Anda di halaman 1dari 15

RABIES

NEUROLOGY REFERAT | 6-8-


2018

Departemen Ilmu Penyakit Saraf


ASSYIFA AMALIA AMIN C014172153
AINUN FITRIANI ISMAIL C014172093
ANDI HARVAN ZAKARIYA C014172135
DHIYAUL ATHIFAH M.JASRI C014172087
FADILAH AMALIA HUSNA C014172137
FECKY VALENTINO LIE C014172143

 KELOMPOK I
DEFINISI
■ Rabies (penyakit anjing gila) adalah infeksi
akut susunan saraf pusat oleh virus rabies
(famili Rhabdoviridae, genus Lyssavirus).

Purnamasari, et al. Pengendalian dan Manajemen Rabies pada Manusia


di Area Endemik. CDK-248/ vol. 44 no. 1 th. 2017
Epidemiologi

■ Rabies memiliki tingkat kematian kasus tertinggi dari


penyakit menular dan membunuh sekitar 55.000 orang per
tahun, terutama pada negara berkembang di afrika dan asia.
■ Di Indonesia terdapat 64.774 kasus GHPR (Gigitan Hewan
Penderita Rabies) , dan 86 orang diantaranya meninggal
karena rabies pada tahun 2016.

Brett W. Petersen and Charles E.


Rupprecht. Human Rabies
Epidemiology and Diagnosis.
Kementerian Kesehatan RI. Situasi Rabies di Indonesia
USA : CDC 2010; 11: 247-8.
Tahun 2017.
Etiologi
■ Virus family Rhabdoviridae dan genus Lyssavirus

WHO, 2018. Expert Consultation on Rabies : Third Edition. [Online]


Available at: http://apps.
who.int/iris/bitstream/handle/10665/272364/9789241210218_eng.pdf
[Accessed 5 August 2018].
Patogenesis

WHO, 2018. Expert Consultation on Rabies :


Third Edition. [Online]
Available at: http://apps.
who.int/iris/bitstream/handle/10665/2723
64/9789241210218_eng.pdf
[Accessed 5 August 2018].
Tanda dan Gejala
1. Prodromal: (1 minggu)
– Nyeri neuropati pada tempat gigitan : rasa terbakar, dan
pruritus
2. Fase neurologis akut :
– Bentuk Ensefalitik:
 hiperaktivitas, confusion (kebingungan)
 Spasme : Dapat dibangkitkan oleh stimulan taktil, auditori, visual,
atau olfaktori (aerofobia, dan hidrofobia)
 Tanda stimulasi autonom (seperti hipersalivasi, anisokoria)
– Bentuk Paralitik : paralisis
■ Pada ekstremitas yang tergigit  progresif kepada seluruh
ektremitas, bulbar dan otot respiratorius
■ Spasme fobik  50% pasien
3. Koma
setelah 1-2 minggu dari fase akut neurologis

Wu, H.H., You, K.H. and Lo, H.Y., 2013. Diagnosis, Management, and
Prevention of Rabies. Epidemiology Bulletin, 29(S), pp.23-32.
DIAGNOSIS
■ Anamnesis :
- Riwayat kontak dengan hewan
- Manifestasi Klinis

■ Pemeriksaan Fisis
- Adanya ditemukan port d’ entry (luka bekas gigitan hewan)
Purnamasari, et al. Pengendalian dan Manajemen Rabies pada Manusia
di Area Endemik. CDK-248/ vol. 44 no. 1 th. 2017
Diagnosis pada Pasien Tergigit Hewan Diagnosis pada Hewan Terinfeksi Rabies
Terinfeksi Rabies (Antemortem) (Postmortem)
Beberapa pemeriksaan dilakukan pada sampel saliva, Hewan yang dicurigai rabies harus dieutanasi untuk
darah, cairan serebrospinal, maupun biopsi kulit pada kemudian otak dari hewan tersebut diambil sebagai sampel
tungkak leher. untuk pemeriksaan PA.

• Pada Saliva dilakukan pemeriksaan isolasi virus Diagnosis rabies dapat ditegakkan apabila hasil PA dari otak
dan PCR sampel ditemukan gambaran inklusi eosinofilik sitoplasmik
yang disebut “Negri Bodies” umumnya pada sel pyramid di
• Pada Darah dan cairan serebrospinal dapat hipokampus dan sel purkinje.
dilakukan tes antibody terhadap virus rabies
• Pada biopsy kulit dapat ditemukan adanya antigen Gambaran lain yang dapat ditemukan berupa perivascular
pada saraf kutaneus di dasar folikel rambut cuffing dan infiltrasi meningeal oleh limfosit dan sel
mononuklear yang menyebar dan beberapa focus kecil dari
nekrosis inflamatorik. Gambaran ini ditemukan pada infeksi
virus pada umumnya.

WHO, 2018. Expert Consultation on Rabies : Third Edition. [Online]


Available at: http://apps. who.int/iris/bitstream/handle/10665/272364/9789241210218_eng.pdf [Accessed 5 August 2018].
PENATALAKSANAAN

1. Penanganan luka
Mencuci luka →Antiseptik→Antibiotik +Tetanus toxoid
Tidak dibenarkan penjahitan luka
2. Imunisasi pasif (serum anti rabies)
3. Imunisasi akrif (vaksin anti rabies)
WHO, 2014. World health organization. [Online]
Available at: http://www.who.int/rabies/human/postexp/en/
[Accessed 5 August 2018].
Infodatin, 2014. Petunjuk perencanaan dan penatalaksanaan kasus gigitan
hewan tersangka/rabies di Indonesia, Jakarta: Kemenkes RI.
Komplikasi

■ Komplikasi neurologis: edema cerebral,


hidrosefalus, dan kejang;
■ Komplikasi pulmonal termasuk hipoksia, respiratory
arrest, dan pneumonia;
■ Komplikasi jantung termasuk aritmia, gagal jantung
kongestif, hipotensi, dan cardiac arrest
■ Infeksi bakteri sekunder, hipotermia, hiperpireksia,
dan perdarahan gastrointestinal.

Lennette, E.H., et al. 2012. Laboratory Diagnosis of Infectious Diseases Principles and
Practice: VOLUME II Viral, Rickettsial, and Chlamydial Diseases. Springer Science &
Business Media.
DIAGNOSA BANDING
 Ensefalitis
■ ensefalitis progresif akut dengan gejala hidrofobia,
aeropobia, pasrestesia, nyeri lokal, kelumpuhan fokal,
dan disfagia
■ Ensefalitis virus (herpesvirus, enterovirus dan
arbovirus).
■ Perlu dilakukan pemeriksaan virus
 GBS
 Tetanus
■ tidak ditemukan hidrofobia, tetapi ditemukan trismus
 Herpes simplex

C, A. Consales and v.l. Bolzan Rabies Review: Immunopathology, Clinical Aspect And Treatment. J.
Venom. Anim. Toxins incl. Trop. Dis., 2007, p6.
PROGNOSIS
 Kematian
■ Menyerang sistem saraf pusat
■ Penyebab kematian : kegagalan nafas atau henti jantung
 Bertahan hidup
■ Segera mendapatkan perawatan luka, SAR, dan VAR
■ Suatu penelitian di Amerika Serikat, sejak tahun 2004 hanya ada 3 pasien yang
bertahan hidup
■ Faktor penentu:
 usia muda
 tanda neurologis ringan pada saat terinfeksi
 kesehatan yang baik
 jenis strain virus yang menyerang

IOWA State University. Rabies and Rabies-Related Lyssaviruses. The


Center for Food Security and Public Health, America, 2012.
RABIES
NEUROLOGY REFERAT | 7-8-
2018

Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai