Anda di halaman 1dari 26

KSM ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

REFERAT
DELIRIUM
Pembimbing:
dr. HOTMA MARINTAN, Sp.KJ
dr. DINI MIRSANTI, Sp.KJ

Disusun oleh:
EFRAIM SAID SUDARTO,S.Ked
FAB 118 006
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
DELIRIUM SINONIM:
 Acute mental status
change
Sindrom neuropsikiatrik yang  Altered mental status
kompleks dengan onset  Reversibel dementia
yang akut & berfluktuasi  Toxic/metabolic
encephalopathy
 Organic brain syndrome
 Dysergastricreaction
Mempengaruhi  Acute con-fusional state
“kesadaran dan fungsi
kognitif”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
“DELIRIUM: sindrom neuropsikiatrik yang
kompleks dengan onset yang akut dan
berfluktuasi. Sindrom ini mempengaruhi
kesadaran dan fungsi kognitif yang mungkin
diikuti oleh ↑ aktivitas psikomotor.

Kelainan mood, persepsi, dan perilaku  gejala


psikiatrik pada delirium
EPIDEMIOLOGI
USA:
Prevalensi delirium
di ICU 78-87%
INDONESIA:
Prevalensi delirium 14-56%,
dengan angka kematian 25-30%

DSM-IV-TR:
Prevalensi delirium
0,4%  18 tahun
1,1%  > 55 tahun
ETIOLOGI
Sebagai reaksi dari setiap keadaan yang dapat
mengganggu metabolisme di otak:
 Kausa intrakranial:
Epilepsi, trauma kapitis, infeksi, perdarahan
subarachnoid
 Kausa ekstrakranial:
- Pemakaian dan penghentian tiba2 obat tertentu
- Disfungsi endokrin
- Penyakit non-endokrin: hati, ginjal, jantung, pulmo, dan
penyakit-penyakit sistemik
Inflamasi, Trauma,
Gangguan
Faktor Stress Metabolik
Prosedur bedah

PATOFISIOLOGI
(Hipoglikemia,
Hipoksia, Iskemia)

Aktivasi Penurunan
Induksi sistem
mikroglia metabolisme
saraf simpatis serebral

Gangguan
HPA aksis Peningkatan
metabolisme
kadar sitokin
triptofan

Pelepasan Merangsang Penurunan


Glukokortikoid pelepasan dopamin serotonin

Agitasi, gangguan Iritabilitas, depresi,


Pelepasan persepsi, gangguan gangguan tidur,
Glukokortikoid isi pikir, psikomotor gangguan kognitif
meningkat

Haloperidol Olanzapin

Penurunan Gejala delirium


kesiagaan,
kewaspadaan, dan
pemusatan perhatian
KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat psikomotor:
 Delirium hipoaktif (25%)
 Delirium hiperaktif (30%)
 Delirium campuran (45%)
KLASIFIKASI
Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th
edition (DSM-5):
1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik
umum
2. Delirium akibat intoksikasi zat
3. Delirium akibat putus zat
4. Delirium yang diinduksi pengobatan atau toksin
5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel
6. Delirium yang tidak terklasifikasi
GEJALA KLINIS
1. Kesadaran berkabut
2. Berkurangnya atensi
3. Ggn orientasi dan daya ingat
4. Ggn psikomotor
5. Ggn persepsi
6. Ggn afektif dan emosi
7. Ggn arus dan isi pikir
8. Ggn siklus tidur-bangun
KRITERIA DIAGNOSTIK PPDGJ III
a. Hendaya kesadaran dan perhatian
- Kesadaran berkabut  koma
- Penurunan kemampuan untuk mengarahkan,
memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian
PPDGJ III (lanj)
b. Ggn secara umum daya kognitif
- Distorsi persepsi, ilusi, halusinasi (seringkali: visual)
- Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak
- Bisa atau tanpa waham
- Inkoherentia, ggn memori (segera dan jangka
pendek)
- Disorientasi (waktu, tempat, orang)
PPDGJ III (lanj)
c. Gangguan psikomotor
- Hipoaktivitas atau hiperaktivitas
- Pengalihan aktivitas yang tak terduga
- Waktu bereaksi yang lebih panjang
- Arus pembicaraan yang bertambah/berkurang
- Reaksi terperanjat meningkat
PPDGJ III (lanj)
d. Ggn siklus tidur
- Isomnia, atau pada kasus yang berat tidak dapat
tidur sama sekali, atau terbaliknya siklus tidur dimana
mengantuk siang hari
- Gejala memburuk pada malam hari
- Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang
dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun
tidur
e. Ggn emosional
- Depresi, ansietas, takut, lekas marah, euforia, apatis,
rasa kehilangan akal
ALAT UKUR DIAGNOSIS DELIRIUM
Day shift Evening night shift
shift

DELIRIUM OBSERVATION

sometimes
always-

always-
someti

someti
unable

unable

unable-
always
never

never

never
mes

mes
OBSERVATION

SCREENING SCALE
The patient

1 Dozes of during conversation or 0 1 - 0 1 - 0 1 -


activities

2 is easy distracted by stimuli from


the environment 0 1 - 0 1 - 0 1 -

3 Maintains attention to
conversation or action 1 0 - 1 0 - 1 0 -

4 Does not finish question or 0 1 - 0 1 - 0 1 -


answer

5 Gives answers that do not fit the


question 0 1 - 0 1 - 0 1 -

6 Reacts slowly to instructions 0 1 - 0 1 - 0 1 -

7 Thinks to be somewhere else 0 1 - 0 1 - 0 1 -

8 Knows which part of the day it is 1 0 - 1 0 - 1 0 -

9 Remembers recent event 1 0 - 1 0 - 1 0 -

10 Is picking, disorderly, restless 0 1 - 0 1 - 0 1 -

11 Pulls ivtubes, feeding tubes, 0 1 - 0 1 - 0 1 -


catheters etc.

12 Is easy or sudden emotional 0 1 - 0 1 - 0 1 -

13 Sees/hears things which are not 0 1 - 0 1 - 0 1 -


there

TOTAL SCORE PER SHIFT (0 - 13)


DOS SCALE FINAL SCORE = TOTAL SCORE TODAY / 3
DIAGNOSIS BANDING
a. Demensia
PERSAMAAN PERBEDAAN
Hendaya kognitif Onset perlahan
Compos mentis
Tidak berfluktuasi
DIAGNOSIS BANDING
b. Skizofrenia
PERSAMAAN PERBEDAAN
Perilaku kacau Waham dan halusinasi
lebih konstan dan teratur
Tidak mengalami
perubahan tingkat
kesadaran
Tidak ada gangguan
orientasi
PSIKOFARMAKA
 Ideal  terapi kausal
 Antipsikotik : haloperidol 5-10 mg/IM

Direkomendasikan untuk delirium:


Sedikit efek samping antikolinergik, sedikit metabolit
aktif, dan kemungkinan kecil menyebabkan sedasi.
NON-PSIKOFARMAKA
 Penyediaan bantuan suportif dan orientasi
 Penyediaan lingkungan yang tidak ambigu
 Pertahankan kemampuan pasien
PENCEGAHAN
Menyingkirkan faktor risiko delirium melalui
penanganan proaktif psikiater dan tim geriatri yang
bekerjasama dalam menjalani perawatan rutin
pasien rawat inap di bangsal.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
 Delirium  sindrom neuropsikiatrik yang kompleks
dengan onset yang akut dan berfluktuasi.
 Gejala klinis : penurunan kesadaran, disertai hendaya
fungsi kognitif yang mungkin diikuti oleh ↑ aktivitas
psikomotor.
 Alat ukur penilaian delirium menggunakan: Confusion
Assesment Method (CAM) & Delirium Observation
Screening Scale (DOS).
 Terapi antipsikotik yang disarankan untuk delirium :
haloperidol.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andri, Charles E.D. Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri. Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran
Indonesia: Jakarta. 2017.
2. Ketut, Widyastuti. Delirium. Fakultas Kedokteran Udayana: Bali. 2016.
3. Meagher DJ. Delirium: Optimizing management. Brit Med J 2014; 322(20):144-8.
4. Landefeld CS, Palmer RM, Johnson MAG, editors. Delirium, Com-mon Disorder in The Elderly in Current Geriatric Diagnosis and Treatment.
Boston: McGrawHill; 2015.p.53-9.
5. Gunther M, Morandi A, Ely W. Pathophysiology of Delirium in the Intensive Care Unit. Crit Care Clin. 2015. 45–65.
6. Maramis WF, Maramis AA. Delirium dan Demensia. In: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2nd ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2009:
229-230.
7. Rusdi M. Delirium Bukan Akibat Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya. In: Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III dan DSM V. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika; 2013: 27.
8. Quijada E, Billings JA. Fast facts and concepts #60 Pharmaco-logic management of delirium; update on newer agents. Naskah diambil
dari End-of-Life Physician Education Resource Center www.eperc.mcw.edu pada tanggal 19 Maret 2019.
9. Lyketsos CG. Diagnosis and management of delirium in the eld-erly case study and commentary. In: Lykets’s & Liang. Delirium in The
elderly. Baltimore: Hospital Physician 2016.p.34-51,58.
10. Inouye SK, Bogardus ST, Charpentier PA. A multicomponent intervention to prevent delirium in hospitalized older patients. New Engl J Med
2015;340(9):669-676.
11. Leentjens AFG, van der Mast RC. Delirium in elderly people: An update. Curr Opin Psychiatry 2016;18(3):325-330.
12. Gleason OC, Delirium. J Am Fam Physician. 2015; 67(5): 1027-34.
13. Wattis J. Caring for older people: What an old age psychiatrist does. Brit Med J. 2016; 313:101-4.
14. Ross DD, Alexander CS. Management of commons symptoms in terminally ill patients: Part II. Constiptaion, delirium and dyspnea. Am Fam
Physician 2015.
15. Helmi Umasangadji. Perbandingan Efektivitas Terapi Antara Haloperidol dan Olanzapin Terhadap Perbaikan Gejala Klinis Delirium.
Universitas Sultan Hasanuddin Makassar: Makassar. 2018.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai