PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Kepada
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas
Nusa Nipa Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
OLEH
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
2.1 Resiliensi
2.1.1 Pengertian dari Resiliensi
Resiliensi berasal dari bahasa latin “salire” artinya untuk musim semi dan
“resilire” artinya kembali musim semi. Hal ini berarti resiliensi dianggap sebagai
kapasitas untuk memulihkan atau bangkit kembali, Davidson et al., (dalam Triyana,
dkk., 2015:5). Maltby, (dalam Abram, 202:2) Resilience in defined as one's ability to
bounce back or recover from adversity. In the literature, it has been described as both
a trait a process. resilience is a positive responses to stress in which the individual
experiences growth and development despite challenges. As a trait, it is defined as an
individual's innate ability to respond to negative events or have an adaptive
personality. Artinya: Resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
bangkit kembali atau pulih dari keterpurukan. dalam literatur, itu telah digambarkan
sebagai sifat suatu proses. Resiliensi adalah respons positif terhadap stres di mana
individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan meskipun ada tantangan.
sebagai suatu sifat, itu didefinisikan sebagai kemampuan bawaan individu untuk
menanggapi peristiwa negatif atau memiliki kepribadian adaptif.
Desmita, 2009 (dalam Magfiroh, 2019:48) mengatakan bahwa resiliensi
merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dan menyesuaikan diri
dengan kondisi yang sulit. Kemampuan individu untuk dapat bangkit dan bertahan
serta menyesuaikan dengan kondisi sulit dapat melindungi individu dari efek negatif
yang ditimbulkan dari permasalahan.
Menurut Pahlevi & Salve, 2018 mendefinisikan Resiliensi adalah suatu bentuk
respon yang dilakukan secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau
trauma, untuk mengatasi dengan baik perubahan hidup pada level yang tinggi,
kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan melakukan
perubahan yang sehubungan dengan ujian yang dialami. Bonanno, 2004 (dalam
Cintakawati & Masykur, 2013:7) mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan
individu dalam mengatasi situasi yang sulit, bagaimana untuk tetap stabil dalam
kondisi fisik dan psikis yang sehat, adanya kapasitas untuk mendapatkan pengalaman
dan emosi positif dan juga resiliensi lebih merupakan bagian dari suatu proses
adaptasi dan dapat ditingkatkan di sepanjang rentang waktu kehidupan.
Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
resiliensi merupakan kemampuan mahasiswa untuk dapat bangkit dan berupaya
menghadapi serta menyelesaikan masalah pada situasi maupun kondisi tersulit untuk
meningkatkan ketahanan dalam diri guna menyelesaikan tugas akhir yang sedang
dikerjakannya.
2.1.2 Aspek-Aspek Resiliensi
Menurut Reivich dan Shatté, (dalam Cintakawati & Masykur, 2013:5)
menyebutkan bahwa resiliensi dibangun dari tujuh kemampuan yang berbeda dan
hampir tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan
tersebut dengan baik yang terdiri dari:
1. Regulasi emosi (Emotional Regulation) adalah suatu kemampuan untuk tetap
tenang di bawah tekanan.
2. Pengendalian Impuls (Impuls Control) adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul
dari dalam diri seseorang.
3. Optimisme (Optimism) mengimplikasikan bahwa individu percaya bahwa ia
dapat menangani masalah-masalah yang muncul di masa yang akan datang.
4. Empati (Emphaty) merepresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-
tanda psikologis dan emosi dari orang lain.
5. Analisis kausal (Causal analysis) merupakan istilah yang digunakan untuk
merujuk pada kemampuan undividu untuk merujuk pada kemampuan individu
untuk secara akurat mengidentifikasi penyebab-penyebab dari permasalahan
mereka.
6. Efikasi diri (Self-efficacy) merupakan keyakinan pada kemampuan diri sendiri
untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif.
7. Reaching Out menggambarkan kemampuan seseorang untuk mencapai
keberhasilan.
Connor dan devan, (dalam Roellyana, 2016:31) menyatakan bahwa resiliensi
terdiri dari lima aspek, yaitu:
1. Kompetensi personal, standar tinggi dan keuletan
2. Kepercayaan pada diri sendiri, toleransi terhadap efek negatif, dan kuat atau
tahan dalam kondisi stres
3. Menerima perubahan secara positif dan dapat membuat hubungan yang aman
dengan orang lain.
4. Pengendalian diri
5. Pengarugh spiritual
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian korelasional dengan
pendekatan kuantitatif. Menurut (Arikunto, 2010:247), penelitian kerelasional merupakan
penelitian yang dimaksutkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara du atau
beberapa bebrapa variabel. Menurut (Azwar, 2010:97) penelitian korelasional bertujuan
untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada
satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi.
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016:16). Variabel dalam penelitian ini
adalah: variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel)
3.2.1 Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predikator. Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Maka dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah kecerdasan emosional (X).
3.2.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebes sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka yang
akan menjadi vaiabel terikat adalah resiliensi (Y).
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Operasional Variabel Penelitian adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan
berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Peneliti
harus memeilih dan menentukan definisi operasonal yang paling relevan bagi variabel
yang diteliti (Azwar, 2012:74). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: kecerdasan emosional dan resiliensi
3.3.1 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenali, memahami,
mengendalikan, menata, dan mengekspresikan perasaan dan tindakan secara benar
dan tepat baik untuk diri sendiri maupun orang-orang sekitar.
3.3.2 Resiliensi
Resiliensi merupakan kemampuan mahasiswa untuk dapat bangkit dan berupaya
menghadapi serta menyelesaikan masalah pada situasi maupun kondisi tersulit untuk
meningkatkan ketahanan dalam diri guna menyelesaikan tugas akhir yang sedang
dikerjakannya.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut Sugyono, (2010:119) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi merupakan
keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik
yang sama (Latipun, 2011:25). Populasi dalam penelitian ini adalah, mahasiswa
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial
3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono, (2016: 119) populasi adalah sebagaian dari populasi sampel
dalam penelitian ini berjumlah 46 orang, yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitan ini menggunakan
menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2016:56). Purposive
Sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu
kriteria tertentu. kriteria yang digunakan dapat berdasarkn pertimbagan tertentu atau
jatah (quota) tertentu (Jogianto, 2008:79). Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu
terdaftar sebagai mahasiswa aktif Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, mahasiswa yang sedang
mengambil program tugas akhir (skripsi) dan mahasiswa yang sedang berada pada
semester VIII, X dan XII.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Skala
Metode pengumpulan data dalam penelitian mempunyai tujuan
mengungkapkan fakta mengenai variabel yang akan di teliti, sehingga perlu
menggunakan metode yang efisien dan akurat. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan mengunakan metode skala pengukuran. Skala pengukuran
merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila
digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitaif, (Sugiyono,
2016:92). Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala.
Sugiyono (2016:193) menjelaskan skla merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada reponden untuk dijawabnya. Penelitian ini menggunakan skala Likert dalam
mengukur kecerdasan emosional dan resiliensi sebagai pedoman untuk mengajukan
pertanyaan atau pernyataan dengan alternatif jawaban yaitu, yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun
pemberian skor dari pertanyaan favorable dan unfavorable dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 3.1 Skala Likert
No Aitem
No Aspek Kecerdasan Emosional Total
Favorabel Unfavorabel
1. Mengenali Emosi Diri
1,3,5 7,9,11 6
2 Mengelola Emosi
2,4,6 8,10,12 6
3 Memotivasi Diri Sendiri
13,15,17 14,16,18 6
4 Mengenali Emosi Orang
Lain 19,21,23 20,22,24 6
5
Membina Hubungan 25,27,29 26,28,30 6
Total 30
No Aitem
No Aspek Resiliensi Total
Favorabel Unfavorabel
1. Regulasi Emosi 1,3 2,4 4
2 Pengendalian Impuls, 5,7 6,8 4
3 Optimisme 9,11 10,12 4
4 Analisis Kausal 17,19 18,20 4
5 Efikasi Diri 21,23 22,24 4
6 Empati, 13,15 14,16 4
7 Reaching Out 25,27,29 26,28,30 6
Total 30
r =
Sumber: Arikunto (2002:146)
Keterangan:
r : Koefisien Korelasi
n : Banyaknya Sampel (Amatan)
x : Skor Item (Pertanyaan)
y : Jumlah Skor Total
Dalam melakukan penguraian validitas, digunakan alat bantu program
komputer SPSS 16.0 for Windows, dan jika suatu alat ukur mempunyai korelasi yang
signifikan antara skor item terhadap skor totalnya maka dikatakan alat ukur tersebut
adalah valid (Ghozali, 2005:67). Jika diperoleh data yang tidak valid, maka data
tersebut akan dikeluarkan dan kemudian dilakukan pengujian ulang dengan metode
yang sama. Pengujian validitas dilakukan sampai semua instrumen penelitian
dinyatakan valid
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut
sudah baik. Dalam aplikasinya, realibilitas dinyatakan oleh koefisien reliable yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tingginya koefisien
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi realibilitas. Realibilitas diukur dengan
menggunakan rumus alpha Cronbarch:
α=
Sumber : Azwar, 2001:78)
Keterangan :
k : Jumlah Instrumen Pertanyaan
∑S1² : Jumlah Varians dari tiap instrument
SX² : Varians Dari Keseluruan Instrument
Tabel 3.3
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Kriteria Koefisien
korelasi
Sangat Reliabel >0,9
Keterangan :
Freg : rasio F regresi
Rkreg : rata-rata kuadrat regresi
Rres : rata-rata kuadrat residu
Keterangan :
rxy : Koefisien Korelasi
∑xi : Skor Total Variabel x
∑yi : Skor Total Variabel y
∑xiyi : Jumlah Perkalian Skor Variabel x Dengan Skor Total Variabel y
∑xi2 : Jumlah dari Kuadrat Nilai X
∑yi2 : Jumlah dari Kuadrat Nilai Y
N : Jumlah Sampel
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Saragih, Handayanita, Jesica & Valentina, Debora, Tience. (2015). Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Aktivis
Organisasi Kemahasiswaan Di Lingkungan Universitas Udayana. Jurnal Psikologi
Udayana.
Fikry, Rijalul, Teuku & Khairani, Maya. (2017). Kecerdasan Emosional Dan Kecemasan
Mahasiswa Bimbingan Skripsi di Universitas Syiah Kuala. Jurnal Konseling
Andi Matappa.
Roellyana, Shahnaz & Listiyandini, Arruum, Ratih. (2016). Peranan Optimis terhadap
Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi. Prosiding
Konferensi Nasional Penelitian Muda Psikologi.
Aziz, Rahmat, & Mangestuti, Retno. (2006). Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Agresivitas pada Mahasiswa Uin
Malang. Jurnal Penelitian dan Pengembangan.
Uyun, Zahrotul. (2012). Resiliensi dalam Pendidikan Karakter. Prosiding Seminar Nasional
Psikologi Islami.
Mufidah, Alaiya, Choiril. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial Terhadap Resiliensi
Pada Mahasiswa Bidikmisi dengan Mediasi Efikasi Diri. Jurnal Sains Psikologi, 6
(2).
Mahesti, R. P. N. Eka & Rustika M. I. (2020). Peran Kecerdasan Emosional dan Efikasi Diri
terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Universitas Udayana yang Sedang Menyusun
Skripsi. Jurnal Psikologi Udayana.
Schneider, T. R., Lyons, J.b., & Khazon, S. 2013. Emotional Intelligence and Resilience.
Personality and Individual Differences, 55 (8).
Schneider, T. R., dkk., (2013). Emotional Intelligence and Resilience. Personality and
Individual Differences, 55 (8).
Gustiana, Rini. (2015). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Resiliensi Pada Penghuni Lapas
di Kelas II A Samarinda. Jurnal Motivasi, 3 (1).
Suwita, Stephanus, Ferri. (2016). Pengembangan Sistem Informasi Tugas Akhir dan Skripsi
(SIMITA) di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Artikel. Program Studi
Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer
Indonesia Bandung
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:PT.
Alfabet
Rani, Abdul, Anita. (2006). Amalan Kecerdasan Emosi Sebagai Pendorong Kecemerlangan
Sahsiah Pelajar Kolej Universiti Kejuruteraan & Teknologi Malaysia (KUKTEM).
Jurnal Persidangan Pembangunan Pelajar.
Magfiroh, Lailatul, Ana., dkk. (2019). Hubungan antara Regulasi Emosi dengan Resiliensi
pada Remaja Binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1a Blitar. Naskah
Prosiding Temilnas XI IPPI, Malang.
Pahlevi , Rizky, Ghifari, & Salve Regina Henny. (2018). Regulasi Emosi dan Resiliensi pada
Mahasiswa Merantau yang Tinggal di Tempat Kos. Jurnal Psikolog. Volume 11
No.2, https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2263
Cintakawati, Riska, Adinda & Masykur, M., Achmad. (2013). Resiliensi pada Wirausahawan
Penyintas Gempa Bumi 27 Mei 2006 di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.
Jurnal Empati.
Marlyn Triyana, Tuti Hardjajani, & Nugraha Arif Karyanta. (2015). Hubungan antara
Resiliensi dan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/49511
Gustiana, R. (2015). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Resiliensi Pada Penghuni Lapas di
Kelas II A Samarinda. Jurnal Motivasi, 3 (1).
Abram D., Marissa & Jacobowitz, William. (2021). Resilience and Burnout In Healthcare
Students and Inpatient Psychiatric Nourse: A Between-Groups Study Of Two
Populations. Journal Homepage. Archives of Psychiatric Nursing 35.