PNEUMONIA
Pembimbing :
Oleh :
202210401011008
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
bagian alveoli sampai bronhus, bronchiolus, yang dapat menular, dan ditandai dengan
paru-paru. Pengklasifikasian yang lebih praktis untuk Pneumoia adalah menurut sifat
pneumonia (HAP) adalah suatu Pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah
pasien masuk rumah sakit, dan tidak dalam masa inkubasi atau diluar suatu infeksi
yang ada saat masuk rumah sakit. HAP merupakan penyebab paling umum kedua dari
infeksi diantara pasien di Rumah Sakit, dan sebagai penyebab utama kematian karena
langsung dengan pneumonia. Mikroba yang paling bertanggung jawab untuk HAP
Pseudomonas aeruginosa, Gram negatif batang yang tidak memproduksi ESBL dan
pertahanan yang kompleks dan bertahap. Manifestasi klinik dari pneumonia adalah
demam, menggigil, berkeringat, batuk (produktif, atau non produktif, atau produksi
sputum yang berlendir dan purulent), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Diagnosis
dari pneumonia nosokomial adalah melalui anamnese, gejala-gejala dan tanda-tanda
ditegakkan, penting untuk segera memulai terapi, sebab bila terlambat ini merupakan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pneumonia komunitas merupakan infeksi yang paling serius. Hal tersebut selaras jika
dikaitkan dengan jumlah kasus rawat inap, yang diikuti dengan peningkatan kasus,
komplikasi yang serius dan menjadi penyebab utama kematian diantara kasus infeksi
Menurut Dirjen PP dan PL, 2011 dalam (Dewi et al., 2011), pneumonia adalah
infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang bagian jaringan paru-paru yang
disebut dengan alveoli. Banyak sekali penyebab dari pneumonia diantaranya adalah
bakteri, virus, dan jamur (Saud Bin Abdul Sattar; Sandeep Sharma., n.d, 2020).
(alveoli). Pneumonia merupakan penyakit yang terbentuk dari infeksi akut daerah
(Setyawati, 2018).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut yang umum terjadi yang
memengaruhi alveoli dan pohon bronkial distal paru-paru. Penyakit ini secara luas
Pneumonia adalah penyakit yang cukup lazim dan membawa beban berat
pada semua populasi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control
kedelapan di Amerika Serikat dan penyebab utama kematian ketujuh di Canda setelah
disesuaikan dengan berbagai perbedaan jenis kelamin dan usia. Salah satu penelitian
terbesar selama 2 tahun pada populasi Louisville yang terdiri dari 587.499 orang
dewasa dari tahun 2014 hingga 2016 menemukan bahwa insiden CAP tahunan yang
disesuaikan dengan usia adalah 649 pasien rawat inap per 100.000 orang dewasa
(interval kepercayaan 95%, 628,2 hingga 669,8), setara dengan 1.591.825 rawat inap
CAP tahunan pada orang dewasa di Amerika Serikat. Selain itu, penelitian ini
menemukan bahwa angka kematian selama rawat inap adalah 6,5%, setara dengan
102.821 kematian tahunan di Amerika Serikat. Kematian pada 30 hari, 6 bulan, dan 1
tahun masing-masing adalah 13,0%, 23,4%, dan 30,6%. Angka-angka ini lebih tinggi
pada bagian yang secara ekonomi lebih lemah dan pada populasi yang sebagian besar
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecatatan yang
tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (Pneumonia
Komunitas). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%. Pneumonia dapat terjadi pada
orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien
dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang-orang lanjut usia (lansia) dan
sering terjadi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Juga dapat terjadi pada
pasien dengan penyakit lain seperti Diabetes Mellitus (DM), payah jantung, penyakit
arteri koroner, keganasan, insufisiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati
kronik. Faktor predisposisi lain antara berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus,
dada dan penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasif seerti infus, intubasi,
tempat kediaman misalnya di rumah jompo, penggunaan antibiotik (AB) dan obat
suntik IV, serta keadaan alkoholik yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi kuman
pasien, tempat yang dikunjungi dan kontak dengan orang atau binatang yang
menderita penyakit serupa. Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3
minggu. Bila lebih lama perlu dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob
atau non bakteri seperti jamur, mikobakterium atau parasit (Cilloniz et al., 2016).
2.3 Klasifikasi
Ada banyak upaya untuk mengklasifikasikan pneumonia berdasarkan etiologi,
pengaturan klinis di mana paten memperoleh infeksi, dan pola keterlibatan parenkim
paru, di antara klasifikasi lainnya. Berdasarkan klasifikasi yang diikuti oleh American
(IDSA) adalah infeksi akut parenkim paru yang ditandai dengan terdapatnya
infiltrat baru pada foto toraks atau ditemukannya perubahan suara napas dan
atau ronkhi basah lokal pada pemeriksaan fisik paru yang konsisten dengan
pneumonia pada pasien yang tidak sedang dirawat di rumah sakit atau tempat
perawatan lain dalam waktu 14 hari sebelum timbulnya gejala. Definisi yang
lebih lengkap diberikan oleh BTS yaitu timbulnya gejala infeksi saluran napas
bawah yaitu: batuk ditambah minimal satu gejala infeksi saluran napas bawah
lain; perubahan hasil pemeriksaan fisik paru; paling kurang satu dari tanda
seperti rumah sakit dan tidak mengalami inkubasi pada saat masuk dianggap
(Warganegara, 2017).
terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi trachea. Ventilator
mekanik adalah alat yang dimasukkan melalui mulut dan hidung atau lubang
bertanggung jawab atas setiap jenis pneumonia dan membantu merumuskan pedoman
pengobatan untuk manajemen yang efisien baik di rawat inap maupun rawat jalan.
dipelajari sebagai:
Pneumonia fokal non-segmental atau pneumonia lobar: melibatkan satu lobus paru.
2.4 Etiologi
pengobatan yang efektif serta pencatatan epidemiologi, hal ini jarang terlihat dalam
praktik klinis. Ulasan yang tersebar luas telah menunjukkan bahwa penyebab tunggal
pneumonia sering kali diidentifikasi pada kurang dari 10% pasien yang datang ke unit
gawat darurat. Meskipun demikian, organisme yang paling umum yang menyebabkan
Community-Acquired Pneumonia
Penyebab bakteri
anaerobik lainnya. Organisme atipikal yang biasa terlihat dalam praktik klinis
Penyebab virus
oleh penyebab bakteri sekunder masih diselidiki. Namun, beberapa agen virus
yang paling sering terlibat dalam CAP di Amerika Serikat termasuk virus
Penyebab jamur
Ada banyak tumpang tindih dalam agen etiologi pada pasien rawat inap
yang tidak berventilasi dan pasien dengan pneumonia yang berventilasi, dan
Ini termasuk:
resisten, meskipun yang terakhir ini lebih banyak ditemukan. Virus dan
jamur lain yang lebih lazim pada pasien dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh dan pasien yang sakit parah (Weiner et al., 2016).
1. Community-Acquired Pneumonia
- Alkoholism
- Penyakit kardiovaskuler
Pseudomonas aeruginosa
- Bronkiektasis
2. Hospital-Association Pneumonia
Faktor resiko umum untuk berkembangnya HAP adalah umur lebih tua
berlama lama tinggal di rumah sakit, dan penyakit obstruksi paru yang
khronis. HAP adalah infeksi yang paling umum terjadi pada pasien yang
membutuhkan perawatan pada Intensive Care Unit dan hampir 25% dari
(Warganegara, 2017).
sebelumnya
2017)
2.6 Patogenesis
pernapasan bagian bawah dan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik (baik yang
bersifat bawaan maupun yang didapat) yang ketika terganggu akan menimbulkan
zat tertentu
- Akumulasi sekresi seperti yang terlihat pada fibrosis kistik atau obstruksi
bronkus
asing. Ironisnya, reaksi inflamasi yang dipicu oleh makrofag inilah yang bertanggung
jawab atas temuan histopatologis dan klinis yang terlihat pada pneumonia. Makrofag
menelan patogen ini dan memicu molekul sinyal atau sitokin seperti TNF-a, IL-8, dan
IL-1 yang merekrut sel inflamasi seperti neutrofil ke lokasi infeksi. Mereka juga
berfungsi untuk menyajikan antigen ini ke sel T yang memicu mekanisme pertahanan
organisme ini. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan peradangan pada parenkim
paru dan membuat kapiler lapisan "bocor", yang menyebabkan kemacetan eksudatif
2.7 Histopatologi
Pneumonia Lobar
organisme infektif. Terdapat sedikit sel darah merah (RBC) dan neutrofil
dan fibrin ke dalam cairan alveolar. Secara kasar, paru-paru tampak merah
dan keras mirip dengan hati, oleh karena itu disebut hepatisasi.
berisi nanah di area fokus paru. Selain itu, infeksi dapat menyebar ke ruang
2.8 Diagnosis
Keluhan utama pada kasus pneumonia meliputi tanda-tanda sistemik seperti
demam dengan menggigil, malaise, kehilangan nafsu makan, dan mialgia. Temuan ini
lebih sering terjadi pada pneumonia virus dibandingkan dengan pneumonia bakteri.
Sebagian kecil pasien mungkin mengalami perubahan status mental, nyeri perut,
nyeri dada, dan temuan sistemik lainnya. Temuan paru termasuk batuk dengan atau
tanpa produksi dahak. Pneumonia bakteri dikaitkan dengan dahak bernanah atau
jarang yang berwarna darah. Pneumonia virus dikaitkan dengan produksi dahak yang
encer atau kadang-kadang mukopurulen. Mungkin terdapat nyeri dada pleuritik yang
terkait dengan keterlibatan pleura. Sesak napas dan rasa berat yang menyebar di dada
- Takipnea
- Takikardia
konsolidasi
1. Community-Acquired Pneumonia
Batuk-batuk bertambah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum serta fungsi hati dilakukan untuk
menetukan derajat keparahan CAP. Uji mikrobiologi dari sputum harus dilakukan
pada pasien CAP sedang dan berat, sedangkan pada pasien CAP ringan sebaiknya
sputum untuk deteksi M.Tb (BTA) dilakukan bila tidak didapatkan perbaikan setelah
pemberian antibiotik yang ditandai dengan batuk produktif yang persisten serta gejala
klinis lain yang berhubungan dengan Tb. Berdasarkan panduan IDSA pemeriksaan
pemeriksaan rutin yang harus dilakukan pada setiap pasien CAP akan tetapi hal ini
tidak menjadi pemeriksaan rutin jika tidak terdapat resiko infeksi oleh kuman resisten
menurut panduan ATS oleh karena kuman patogen penyebab CAP hanya ditemukan
pada 40-50% dari seluruh pasien. ATS dan IDSA merekomendasikan dilakukannya
pungsi pleura jika pada pemeriksaan foto torak lateral dekubitus didapatkan
Penilaian derajat beratnya CAP dapat mempergunakan beberapa skor yaitu CURB-65
(confusion, uremia, respiratory rate, low blood pressure, age 65 years or greater)
rawat jalan dengan diberikan antimikroba oral selama 5 hari. Pneumonia derajat
sedang jika hasil skor CURB-65 1 atau 2 dan pasien harus dirujuk ke rumah sakit,
skor 3-4 tergolong pneumonia berat dan harus segera mendapatkan antimikroba
empirik. Beratnya CAP juga dapat dinilai dengan pneumonia severity index (PSI)
skor. Parameter-parameter yang digunakan pada PSI skor serta interpretasi hasilnya
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap CAP
adalah :
2. Bila skor PORT/PSI kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih
Kriteria minor:
- Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada penderita
[syok septik]) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250
mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik
< 90 mmHg). Kriteria minor dan mayor yang lain bukan merupakan indikasi
Ventilator-Association Pneumonia
progresif pada radiologi dada mendekati 70% sensitif dan 75% spesifik untuk
mempunyai hambatan dan tak satupun betul-betul sensitif dan spesifik untuk
terbatas. Serupa, dengan pemeriksaan sputum juga tidak sensitif dan tidak
pneumoni dan koloni dari flora normal. Teknik invasive brochoscopy yaitu
dengan mengambil sampel langsung dari saluran nafas bagian bawah tanpa
kontaminasi dari saluran nafas bagian atas atau sekresi oral, hasilnya terlihat
dari gejala dan tanda infeksai saluran nafas bagian bawah yang baru pada
2.8 Penunjang
Evaluasi Klinis
Evaluasi Radiologi
American Thoracic Society (ATS), infiltrasi yang dapat dibuktikan dengan rontgen
dada diperlukan dan dianggap sebagai metode terbaik (dengan temuan klinis yang
dari infiltrasi lobar hingga interstisial, hingga lesi kavitas yang terkadang dengan
tingkat cairan udara yang menunjukkan proses penyakit yang lebih parah (Jain,
2022).
Evaluasi Laboratorium
Ini termasuk serangkaian tes seperti kultur darah, kultur dahak dan mikroskop,
jumlah darah rutin, dan jumlah limfosit. Tes khusus seperti tes antigen urin, aspirasi
bronkus, atau dahak yang diinduksi dapat digunakan untuk patogen tertentu. Dua tes,
bakteri ketika temuan klinis dan radiologis mungkin tidak jelas. Perlu juga dicatat
bahwa pengobatan antibiotik empiris dapat dimulai pada semua kasus pneumonia
yang khas, dan seluruh rangkaian tes jarang diperlukan (Jain, 2022).
Evaluasi VAP, di sisi lain, sedikit berbeda dengan CAP. Dibutuhkan bukti
dicurigai pada pasien berventilasi yang mengalami dispnea onset baru, penurunan
saturasi oksigen pada pengaturan ventilator yang sama, demam dengan menggigil
atau infiltrat paru onset baru. Semua pasien yang dicurigai memerlukan rontgen dada
(atau CT scan jika temuan rontgen tidak meyakinkan). Ini harus diikuti dengan teknik
2.9 Tatalaksana
memutuskan apakah akan mengelola pasien secara rawat jalan, di bangsal pengobatan
umum, atau di unit perawatan intensif (ICU). Skala "CURB-65" telah digunakan
secara luas untuk tujuan ini. Komponen dari skala ini meliputi kebingungan, uremia
(BUN lebih besar dari 20 mg/dl), laju pernapasan lebih besar dari 30 per menit,
tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau diastolik kurang dari 60 mmHg,
dan usia lebih besar dari 65 tahun. Satu poin diberikan untuk setiap kriteria positif
yang dipenuhi oleh pasien. Disposisi pasien diputuskan sebagai berikut (Arlini &
Yunita, 2019).
Makrolida jika ada komorbiditas yang merugikan dan dengan Makrolida atau
dibahas di atas, sebelum memulai terapi empiris. Terapi empirik dipandu oleh pola
resistensi yang lazim di wilayah tersebut serta faktor risiko pasien terhadap organisme
yang resisten terhadap banyak obat. Umumnya, rejimen yang mencakup S. aureus,
Pseudomonas, dan basil gram negatif dirancang untuk pasien HAP dan VAP. Untuk
pasien tanpa faktor risiko MDR, rejimen yang umumnya diikuti adalah
piperasilin/tazobaktam plus cefepime plus levofloksasin. Untuk pasien dengan faktor
risiko MDR, rejimen yang lebih disukai adalah kombinasi Aminoglikosida bersama
KESIMPULAN
pneumonia (HAP) adalah suatu Pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah
pasien masuk rumah sakit, dan tidak dalam masa inkubasi atau diluar suatu infeksi
yang ada saat masuk rumah sakit. Health Care-associated pneumonia (HCAP) adalah
Pneumonia yang terjadi pada anggota masyarakat (yang tidak dirawat di rumah sakit),
yang secara ekstensif kontak dengan perawatan kesehatan, sehingga merubah resiko
mereka terhadap mikroba yang virulent dan resisten dengan obat. Sesudah diagnosa
HAP ditegakkan, penting untuk segera memulai terapi, sebab bila terlambat ini
Arlini, & Yunita. (2019). Diagnosis Community Aquired Pneumonia (CAP) dan Tatalaksana
Cilloniz, C., Martin-Loeches, I., Garcia-Vidal, C., Jose, A. S., & Torres, A. (2016). Microbial
Dewi, T., Misnaniarti, M., & Mutahar, R. (2011). Determinant of Occurence Pneumonia Among
Under Five Years Old Children Between Age 6-59 Month in Work Area of Kemalaraja
Public Health Center of Regency Ogan Komering Ulu. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
2(1), 15–24.
Hage, C. A., Knox, K. S., & Wheat, L. J. (2018). Endemic mycoses: Overlooked causes of
https://doi.org/10.1016/j.rmed.2012.02.004
Jain, S., Self, W. H., Wunderink, R. G., Fakhran, S., Balk, R., Bramley, A. M., Reed, C., Grijalva,
C. G., Anderson, E. J., Courtney, D. M., Chappell, J. D., Qi, C., Hart, E. M., Carroll, F.,
Trabue, C., Donnelly, H. K., Williams, D. J., Zhu, Y., Arnold, S. R., … Finelli, L. (2015).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116/
Sattar SBA, Sharma S. Bacterial Pneumonia. [Updated 2022 Aug 24]. In: StatPearls [Internet].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513321/
Setyawati, A. (2018). Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Demangan Kota Madiun.
https://doi.org/10.31596/jkm.v6i1.245
Torres, A., Cilloniz, C., Niederman, M. S., Menéndez, R., Chalmers, J. D., Wunderink, R. G., &
van der Poll, T. (2021). Pneumonia. Nature Reviews Disease Primers, 7(1).
https://doi.org/10.1038/s41572-021-00259-0
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/1729
Weiner, L. M., Webb, A. K., Limbago, B., Dudeck, M. A., Patel, J., Kallen, A. J., Edwards, J. R.,
Network at the Centers for Disease Control and Prevention, 2011-2014. Infection Control