Anda di halaman 1dari 4

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES PADA MAHASISWA DAN POTENSI

DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MENTAL DENGAN FOKUS


PADA PENCEGAHAN BUNUH DIRI

Oleh : Amanda Ryan

Pada suatu sore yang cerah, saya duduk di kafe favorit saya, memandangi keramaian
di jalan lintas Boyolali. Meskipun suasana begitu hidup dan sangat ramai, pikiran saya
teralihkan oleh sebuah posting-an Instagram. Sebuah grafik bersumber dari data Kepolisian
Republik Indonesia mengenai angka yang menghantui. Selama enam bulan pertama tahun ini,
tercatat 585 laporan bunuh diri terjadi di seluruh Indonesia. Angka ini memperlihatkan bahwa
masalah pencegahan bunuh diri telah menjadi sebuah krisis yang mendesak yang tidak bisa
lagi diabaikan atau dihindari.

Maraknya fenomena bunuh diri di kalangan mahasiswa dilihat sebagai suatu kejadian
yang menyedihkan. Menurut World Health Organization (WHO), per 28 Agustus 2023, lebih
dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya dan bunuh diri menjadi
penyebab kematian tertinggi keempat pada usia 18-29 tahun. Terlebih rata-rata orang yang
bunuh diri adalah mahasiswa.

Mahasiswa saat ini tengah menjalani masa kuliah di suatu universitas selama minimal
tiga sampai empat tahun. Berbagai pilihan program studi di universitas membuat mahasiswa
kebingungan atas pilihan program studi dan fakultas yang dipilihnya, apakah sudah sesuai
dengan passion yang dimilikinya. Pada kenyataannya, cukup banyak mahasiswa yang kurang
tepat memilih program studi sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mendalami materi dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen sehingga hal tersebut memicu stres.

Di Indonesia sendiri, dilansir dari Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia,


terdapat 670 kasus bunuh diri per tahun 2020 yang dilaporkan. Provinsi dengan angka bunuh
diri tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah. Rata-rata penyebab bunuh diri paling banyak
adalah disebabkan oleh stres.Stres adalah pemicu utama yang mempengaruhi kesejahteraan
mental terutama pada mahasiswa sehingga akibat terburuk adalah bunuh diri.

Stres adalah suatu respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap suatu kebutuhan
yang muncul pada saat tertentu. Seperti yang disampaikan oleh Sarfika stres juga merupakan
faktor risiko untuk resiko bunuh diri, dan penelitian telah menunjukkan bahwa stres
berhubungan positif dengan ide bunuh diri. berdasarkan penelitian Ada berbagai stresor
terkait pekerjaan dan kehidupan, seperti peristiwa kehidupan yang penuh tekanan,
kehilangan, pengangguran, dan lingkungan lainnya stresor, yang dapat dikaitkan dengan
resiko bunuh diri. Berdasarkan penelitian Ibrahim et al di Malayasia remaja yang mengalami
stres ringan sebanyak 109 remaja (57,40%), 20 remaja (10,50%) yang mengalami stress
sedang, sedangkan 18 remaja (9,50%) mengalami stress berat dari. Hanya dua remaja
(1,10%) yang mengalami stress yang sangat parah cara seseorang mengatasi stres dapat
menunjukkan seberapa besar stres dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya,
seberapa besar stres dapat menyebabkan mereka merasa putus asa atau tidak didukung, dan
bagaimana mereka mungkin mendefinisikan stres sebagai kontributor potensial untuk ide
bunuh diri.

Ide bunuh diri merupakan fenomena yang sangat serius dan mengkhawatirkan.
Menurut Aulia et al dari 365 responden yang diambil sebagai sampel, sebanyak 66,3% dari
mereka memiliki ide bunuh diri yang cukup tinggi, sementara 33,7% lainnya memiliki ide
bunuh diri yang rendah. Tahap awal dari seseorang yang ingin melakukan bunuh diri adalah
ketika pelaku mulai memiliki pikiran untuk mati. Kemudian, tahap ancaman bunuh diri
terjadi ketika pelaku mengungkapkan secara langsung atau tulisan tentang niatnya untuk
bunuh diri. Tahap selanjutnya adalah tahap isyarat bunuh diri, di mana perilaku pelaku
menunjukkan adanya konflik mental antara ingin mati dan ingin diselamatkan, atau masih
ada keinginan untuk hidup. Apabila tahap ini tidak ditangani dengan baik, maka
kemungkinan besar akan terjadi percobaan bunuh diri.

Bunuh diri merupakan sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada
diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari
sebuah isu. Isu bunuh diri merupakan fenomena yang terus meningkat dari waktu ke waktu
serta hingga kini belum dapat dipahami secara pasti penyebab dari munculnya tindakan
bunuh diri oleh seseorang individu. Bunuh diri merupakan “kanker” yang bila terlambat
dicegah dapat berakibat fatal.

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis)
apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.
Stres muncul akibat pikiran atau perasaan negatif terhadap diri sendiri. Sumber stres bisa dari
lingkungan sekitar dan banyaknya masalah yang dialami. Stres yang terlalu tinggi dapat
mempengaruhi kesejahteraan mental. Stres dapat mempengaruhi kesejahteraan mental ketika
seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik secara emosi maupun mental.
Seseorang yang stres biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres
juga dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu
depresi.

Stres yang sering dialami mahasiswa merupakan stres akademik. Stres akademik
merupakan faktor stres paling dominan yang mempengaruhi kesejahteraan mental
mahasiswa. Stres akademik dapat diartikan sebagai keadaan individu yang mengalami
tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan dan pendidikan di perguruan tinggi.

Hal yang memicu bunuh diri adalah stres, berikut adalah cara agar dapat mengatasi
stress adalah : jagalah kesehatan dengan cara olahraga/ aktivitas fisik teratur, tidur cukup,
makan bergizi seimbang, terapkan perilaku hidup bersih dan sehat, melakukan kegiatan
sesuaikan dengan minat dan kemampuan, berpikir positif, tenangkan pikiran dan kembangkan
hobi, bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya serta meningkatkan ibadah
sesuai dengan agama masing-masing.

Ada beberapa tanda yang mungkin ditunjukkan oleh orang yang ingin bunuh diri.
Agar hal tersebut tidak terjadi pada orang yang ada di dekat Anda, berikut beberapa tanda
yang perlu dikenali sebagai langkah pencegahan bunuh diri adalah : sering membicarakan
kegelisahan yang dialaminya, sering membicarakan tentang kematian, merasa putus asa dan
tidak memiliki gairah hidup, mudah marah secara tiba-tiba, kehilangan nafsu makan hingga
berat badan berkurang serta sulit tidur dan kerap merasa sedih, cemas, atau stress.

Langkah-Langkah Pencegahan Bunuh Diri:

1. Ajak berdiskusi dan jadilah pendengar yang baik

Orang yang berkeinginan untuk bunuh diri biasanya sedang mengalami suatu masalah
berat. Oleh karena itu, peran orang terdekat sangat penting dalam membuka
percakapan hangat agar ia mau berbagi cerita terkait masalah yang sedang dialaminya.

2. Bantu selesaikan masalahnya semampu Anda

Orang yang memiliki keinginan untuk bunuh diri sangat menderita secara emosional.
Bunuh diri dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar bagi orang yang tidak bisa
menghadapi masalahnya sendiri. Oleh karena itu, cobalah untuk tawarkan bantuan apa
saja yang mungkin ia butuhkan.

3. Jangan biarkan kesepian

Karena bunuh diri sering kali dilakukan secara diam-diam, sebisa mungkin jangan
biarkan ia sendirian dan temani agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak
harus selalu berada di sisinya setiap saat, Anda bisa menghubunginya lewat panggilan
telepon, video call, atau pesan teks sebagai pencegahan bunuh diri.

4. Ajak untuk menemui psikolog atau psikiater

Bila memang usaha Anda belum juga berhasil merubah niat atau sikapnya untuk
melakukan bunuh diri, satu-satunya jalan terbaik yang bisa Anda lakukan adalah
mengajaknya ke psikiater. Dengan begitu, ia pun bisa mendapatkan penanganan yang
tepat sesuai dengan penyebab yang mendasari pikiran dan perilakunya untuk bunuh
diri.
Dalam hal ini,angka kesadaran mahasiswa tentang bunuh diri dan kesejahteraan
mental masih kurang. Pentingnya dukungan dari berbagai instansi masyarakat dalam
memperbaiki angka bunuh diri melalui kesadaran pada kesejahteraan mental di Indonesia.
Solusi pertama dalam pencegahan bunuh diri yang perlu dilakukan adalah pada kesejahteraan
mentalnya. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk menanggulanginya.
Diantara lain :

1. Penerapan “Center for Mental Health” di Lingkungan kampus


Melihat prevelensi angka kondisi stres akademik mahasiswa,hal ini terjadi akibat
banyak tuntutan belajar yang menyebabkan munculnya stres bahkan depresi
hingga memicu bunuh diri. Kejadian ini selayaknya menjadi perhatian khusus
bagi instansi pendidikan tinggi untuk mendorong terciptanya fasilitas kesehatan
mental di area kampus, didukung dengan infrastruktur dan system kampus yang
memadai serta komitmen institusi.

2. Promosi kesehatan mental dilingkungan Kampus dan Masyarakat


Program promosi kesehatan mental dilingkungan kampus dan masyarakat tidak
hanya membahas tentang isu kesehatan mental, tetapi membahas tentang cara
pencegahannya. Program promosi kesehatan mental juga dilakukan dengan dasar
teori yang jelas dan hasil penelitian yang relevan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan konseling gratis yang menjunjung nilai kenyamanan dan
privasi setiap individu, serta dengan melakukan kampanye terhadap kesehatan
mental. Sebagai mahasiswa, kita dapat memanfaatkan penggunaan teknologi
untuk membantu pengembangan kesadaran kesehatan mental. Dan juga dapat
dilakukan misalnya pada masa orientasi diperkenalkan bagaimana cara menjaga
kesehatan mental di kampus terutama bagi mahasiswa baru yang jauh dari
orangtua. Jika merasa ada beban yang tidak dapat ditanggung sendiri dan
kehilangan minat pada apapun,segeralah cari pertolongan.

Berdasarkan keterangan di atas menunjukan pemicu bunuh diri adalah stres yang
mempengaruhi kesejahteraan mental. Rata-rata orang yang bunuh diri adalah mahasiswa.
Peningkatan promosi kesehatan mental merupakan salah satu jalan untuk melakukan
pencegahan dalam hal pengetahuan dan pengelolaan kesehatan mental, terutama pada
mahasiswa untuk mencegah ide bunuh diri. Selain itu pada tahap penyembuhan, agar kampus
menyediakan fasilitas yang lengkap atau menerapkan konseling sebaya pada mahasiswa
untuk mengatasi dan melakukan deteksi dini gangguan mental yang beresiko dalam
percobaan bunuh diri.

Pada dasarnya, pencegahan bunuh diri bisa teratasi dengan baik selama keluarga dan
temannya ikut peduli untuk membantu serta mencari jalan keluar dari permasalahan yang
dihadapi orang tersebut.Dukungan dari support system terbukti membawa pengaruh positif
pada kesehatan mental seseorang, sehingga orang yang berisiko bunuh diri menjadi lebih
bahagia dan kuat menjalani hari-harinya. Itulah mengapa support system memainkan peran
penting dalam pencegahan bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai