Anda di halaman 1dari 17

Anatomi Tonsil

• Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya Terdapat tiga macam tonsil yaitu
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang ketiga-
tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan
limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar
anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior
(otot palatofaringeus).
Abses Peritonsil
• Abses peritonsil sering disebut sebagai
Peritonsillar Abscess (PTA) atau Quinsy adalah
suatu rongga yang berisi nanah didalam
jaringan peritonsil yang terbentuk sebagai
hasil dari tonsillitis supuratif.
Etiologi
Abses peritonsil disebabkan oleh organisme yang bersifat
aerob maupun yang bersifat anaerob.
Organisme aerob : Streptococcus pyogenes (Group A
Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan
Haemophilus influenzae.
Sedangkan organisme anaerob : Fusobacterium,
Prevotella, Porphyromonas, dan Peptostreptococcus sp.
Sedangkan virus yang dapat menyebabkan abses
peritonsil antara lain : Epstein-Barr, adenovirus, influenza
A dan B, herpes simplex, dan parainfluenza.
Prevalensi
Abses peritonsil dapat terjadi pada umur 10-60 tahun,
namun paling sering terjadi pada umur 20-40. Pada
anak-anak jarang terjadi kecuali pada mereka yang
menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa
menyebabkan obstruksi jalan nafas yang signifikan
pada anak-anak.
Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki
dan perempuan. Di Amerika insiden tersebut kadang-
kadang berkisar 30 kasus per 100.000 orang per tahun,
kemungkinan hampir 45.000 kasus setiap tahun.
Patologi
Patologi abses peritonsil belum diketahui
sepenuhnya. Namun, teori yang paling
banyak diterima adalah kemajuan (progression)
episode tonsilitis eksudatif pertama
menjadi peritonsilitis dan kemudian terjadi
pembentukan abses yang sebenarnya (frank
abscess formation).
Gejala Klinik
Gejala klasik dimulai 3-5 hari, waktu dari onset
gejala sampai terjadinya abses sekitar 2-8 hari.
Abses peritonsil akan menggeser kutub superior
tonsil ke arah garis tengah dan dapat diketahui
derajat pembengkakan yang ditimbulkan di
palatum mole.
Gejala yang dikeluhkan pasien antara lain
demam, disfagia, dan odinofagia yang menyolok
dan spontan.
Diagnosis
• Anamnesis
Adanya riwayat pasien mengalami nyeri pada
tenggorokan adalah salah satu yang mendukung
terjadinya abses peritonsil. Riwayat adanya
faringitis akut yang disertai tonsilitis dan rasa
kurang nyaman pada pharingeal unilateral.
• Pemeriksaan Fisik
Abses peritonsil biasanya unilateral dan terletak di pole
superior dari tonsil yang terkena, di fossa supratonsiler.
Mukosa di lipatan supratonsiler tampak pucat dan bahkan
seperti bintil-bintil kecil. Diagnosis jarang diragukan jika
pemeriksa melihat pembengkakan peritonsilaris yang luas,
mendorong uvula melewati garis tengah, dengan edema
dari palatum mole dan penonjolan jaringan dari garis
tengah. (1) Asimetri palatum mole, tampak membengkak dan
menonjol ke depan, serta pada palpasi palatum mole teraba
fluktuasi.
• Pemeriksaan Penunjang
Nasofaringoskopi dan laringoskopi fleksibel direkomendasikan untuk
penderita yang mengalami gangguan pernafasan. Gold standart
pemeriksaan yaitu dengan melakukan aspirasi jarum (needle aspration).
- Hitung darah lengkap (complete blood count), pengukuran kadar
elektrolit (electrolyte level measurement), dan kultur darah (blood
cultures).
- Tes Monospot (antibodi heterophile).
- Throat culture atau throat swab and culture .
- Plain radiographs
- Computerized tomography (CT scan)
- Peripheral Rim Enhancement Ultrasound
Diagnosis Banding
• Abses retrofaring
• Abses parafaring
• Abses submandibula
• Angina ludovici
Terapi
• Pemberian antibiotika dosis tinggi dan obat
simtomatik.
• Pungsi dan aspirasi disertai antibiotik parenteral.
• Insisi dan mengeluarkan nanah disertai pemberian
antibiotika secara parenteral atau peroral.
• Segera tonsilektomi disertai pemberian antibiotika
parenteral.
• Pemberian steroid.
Komplikasi
• Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, atau piemia.
• Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. Kemudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan
mediastinitis.
• Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan thrombus
sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak.
• Sekuele post streptokokus seperti glomerulonefritis dan demam rheumatik
apabila bakteri penyebab infeksi adalah Streptococcus Group A.
• Kematian walaupun jarang dapat terjadi akibat perdarahan atau nekrosis
septik ke selubung karotis atau carotid sheath.
• Peritonsilitis kronis dengan aliran pus yang berjeda.
• Akibat tindakan insisi pada abses, terjadi perdarahan pada arteri supratonsilar.
Prognosis
Abses peritonsil merupakan penyakit yang jarang
menyebabkan kematian kecuali jika terjadi komplikasi
berupa abses pecah spontan dan menyebabkan
aspirasi ke paru. Selain itu komplikasi ke intrakranial
juga dapat membahayakan nyawa pasien.
Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak
diikuti dengan tonsilektomi, maka ditunda sampai 6
minggu berikutnya. Pada saat tersebut peradangan
telah mereda, biasanya terdapat jaringan fibrosa dan
granulasi pada saat operasi.
Kesimpulan
• Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian kepala dan leher
akibat dari kolonisasi bakteri aerob dan anaerob di daerah peritonsiler. Abses peritonsil terjadi
sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di
kutub atas tonsil.
• Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah Streptococcus pyogenes
(Group A Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan
organisme anaerob yang berperan adalah Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan
Peptostreptococcus sp. Penelitian yang dilakukan merekomendasikan penisilin sebagai agen lini
pertama. Semua specimen harus diperiksa untuk kultur sensitifitas terhadap antibiotik. Pada stadium
infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. Juga perlu kumur-kumur dengan air
hangat dan kompres dingin pada leher. Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah
abses, kemudian diinsisi untuk mengeluarkan nanah. Indikasi-indikasi untuk tonsilektomi segera
diantaranya adalah obstruksi jalan napas atas, sepsis dengan adenitis servikalis atau abses leher
bagian dalam, riwayat abses peritonsil sebelumnya, riwayat faringitis eksudatif yang berulang.
• Angka kekambuhan yang mengikuti episode pertama abses peritonsiler berkisar antara 0% sampai
22%. Tonsilektomi adalah terapi terbaik untuk terapi abses peritonsiler untuk mencegah kekambuhan.
Pada individu dengan abses peritonsiler ulangan atau riwayat faringitis ulangan, tonsilektomi
dilakukan segera atau dalam jangka enam minggu kemudian dilakukan tonsilektomi.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai