Anda di halaman 1dari 10

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE

CAMPURAN

Oleh :
Muhammad Kartika Widianto
107103000904
Pembimbing :
Dr. Rahmadsyah Said, SpKJ

Kepaniteraan Klinik Psikiatri RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2011

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. MZ
No. RM
: 220011
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 19 tahun
Tempat Tanggal Lahir
: Bogor, 21 November 1991
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Belum Bekerja
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Alamat
: Perum Limus Pratama Blok A3 No. 3 Cileungsi
Bogor
Masuk IGD Psikiatri
: 23 Agustus 2011
Masuk Kresna
: 23 Agustus 2011
Pasien datang ke IGD Psikiatri RSMM diantar oleh keluarganya (ayah pasien)
pada tanggal 23 Agustus 2011.

RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatrik didapatkan dari autoanamnesis dan allo anamnesis (ayah
pasien) pada tanggal 23 September 2011 dan autoanamnesis pada tanggal 26
September 2011

Keluhan Utama
Tidak mau mandi, marah-marah, membakar baju dan kertas di lingkungan
rumah, sering tertawa dan berbicara sendiri, dan tidak nafsu makan sejak 1
bulan sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Gangguan Sekarang


Sejak 1 bulan SMRS pasien tidak mau mandi, marah-marah, membakar
baju dan kertas di lingkungan rumah, sering tertawa dan berbicara sendiri,
dan tidak nafsu makan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Keluarga mengaku pernah memergoki pasien pernah mengumpulkan bajubaju bekas dan kertas lalu membakarnya di halaman rumah. Setelah
ditegur pasien tidak pernah melakukan hal itu lagi.
Pasien mengaku malas beraktivitas dan tidak nafsu makan. Bila malam
pasien sulit tidur dan mengalihkan kegiatan dengan menonton televisi
hingga larut malam lalu tertidur. Esok harinya pasien bangun siang hari
ketika jam 1 siang. Di rumah pasien sering membuang makanan karena
pasien menganggap makanan tersebut telah diracuni.
Keluarga pasien pernah membawa pasien ke pesantren di daerah
Tasikmalaya untuk mengobati gejala yang ada pada pasien 2 bulan yang
lalu. Namun karena tidak membuahkan hasil dan pasien merasa dikucilkan
maka pasien kembali dibawa pulang.
Pasien juga sering adu mulut dengan ayah dan kakaknya. Ayah pasien
mengaku bila sedang adu mulut, pasien tidak berkata kasar tapi berkata
dengan nada-nada tinggi. Bahkan pernah mengancam untuk membunuh
ayahnya. Hal ini terjadi sejak 2 tahun lalu. Pasien merasa ayahnya tidak
adil karena menyekolahkan kakaknya sedang pasien tidak. Ayah pasien

mempunyai usaha bengkel motor sendiri. Ayah pasien juga sering


membanding-bandingkan pasien yang tidak mempunyai pekerjaan dengan
karyawan ayahnya di bengkel sehingga pasien merasa kesal dan tidak
mengerti apa yang sebenarnya direncanakan ayahnya terhadap dirinya.
Pasien juga sering keluyuran keluar rumah dan meminta uang namun
marah jika tidak dituruti. Dulu ketika akan ujian akhir SMA pasien pernah
keluyuran dengan berjalan kaki dari Cileungsi hingga Senin dan dapat
pulang kembali. Pasien mengaku melakukan hal tersebut mengikuti ajaran
Napoleon untuk menghilangkan rasa penat. Ayah pasien juga bingung
dengan pasien yang tidak mengambil ijazah SMA padahal sudah 1 tahun
lulus dari SMA. Sewaktu SMA juga pasien pernah menggunakan narkoba
jenis heroin secara diam-diam bersama teman-temannya. Pasien
menyangkal adanya suara-suara yang didengar ataupun bisikan hati.

Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA, sehari dapat menghabis
setengah bungkus (5-6 batang) rokok kretek. Menurut keluarga, pasien
pernah mencoba menggunakan heroin ketika SMA namun ketika
ditanyakan pasien menyangkal pernah menggunakan obat-obatan
terlarang.

Riwayat Penyakit Lainnya


Tidak ada riwayat keluhan fisik sebelumnya.
Riwayat Hidup

Prenatal dan Perinatal


Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien lahir
normal dengan berat badan lahir normal.

Masa Kanak Awal (0-3 tahun)


Tidak diketahui (tidak ada keluarga yang dapat ditanya).

Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)


Pasien berpisah dari ibu kandung dan tinggal dengan ibu tiri sejak
ayah dan ibu kandungnya bercerai ketika pasien kelas 2 SD (umur 8
tahun). Sewaktu kecil pasien senang bermain dengan teman-teman
sekitar rumahnya.

Masa Kanak Akhir dan Remaja


Pasien mulai menyukai lawan jenis dan beberapa kali berpacaran,
namun pasien lupa berapa jumlah pacarnya. Pasien memiliki banyak
teman. Pasien merupakan pribadi yang aktif dan senang berkumpul
dengan teman-temannya.
Pasien ikut perkumpulan geng motor bersama teman-teman SMA.
Pasien suka melihat balapan motor tapi tidak mencoba karena pernah
melihat temannya meninggal akibat balapan motor.
Pasien juga mencoba untuk merokok, awalnya hanya 1-2 batang dan
karena ikut-ikutan teman. Selesai SMA pada usia 18 tahun, pasien

sempat tinggal dengan saudaranya di daerah Tangerang sekitar 3


bulan, lalu pulang ke rumah selama 2 bulan dan kembali lagi tinggal di
Tangerang selama 3 bulan dan setelah itu pasien pulang ke rumah di
Cileungsi.

Riwayat Masa Dewasa

Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah SD ketika umur 7-12 tahun, SMP ketika umur
13-15 tahun, SMA ketika umur 16-18 tahun. Pasien tergolong anak
yang pintar di sekolah dan menguasai pelajaran kimia. Setelah
SMA pasien mencoba tes SNMPTN untuk masuk ke jurusan kimia.
Awalnya pasien berniat menjadi seorang apoteker namun tidak
lulus dan tidak mencoba kembali. Pasien juga mengaku menguasai
Bahasa Inggris. Lalu pasien menyerah dan belum melanjutkan
pendidikan hingga saat ini.

Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja.

Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.

Riwayat Agama
Pasien beragama Islam. Pasien jarang shalat dan mengaji. Pasien
mengatakan ingin beristirahat sejenak dari urusan akhirat.

Riwayat Psikoseksual
Pengetahuan tentang seksual didapat dari teman-teman pasien dan
kadang-kadang pasien menonton film dewasa bersama temantemannya atau sendirian. Pasien belum pernah melakukan
hubungan seks.

Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer sebelumnya.

Aktivitas Sosial
Pasien termasuk orang yang suka bergaul dan senang berkumpul
bersama teman-temannya, terutama menonton balapan motor.
Pasien jarang bergaul dengan tetangga sekitar rumah kecuali yang
sebaya pasien.

Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien menyangkal memiliki riwayat pelanggaran hukum
sebelumnya.
Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien menempati rumahnya yang lama jika sedang bosan (masih di
Kompleks yang sama hanya beda beberapa blok). Aktivitas sehari-hari
pasien suka melihat pemandangan dan orang sedang berpacaran. Kadangkadang pasien membeli kopi sambil merokok untuk mengusir kejenuhan.
Pasien suka menonton acara Bioskop TRANS TV hingga larut malam
baru tertidur. Lalu baru bangun siang hari sekitar jam 1 siang. Kadangkadang pasien lebih suka menonton televisi sambil mencabut antena

sehingga hanya gambar hitam putih yang terlihat tapi pasien


menikmatinya.
Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Kakak pasien lakilaki dan adiknya seorang laki-laki dan seorang perempuan. Ayah dan ibu
pasien bercerai ketika pasien kelas 2 SD (umur 7 tahun) lalu ayah menikah
lagi dengan wanita lain dan pindah ke rumah baru. Pasien dan kakak lakilakinya ikut ayah, adik laki-laki dan perempuannya ikut ibu. pasien
mempunyai dua orang saudara tiri, satu orang laki-laki dan satu orang
perempuan.
Pasien mengaku hanya dia dan ayahnya yang hubungannya kurang
harmonis dan sering bertengkar. Namun pasien cenderung mengikuti apa
yang dikatakan ayahnya. Saat ini kakak laki-lakinya kuliah, adik lakilakinya bekerja, dan adik perempuannya di pesantren.
Kakek pasien dari ayah menderita gangguan jiwa yaitu sering berbicara
dan tertawa sendiri namun tidak diobati.
Gambar 1. Genogram Keluarga

Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien tidak merasa ada yang salah dengan dirinya dan menyangkal bila
menderita gangguan jiwa.
Persepsi Keluarga Terhadap Kondisi Pasien
Keluarga menganggap pasien mengalami gangguan jiwa karena kecewa
tidak dikuliahkan seperti kakak laki-lakinya.
Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien bercita-cita ingin jadi pilot seperti di film yang pernah ditontonnya,
yang bekerja di agen rahasia. Pasien ingin sembuh agar dapat kembali
membantu ayahnya di rumah dan kembali merokok dengan bebas. Pasien
berharap hubungan dengan ayahnya membaik.
Skema Perjalanan Penyakit

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Deskripsi Umum
Dilakukan pada tanggal 26 September 2011.
Penampilan :
Seorang laki-laki, perawakan sesuai usia, rambut cepak, berpenampilan
sederhana, menggunakan kaos oblong dan celana panjang berbahan jeans,
tidak menggunakan sandal, kebersihan agak kurang baik, kuku kotor dan
tidak terpotong rapi, bentuk badan atletikus.
Perilaku dan Psikomotor :
Selama pemeriksaan kontak mata kurang baik, pasien cenderung melihat
ke arah lain, hanya pada pertengahan hingga akhir wawancara kontak
mata baik. Sikap pasien tampak tenang pada saat wawancara.

Sikap terhadap pemeriksa :


Pasien bersikap curiga pada awal wawancara dan kurang terbuka. Namun
pada pertengahan hingga akhir wawancara kooperatif dan pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan baik.

Mood dan Afek


Mood
: Hipertim.
Afek
: Luas.
Keserasian
: Terdapat keserasian antara emosi dan pembicaraan.

Pembicaraan
Pembicaraan pasien spontan, volume suara cukup, intonasi dan artikulasi
suara baik, logorrhea. Isi pembicaraan flight of ideas.

Gangguan Persepsi
Tidak ditemukan gangguan persepsi saat dilakukan pemeriksaan.

Pikiran
Proses dan Bentuk Pikir :
inkoheren, pikiran lambat.
Isi Pikir
:
terdapat waham curiga bahwa makanan yang
diberikan kepada pasien mengandung racun dan ayah pasien merencanakan
sesuatu terhadap pasien..

Sensorium dan Kognisi


Taraf Kesadaran : Kompos Mentis
1. Orientasi
Waktu
: Mengetahui perbedaan siang, malam, pagi, dan sore serta
dapat mengingat tanggal, bulan, dan tahun dengan baik.
Lokasi
: Pasien mengetahui sedang berada di RS Marzoeki Mahdi
Bogor.
Orang
: Pasien mengenali pemeriksa dan petugas rumah sakit,
mengenal keluarga pasien, namun kurang mengenal teman-teman
sesama pasien.
2. Daya Ingat
Segera
: baik, dapat mengingat nama pemeriksa
Jangka Pendek
: baik, pasien dapat menceritakan kegiatan pada hari
itu.
Jangka Sedang
: baik, pasien dapat menceritakan kegiatan pasien
dalam beberapa minggu terakhir.
Jangka Panjang
:
baik, pasien dapat mengingat masa lalunya ketika
bersekolah dan remaja.
3.
Konsentrasi
Baik, pasien dapat mengeja kata WAHYU dari belakang.

Perhatian
erhatian pasien cukup baik dan tidak mudah teralihkan.

Kemampuan Membaca dan Menulis


Baik, pasien dapat membaca tulisan yang ada di kartu tanda
pengenal pemeriksa.

Pikiran Abstrak
Baik, pasien mengetahui arti berakit-rakit ke hulu berenang-enang
ke tepian.

Intelegensi dan Daya Informasi


Baik, pasien mengetahui film-film terbaru yang tayang di televisi.

Kemampuan Menolong Diri


Baik, pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik seperti
mandi, merapihkan tempat tidur.

Kemampuan Pengendalian Impuls


Baik, pasien dapat mengendalikan diri selama proses wawancara.
Daya Nilai dan Tilikan

Daya Nilai Sosial


Kurang baik, pasien mengatakan bahwa mencuri makanan orang lain
diperbolehkan karena orang tersebut sudah melakukan kesalahan
menaruh makanan sembarangan.

Uji Daya Nilai


Kurang baik, pasien mengatakan bahwa merokok itu baik menurut
pandangan pergaulan dan berguna bagi tubuh.

Penilaian Realita
Terganggu, ditandai dengan adanya waham curiga bahwa dirinya akan
diracun dan ayah pasien sedang merencanakan sesuatu terhadap
pasien.

Tilikan
Derajat 1, pasien menyangkal bahwa dirinya menderita gangguan jiwa.
Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan pasien dapat dipercaya, kecuali waham curiganya.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 26 September 2011.
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/ menit
Frekuensi Napas : 18x/ menit
Suhu
: 36,50 C
Status Gizi: Kesan gizi baik
Kulit
: sawo matang, tidak terdapat jejas, kuku
terlihat kotor dan panjang
Kepala
: Tidak ada deformitas
Rambut : Hitam seluruhnya dan tidak mudah rontok
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
THT
: tidak terdapat kelainan
Gigi dan Mulut : tonsil T1/T1
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
: SN Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : tidak diperiksa

Ekstremitas
: Akral teraba hangat, tidak ada
sianosis, CRT <2, edema (-)
Status Neurologis
GCS = 15 E4,V5,M6 ; kontak (+)
Tanda rangsang meningeal (-)
Gejala peningkatan tekanan intrakranial (-)
Refleks fisiologis : dbn
Gejala ekstrapiramidal (-)
Gaya Berjalan dan Postur Tubuh : Normal
Stabilitas Postur Tubuh
: Normal
Tremor (-)
Status Oftalmologis
Pupil isokor, Refleks cahaya langsung +/+, Refleks Cahaya tidak langsung +/
+
Refleks kornea +/+

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien seorang laki-laki, usia 19 tahun, bertempat tinggal di Perum Limus
Pratama Blok A3 No. 3 Cileungsi Bogor, status belum menikah, beragama
Islam, dan pendidikan terakhir SMA. Pasien datang ke RSMM diantar oleh
keluarganya (ayah pasien) pada tanggal 23 Agustus 2011, dengan keluhan
tidak mau mandi, marah-marah, membakar baju dan kertas di lingkungan
rumah, sering tertawa dan berbicara sendiri, dan tidak nafsu makan sejak 1
bulan sebelum masuk rumah sakit.
Di rumah pasien sering membuang makanan karena menganggap makanannya
telah diracuni. Pasien juga pernah mengancam untuk membunuh ayahnya. Hal
ini terjadi sejak 2 tahun lalu. Pasien merasa ayahnya tidak adil karena
menyekolahkan kakaknya sedang pasien tidak. Ayah pasien juga sering
membanding-bandingkan pasien dengan orang lain sehingga pasien merasa
kesal dan tidak mengerti apa yang sebenarnya direncanakan ayahnya terhadap
dirinya. Pasien juga sering keluyuran keluar rumah dan meminta uang namun
marah jika tidak dituruti.
Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA, sehari dapat menghabis setengah
bungkus (5-6 batang) rokok kretek. Menurut keluarga, pasien pernah mencoba
menggunakan heroin ketika SMA namun ketika ditanyakan pasien
menyangkal pernah menggunakan obat-obatan terlarang. Pasien menyangkal
adanya suara-suara yang didengar ataupun bisikan hati. Pasien tidak pernah
mengalami gangguan jiwa ataupun keluhan fisik sebelumnya.
Pada pemeriksaan status mental tampak perawakan sesuai usia, penampilan
sederhana, kesan perawatan diri kurang, tidak ditemukan halusinasi. Tampak
afek luas, mood hipertim, dan serasi antara emosi dan pembicaraan, logorrhea,
isi pembicaraan flight of ideas, proses pikir inkoheren dan lambat, terdapat
waham curiga. Penilaian realita terganggu dengan adanya waham. Daya
tilikan pasien adalah derajat 1.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat penyakit pasien, ditemukan adanya pola perilaku atau
psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan
suatu gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability)
dalam berbagai fungsi psikososial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari pasien.
Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Diagnosis Aksis I
Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, demam dan
kelainan fungsi otak sehingga diagnosis gangguan mental organik (F0) dapat
disingkirkan. Selain itu, tidak ditemukan gangguan jiwa akibat konsumsi alkohol dan
pengunaan zat psikoaktif, hal ini menunjukan bahwa gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan.
Pada pasien terdapat ciri psikotik dan gangguan mood yang timbul secara bersamaan
sehingga dapat digolongkan sebagai F25 gangguan skizoafektif. Gangguan skizoafektif
dapat didefinisikan sebagai gejala-gejala definitif adanya skizofrenia berdasarkan adanya
waham curiga dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau
dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode
manik atau depresif. Dapat pula diklasifikasikan lebih spesifik F25.2 gangguan
skizoafektif tipe campuran.
Diagnosis Aksis II
Pasien memiliki ciri kepribadian narsisistik. Ditunjukkan dengan adanya perilaku atau
sikap yang congkak dan sombong, sering merasa iri dengan orang lain, dan memiliki
perasaan bernama besar, preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan.
Diagnosis Aksis III
Tidak terdapat kelainan pada kondisi medik umum pasien.
Diagnosis Aksis IV
Pasien memiliki masalah dengan keluarganya karena merasa ayahnya tidak adil kepada
dirinya. Selain itu pasien juga kesal tidak bisa kuliah seperti kakak pasien.
Diagnosis Aksis V
Berdasarkan Skala Global Assesment of Functioning (GAF) dalam satu tahun terakhir
(the High Level Past Year = HPLY) adalah 80 71 (gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll). Skala GAF pada saat
pemeriksaan (current) didapatkan nilai 70 61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Gangguan skizoafektif tipe campuran (F25.2)
Aksis II : Ciri kepribadian narsisistik

Aksis III : Tidak ada diagnosis


Aksis IV
: Masalah keluarga dengan ayah pasien, masalah
pendidikan karena tidak
dapat kuliah seperti kakak pasien,
masalah pekerjaan karena pasien tidak memiliki pekerjaan.
Aksis V : GAF HPLY = 71-80, GAF current = 61-70

DAFTAR MASALAH
Organobiologis
Psikologi

: Tidak ada kelainan


: Adanya waham curiga.
Lingkungan dan sosial
: Pasien memiliki
masalah dengan ayahnya dalam hal melanjutkan
pendidikan.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Faktor yang mendukung prognosis adalah stressor yang dialami jelas dan
diketahui, pasien berkeinginan kuat untuk sembuh dan kembali normal, serta
dukungan keluarga dalam pengobatan pasien.
Faktor yang memperburuk prognosis adalah terdapat riwayat herediter
gangguan jiwa, dan onset gangguan jiwa pada usia muda.

RENCANA TERAPI

Psikofarmaka
Haloperidol 3x5 mg, sebagai antipsikotik golongan tipikal.
Trihexypenidil 3x2 mg, untuk mencegah timbulnya gejala ekstrapiramidal.
depakot 1 x 500 mg sebagai mood stabilizer dalam mengobati gangguan bipolar
pada pasien.

Psikoterapi suportif untuk mendukung hal-hal positif yang dimiliki pasien


yang dapat dikembangkan saat ini, memberikan dukungan agar pasien patuh
minum obat dan kontrol jika obat sudah habis. Dapat juga dilakukan terapi
keluarga untuk memberikan informasi tentang gangguan jiwa yang dialami
pasien dan bagaimana peran keluarga diperlukan untuk menunjang
kesembuhan pasien agar terjadi peningkatan kualitas hidup dan hubungan
yang baik antara keluarga dan pasien.

Anda mungkin juga menyukai