OLEH:
KELOMPOK 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
1. Definisi
Abses peritonsil adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian
kepala dan leher. Abses peritonsil merupakan kumpulan/timbunan pus yang terlokalisir
atau terbatas pada jaringan peritonsilar yang terbentuk sebagai hasil dari suppurative
tonsillitis.
2. Etiologi
Abses peritonsil disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang
anaerob. Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsil adalah
anaerob yang berperan adalah fusobacterium. Untuk kebanyakan abses peritonsil diduga
Kuman aerob:
- parainfluenzae,
- Neisseria
- species.
- Mycobacteria sp
Kuman anaerob:
- Fusobacterium
- Parainfluenza
3. Epidemiologi
Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun paling sering
terjadi pada umur 20-40 tahun. Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada mereka yang
menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas
yang signifikan pada anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki-
laki dan perempuan. Bukti menunjukkan bahwa tonsilitis kronik atau percobaan
multiple penggunaan antibiotik oral untuk tonsilitis akut merupakan predisposisi pada
kadang berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun, dipertimbangkan hampir 45.000
4. Patofisiologi
walaupun dapat terjadi tanpa infeksi tonsil sebelumnya. Infeksi memasuki kapsul tonsil
superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena itu
sehingga tampak palatum mole membengkak. Abses peritonsil juga dapat terbentuk di
permukaan yang hiperemis. Bila proses tersebut berlanjut, terjadi supurasi sehingga
daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuning-kuningan. Pembengkakan peritonsil
akan mendorong tonsil ke tengah, depan, bawah, dan uvula bengkak terdorong ke sisi
kontralateral.
5. Gejala klinis
- Nyeri tenggorok yang sangat (odinofagi) gejala yang menonjol, sehingga penderita
- Hipersalivasi akibat tidak dapat mengatasi sekresi ludah, ludah seringkali keluar
- Muntah (regurgitasi)
6. Diagnosis
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
1. Panas sub febris, disfagia dan odinofagia yang menyolok dan spontan
5. Foetor ex orae
6. Perubahan suara karena hipersalivasi dan banyak ludah yang menumpuk di faring
8. Trismus
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tonsillitis akut dengan asimetris faring sampai
dehidrasi dan sepsis. Didapatkan pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar regional.
Pada pemeriksaan kavum oral terdapat eritema, asimetri palatum mole, eksudasi tonsil,
dan pergeseran uvula kontralateral. Pada palpasi palatum mole teraba fluktuasi.
mengalami kesulitan bernapas, untuk melihat ada tidaknya epiglottitis dan supraglotis.
c. Pemeriksaan penunjang
Prosedur diagnosis yaitu dengan melakukan aspirasi jarum. Tempat yang akan
dengan menggunakan jarum besar (berukuran 16–18) yang biasa menempel pada
syringe berukuran 10cc. Aspirasi material yang purulen merupakan tanda khas, dan
asupan makanan
resistensi antibiotik
Plain radiographs: pandangan jaringan lunak lateral (Lateral soft tissue views)
pencitraan yang simpel dan non-invasif, dapat membedakan selulitis dan abses.
7. Tatalaksana
pernafasan dan mencegah meluasnya abses ke ruang parafaring dan mediastinum dan
basis kranii.
insisi abses dan drainase. Masih ada kontroversi antara insisi drainase dengan aspirasi
jarum saja, atau dilanjutkan dengan insisi dan drainase. Gold standart adalah insisi dan
drainase abses. Pus yang diambil dilakukan pemeriksaan kultur dan resistensi test.
dengan cairan hangat. Pemilihan antibiotic yang tepat tergantung dari hasil kultur
mikroorganisme pada aspirasi jarum. Penisilin merupakan “drug of choice” pada abses
peritonsil dan efektif pada 98% kasus jika yang dikombinasikan dengan metronidazole.
8. Komplikasi
- Abses pecah spontan dan mengakibatkan terjadinya perdarahan dan aspirasi paru
(pneumonitis/abses paru)
- Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring sehingga terjadi abses parafaring
abses otak
- Penjalaran infeksi ke organ lain (sepsis) yaitu nefritis, peritonitis dan mediastinitis.
9. Prognosis
yang kebanyakan hasilnya baik, dalam beberapa hari terjadi penyembuhan. Dalam
jumlah kecil, diperlukan tonsilektomi beberapa lama kemudian. Bila pasien tetap
mengeluh sakit tenggorok setelah insisi abses, maka tonsilektomi menjadi indikasi.
Kekambuhan abses peritonsil pada usia lebih muda dari 30 tahun lebih tinggi terjadi,
Marbun, E.M. 2016. Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses Peritonsil. Jurnal
Galioto, NJ. 2008. Peritonsillar abscess. AM Fam Physiciann, Jan 15:77 (2): 199-202.
Soepardi,E.A, Iskandar, H.N. 2000. Abses Peritonsiler, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,