Anda di halaman 1dari 4

NAMA : TASYA AMANDA

NIM : 2201041050
PRODI : S1 KEBIDANAN (B)
MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA
KASUS MAHASISWA BUNUH DIRI

Pada saat ini sangat marak tejadinya kasus mahasiswa bunuh diri dengan berbagai
alasan atau problematika yang mereka hadapi, akan tetapi yang sering terdengar yaitu perkara
tugas menumpuk, masalah dengan teman, nilai kuliah yang tidak sesuai dengan harapan,
ekspektasi orang tua yang terlalu tinggi, dan masalah ekonomi yang tidak stabil.
Namun psikologi Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta Brigitta Erlita Tri
Anggadewi turut memberikan pandangan, menurutnya peristiwa bunuh diri tidak disesbabkan
oleh itu saja, biasa nya ada permasalahan mental atau gangguan psikologis terlebih dahulu.
Gangguan psikologis itu bisa berupa depresi, kecemasan tinggi, personality disorder hingga
gangguan mood atau suasana hati. Selain itu, orang bisa terlintas bunuh diri juga karena faktor
kepribadian.
Faktor psikologis yang menyebabkan seseorang terbesit untuk melakukan bunuh diri bisa
juga karena belum memiliki jiwa atau karakter yang tangguh, atau karena memiliki tipikal
mudah sensitif, sering baper karena keadaan.
Kasus bunuh diri pada mahasiswa akan terus meningkat apabila tidak ada pencegahan
dan penanggulangannya. Lalu bagaimana cara yang efektif untuk mencegah tindakan bunuh diri?
Cara agar seseorang terhindar dari bunuh diri ide bunuh diri adalah dengan mempunyai
kemampuan problem solving yang baik, meningkatkan nilai-nilai spritual dalam hiduo,
memounyai akses untuk menghubungi layanan keperawatan kesehatan mental, dan membatasi
dari alat-alat dan lingkungan yang berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri. Adapun cara
untuk membantu seseorang yang mengalami depresi yang mempunyai ide untuk bunuh diri
adalah dengan memastukan mereka dalam keadaan aman, berusaha mendengarkan apapun yang
mereka ceritakan tanpa menghakimi, berempati terhadap kondisi mereka, dan membantu mereka
untuk terhubung dengan tenaga profesional seperti psikologi dan psikiater agar cepat ditangani.
Para mahasiswa di Indonesia dalam fase menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi sering
menjadi “momok”, karna sudah ketakutan akan proses pembimbingan dan pengerjaan skripsi
yang dianggap menyeramkan. Apalagi ditambah dengan waktu pengerjaan yang terbatas atau
diatur oleh sistem kurikulum akademik maksimal 7 tahun. Benjamin Franklin dalam kutipannya
menuliskan tentang waktu, dan mahasiswa yang terjebak oleh waktu menjadi panik.
Dalm penjelasan bebrapa tulisan menerangkan bahwa resiliensi terkait kapabilitas
seseorang dalam bertahan, beradaptasi dan menghadapi masa kehidupannya. Hal ini menjadi
persoalan penting mengingat masa penyelesain tugas akhir yaitu skripsi mahsiswa harus
menghadapi emosi yang tidak stabil dan tekanan psikologis yang dapat berujung depresi.
Bila dipaparkan tentang kesulitan dan kerumitan dalam pengerjaan skripsi itu adalah
dalam mencari judul serta elemen penelitian lainnya termasuk keterbatasan sumber pustaka,
malas membaca, keterbatsan waktu, selain masalah dari dosen pembimbing seperti kesibukan,
revisi, lamanya respon dan sebaginya.
Tulisan ini memaparkan kebutuhan pemahaman dan komunikasi interpersonal yang tepat
dalam hubungan dan sikap dosen dan mahasiswa. Dengan demikian, dapat terbangun dimensi
resiliensi sebagai pencegahan potensi bunuh diri dri kalangan mahasiswa, yang sekarang cukup
marak terjadi di Indonesia.
Oleh karna itu dosen menjadi salah satu pencegah untuk mengantisipasi semakin
maraknya kasus bunuh diri oleh mahasiswa. Dosen harus mengenali karakteristik mahasiswanya,
fasilitasi emosional welbing semua mahasiswa, jaga keterhubungan dan rasa memiliki,
komunikasi dengan cara positif dan melibatkan mahasiswa pergrupnya dan pengawasnya baik
intara mauoun ekstrakulikuler.
Mahasiswa akan ada dalam lingkaran tugas, ujian, skripsi, laporan dan hal lain dan itu
akan menjadi kegiatan rutin. Menajemen waktu dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan,
ekstrakulikuler, hiburan serta kepentingan keluaurga lainnya menjadi persoalan penting bagi
kalangan mahasiswa. Meskipun banyak mahasiswa yang mampu menyelesaikan studi dengan
baik dan sukses dalam kehidupan profesionalnya, namun banyak pula mahasiswa yang gagal dan
berakhir dengan depresi atau bunuh diri.
Data WHO (2018) menunjukkan kasus bunuh diri menempati urutan kedua tertinggi
penyebab kematian pada kelompok usia 15-29 tahun, selain itu setiap tahun terdapat 800.000
orang bunuh diri diberbagai belahan dunia. Untuk permasalahan ini, akhirnya tanggal 10
September diperingati hari bunuh diri sedunia. Namun, faktanya WHO dan International
Association for Suicide Prevention (IASP) mencatat angka bunuh diri masih terbilang tinggi.
Bahkan dalam kondisi tertentu, kasus bunuh diri bisa dilaporkan setiap hari.
Keinginan bunuh diri dan depresi merupakan masalah serius bagi mahasiswa. Mahasiswa
didefinisikan sebagai individu yang menempuh pendidikan dan terdaftar sebagai mahasiswa
yang terdaftar di perguruan tinggi. Secara luas mahasiswa juga dapat diartikan sebagai agen
perubahan. Mereka adalah masa depan bangsa yang bertanggung jawab memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat nantinya.
Mahasiswa merupakan kaum terpelajar yang berperan dalam memajukan kehidupan
bangsa. Mereka adalah intangible asset bangsa di masa depan, ketika terjadi regenerasi dalam
memimpin kursi-kursi penting dalam pengelolaan negara.
Mahasiswa berharap dapat dosen pembimbing yang baik hati untuk membantu
penyelesain skripsi. Sementara, dosen pembimbing juga berharap agar mahasiswa mudah
memahami jika ada koreksi untuk perbaikan tulisan dalam skripsi. Lebih lanjut, sama lain
sehingga tidak ada lagi pemberitaan tentang mahasiswa bunuh diri akibat tekanan dari lingkugan
kampus.
Pada titik inilah keterikatan hubungan antara mahasiswa dan dosen bergantung pada
kualitas komunikasi yang terbangun di antara mereka. Kualitas ini tidak hanya diperlukan namun
sangat penting menjaga kesehatan mental mahasiswa dan dosen. Bentuk komunikasi
interpersonal sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan perhatian dan
dukangan tanpa henti. Namun, peran orang terdekat juga sangat penting.
Kesimpulan pada bab kali ini adalah pentingnya menjalin komunikasi dan hubungan
yang baik antar sesama agar tidak terjadinya stress dan depresi, lebih meningkatkan iman kepada
tuhan dan selalu berdoa yang terbaik dan dipermudah segala urusan kita, semoga tidak ada lagi
berita tentang bunuh dirinya seorang mahasiswa.
Di Universitas Dharmas Indonesia, saya sangat bangga sebab memiliki dosen yang begitu
perhatian kepada mahasiswanya, dosen UNDHARI selalu mengisi waktu luang dengan kegiatan
yang bermanfaat sehingga mahasiswa yang sedang diguncang tugas dapat terhibur, apalagi
UNDHARI memiliki asrama yang begitu islami, kegiatan asrama yang begitu positif membuat
kami para mahasiswa merasa senang. Kami bangga kuliah di UNDHARI , ayo kulih di
Universitas Dharmas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai