Anda di halaman 1dari 11

KERATITIS FUNGAL

Yohanes

Bestari

Angger Annisa P- 155130101111038

Very

Sari Kusumawati - 155130101111035


KERATITIS

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel


radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Akibat terjadinya kekeruhan pada media kornea ini, penglihatan akan
menurun.sejumlah laporan, jamur telah ditemukan menyebabkan
6%-5% kasus keratitis ulseratif. Lebih dari 70 spesies jamur telah
dilaporkan menyebabkan keratitis jamur.
Etiologi
1) Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa.
2) Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp,
Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
3) Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
4) Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
5) Jamur difasik. Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang media pembiakan membentuk
miselium : Blastomices sp, Coccidiodidies sp, Histoplastoma sp, Sporothrix sp.
GEJALA KLINIS

Air mata yang berlebihan


Penurunan tajam penglihatan
Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
Mata merah disertai nyeri
Sensitive terhadap cahaya
nekrosis pada lamella kornea
peradangan akut
respon antigenik dengan formasi cincin imun
Hipopion
Gambar tabel anamnesis untuk
membedakan macam-macam penyebab
keratitis
FAKTOR PREDISPOSISI

Trauma (lensa kontak, benda asing) dalam sebuah studi fungal keratitis di selatan
Florida, trauma dengan sayuran merupakan faktor risiko mayor yaitu sebanyak 44%
dari jumlah pasien keratomikosis.
Pemakaian kortikosteroid topikal yang lama
Operasi kornea seperti keratoplasti tembus, operasi katarak sutureless, atau laser
in situ keratomileusis (LASIK)
Keratitis kronis akibat herpes simplex, herpes zoster, atau keratoconjungtivitis vernal
penyakit mata yang signifikan
Riwayat penyakit trauma (terutama terkait dengan tumbuhan)
Pekerjaan dalam bidang pertanian
Pengobatan

1. Pemeriksaan laboratorium
Uji fluoresein merupakan sebuah tes untuk mengetahui terdapatnya
kerusakan epitel kornea. Dasar dari uji ini adalah bahwa zat warna
fluoresein akan berubah berwarna hijau pada media alkali. Zat warna
fluorescein bila menempel pada epitel kornea maka bagian yang
terdapat defek akan memberikan warna hijau karena jaringan epitel
yang rusak bersifat lebih basa. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi
epitel sering terlihat semasa penyembuhan epitel ini, uji sensibilitas
kornea juga diperiksa untuk mengetahui fungsi dari saraf trigeminus
dan fasial.
2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ketratitis pungtata superfisial pada prinsipnya
adalah diberikan sesuai dengan etiologi.
a. Untuk virus dapat diberikan idoxuridin, trifluridin atau asiklovir.
b. Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah cafazolin,
penisilin G atau vancomisin
c. Untuk bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin,
gentamisin atau polimixin B.
d. Untuk jamur pilihan terapi yaitu natamisin, amfoterisin atau
fluconazol.
e. Untuk jamur berfilamen golongan II diberikan Topikal
amphotericin B, thiomerosal, natamycin (obat terpilih),
imidazole (obat terpilih)
f. Untuk yang Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya
diberikan Topikal amphotericin B1,0 2,5 mg/ml, thiomerosal
(10 mg/ml), natamycin> 10 mg/ml, golongan imidazole.
Selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis pungtata superfisial ini
sebaiknya juga diberikan terapi simptomatisnya agar dapat memberikan rasa
nyaman seperti air mata buatan, sikloplegik dan kortikosteroid
Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat sekret mukopurulen yang
menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri
Analisis multivariat

Infeksi stroma yang dalam atau dengan keterlibatan sklera maupun


intraokular lebih sulit untuk ditangani. Suatu penelitian intervensional
prospektif mengevaluasi terapi natamisin topikal pada 115 pasien
keratitis jamur. Pada penelitian tersebut, 52 pasien mengalami
keberhasilan terapi, 27 menderita ulkus yang pulih walaupun lambat,
dan 36 mengalami kegagalan terapi, memperlihatkan bahwa kegagalan
terapi berhubungan dengan ukuran lesi yang lebih dari 14 mm2, adanya
hipopion, dan Aspergillus sebagai organisme penyebab. Jika penanganan
medis gagal, dapat dilakukan operasi.
Daftar pustaka

Brasnu E, Bourcier T, Dupas B, Degorge S, Rodallec T et al, 2007. In vivo confocal


microscopy in Fungal keratitis. BJO;91:588-91
Bunya VY, Hammersmith KM, Rapuano CJ, Ayres Bd, Cohen EJ, 2007 Topical and
oral voriconazole in the treatment of fungal keratitis. AJO :143:151-35
Philip A. Thomas -Fungal corneal ulcers: EYE-Nov:2003. Vol 17:852-862

Anda mungkin juga menyukai