Anda di halaman 1dari 6

Stress Akulturatif : Mampukah Mahasiswa Bertahan Dan Mendapat Pengalaman

Belajar Di Perantauan?
Oleh:
Nadiya Andromeda. S.Psi., M.Psi.
Dosen Psikologi
Universitas Wisnuwardhana Malang
Email: nadiya@wisnuwardhana.ac.id

Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, pada
saat individu memasuki bangku perkuliahan. Permasalahan mahasiswa baru saat memasuki masa
perkuliahan bervariasi, mulai dari permasalahan yang sifatnya pribadi, permasalahan akademik atau
pun permasalahan relasi interpersonal. Seseorang akan mempersiapkan dirinya untuk bertemu
dengan orang-orang baru, antualisme untuk belajar agar menuai kesuksesan dalam lingkungannya
yang baru. Akhirnya mahasiswa tersebut terhadap lingkungan barunya mengalami ketidaknyamanan
sehingga membuatnya tidak lagi ingin melanjutkan kuliahnya (Schwartz, 2013).

Hasil penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga menunjukkan, mereka
butuh waktu enam bulan untuk beradaptasi. Notabene, mereka adalah mahsiswa yang berasaldari
budaya yag tidak jauh berbeda, dan golongan tingkat status sosio ekonomi dan Pendidikan hamper
sama. Memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa berada pada tahap remaja akhir dan memasuki
dewasa awal. Sebagai seorang remaja, calon mahasiswa yang belum mandiri sepenuhnya harus
berganti peran seorang dewasa. Artinya, dia mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan
mandiri ketika menjadi mahasiswa. Beban adaptasi pada masa awal perkuliahan dan perubahan
peran itu menimbulkan konflik dalam pertumbuhan psikologisnya (Ali, 2020).

Adaptasi psikologis adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya
untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk
memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur,
cahaya dan panas, mempertahankan hidup dari musuh alaminya, bereproduksi, merespon
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup,
sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis (Berry
John. W: 2003)
Erat sekali sekali kaitan antara stress akulturasi mahasiswa dengan proses adaptasi budaya dari
daerah asal menuju daerah dimana mereka mengenyam pendidikan. Banyak sekali hal-hal yang
harus di adaptasi oleh mahsiswa dari luar Jawa misalnya norma, kebiasaan, aturan masyarakat,
sopan santun, sikap, prasangka, dan interperosal skill yang seharusnya mampu mereka serap sebagai
pelajar yang dating dari Indonesia Timur. Tujuannya tidak lain adalah mendapatkan suasana hidup
harmonis dan pengalaman belajar yang mampu membentuk karakter resilience dari seorang
mahasiswa.

Penelitian yang dilakukan Shohib 2005, dukungan social dari komunitas yang terbuka, aktif, dan
kematangan emosi mahasiswa membantu membentuk karakter yang “Modiafibility” kemauan dan
kemampuan untuk berubah sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan. Hasil riset di The Institute Of
HeartMath menunjukan bahwa 89,3% stres yang dirasakan lebih di dasarkan pada persepsi tentang
seseorang, tempat dan kejadian, transisi kehidupan yang besar seperti pergantian pekerjaan,
perpindahan tempat tinggal menjadi suatu ujian menjadi seorang individu dalam beradaptasi dan
tetap fleksibel Setiap permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri Ketika melakukan adaptasi
social budaya dapat mengakibatkan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang
mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal maupun eksternal.

Stressor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental,
perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik
salah satunya proses adaptasi di lingkungan baru (Wibowo, 2009). Studi awal dilakukan penulis
terhadap 10 mahasiswa pada tanggal 2 November 2015 dengan metode wawancara dengan salah
satu pertanyaan “apakah kesulitan untuk beradaptasi dengan tugas-tugas kuliah dari Dosen dapat
memberikan efek stres kepada anda?”, 7 mahasiswa (70%) mengatakan merasa stres dengan tugas
dari kampus dan masalah pribadi karna mereka masih merasa nyaman ketika masih SMA, 3
mahasiswa (30%) mengatakan susah tidur karna merasa masih banyak masalah perkuliahan yang
belum di selesaikan.

Proses Adaptasi budaya telah memperingatkan kita akan munculnya abnormalitas psikologis dan
perilaku dalam kehidupan seorang individu. Stress akulturatif adalah tekanan yang dirasakan oleh
kelompok pendatang atau minoritas untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan budaya mayoritas
(Nevid, Rathus,Green: 2015). Dilema seperti ini sangat sering terjadi di Universitas Wisnuwardhana
Malang yang multikultural. Sebagaian besar mahasiswanya dari Indonesia Timur misalnya Sumba,
Papua, Ambon, NTT yang mengenyam pedidikan di instituasi tersebut.

Terdapat dua teori umum mengenai hubungan antara akulturasi dan adaptasi menurut Katsiaficas,et
al (2003). Teori pertama disebut sebgai teori peleburan (Melting Pot Theory). Proses akulturasi
membantu para pendatang dari daerah luar dengan budaya minoritas untuk mengadopsi adat
istiadat kultur mayoritas. Dalam hal ini, khususnya para Mahasiswa dari Sunda melakukan akulturasi
aktif terhadap budaya mayoritas penduduk Kota Malang. Mereka, lebih dapat menyesuaikan diri
lebih baik jika menggunakan Bahasa Indonesia yang benar, supaya lebih difahami oleh budaya
mayoritas. Teori kedua, Teori bicultural, menyebutkan bahwa adaptasi psikologis ditandai dengan
mengidetifikasi kedua kultur, yaitu kultur tradisional sebagai identitas etnis yang mengadaptasi
kebiasaan baru setempat. Mereka tidak kehilangan jati diri, namun dapat menyesuaiakan diri belajar
dengan tuntutan dan adat istiadat kebiasaan setempat.

Dampak psikologis yang dialami Ketika stres akulturasi terjadi (Ratus, Nevid, Green: 2015):

1. Meningkatnya resiko untuk menjadi peminum berat.


2. Meningkatnya perilaku seksual beresiko, pergaulan bebas, dan kehamilan diluar nikah, dan
aborsi.
3. Meningkatnya body dismorphic disorder (ketidaknyamanan akan bentuk tubuh atau warna
kulit).
4. Rasa tidak percaya diri dan ketidak percayaan pada lingkungan.
5. Munculnya prasangka-prasangka antar etnis yang berujung pada konflik antar golongan.

Rendah dan pasifnya mahasiswa yang melakukan akulturasi sangat berhubungan dengan
tingginya stress yang mereka alami dan depresi (Lafombroise,Albright, & Harris,2010). Mengapa
rendahnya akulturasi dihubungkan dengan peningkatan resiko stress dan depresi? Jawabannya,
rendahnya akulturasi, menandakan status social ekonomi yang rendah . (Ayers et al, 2009).
Tekanan sosial yang berhubungan dengan status sosial, kurang fasih menggunakan bahasa yang
dimengerti budaya mayoritas, kurangnya adopsi aktif untuk melakukan pendekatan, dan
terbatasnya peluang ekonomi termasuk sebagai penyebab stres dan hambatan dalam upaya
adaptasi dengan budaya setempat. Akhirnya berdampak pada perilaku belajar pada mahasiswa
pendatang yang cenderung pasif namun agresif.

Ringkasnya secara sosio ekonomi, karakter pribadi dan kelompok, pendidikan serta budaya dari
daerah asal, sangat menentukan tingkat kemampuan dan kemauan adaptasi budaya terhadap
budaya minoritas setempat. Ortega et al, 2000 menunjukkan bahwa adopsi aktif secara komunal
dan individu terhadap nilai, sikap, dan perilaku budaya setempat sambil mempertahankan ikatan
etnis yang sehat dan percaya diri akan mempercepat dan mempermudah proses adaptasi
budaya. Termasuk di lingkungan kampus sebagai lingkungan akademik dimana mahasiswa
belajar dari dan membangun karakter diri.

Adopsi aktif perlu dilakukan oleh semua pihak yang terlibat. Pihak Universitas sebagai
penyelenggara pendidikan seharusnya aktif menyelenggarakan kegiatan Matrikulasi yang sangat
dibutuhkan oleh mahasiswa yang berasal dari luar provinsi. Matrikulasi dalam hal ini berfungsi
untuk menyetarakan kompetensi dari siswa yang berbeda sekolah terkhusus mahasiswa yang
berasal dari daerah tersebut, mengenalkan lebih kampus lebih dalam, mempererat keakraban
sesama mahasiswa, dll.

Diharapkan dengan adanya pelaksanaan program matrikulasi ini, para mahasiswa lebih
memahami pengetahuan dasar pada jurusan yang dipilih, lebih mengenal kampus, dan
mempunyai ikatan yang lebih akrab dibandingkan mahasiswa lainnya sehingga dapat menjadi
contoh bagi mahasiswa yang lulus dari jalur lain. Selain itu memberikan bekal tentang norma-
norma daerah setempat yang perlu difahami dan dilaksanakan oleh mahasiswa baru tersebut.
Karena banyak sekali aturan masyarakat terkait norma kesopanan dan kesusilaan yang sering
difahami berbeda oleh mahasiswa dari luar Jawa. Yang dipelajari pada saat matrikulasi adalah
yang bersangkutan dengan kuliah maupun non-kuliah. Misalnya, terkait dengan kuliah,
mahasiswa pertanian maka yang dipelajari adalah biologi, mahasiswa matematika murni yang
belajar matematika dan fisika. Pada saat matrikulasi, ada ujian yang harus dilewati mahasiswa,
tetapi tidak berpengaruh di nilai KRS mahasiswa.

Adaptasi aktif non akademis dari mahsiswa sendiri yang perlu dilakukan dan perlu mendapat
kesempatan misalnya masalah soft skill, menejemen waktu belajar, kesusilaan, kesopaan, dan
bekal spiritual dari keyakinan agama masing-masing. Sesuai dengan tujuan pendidikan untuk
membentuk karakter manusia Indonesia yang berimtaq tangguh, cerdas, adaptif terhadap
tuntutan perubahan jaman, dan berbhineka tunggal Ika. Mereka sangat mebutuhkan ikatan yang
erat dengan rekan sesama mahasiswa dalam hal kekompakan untuk saling memberikan
dukungan sosial mencari pengalaman belajar akademis dan non akademis. Ujian pada matrikulasi
dilakukan dua kali, pertama untuk memahami pengetahuan mahasiswa sebelum mengikuti
matrikulasi dan kedua untuk mengetahui pengetahuan setelah mengikuti matrikulasi dan
mengukur tingkat kesuksesan dosen dalam mengajar.

Rangkaian gambaran situasi dan kondisi diatas merupakan salah satu alasan dimana pembekalan
pribadi pada mahasiswa dari luar daerah khusus nya dari Sumba/ NTT yang berkuliah di
Universitas Wisnuwardhana sangat diperlukan. Melalui pemahaman kondisi mereka akan stres
akulturatif yang mereka alami dan atribut personal apa sajakah yang mereka perlu kembangkan
sebagai strategi adaptasi aktif sosial budaya untuk mendapatkan pengalaman belajar yang
bermanfaat untuk masa depan mereka di Kota Malang khususnya. Selebihnya akan menjadi bekal
karakter positif dan ilmu untuk masa depan mereka ketika mereka kembali daerah asal ataupun
berpindah ke daerah lain di Indonesia yang kaya akan budaya dan segala kompleksitas yang
menyertai kekayaan sumberdaya manusianya.

Referensi

Schwartz, Set J., Unger, Jennifer B.,. Zamboanga, Byron L., Szapocznik, José. (2013) Rethinking
the Concept of Acculturation: Implications for Theory and Research. NIH Public Access Author
Manuscript Am Psychol. Author manuscript; available in PMC 2013 July 03
Shahzad, Ali. (2020) Stres Akulturatif pada Mahasiswa Internasional di Universitas Airlangga –
Indonesia. Jurnal Society. Society, 8 (1), 128-140, 2020 P-ISSN: 2338-6932 | E-ISSN: 2597-4874
Shohib, Muhammad. (2005). Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kecemasan Dalam menghadapi
Lingkungan Baru pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Angkatan 2005-2006. Penelitian Bidang Ilmu. Lembaga Penelitian Universitas
Muhammadiyah Malang.
Wibowo, Ari (2009) Strategi Adaptasi Nelayan di Pulau-Pulau Kecil terhadap dampak
pengembangan masyrakat pesisir . Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat.
Ayers, J. W., Hofstetter,C.R.,Ussita,P.,Irvin V. L., Kang,S., Hovell, M.F. (2009). Sorting Out The
Competing Effects On Aculturation, immigrantstress, and Social Support on Dpression; A
report on Korean Women In California. The Journal Of Nervous and Menatl Disease.
LaFromboise, Teresa D , Albright, Karen (2009) Patterns of Hopelessness Among American
Indian Adolescents: Relationships by Levels of Acculturation and Residence. January
2010.Cultural Diversity and Ethnic Minority Psychology 16(1):68-76.
DOI.1.1037/a0016181

Katsiaficas, D., Suarez- Orozco, ., Sirin,S,R., & Gupta, T (2013) Mediator of relationship
Beetwen Accluturative Stress and internalization Symtomp for immigrant origin
youth. Cultural Diversity and Ethnic Minority Psychology 19,27-37.Doi:
10.1037/a0031094.

Anda mungkin juga menyukai