Anda di halaman 1dari 30

I.

Judul : HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN REGULASI

DIRI DENGAN RESILIENSI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN

GEOGRAFI FKIP UNIVERSITAS SYIAH KUALA YANG SEDANG

MENYUSUN SKRIPSI

II. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Salah satu hal yang dilakukan manusia untuk memperoleh

pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan formal. Pendidikan formal adalah

jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Keberhasilan pendidikan akan tercapai apabila ada usaha dan kemauan dari setiap

individu dalam memperbaiki mutu belajarnya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 14 yang

menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi adalah jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program

sarjana, program magister, program doctor, dan program profesi, serta program
spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan

bangsa Indonesia (Undang-Undang 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi).

Dalam dunia perguruan tinggi, mahasiswa akan mempelajari teori-teori dan

menempuh SKS semester demi semester terkait dengan jurusan yang dipilihnya.

Setelah sampai pada tingkat akhir dan telah mencapai jumlah SKS yang dijadikan

prasyarat untuk menempuh ketahapan berikutnya, mahasiswa akan masuk pada tahap

terakhir dalam dunia perkuliahan, yaitu tugas akhir atau yang disebut dengan skripsi.

Begitu pula di Universitas Syiah Kuala, skripsi merupakan tugas akhir atau tugas

karya tulis yang wajib ditempuh dan diselesaikan oleh mahasiswa agar mendapatkan

gelar sarjana.

Penyebab permasalahan resiliensi akademik mahasiswa pendidikan geografi

yaitu dikarenakan mahasiswa kesulitan dalam mengatasi kewajiban akademik,

seperti mengulang mata kuliah yang sulit sehingga menghambat pembuatan tugas

akhir yaitu skripsi. Beberapa mahasiswa disibukkan dengan mengulang mata kuliah

yang menurutnya sulit. Waktu untuk mengulang mata kuliah pun tidak semuanya

bisa dilakukan pada semester selanjutnya, karena tidak semua mata kuliah selalu ada

di tiap semester. Pengulangan mata kuliah ini dapat terjadi karena beberapa hal

diantaranya sering tidak masuk pada jadwal yang ditentukan, tidak membuat dan

mengumpulkan tugas yang diberikan, tidak mengikuti ujian tengah semester (UTS),

dan tidak mengikuti ujian akhir semester (UAS). Pada mahasiswa pendidikan

geografi juga terdapat masalah berupa terlambatnya menyelesaikan mata kuliah

karya tulis ilmiah, pada mata kuliah ini hasil akhirnya berupa karya tulis ilmiah. Pada

mahasiswa dengan ketahanan yang tinggilah yang mampu bertahan menghadapi

kondisi sulit dan terus berusaha menyelesaikan tugas akhirnya.


Beberapa mahasiswa juga disibukkan oleh kegiatan diluar kampus, misalnya

terlibat dalam suatu organisasi, yang dapat menyita waktu. Maka mahasiswa harus

dapat mengatur waktu dengan baik agar kegiatan organisasi dan kegiatan akademik

dapat berjalan dengan baik. Adapula mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, ia juga

harus bias membagi waktu jangan sampai melupakan kewajiban utamanya sebagai

mahasiswa.

Tugas akhir berupa skripsi menjadi penting untuk diperhatikan, selain sebagai

prasyarat kelulusan, hal tersebut membutuhkan kemampuan pengorganisasian diri

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tugas akademik lain. Baik berupa

pengorganisasian waktu, pengaturan diri dan sumber daya lain secara mandiri. Tidak

jarang mahasiswa terbelit dengan persoalan skripsi tersebut, sehingga berakibat pada

lamanya waktu studi.

Dalam menyusun skripsi, mahasiswa tingkat akhir harus dapat menyelesaikan

skripsi dengan baik sesuai dengan tema dan objek penelitiannya. Pada saat proses

penyelesaian skripsi mahasiswa dihadapkan oleh berbagai macam kendala dalam

proses penyelesaian skripsi, sehingga tidak sedikit mahasiswa yang merasa terbebani

dan mengalami berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan

saat penyusunan skripsi sering dirasakan sebagai suatu beban yang berat oleh

mahasiswa, akibatnya kesulitan-kesulitan tersebut berkembang menjadi perasaan

yang negative. Pada akhirnya, perasaan negatif ini dapat menimbulkan suatu

ketegangan, kekhawatiran, stress, rendah diri, frustasi, dan kehilangan motivasi

(Suryadi, 2008 dalam Cahyani, dkk 2017:33).


Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur

kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with

intelligence) menjaga keselarasan emosi dengan pengungkapannya (the

appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,

pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan social. Kecerdasan

emosional ini dimiliki setiap mahasiswa, karena dalam mengatur kemampuan

pengendalian diri dan suasana hatinya, sehingga kecerdasan emosional ini berfungsi

sebagai motivasi diri untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.

Regulasi diri (self regulation) mengacu pada cara orang mengontrol diri dan

mengarahkan tindakan mereka sendiri. (Taylor, dkk 2009 dalam Iswahyudi, dkk

2016:45) . Menurut Handy Susanto (2006:70) berpendapat regulasi diri sangat

penting dalam proses pendidikan. Regulasi diri meliputi kemampuan untuk memulai

mencoba menentukan nilai yang ingin diperoleh, merencakan membuat jadwal,

membagi waktu antara tugas akademik dan bermain, dan mempersiapkan diri dalam

menghadapi ujian.

Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi dan mengatasi serta

merespon secara positif kondisi-kondisi tidak menyenangkan yang tidak dapat

dihindari, dan memanfaatkannya untuk memperkuat diri sehingga mampu berdaptasi

terhadap perubahan, tuntutan, dan kekecewaan yang muncul dalam kehidupan

(Dewi, 2014:43).

Resiliensi akademik adalah kemampuan mahasiswa untuk bertahan pada

kondisi yang sulit, bangkit kembali dari keterpurukan, mengatasi kesulitan, dan

beradaptasi secara positif terhadap tekanan dan tuntutan akademik. Martin dan Marsh
(dalam Hartuti & Mangunsong, 2009), menjelaskan bahwa mahasiswa yang resiliensi

secara akademik adalah mahasiswa yang mampu secara efektif menghadapi empat

keadaan, yaitu kejatuhan (setback), tantangan (challenge), kesulitan (adversity), dan

tekanan (pressure) dalam konteks akademik.

Poetry (2010:3) berpendapat bahwa individu dengan resiliensi yang baik

adalah individu yang optimis, yang percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah

menjadi lebih baik. Pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, resiliensi ini

berfungsi untuk membangkitkan individu ketika sedang mengalami kesulitan.

Kecerdasan emosional dan regulasi diri merupakan dua hal berkaitan

terhadap resiliensi akademik mahasiswa. Karena mahasiswa yang memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi, artinya ia cenderung memiliki pengendalian diri,

selain itu ia juga mampu untuk membaca situasi sehingga ia dapat mengelola emosi

dirinya dan memotivasi dirinya untuk memutuskan suatu hal atau menyelesaikan

tugasnya dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk

menyelesaikan tugasnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perlu adanya

regulasi diri, yaitu kemampuan pengaturan diri, dengan adanya pengaturan diri pada

mahasiswa ia mampu dalam mengelola secara efektif kegiatannya.

Selain itu di dalam diri mahasiswa perlu adanya resiliensi yang disebut juga

daya tangguh, artinya mahasiswa dituntut untuk bisa bertahan, mengatasi bahkan

berkembang di tengah kesulitan. Karena dalam menempuh pendidikan tinggi,

mahasiswa tentunya selalu menemukan kesulitan-kesulitan, setiap mahasiswa

memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengatasi kesulitannya dalam perkuliahan.


Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

kecerdasan emosional dan regulasi diri terhadap resiliensi mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahesti dan

Rustika (2020:59), kecerdasan emosional berperan dalam meningkatkan taraf

resiliensi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, mahasiswa yang memiliki taraf

kecerdasan emosi yang tinggi akan lebih mampu mengarahkan gejolak emosinya

menjadi motivasi untuk berprestasi, sebaliknya mahasiswa dengan taraf kecerdasan

emosional yang rendah maka mahasiswa tersebut tidak mampu bersikap tenang dan

tidak jernih dalam melihat suatu permasalahan dan tidak terarah dalam menggunakan

potensi yang ada dalam dirinya.

Hasil penelitan selanjutnya dilakukan oleh Handy Susanto (2006:70),

menyebutkan bahwa regulasi diri mempengaruhi seseorang dalam menyelesaikan

proses pendidikannya. Kemampuan regulasi diri meliputi kemampuan individu

dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dan kemampuan untuk membagi

waktu antara belajar dan kegiatan lain. Selain itu termasuk pula kemampuan untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian. Oleh karena itu, apabila kemampuan

regulasi diri dalam diri tidak berkembang dengan optimal maka tujuan yang ingin

dicapai tidak dapat dicapai dengan optimal. Begitu juga sebaliknya, apabila regulasi

diri dapat berkembang dengan optimal maka tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

optimal.

Kemudian menurut hasil penelitian Masril (2011:3) mengungkapkan

fenomen-fenomena seperti mengerjakan tugas tidak tepat waktu dan terlambat dalam

kegiatan akademik dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. faktor yang
berasal dari dalam diri diasumsikan terkait rendahnya kemampuan regulasi diri

mahasiswa.

Penelitian ini penting dilakukan karena terdapat mahasiswa yang kurang

memiliki kemampuan untuk bertahan pada kondisi yang sulit berupa menyelesaikan

kewajiban akademik dan bangkit untuk mengatasi kesulitannya. Oleh karena itu,

berdasarkan latar belakang masalah di atas, akan meneliti lebih lanjut hubungan

kecerdasan emosional dan regulasi diri dengan resiliensi akademik mahasiswa

pendidikan geografi fkip universitas syiah kuala yang sedang menyusun skripsi.

III. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah terdapat hubungan antara

kecerdasan emosional dan regulasi diri dengan resiliensi akademik mahasiswa

jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Syiah Kuala yang Sedang Menyusun

Skripsi.

IV. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan

emosional dan regulasi diri dengan resiliensi akademik mahasiswa jurusan

Pendidikan Geografi FKIP Universitas Syiah Kuala yang Sedang Menyusun Skripsi

V. Manfaat Penelitian

5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pendidikan

geografi memahami hubungan antara kecerdasan emosional dan regulasi diri dengan
resiliensi akademik mahasiswa jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Syiah

Kuala dan menjadi referensi yang relevan bagi penelitian di masa yang akan datang.

5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi jurusan, diharapkan penelitian ini dapat membantu jurusan dalam

menciptakan rancangan program untuk mengembangkan kecerdasan

emosional mahasiswa dan regulasi diri mahasiswa.

b. Bagi mahasiswa, diharapkan penelitian ini mampu memberikan referensi

dalam penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

VI. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bermakna batasan subjek yang akan diteliti. Dalam pengertian

ini, ruang lingkup dapat berupa batasan masalah yang diangkat dan jumlah subjek

yang diteliti serta materi yang akan dibahas dan variabel-variabel yang akan diteliti

(Sitirahmawati, 2014). Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hubungan

kecerdasan emosional dan regulasi diri dengan resiliensi akademik mahasiswa

terbatas pendidikan geografi FKIP universitas syiah kuala yang sedang menyusun

skripsi.

VII. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik dengan data

(Sugiyono, 2015 : 96).

Hipotesis dalam penelitian ini, adalah terdapat hubungan antara kecerdasan

emosional dan regulasi diri dengan resiliensi mahasiswa pendidikan geografi FKIP

universitas syiah kuala angkatan 2016-2018.

VIII. Definisi Operasional

Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami dan menafsirkan

beberapa istilah yang sulit di dalam penelitian ini, maka penulis memberikan

beberapa batasan istilah-istilah berikut :

1. Hubungan atau Korelasi adalah salah satu bagian penelitian ex-postfacto

karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan

langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang

direfleksikan dalam koefisien korelasi. (Gay dalam Sukardi, 2008:166)

2. Kecerdasan emosional adalah kemampuan memantau perasaan sendiri dan

perasaan orang lain serta menggunakan informasi yang ada untuk

mengarahkan pikiran dan tindakan (Goleman, 2001 dalam Kadili 2018:23).

3. Regulasi diri adalah usaha sadar dan aktif mengintervensi untuk mengontrol

pemikiran, reaksi, dan perilaku kita. (Taylor, dkk 2009:133 dalam

Wicaksana, 2014).

4. Resiliensi Akademik adalah ketangguhan seseorang dalam menghadapi

berbagai tugas akademik dalam lingkungan pendidikan (Tumanggor, 2015

dalam Harahap, dkk 2020:242)


IX. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu digram yang mendeskripsikan secara

singkat alur logika peneliti dalam menentukan indikator dan variabel dalam

penelitian yang akan dilakukan. Kerangka pemikiran tentang hubungan kecerdasan

emosional dan regulasi diri dengan resiliensi mahasiswa pendidikan geografi FKIP

universitas syiah kualayang sedang menyusun skripsi. Kerangka pemikiran penelitian

dapat dilihat pada gambar 1. :

Kecerdasan Emosional

Resiliensi Akademik
Mahasiswa

Regulasi Diri

Gambar 1. Kerangka Berpikir

X. Kajian Teoritis

10.1 Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan

memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur

suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama (Goleman, 2000

dalam Hulu, dkk 2013:52).

Goleman 2001 (dalam Kadili, 2018) menyebutkan kecerdasan emosional

merupakan kemampuan memantau perasaan sendiri dan perasaan orang lain serta

menggunakan informasi yang ada untuk mengarahkan pikiran dan tindakan.

Kecerdasan emosional tidak hanya berfungsi untuk mengendalikan diri, tetapi lebih
dari itu juga, mencerminkan dalam mengelola ide, konsep, karya atau produk

sehingga hal itu menjadi minat bagi orang yang banyak (Suharsono 2004 : 120 dalam

Handayani, 2014 : 12).

Beberapa ahli yang lain seperti Patton (dalam Saam dan Mulyani 2012)

mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah menggunakan emosi secara efektif

untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif, dan mencapai keberhasilan

di tempat kerja.

Definisi yang dikemukakan oleh Patton lebih luas karena menghubungkan

kecerdasan emosi dengan keberhasilan dan produktivitas kerja. Kecerdasan

emosional bukan merupakan factor genetik yang tidak dapat berubah melainkan

dapat dikembangkan dengan kesungguhan, latihan, pengetahuan dan kemauan.

Daniel Goleman dalam Handayani (2014 : 15) mengklasifikan kecerdasan

emosional mengadaptasi pandangan Solevay, adapun aspek-aspek kecerdasan

emosional sebagai berikut :

a. Mengenali emosi diri-kesadaran diri (knowing one’s emotions self-


awareness), yaitu mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu saat
dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki tolak ukur realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang
kuat. Kesadaran diri memungkinkan pikiran rasional memberikan informasi
penting untuk menyingkirkan suasana hati yang tidak menyenangkan. Pada
saat yang sama, kesadaran diri dapat membantu mengelola diri sendiri dan
hubungan antar personal serta menyadari emosi dan pikiran sendiri. Semakin
tinggi kesadaran diri, semakin pandai dalam menangani perilaku negatif diri
sendiri.
b. Mengelola emosi (managing emotions), yaitu menangani emosi sendiri agar
berdampak positif bagi pelaksaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup
menunda kenikmatan sebelum tercapainya satu tujuan, serta mampu
menetralisasi tekanan emosi. Orang yang memiliki kecerdasan emosional
adalah orang yang mampu menguasai, mengelolah dan mengarahkan
emosinya dengan baik. Pengendalian emosi tidak hanya berarti meredam rasa
tertekan atau menahan gejolak emosi, melainkan juga bisa berarti dengan
sengaja menghayati suatu emosi, termasuk emosi yang tidak menyenangkan.
c. Motivasi diri (motivating oneself), yaitu menggunakan hasrat yang paling
dalam untuk menggerakkan dan menuntun manusia menuju sasaran,
membantu mengambil insiatif dan bertindak sangat efektif serta bertahan
menghadapi kegagalan dan frustasi. Kunci motivasi adalah memanfaatkan
emosi, sehingga dapat mendukung kesuksesan hidup seseorang. Ini berarti
bahwa antara motivasi dan emosi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Peranan (emosi) menentukan tindakan seseorang dan sebaliknya perilaku
sering kali menentukan bagaimana emosinya. Bahkan menurut Goleman,
motivasi dan emosi pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama
menggerakkan. Motivasi menggerakkan manusia untuk meraih sasaran,
emosi menjadi bahan bakar untuk memotivasi, dan motivasi pada gilirannya
menggerakkan persepsi dan membentuk tindakan-tindakan.
d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in other) – empati, yaitu
kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu
memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan orang banyak atau masyarakat. Hal ini berarti
orang yang memiliki kecerdasan emosional ditandai dengan kemampuannya
untuk memahami perasaan atau emosi orang lain. Emosi jarang diungkapkan
melalui kata-kata, melainkan lebih sering diungkapnya melalui pesan
nonverbal, ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya. Kemampuan
mengindra, memahami dan membaca perasaan atau emosi orang lain melalui
pesan-pesan nonverbal ini merupakan intisari dari empati.
e. Membina hubungan (handling relationships), yaitu kemampuan
mengendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan
dengan orang lain, cermat membaca situasi dan jaringan social, berinteraksi
dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar
manusia.

10.2 Regulasi Diri

Regulasi diri dalam bahasa inggris adalah self regulation. Self artinya diri dan

regulation adalah terkelola. Albert Bandura menyatakan tentang konsep regulasi diri

bahwa individu tidak dapat secara efektif beradaptasi terhadap lingkungannya selama

dapat mampu membuat kemampuan control pada proses psikologi dan perilakunya

(Ghufron, 2014 dalam Lukmawati dkk, 2016 : 67)

Regulasi diri adalah sebuah situasi belajar dimana mahasiswa memiliki

kontrol terhadap proses pembelajaran tersebut melalui pengetahuan dan penerapan

strategi yang sesuai, pemahaman terhadap tugas-tugasnya, penguatan dalam


pengambilan keputusan dan motivasi belajar. Pintrich (2004) , memandang bahwa

pengaturan diri dapat memonitoring mahasiswa untuk mengendalikan dan mangatur

kegiatan kognitif dan perilaku mereka sendiri. Mahasiswa yang memiliki

kemampuan meregulasi diri menunjukkan karakteristik mengatur tujuan belajar

untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan

emosi sehingga tidak menganggu kegiatan pembelajarn (Santrock, 2005 dalam

Septian, 2018 : 10)

Zimmerman (Rozali, 2014 dalam Yuliansyah, 2018 : 18) menyebutkan ada

tiga aspek dalam regulasi diri, yaitu :

a. Metakognisi merupakan kemampuan dalam mengatur kognisi seperti


memonitoring diri sendiri, merencanakan dan menentukan tujuan serta
evaluasi diri sebagai kebutuhan selama proses perilakunya. Individu yang
memiliki regulasi diri akan selalu melakukan evaluasi terhadap segala hal
yang dilakukannya sekarang untuk perbaikan dalam menghadapi masa
depannya.
b. Motivasi dalam regulasi diri diartikan sebagai kemampuan dalam
mengobservasi diri sendiri, mengatur dan memperbaiki kondisi motivasi
dalam dirinya sehingga memiliki tingkat keyakinan terhadap kemampuan
yang ada pada dirinya. Individu dengan regulasi diri yang baik senantiasa
yakin atau percaya terhadap kemampuan dirinya dan akan selalu berusaha
meningkatkan motivasi didalam diri sendiri maupun didalam kondisi
apapun.
c. Perilaku merupakan kemampuan dalam mengatur diri, menciptakan
lingkungan yang mendukung aktifitasnya sehingga muncul interaksi dan
kebiasaan.

10.3 Resiliensi Akademik

Resiliensi didefinisikan oleh Connor dan Davidson dalam Hamidi (2017:5)

sebagai kualitas pribadi (personal qualities) yang memberikan kemampuan bagi

individu untuk menghadapi kesulitan dalam hidup. Dalam definisi yang lain,

menurut Revicih dan Shatte dalam Hamidi (2017:5) sebagai kemampuan untuk
mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi

dalam kehidupan.

Resiliensi akademik didefinisikan sebagai proses dinamis, di mana seseorang

menunjukkan perilaku adaptif saat ia dihadapkan pada persoalan dan mengarah pada

kemampuan yang mungkin dimilikinya untuk menghadapi peristiwa yang buruk dan

mendapatkan kemampuan baru dari proses menghadapi tantangan dan kesulitan

dalam akademik (Rojas, 2015 dalam Hendriansyah, dkk 2020:185). Hal ini dikuatkan

oleh pendapat Cassidy yang menyatakan resiliensi akademik merupakan proses

individu yang memiliki kemampuan untuk berhasil dalam berdaptasi di bawah

tekanan akademik. Mahasiswa harus memiliki ketangguhan dalam menghadapi

permasalahan akademik agar dapat bertahan menjali kehidupan pendidikan di

perguruan tinggi.

Mahasiswa yang memiliki resiliensi akademik yang baik, tidak akan mudah

putus asa dalam menghadapi kesulitan akademik. Malah sebaliknya, dia akan selalu

optimis, berpikir positif dan mampu keluar dari masalah. Resiliensi akademik

merupakan resiliensi dalam proses belajar, yaknik sebuah proses dinamis yang

mencerminkan kekuatan dan ketangguhan seseorang untuk bangkit dari pengalaman

emosional negative, saat menghadapi situasi sulit yang menekan atau mengandung

hambatan signifikan dalam aktivitas belajar yang dilakukan (Hendriani, 2017 dalam

Harahap, dkk 2020:242)

Menurut Cassidy dalam Shinta (2021:31) resiliensi akademik terbagi ke

dalam 3 aspek pembentuk, yaitu :

a. Ketekunan (perseverance)
Ketekunan (perseverance) adalah sebuha predictor untuk mengakomodasi
perilaku yang mencerminkan ketahanan seseorang dalam menghadapi proses
kehidupan. Cassidy (2016) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
ketekunan adalah dia yang mampu untuk tetap berjuang meskipun
mengahadapi kesulitan, menerapkan kedisiplinan dalam diri, mampu
mengontrol diri sendiri, ulet memiliki orientasi tujuan sehingga mampu
membuat strategi yang efektif ketika menghadapi kesulitan.
b. Mencari bantuan adaptif (reflecting and adaptive help-seeking)
Cassidy (2016) menyatakan bahwa refleksi diri adalah factor penting ketika
seseorang menghadapi kesulitan, ketika mengetahui kelebihan dan kelemahan
dirinya, serta mampu mengakomodasi strategi yang efektif untuk
menghadapinya maka besar peluang kesuksesan untuk menghadapi kesulitan
akademik. Ada pula menurut Newman (dalam Cassidy 2016) factor yang juga
menghubungkan individu dengan lingkungan emosional yaitu dengan
mencari bantuan untuk meningkatkan adaptibilitas seseorang dalam
menghadapi kesulitan. Seseorang yang sadar akan kelebihan dan
kekurangannya, akan mengetahui bantuan apa yang dibutuhkan, siapa yang
dapat membantunya, dan sejauh apa ia membutuhkan bantuan sebagai bentuk
implementasi kemandirian.
c. Pengaruh negative dan respon emosional (negative affect and emotional
response)
Afeksi negative dan respon emosional merupakan kemampuan individu untuk
mengelola emosi negative. Seseorang yang mengembangkan kemampuan
untuk merespon suatu kondisi sulit dengan emosi yang positif akan
mengahasilkan output yang baik pula, karena ia tidak menyikapinya dengan
respon negative yang berpengaruh pada efek psikologis yang kurang adaptif
pula (Cassidy, 2016)

10.4 Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar serta terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu

perguruan tinggi baik akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute dan universitas

(Hartaji dalam Kadili, 2018 : 30)

Mahasiswa sebagai seorang pelajar memiliki tuntutan untuk dapat

mengembangkan diri dengan optimal dalam berbagai masalah serta mampu

mengatasinya. Dalam perguruan tinggi, untuk menyelesaikan studinya mahasiswa


wajib menyelesaikan sebuah karya ilmiah atau skripsi sebagai bagian akhir

pendidikan akademisnya sehingga memperoleh gelar sarjana.

Skripsi adalah syarat wajib untuk mahasiswa meraih gelar sarjana. Skripsi

merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana pada akhir

masa studinya berdasarkan hasil penelitian, atau kajian kepustakaan, atau

pengembangan terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama (Darmono

dan Hasan, 2005 : 1)

XI. Metode Penelitian

Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variable-variabel sebagai objek

penelitian, dan variable-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk

operasionalisasi dari masing-masing variable. Reliabilitas dan validitas m,erupakan

syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini, karena kedua

elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil pennelitian dan kemampuan

replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Tujuan akhir yang

ingin dicapai dalam melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif adalah menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan dan

pengaruh serta perbandingan antarvariabel, memberikan deskripsi statistic, menafsir

dan meramalkan hasilnya. (Siregar, 2020:30)

Metode penelitian ini termasuk kedalam jenis metode penelitian korelasi

yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua

variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga

tidak terdapat manipulasi variabel (Tersiana, 2018:124)


Pada penelitian kali ini digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara

kecerdasan emosional dan regulasi diri dengan resiliensi akademik mahasiswa

jurusan pendidikan geografi fkip universitas syiah kuala yang sedang menyusun

skripsi.

11.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Waktu

penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2023.

11.2 Populasi dan Sampel Penelitian

11.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penelitian untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:61). Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa jurusan pendidikan geografi fkip universitas syiah kuala yang sedang

menyusun skripsi, namun populasi yang peneliti gunakan yaitu pada mahasiswa

pendidikan geografi angkatan 2016, 2017 dan 2018.

Tabel 1. Populasi Penelitian

No. Angkatan Jumlah Mahasiswa


1. 2016 6
2. 2017 25
3 2018 32
Jumlah 63
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa jumlah mahasiswa angkatan 2016

yang sedang menyusun skripsi terdiri dari 6 mahasiswa dan mahasiswa angkatan

2017 terdiri dari 25 mahasiswa, dan mahasiswa angkatan 2018 terdiri dari 32

sehingga total populasi mahasiswa jurusan pendidikan geografi fkip universitas syiah

kuala angkatan 2016-2018 adalah 63 mahasiswa.

11.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2015:62). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara

tertentu lalu kemudian data sampel diolah hingga pada akhirnya mampu

merefleksikan keadaan populasi yang ada. Menurut Arikunto (Hobsi, 2019:153) jika

jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara

keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka dapat diambil

10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.

11.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket. Angket yang

digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional, regulasi diri dan resiliensi

akademik. Sebelum angket disebarkan ke responden, angket yang digunakan harus

diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu agar angket tersebut sudah layak

untuk digunakan.

11.3.1 Angket (Kuesioner)


Penelitian ini menggunakan angket sebagai instrument penelitian atau alat

ukur penelitian. Sugiyono (2020:142) menyatakan bahwa “Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Jadi

angket disini adalah daftar pertanyaan tentang hubungan kecerdasan emosional dan

regulasi diri dengan resiliensi akademik mahasiswa pendidikan geografi fkip

universitas syiah kuala yang sedang menyusun skripsi.

Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup yaitu angket yang telah

dilengkapi dengan pilihan jawaban sehingga siswa hanya diberi tanda pada jawaban

yang dipilih. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Likert.

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kecerdasan Emosional

Variabel Aspek Indikator


Kecerdasan Mengenali emosi 1. Mengenali perasaan diri
Emosional diri 2. Mengendalikan emosi
Mengelola emosi 1. Menangani perasaan agar dapat
terungkap dengan tepat
2. Mampu melepaskan diri dari emosi
negative
Memotivasi diri 1. Menata emosi untuk mendorong diri
sendiri sendiri mencapai tujuan
2. Memiliki sikap optimis dalam
mengatasi masalah
Mengenali emosi 1. Peka terhadap perasaan orang lain
orang lain 2. Menangkap sinyal-sinyal social yang
dibutuhkan orang lain
3. Mampu menerima sudut pandang
orang lain
Membina hubungan 1. Memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
2. Mampu bekerja sama dengan orang
lain
Sumber :Wibawa (2013:33)

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Regulasi Diri


Variabel Aspek Indikator
Regulasi Diri Metakognitif 1. Mengkoordinasi diri sendiri
2. Mempersiapkan
3. Menata dan mengatur
4. Mengawasi aktifitas mencapai
tujuan
5. Mengadakan evaluasi
Motivasi 1. Mempergerak tubuh
2. Memberi arahan
3. Menopang aktifitas agar
mencapai tujuan
Perilaku 1. Mengkoordinasi dan meregulasi
(behavior) usaha agar mencapai tujuan
2. Mengelola waktu untuk mencapai
tujuan
3. Mencari bantuan
Sumber : Rizki dan Umayyah (2021:141)

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Resiliensi Akademik

Variabel Aspek Indikator


Resiliensi Ketekunan 1. Individu yang mampu bekerja
Akademik (perseverance) keras
2. Memiliki sifat tidak mudah
menyerah
3. Focus pada proses dan tujuan
4. Memiliki kegigihan dalam
menghadapi kesulitan
Mencari bantuan 1. Mapu merefleksikan kekuatan
adaptif (reflecting dan kelemahan yang dimilikinya
and adaptive help- 2. Mencari bantuan berupa
seeking) dukungan dari orang lain
Pengaruh negative 1. Kemampuan individu untuk
dan respon mengelola emosi negatif
emosional (negative
affect and emotional
response)
Sumber : Shinta (2021:31)

11.4.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi

dan sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang valid
(Riduwan dan Sunarto, 2017:348). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,

2020:121). Uji validitas instrument penelitian ini menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

rxy=n ∑ X i Y i−¿ ¿ ¿ (Sugiyono, 2015:228)

Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Responden
∑ X i Y i = Jumlah Perkalian antara skor X dan Y
∑ Xi = Jumlah skor butir soal
∑Yi = Jumlah skor total
∑ X 2i = Jumlah kuadrat dari butir soal
∑ Y 2i = Jumlah kuadrat dari skor total

Kriteria pengujian jika nilai rhitung lebih besar atau sama dengan dari nilai rtabel

(rhitung ≥ rtabel), maka butir soal tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung

lebih kecil dari nilai rtabel (rhitung < rtabel), maka butir soal tersebut dinyatakan tidak

valid. (Sugiyono, 2015:134).

11.4.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merupakan tingkat ketepatan suatu instrument untuk mengukur

apa yang harus diukur. Ujia reliabilitas pada instrument penelitian ini menggunakan

pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencoba

instrument sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan terkenik

tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabiltas instrument


(Sugiyono, 2015:359). Pengujian reliabilitas ini dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus KR-21 yaitu :

r₁=
k
(k −1)
1−{M (k−M )
k sₜ ² } (Sugiyono, 2015:361)

Keterangan :
K = Jumlah item dalam instrument
M = mean skor total
sₜ² = varians total

Instrumen dikatakan reliabel jika rhitung lebih besar dari nilai rtabel (rh > 0,6) dan

sebaliknya jika rhitung lebih kecil atau sama dengan dari rtabel instrumen dikatakan tidak

reliabel (rhitung ≤ 0,6) (Siregar, 2020:90).

11.5 Teknik Pengolahan Data

11.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji tahap awal dalam uji prasyarat analisis.

Tujuan dilakukan uji normalitas terhadap serangkaian data dari tiap-tiap variabel

adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.

Apabila data tersebut berdistribusi normal, maka dapat digunakan analisis statistik

parametrik. Pengujian normalitas dari data-data setiap variabel berdasarkan

perbandingan X2hitung dan X2tabel. Rumus yang digunakan dalam tahap uji normalitas

ini adalah rumus Chi-Kuadrat sebagai berikut:


k
(fo−fh)2
χ =∑
2
(Sugiyono,2015:107)
i=1 fh

Dimana :
2
χ = Chi-Kuadrat yang dicari
fo = Frekuensi dari hasil pengamatan
fh = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian yaitu terima Ho dan tolak Ha apabila χ 2hitung < χ 2tabel yang

berarti distribusi data dinyatakan normal, sebaliknya terima Ha dan tolak Ho apabila
2
χ hitung ≥ χ 2tabel yang berarti distribusi data dinyatakan tidak normal (Sugiyono,

2015:109).

11.5.1.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok data yang

diteliti tersebut bervariasi sama atau tidak. Antara kelompok data dengan kelompok

lainnya, variansnya bisa saja sama (homogen) atau tidak sama (tidak homogen).

Metode yang digunakan dalam melakukan uji homogenitas ini adalah metode varian

terbesar dibandingkan dengan varian terkecil dengan menggunakan rumus fisher

sebagai berikut:

varians terbesar
F= (Sugiyono. 2015:140)
varians terkecil

Hipotesis dalam uji homogenitas yaitu:

Ho : Tidak ada perbedaan nilai varian dari beberapa kelompok data

Ha : Ada perbedaan nilai varian dari beberapa kelompok data

Apabila nilai Fhitung ≤ Ftabel, maka terima Ho dan tolak Ha yang berarti varian

data homogen, sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka varian data tidak homogen, dengan

taraf signifikan 5%, dk penyebut = n-1 dan dk pembilang = n-1 (Sugiyono.

2015:141)

11.5.1.3 Uji Linieritas


Uji linieritas merupakan uji tahap akhir dalam uji prasyarat analisis. Tujuan

dilakukan uji linieritas adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan linier

antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Untuk menguji linieritas variabel

X dan variabel Y dapat dilakukan dengan rumus berikut:

RJK reg(b / a)
F hitung =
RJK res

Ftabel = F{(1-a)(dk reg[b/a],(dk res)} (Siregar, 2020:180)

Keterangan:
RJKreg(b/a) = Rata-rata kuadrat regresi
RJKres = Rata-rata kuadrat residu

Kriteria uji linieritas dengan taraf signifikan yang digunakan 5% adalah jika

nilai Fhitung > Ftabel maka tolak Ho yang artinya hubungan antar variabel adalah berpola

linier. Sebaliknya jika nilai Fhitung ≤ Ftabel maka terima Ho yang artinya hubungan antar

variabel adalah tidak berpola linier (Siregar, 2020:179).

11.5.2 Teknik Analisis Data

11.5.2.1 Regresi Ganda

Analisis regresi ganda merupakan suatu alat analisis peramalan nilai

pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan

ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas

atau lebih dengan satu variabel terikat (Riduwan dan Sunarto, 2017:108). Rumus

regresi ganda yang digunakan pada dua variabel bebas adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 (Riduwan dan Sunarto, 2017:108)


Keterangan:
Y = variabel terikat
X1 = variabel bebas 1 (efikasi diri)
X2 = variabel bebas 2 (konformitas teman sebaya)
a = konstanta (nilai Y jika X = 0)
b1 & b2 = koefisien regresi variabel X

11.5.2.2 Korelasi Ganda

Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya

hubungan antar dua variabel independen secara bersama-sama atau dengan satu

variabel dependen (Sugiyono, 2016:231-233). Pada penelitian ini untuk menghitung

korelasi ganda yakni menggunakan rumus Product Moment dari Pearson :


2 2
r y x + r y x + 2r y x r y x r x x
R y x 1 x 2= 1 2 1 2 1 2
(Sugiyono, 2015: 233)
1−r x x 1 2

Keterangan :
R y x 1 x 2 : Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan
variabel Y
r yx 1
: Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
r yx 2
: Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
rx 1 x2 : Product Moment antara X1 dengan X2
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya nilai korelasi digunakan angka

yang menyatakan besar kecilnya hubungan (korelasi) disebut koefisien korelasi (r),

yang dapat bergerak antara -1 dan 1. Apabila r = -1 artinya korelasi negatif

sempurna, apabila r = 1 artinya korelasi positif sempurna. Untuk dapat memberikan

penafsiran terhadap koefisien yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat

berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 5. Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40- 0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1.000 Sangat Kuat
(Sumber : Sugiyono, 2015:231)

11.5.2.3 Koefisien Determinasi

Siregar (2020:338) mengemukakan koefisien determinasi (KD) adalah

angka yang menyatakan atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau

sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap

variabel Y (terikat). Untuk mencari nilai koefisien determinasi dapat menggunakan

rumus berikut:

KP = r² x 100% (Siregar, 2020:81)

Keterangan:
KP : Nilai Koefisien determinan
r² : Nilai koefisien korelasi

11.5.2.4 Uji Signifikansi

Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui kebenaran hubungan variabel

bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat dalam suatu penelitian. Adapun

rumus yang digunakan untuk uji signifikansi adalah sebagai berikut:

R ²/ K
Fh = 2 (Sugiyono, 2015:235)
(1−R )/( n−k−1)

Keterangan :
F h = Fhitung
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel

Kriteria yang hendak dibuktikan adalah :

Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan regulasi

diri dengan resiliensi akademik mahasiswa pendidikan geografi fkip universitas

syiah kuala yang sedang menyusun skripsi


Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan regulasi

diri dengan resiliensi akademik mahasiswa pendidikan geografi fkip universitas

syiah kuala yang sedang menyusun skripsi

Kaidah pengambilan keputusan pada taraf signifikansi 5% dan dk = n-1 jika

Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

kecerdasan emosional dan regulasi diri dengan resiliensi akademik mahasiswa

pendidikan geografi fkip universitas syiah kualayang sedang menyusun skripsi.

Sebaliknya jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara ketiga variabel tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Y. E., & Akmal, S. Z. (2017). Peranan Spiritualitas Terhadap Resiliensi


pada Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi (Vol. 2). Fakultas
Psikologi Universitas YARSI.
Darmono, A & Hasan, A. (2005). Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester.
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Dewi, A. M. (2014) . Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Peningkatan
Resiliensi Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Vol.2,
No.1 Oktober 2014.
Hamidi, Reyza. (2017). Hubungan Optimisme dan Resiliensi pada Mahasiswa yang
Menempuh Skripsi. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.

Handayani, Raysa. (2014). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan


Resiliensi pada Siswa Akselerasi. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Hartuti & Mangunsong, F.M. (2009). Pengaruh faktor-faktor protektif internal dan
eksternal pada resiliensi akademis siswa penerima bantuan khusus murid
miskin (BKMM) di SMA Negeri di Depok. Jurnal Psikologi Indonesia, 6(2),
107-119.

Harahap, A. C., Harahap, D. P., & Harahap, S. R. (2020). Gambaran Resiliensi


Akademik Mahasiswa pada Masa Pandemi Covid-19. Al-Irsyad : Jurnal
Pendidikan dan Konseling.

Hulu, T., & Minauli, I. (2013). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Efikasi Diri
dengan Prestasi Belajar. Medan: Program Studi Magister Psikologi
Universitas Medan Area.
Indrawati, E. S., & Sari, P. K. (2016). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman
Sebaya dan Resiliensi Akademik pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan X
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Jurnal Empati, april 2016.

Iswahyudi, A., & Mahmudi, I. (2016). Pengaruh Mengikuti Orgamawa dan Regulasi
Diri terhadap Prokrastinasi Mahasiswa dalam Menyelesaikan Skripsi di
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun Tahun Akademik 2015/2016.
Jurnal Ilmiah Counsellia, Vol.6, No.2, Hal.41-55.
Kadili, N. D. (2018). Kecerdasan Emosional dan Problem Focused pada Mahasiswa
yang Sedang Menyusun Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Mahesti, N. R., & Rustika, I. M. (2020). Peranan Kecerdasan Emosional dan Efikasi
Diri terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Universitas Udayana yang Sedang
Menyusun Skripsi. Jurnal PSikologi Udayana, Vol.7, No. 2, Hal. 53-65.
Masril. (2011). Konseling Regulasi-Diri Berbasis Teori Pilihan. Prosiding, Seminar
dan Workshop Internasional. Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulhamah, I. U. (2016). Pengaruh Regulasi Diri (Metakognisi, Motivasi dan
Perilaku) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. Surabaya.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta : Erlangga.
Poetry, R. V. (2010). Resiliensi pada Mahasiswa Baru Penyandang Cerebral Palsy
(CP). Skripsi. Universitas Brawijaya.
Riduwan, Sunarto. (2017). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan : Sosial,
Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung:Alfabeta
Rizki, A., & Umayyah, U. 2021. Analisis Pengukuran Regulasi Diri. Surabaya. UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Roellyana, S., & Listyandini, R. A. (2016). Peranan Optimisme terhadap Resiliensi
pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi. Vol. 1 No.1 , Hal.
29-37.
Septian, Fitra. (2018). Hubungan Harga Diri dan Regulasi Diri dengan Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. Tesis. Universitas Muhammadiyah Malang

Shinta, Dewi. 2021. Hubungan Resiliensi Akademik dan Dukungan Sosial Dengan
Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Angkatan 2015 dan 2016 Fakultas
Psikologi Universitas Medan Area. Tesis. Universitas Medan Area

Sugiyono. 2020. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R & D. Bandung. Alfabeta

Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Peneltian. Bandung. Alfabeta

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Susanto, H. (2006). Mengembangkan Kemampuan Regulasi Diri untuk


Meningkatkan Keberhasilan Akademik Siswa. Nomor. 7 ,Tahun 5, Hal.64-71.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 14 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Undang-Undang 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.


Wibawa, I.S. (2013). Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Olahraga dan yang Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler
Olahraga di SMK PGRi Sentolo. Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Wicaksana, B. (2014). Hubungan Antara Regulasi Diri dengan Prokrastinasi Tugas


Akhir pada Mahasiswa Prodi UBK UNY. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Wijaya, H. E., & Nashori, F. (2015). Efektivitas Pelatihan Regulasi Diri untuk
Menurunkan Prokrastinasi Mahasiswa dalam Mengerjakan Skripsi. Jurnal
Intervensi Psikologi, Vol.7, No.1, Hal.79-96. Yogyakarta. Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.
Yuliansyah, Reza. (2018). Hubungan Antara Regulasi Diri dan Dukungan Sosial
dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi dan Fakultas Teknologi Industri UNISSULA. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Anda mungkin juga menyukai