Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9 : 2

ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X

TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA RANTAU DI ACEH

Level of Anxiety of non-local Students in Aceh

Nurul Izzah1, Hasmila Sari2, Marthoenis2


1
Mahasiswa Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstrak

Mahasiswa baru mudah sekali mengalami kegelisahan karena belum dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
baru. Proses pergaulan, budaya pertemanan, serta pengaturan keuangan menjadi penyebab kesulitan yang dialami oleh
mahasiswa, terutama oleh mahasiswa rantau. Kesulitan tersebut jika tidak diantisipasi akan menyebabkan mahasiswa
berpotensi mengalami kecemasan. Kecemasan dapat mengganggu proses belajar dan akan berdampak pada proses
penyerapan informasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa rantau
yang berkuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Penelitian dilakukan pada tanggal 07-20 Juni 2021.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study.Teknik
pengambilan sampel yaitu total sampling terhadap mahasiswa rantau aktif fakultas keperawatan angkatan 2019-2020
dengan jumlah populasi sebanyak 184 sedangkan jumlah sampel yang digunakan berjumlah 147 responden. Tingkat
kecemasan diukur dengan menggunakan kuesioner Generalized Anxiety Disorders (GAD-7) dengan pengumpulan data
dilakukan melalui penyebaran angket online dalam bentuk google form. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil 60 mahasiswa (40.8%) kecemasan minimal, 71 mahasiswa
(48.3%) kecemasan ringan, 12 mahasiswa (8.2%) kecemasan sedang, dan 4 mahasiswa (2.7%) kecemasan berat.
Direkomendasikan kepada mahasiswa untuk melakukan beberapa tindakan dalam mengurangi dan mengatasi
kecemasan misalnya dengan mencari informasi dan mulai beradaptasi pada lingkungan baru yang hendak di rantau.

Kata Kunci: kecemasan, Mahasiswa Rantau

Abstract

New students are prone to anxiety because they have to adapt to a new environment. The social process, friendship
culture, and financial arrangements are among some of the challenges facing the students, especially those away from
home. If not anticipated, these challenges may lead students to experience anxiety. Anxiety can interfere with students'
learning process and will impact the process of information cognition. This study examined the level of anxiety
experienced by students who are away from home studying at the Faculty of Nursing of Universitas Syiah Kuala. The
study was conducted from the 7th to the 20th of June in 2021. This study used a quantitative descriptive research design
with a cross-sectional study approach. The sampling technique used was a total sampling involving 184 active students
from batch 2019-2020at the Nursing Faculty Classes. These students were those who are away from their homes. 147
respondents were chosen as research samples. The students’ anxiety levels were measured using the Generalized Anxiety
Disorders (GAD-7) questionnaire. The data collection was conducted through online questionnaires formulated in Google
Form. The data were analysed using univariate analysis. The results showed that 60 students (40.8%) had minimal
anxiety, 71 students (48.3%) had mild anxiety, 12 students (8.2%) had moderate anxiety, and 4 students (2.7%) had
severe anxiety. The students are urged to take actions to reduce and overcome their anxiety, for example, by seeking
information and starting to adapt to the new environment.

Keywords: Anxiety, non-local, students,

Korespondensi:

Marthoenis, Dosen Fakultas Keperawatan-USK Banda Aceh


Email: marthoenis@unsyiah.ac.id
Nurul Izzah, Hasmila Sari , Marthoenis / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2

PENDAHULUAN mahasiswa, terutama pada mahasiswa rantau


Mahasiswa adalah seorang individu (Sholichah, 2016).
yang terdata di perguruan tinggi baik swasta, Merantau adalah individu yang
negeri atau setingkat dan sedang dalam proses meninggalkan kampung halamannya dengan
pencarian ilmu demi mengembangkan keinginannya sendiri dalam jangka waktu yang
pemikirannya (Siswoyo, 2017). Seorang lama ataupun tidak, dengan tujuan mencari
mahasiswa biasanya berusia 18-25 tahun dan sumber penghidupan, menuntut ilmu dan
pada tahap perkembangan ini diklasifikasikan mencari pengalaman, namun suatu saat akan
pada masa remaja akhir sampai masa dewasa kembali pulang serta merantau adalah
awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas lembaga sosial yang membudaya, maknanya
perkembangan pada usia mahasiswa ialah merantau sering menjadi acuan/sudah
pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012). terbentuk di masyarakat sehingga sudah
Transisi memasuki masa dewasa awal sering menjadi suatu kebiasaan (Naim, 2013). Tujuan
kali melibatkan berbagai peristiwa penting mahasiswa merantau ialah untuk mencari
antara lain lulus sekolah tinggi, mulai bekerja, pendidikan yang terbaik, bebas dari kendali
memasuki perguruan tinggi, dan meninggalkan orang tua, ingin mengetahui suatu hal yang
rumah. Pada masa ini mahasiswa rentan cemas belum pernah ada di daerah asalnya,
(Hadiati, 2017). Kecemasan adalah istilah yang mengenal dan mengetahui adat istiadat serta
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari budaya dari daerah yang hendak dirantau,
yang menggambarkan keadaan seperti ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan
khawatir, gelisah, dan takut. Keadaan tersebut baru juga ingin melatih diri agar lebih mandiri
terkadang terjadi serta menyertai suatu (Sitorus & Warsito, 2013).
kondisi kehidupan dan juga berbagai gangguan Ketika memasuki suatu lingkungan
kesehatan (Dalami & Suliswati, 2009). yang baru, individu akan mulai merasakan
Banyak dari mahasiswa baru dilaporkan berbagai masalah terutama yang disebabkan
memiliki ketegangan mental, seperti menjadi oleh perbedaan bahasa dan perbedaan
mudah marah, cemas, menghindari lingkungan kebudayaan seperti makanan, humor, dan
sosial, merasa kesepian dan menjadi pesimis adat istiadat di lingkungan baru (Thurber &
(Sharma, 2012). Proses pergaulan, budaya Walton, 2012).
pertemanan, dan pengaturan keuangan juga Bagi mahasiswa rantau, masa transisi
menjadi masalah yang sering dihadapi ini selalu diikuti dengan perubahan lainnya,
seperti meninggalkan rumah, berpisah dengan
22
Nurul Izzah, Hasmila Sari , Marthoenis / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2

orang tua, mulai menjalin hubungan baru, dengan menghadapkan individu tersebut
mengatur tempat tinggal baru, dan mengatur dengan situasi-situasi yang berpotensi
keuangan untuk pertama kalinya. Masalah ini menimbulkan keterkejutan, ketidaknyamanan
tidak dapat dianggap mudah karena adanya serta kecemasan temporer yang tidak
perbedaan daerah asal dan daerah yang beralasan dalam diri individu yang berakibat
sekarang ditempati. Mahasiswa rantau harus pada terguncangnya konsep diri dan identitas
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, budaya.
terlebih lagi manusia adalah makhluk sosial Kaplan dan Benjamin (2010) dalam
yang akan selalu membutuhkan interaksi Chandratika dan Purnawati (2014)
dengan orang lain walaupun tidak mudah mengatakan mahasiswa sering sekali
dalam menyesuaikan diri di lingkungan baru mengalami gangguan cemas salah satunya
(Steinberg, 1999). diakibatkan oleh faktor psikososial. Dimana
Ketika individu tidak dapat mahasiswa merespon secara tidak akurat dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tepat terhadap stresor seperti situasi
akan mempengaruhi kemampuan lingkungan yang baru. Gangguan kecemasan
berkomunikasi yang nantinya akan menjadi mempengaruhi proses belajar mengajar, hal ini
kurang baik, tidak mampu jauh dari orang tua, berdampak pada proses penyerapan
lambat dalam menyesuaikan diri dengan informasi. Sehingga dapat mengganggu
lingkungan baru, sangat susah untuk kemampuan memusatkan perhatian,
menggapai kemandirian, pada saat menjadi menurunkan daya ingat dan lain-lain.
perantau mahasiswa akan cenderung nakal, Penelitian yang dilakukan oleh Zavera dan
pasif ketika di dalam kelas dan tidak mampu Suherman (2018) menemukan bahwa 70%
bersosialisasi dengan teman baru (Wijaya, mahasiswa setuju dengan pernyataan yang
2015). mengaitkan kecemasan dengan prestasi
Hasil penelitian Aldino (2020) dimana akademik.
mahasiswa rantau memiliki rasa cemas karena
METODE
mereka harus berani bersosialisasi dengan baik
di lingkungan yang baru. Hasil penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam
Devinta, Hidayah, dan Hendrastomo (2015) penelitian ini adalah deskriptif dengan
mengemukakan ketika mahasiswa perantau pendekatan cross sectional study yang
dengan latar belakang budaya yang berbeda dilaksanakan pada 07-20 Juni 2021 di Fakultas
memasuki budaya rantauan, hal ini sama saja Keperawatan Universitas Syiah Kuala secara
23
Nurul Izzah, Hasmila Sari , Marthoenis / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2

online. Sampel penelitian ini adalah 147 (rata-rata)

mahasiswa dengan metode total sampling. 5. Memperoleh


beasiswa:
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner Generalized Anxiety a. Ya 147 100

Disorders (GAD-7) untuk mengukur tingkat b. Tidak 0 0

kecemasan. 6. Status orang


tua:

Penelitian ini telah mendapatkan surat a. Masih Hidup 147 100


lulus uji etik dari Komite Etik Fakultas b.Sudah 0 0
Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Ada Meninggal

empat etika dalam penelitian ini yaitu non- 7. Tempat Tinggal


di Rantau:
maleficience, confidentiality, veraciy, dan
a. Kost 85 57,8
justice.
b. Tinggal 24 16,3
HASIL Bersama
Saudara

Berdasarkan pengumpulan data yang c. Sewa Rumah 6 4,1


dilakukan terhadap 147 responden, Sendiri

didapatkan hasil sebagai berikut. d. Asrama 11 7,5

e. Lainnya 21 14,3
Tabel 1. Karakteristik Responden
No. Karakteristik f %
Berdasarkan Tabel 1 dketahui bahwa
1. Angkatan
angkatan 2019 yang paling banyak mengisi
a. 2019 74 50,3
yaitu dengan frekuensi 74 (50,3%),
b. 2020 73 49,7
berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh
2. Jenis kelamin
perempuan dengan frekuensi 140 (95,2%).
a. laki-laki 7 4,8 Rata-rata penghasilan orang tua sebanyak
b. perempuan 140 95,2 Rp. 3.228.912,-. Adapun rata-rata
3. Penghasilan Rp. 3.228.912,- kiriman/jajan per bulan sebanyak Rp.
orang tua:
888.435,-. Sebanyak 108 (73,5%) responden
(rata-rata) yang tidak memperoleh beasiswa. Status
4. Biaya Rp. 888.435,- orang tua yang masih hidup sebanyak 147
kiriman/jajan
per bulan: (100%) dan kost menjadi tempat tinggal di

24
Nurul Izzah, Hasmila Sari , Marthoenis / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2

rantau yang paling banyak respondennya Hasil dari penelitian Mohamad, Sidik,
yaitu sebesar 85 (57,8%). Zavare, dan Gani (2021) menunjukkan
bahwa mahasiswa tahun ajaran pertama
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat
dan kedua memiliki risiko kecemasan 3,06
Kecemasan
kali lebih besar dibandingkan dengan
No. Tingkat kecemasan F %
mahasiswa yang berada pada tahun ajaran
1. Minimal 60 40,8
ketiga dan keempat.
2. Ringan 71 48,3
Mahasiswa rantau harus mampu hidup
3. Sedang 12 8,2
secara mandiri dan mampu mengelola
4. Berat 4 2,7
keuangan dengan bijak (Elgeka & Querry,
Total 147 100,0 2021). Saat mahasiswa rantau tidak
memiliki cukup uang, tentu hal ini akan
Berdasarkan Tabel 2 diatas mempengaruhi produktivitas dari
menunjukkan bahwa mayoritas responden kesehariannya (Sabri & Zakaria, 2015).
berada pada tingkat cemas ringan 71
Masalah keuangan menjadi salah satu
(48,3%) responden. faktor kecemasan yang dirasakan oleh
mahasiswa rantau. Beban membayar kuliah
PEMBAHASAN
atau kesulitan keuangan menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
proporsi terbesar timbulnya kecemasan
2 mengenai gambaran tingkat kecemasan
(Macauley, Plummer, Bemis, Brock, Larson,
pada mahasiswa rantau di Fakultas
& Spangler, 2018). Hal ini didukung oleh
Keperawatan Universitas Syiah Kuala
hasil penelitian Mohamad, Sidik, Zavare,
didapatkan bahwa sebanyak 60 responden
dan Gani (2021) dimana risiko kecemasan
(40.8%) pada tingkat kecemasan minimal,
ditemukan lebih tinggi pada mahasiswa
71 responden (48.3%) pada tingkat
yang tidak memiliki dukungan keuangan
kecemasan ringan, 12 responden (8.2%)
dibandingkan dengan mahasiswa yang
pada tingkat kecemasan sedang, dan 4
menerima dukungan keuangan.
responden (2.7%) pada tingkat kecemasan
Rata-rata penghasilan orang tua
berat. Maka dapat disimpulkan bahwa
sebanyak Rp. 3.228.912,- seperti yang
tingkat kecemasan yang paling banyak
dilansir di UMP Aceh tahun 2021 di Provinsi
dialami oleh mahasiswa rantau di Fakultas
Aceh dimana UMP Aceh sebanyak Rp.
Keperawatan berada pada tingkat
3.165.030. (Upah Minimum, 2021). Rata-
kecemasan ringan.
25
Nurul Izzah, Hasmila Sari , Marthoenis / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2

rata kiriman perbulan Rp. 888.435,-. Pada Kecemasan ringan pun dianggap
Money Kompas (2020) dikatakan sebagai hal yang positif karena dapat
pengeluaran per kapita per bulan penduduk menjadi motivasi dalam aspek belajar dan
Aceh sebanyak Rp 993.433. dapat memunculkan kreativitas (Stuart,
Pada umumnya mahasiswa rantau 2013). Maka dari itu kecemasan dirasakan
harus tinggal jauh dari orang tua. Dari hasil responden tidak perlu dihilangkan, akan
penelitian Mohamad, Sidik, Zavare, dan tetapi sebaliknya jika kecemasan yang
Gani (2021) mengamati pada mahasiswa dirasakan sedang dan berat sangat
yang tinggal bersama orang tua dan yang dianjurkan untuk melakukan suatu upaya
tidak. Didapat persentase kecemasan yang agar dapat mengurangi kecemasan
lebih tinggi pada mahasiswa yang tidak tersebut.
tinggal bersama orang tua dibandingkan
KESIMPULAN
dengan yang tinggal dengan orang tua. Hal
Berdasarkan hasil penelitian yang
ini sejalan dengan hasil penelitian Holifah
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
(2018) adanya kecemasan sosial yang lebih
tingkat kecemasan pada mahasiswa rantau
tinggi dirasakan mahasiswa baru yang
yang berkuliah di Fakultas Keperawatan
tinggal di kos (𝑥̅ =84,903) daripada
Universita Syiah Kuala berada pada tingkat
mahasiswa baru yang tinggal bersama
kecemasan ringan dengan jumlah 71
orang tua (𝑥̅ =65,228).
(48.3%).

Kecemasan ringan yang dialami DAFTAR PUSTAKA


responden berhubungan dengan perasaan
Aldino, K. M. R. (2020). Gegar budaya dan
yang menegangkan yang dirasakan dalam
kecemasan: studi empiris pada
kehidupan sehari-hari diakibatkan adanya
mahasiswa bengkulu dan maluku di
stresor dari luar sehingga menyebabkan
universitas gunadarma dalam
responden menjadi waspada serta
beradaptasi di lingkungan baru.
meningkatkan lahan persepsinya.
Research Paper.
Kecemasan ringan juga mengakibatkan
responden tidak dapat duduk dengan Chandratika, D., & Purnawati, S. (2014).

tenang, merasakan tremor halus serta Gangguan cemas pada mahasiswa

dapat mengalami gejala pada lambung semester i dan vii program studi

(Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011). pendidikan dokter fakultas kedoteran

26
Nurul Izzah, Hasmila Sari , Marthoenis / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2

universitas udayana. E-jurnal Medika 0/12/15/081515726/7-daerah-


Udaya, 3(4),404-414. dengan-biaya-hidup-paling-rendah-di-
indonesia?page=all diakses pada
Dalami, E. & Suliswati. (2009). Asuhan
tanggal 30 Agustus 2021.
Keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Psikososial. Jakarta: Trans Info Media. Macauley, K., Plummer, L., Bemis, C., Brock,
G., Larson, C., & Spangler, J. (2018).
Devinta, M., Hidayah, N., &
Prevalence and predictors of anxiety in
Hendrastomo, G. (2015). Fenomena
healthcare professions students.
culture shock (gegar budaya) pada
Health Professions Education, 4(3), 176-
mahasiswa perantauan di yogyakarta.
185.
Jurnal Pendidikan Sosiologi.

Elgeka, H. W. S., & Querry, G. (2021). Peran Mohamad, N. E., Sidik, S. M., Zavare, M. A.,

money attitudes terhadap financial & Gani. N. A. (2021). The prevalence

well-being dengan financial stress risk of anxiety and its associated factors
sebagai mediator pada mahasiswa among university students in Malaysia:

rantau di surabaya. Jurnal Ilmiah a national cross-sectional study. BMC

Psikologi Terapan,75-83Hadiati, T. Public Health, 1-12.

(2017). Perbedaan tingkat kecemasan


Naim, M. (2013). Merantau Pola Migrasi
dan depresi pada mahasiswa sistem
Suku Minangkabau. Jakarta: Raja
perkuliahan tradisional dengan sistem
Granfrindo Persada Sharma, B. (2012).
perkuliahan terintegrasi. JNH, 5(1).
Adjusment and emotical maturity
Holifah, M. (2018). Perbedaan among first year college students
Kecenderungan Kecemasan Sosial Pakistan. Journal of Social and Clinical
Mahasiswa Baru yang Tinggal di Kos Psychology, 9(3), 32-37.
dan Tinggal Dengan Orang Tua. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M.
Muhammadiyah. Malang. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Kompas.com. (2020). 7 Daerah dengan
biaya hidup paling rendah di indonesia. Sabri, M. F., & Zakaria, N. F. (2015). The
Retrieved from influence of financial, money attitude,
https://money.kompas.com/read/202
27
Nurul Izzah, Hasmila Sari , Marthoenis / Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2

financial strain and financial capability pada mahasiswa yang merantau


on young employees’ financial well- Fakultas Teknik Industri Universitas
being. Pertanika Journal Social Sciences Bina Darma Angkatan 2014/2015
& Humanities, 23(4), 827-848. Palembang. Jurnal Psikologi Universitas
Bina Darma Palembang, 1-14.
Sholichah, I. F. (2016). Identitas Sosial
Mahasiswa Perantau Etnis Madura. Yusuf, S. (2012). Psikologi Perkembangan
Psikosains, 11(1), 40-52. Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Siswoyo, D. (2007). Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press. Zavera, D. F. & Suherman, M. M. (2018).
Hubungan antara tingkat kecemasan
Sitorus, L. I. S., & Warsito, H. (2013).
dengan prestasi akademik mahasiswa
Perbedaan tingkat kemandirian dan
di Kota Bandung. FOKUS, 1(3).
penyesuaian diri mahasiswa
perantauan suku batak ditinjau dari
jenis kelamin. Character, 1(2).

Stuart, G. W. (2013). Principles and practice


of psychiatric nursing (10th ed.)St.
Louis: Mosby.
Thurber, C. A & Walton, E. A. (2012).
Homesickness and adjustment in
university students. Journal of
American College Health, 60(5),1-5.

Upah Minimum. (2021). Rincian Upah


Minimum dan UMR Aceh 2021.
Retrieved from
https://upahminimum.com/umr-aceh-
terbaru.html diakses pada tanggal 30
Agustus 2021.

Wijaya, O. B. (2015). Hubungan antara


penyesuaian diri dengan kemandirian

28

Anda mungkin juga menyukai