melakukan skrining via self-report. Tanyakan
9
kepada pasien dengan depresi, apakah pasien pernah memiliki keinginan untuk
membunuh dirinya sendiri. Di sisi lain, hal ini bisa menjadi kesempatan pertama
bagi pasien untuk mengungkapkan tentang ide-ide bunuh diri yang mungkin
kadang-kadang muncul. Bila melakukan wawancara dengan pasien remaja,
sebaiknya dilakukan secara terpisah dari orang tua karena pasien sering menolak
memberikan informasi apabila orang tua ada didekatnya. Pada saat melakukan
wawancara, perhatian penuh harus diberikan karena munculnya pertanyaan yang
mengganggu secara tiba-tiba, dapat mengurangi rasa simpati yang telah terjalin
sebelumnya dan kemungkinan akan menurunkan perhatian remaja untuk
melakukan sharing tentang kesehatan mentalnya.
Terapi psikofarmaka
Obat yang diberikan adalah golongan benzodiazepine seperti lorazepam 3x1
mg/hari selama 2 minggu.
10
BAB III
KESIMPULAN
11