Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.

2, Desember 2017

Pengaruh Rasa Kesadaran terhadap Kesejahteraan


Psikologis Pada Mahasiswa

The Influence of Trait Mindfulness toward Psychological


Well-Being among University Students

Annisa Awaliyah, Ratih Arruum Listiyandini


Fakultas Psikologi Universitas YARSI
Menara YARSI, Letjend Suprapto Kav.13, Cempaka Putih, Jakarta, 10510, Indonesia
annisaawaliyah13@yahoo.co.id, ratih.arruum@gmail.com

KATA KUNCI Mahasiswa, Rasa kesadaran, Kesejahteraan Psikologis

KEYWORDS University Student; Trait mindfulness; Psychological well-being

ABSTRAK Mahasiswa merupakan individu yang berada dalam masa dewasa transisi
sehingga dibutuhkan kesejahteraan psikologis yang optimal dalam
menghadapi tugas perkembangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh dimensi-dimensi rasa kesadaran (mindfulness)
terhadap kesejahteraan psikologis pada mahasiswa. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 200 orang mahasiswa dari wilayah Jabodetabek,
yang dipilih dengan menggunakan teknik convenience sampling.
Penelitian menggunakan adaptasi skala Five Facet Mindfulness
Quisionare (FFMQ) untuk mengukur rasa kesadaran dan adaptasi skala
Scale of Psychological Well-Being (SPWB) untuk mengukur
kesejahteraan psikologis. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa rasa
kesadaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kesejahteraan psikologis, yaitu pada dimensi penerimaan diri dan
penguasaan lingkungan. Dimensi rasa kesadaran yang berpengaruh
terhadap penerimaan diri adalah mengamati dan tidak menghakimi
pengalaman internal, sedangkan dimensi rasa kesadaran yang
berpengaruh terhadap penguasaan lingkungan adalah mengamati. Dengan
demikian, menjadi penting untuk mahasiswa mengembangkan rasa
kesadaran dengan menerima dan mengamati berbagai pengalaman
internal maupun eksternal agar lebih mampu menerima diri sendiri dan
menguasai tantangan hidup sehari-hari.

ABSTRACT University students are individuals who are in the process of


transitioning to adulthood. The purpose of this study was to analyze the
influence of trait mindfulness dimensions toward psychological well-
being of university students. The sample in this study were 200 students in
the Greater Jakarta area, selected using convenience sampling technique.
The study used an adapted version of Five Facet Mindfulness
Questionnaire (FFMQ) to measure trait mindfulnesss and Scale of
Psychological Well-Being (SPWB) to measure psychological well-being.
Results of regression analysis showed that trait mindfulness positively
and significantly contributes to dimensions on psychological well-being,
namely self-acceptance and environmental mastery. Dimensions of trait
mindfulness that have significant roles on self-acceptance are observing
and nonjudging of inner experience, while the dimension that influence

89
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

the environmental mastery is observing. Thus, it is imperative for students


to develop an attitude of acceptance and observe various internal and
external experiences so that they more have self-acceptance and be able
to master the challenges faced in everyday life.

PENDAHULUAN

Mahasiswa merupakan individu menekan yang dialami mahasiswa lainnya


yang mengalami masa transisi dari remaja adalah perpisahan dengan orang tua,
akhir menuju dewasa awal dengan banyak perpisahan dengan sahabat, perpindahan
perubahan tugas-tugas dan tanggung jawab tempat tinggal, perubahan sistem
yang akan dihadapi. Smolak (1993) pendidikan, dan pertentangan sistem
mengatakan, mahasiswa tidak dapat penilaian (Pennebaker, Colder, dan Sharp,
dikatakan sebagai remaja, ataupun dewasa. 1990). Selain itu, mahasiswa juga
Erikson menyatakan bahwa terdapat dihadapkan dengan konflik menekan
perbedaan tugas perkembangan antara lainnya seperti konflik hubungan dengan
remaja akhir dan dewasa awal. Tugas pacar, rendahnya prestasi akademik, konflik
perkembangan remaja akhir lebih mengarah dengan orang tua atau teman sebaya (Blau,
kepada mencari identitas diri atau jati diri, 1996), dan masalah keuangan (Furr, Conell,
sedangkan tugas perkembangan dewasa Westefeld, dan Jenkins, 2001).
awal adalah mencari pasangan hidup, Kementerian Kesehatan di Amerika juga
mencari pekerjaan dan terjadinya perubahan mengatakan mahasiswa memiliki banyak
peran (Erikson, dalam Papalia, Olds, sumber stress, antara lain adalah tekanan
Feldman, 2008). Oleh karena itu, akademis, perubahan lingkungan dengan
mahasiswa yang umumnya berusia sekitar tanggung jawab baru, perubahan hubungan
18-25 tahun berada pada masa dewasa sosial, tanggung jawab finansial,
transisi (Hurlock, dalam Wibowo, 2010). menghadapi keputusan yang lebih besar,
Banyaknya perubahan yang terjadi mengenali identitas dan orientasi seksual,
pada saat dewasa transisi menyebabkan serta mempersiapkan kehidupan setelah
individu harus menyesuaikan diri pada kuliah (National Health Ministry, 2006).
perubahan-perubahan tersebut. Tahap Banyaknya konflik dan tugas
dewasa transisi merupakan periode perkembangan yang dihadapi mahasiswa
eksplorasi, dimana individu memiliki dapat menyebabkan mahasiswa kesulitan
kesempatan untuk melakukan segala dalam mencapai kesejahteraan psikologis
kemungkinan dan juga kesempatan untuk yang optimal (Ismail dan Indrawati, 2013).
melakukan hal-hal baru dan cara hidup Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian
yang berbeda. Dewasa transisi juga tahap penuh dari potensi psikologis individu dan
dimana individu bukan lagi remaja tetapi suatu keadaan ketika individu dapat
mereka belum siap dalam melaksanakan menerima kekuatan serta diri apa adanya,
tugas-tugas orang dewasa (Amet, 2000, memiliki tujuan hidup, mengembangkan
2004; Furtenberg et al., 2005 dalam relasi yang positif dengan orang lain,
Papalia, Olds, Feldman, 2008). menjadi pribadi yang mandiri, mampu
Sebagai individu yang memasuki mengendalikan lingkungan, dan terus
masa transisi, mahasiswa menghadapi bertumbuh secara personal (Ryff, 1995).
berbagai konflik. Penelitian Voitkane Kesejahteraan psikologis merupakan kunci
(2001, dalam www.ispaweb.org) terhadap bagi individu untuk menjadi sehat secara
607 mahasiswa tahun pertama Universitas utuh dan dapat menggunakan potensi yang
Latvia, mendapatkan hasil bahwa 52,6 dimiliki secara maksimal. Kesejahteraan
persen mahasiswa mengalami kesulitan psikologis menurut Ryff (1995) merupakan
dalam membentuk hubungan baru. Konflik sesuatu yang multi-dimensional, terdiri dari

90
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

penerimaan diri, hubungan positif dengan bahwa dukungan sosial mampu membuat
orang lain, kemandirian, penguasaan mahasiswa memiliki cara pandang yang
lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan positif terhadap suatu masalah atau sesuatu
pribadi. yang sedang dihadapinya. Dari penelitian-
Kurang optimalnya kesejahteraan penelitian tersebut terdapat indikasi bahwa
psikologis pada mahasiswa ditunjukkan untuk memiliki kesejahteraan psikologis
dari adanya mahasiswa yang belum yang baik, mahasiswa membutuhkan
memiliki tujuan masa depan yang jelas. keterlibatan penuh dan menyadari berbagai
Sebagai contoh, hasil penelitian Ismail dan hal yang ia dapatkan, termasuk dalam
Indrawati (2013) menunjukkan bahwa mempersepsi adanya hubungan positif
selama menjalani kehidupannya, banyak dengan orang lain, serta sadar atas sesuatu
mahasiswa yang tidak memiliki arah dan yang pihak lain berikan. Kondisi kesadaran
target yang jelas, melainkan hanya ini berhubungan dengan konsep psikologis
mengikuti kegiatan mahasiswa pada yang disebut sebagai mindfulness (rasa
umumnya. Hariyanto (2010) dan Michael, kesadaran).
et.al (2006) juga menjelaskan adanya gejala Brown dan Ryan (2003)
depresi yang muncul pada mahasiswa. mengatakan bahwa rasa kesadaran didasari
Depresi ditandai dengan adanya kesedihan oleh meningkatnya keadaan sadar terjaga
terus menerus, hilangnya nafsu makan, dan secara berkesinambungan, memonitor
terdapat pandangan negatif mengenai keadaan diri dan lingkungan luar, serta
kehidupan yang dijalani. Kondisi-kondisi adanya perhatian yang memusat sehingga
ini mengindikasikan bahwa mahasiswa menghasilkan kesadaran penuh akan
perlu untuk lebih memperhatikan pengalamannya secara lebih terbuka. Baer,
kesejahteraan psikologis yang dimilikinya. et.al (2006) mendefinisikan rasa kesadaran
Terdapat beberapa penelitian sebagai meningkatnya kesadaran dengan
terdahulu yang meneliti faktor-faktor terkait berfokus pada pengalaman saat ini serta
kesejahteraan psikologis pada mahasiswa. adanya penerimaan tanpa memberikan
Salah satunya penelitian yang dilakukan penilaian.
Fajrina dan Rosiana (2015) tentang Rasa kesadaran dapat dilatih dan
kesejahteraan psikologis yang menemukan ditingkatkan melalui serangkaian proses
adanya hubungan positif antara flow dengan pelatihan. Namun demikian, rasa kesadaran
kesejahteraan psikologis pada mahasiswa juga dapat dipandang sebagai suatu sifat
psikologi Universitas Islam Bandung yang atau disposisi. Dalam hal ini, individu yang
aktif berorganisasi. Flow sendiri merupakan memiliki kecenderungan alamiah atau
kondisi dimana mahasiswa merasa puas disposisi untuk mampu menampilkan
oleh reward yang ada dalam diri mereka kesadaran secara utuh dan penuh di dalam
sehingga mereka ingin mengulangi berbagai aspek kehidupan dikatakan
pengalaman tersebut. Penelitian lainnya memiliki rasa kesadaran yang baik.
yang dilakukan oleh Putri (2012) Individu dengan rasa kesadaran yang tinggi,
menyatakan bahwa adanya hubungan cenderung mampu bersikap sadar utuh
positif yang signifikan antara dalam berbagai konteks. Rasa kesadaran
kebersyukuran dan kesejahteraan psikologis membantu individu untuk bisa melihat
pada mahasiswa. Kebersyukuran sendiri secara lebih dalam hubungan antara pikiran,
adalah perasaan yang menyenangkan dan perasaan, dan aktivitasnya, sehingga makna
penuh terima kasih sebagai respon dari dan penyebab dari pengalaman dan perilaku
penerimaan kebaikan. Penelitian lainnya disadari sepenuhnya. Pengalaman terbuka
yang dilakukan oleh Fadli (2012) dan penerimaan memungkinkan perspektif
menyatakan adanya hubungan yang positif yang lebih luas akan pikiran dan perasaan,
antara dukungan sosial dengan sehingga risiko depresi dapat dikurangi
kesejahteraan psikologis pada mahasiswa, bersama dengan meningkatnya kesadaran

91
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

akan pikiran negatif (Lau dan McMain, mengakimi terhadap pikiran-pikiran yang
2005; Finucane dan Mercer, 2006). ada dalam diri (Baer et al, 2006). Melalui
Beberapa penelitian terdahulu penelitian tersebut, ditemukan bahwa
mengungkapkan bahwa rasa kesadaran semua dimensi rasa kesadaran memiliki
dapat membantu seseorang untuk dapat hubungan yang positif dan signifikan
memiliki hidup yang lebih sehat dan tidak dengan kesejahteraan psikologis (Baer et
mudah cemas, tidak mudah depresi, al., 2006).
memandang hidup lebih baik, Pada konteks kehidupan mahasiswa,
meningkatkan hubungan positif dengan rasa kesadaran tentunya juga diharapkan
orang lain, meningkatkan harga diri, dan membantu mahasiswa untuk bisa mencapai
meningkatkan fungsi ketahanan tubuh kesejahteraan psikologis yang optimal.
manusia (Kabat-Zinn dkk dalam West, Apabila mahasiswa memiliki rasa
A.M, 2008). Kajian lainnya yang dilakukan kesadaran yang baik, ia akan sadar dan
oleh Baer, et al (2006) juga menemukan memberikan perhatian penuh tanpa
bahwa rasa kesadaran memiliki hubungan menghakimi terhadap pengalaman di dalam
yang signifikan dan positif dengan maupun di luar dirinya. Kondisi kesadaran
kesejahteraan psikologis. Dapat dikatakan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
bahwa tingkat rasa kesadaran merupakan untuk mengembangkan potensinya,
salah satu faktor yang memprediksi bertahan dalam menghadapi segala tuntutan
perkembangan psikologis yang baik. akademik maupun non-akademik, sehingga
Melalui rasa kesadaran, individu dapat dapat mengoptimalkan kesejahteraan
melihat permasalahan dengan objektif serta psikologis yang dimilikinya.
sadar dengan apa yang mereka rasakan Di Indonesia, telah terdapat
sehingga membantunya memiliki beberapa bahasan mengenai kesejahteraan
kesejahteraan psikologis yang baik. psikologis maupun rasa kesadaran. Namun
Untuk mengukur hubungan antara demikian, penelitian yang membahas
rasa kesadaran dan kesejahteraan psikologis pengaruh rasa kesadaran terhadap
secara lebih spesifik, Baer et al (2006) kesejahteraan psikologis mahasiswa masih
menggunakan skala rasa kesadaran yang dibutuhkan. Terutama mengingat bahwa
bersifat multidimensional. Dimensi mahasiswa masih membutuhkan
pertama, acting with awareness (bertindak pencapaian kesejahteraan psikologis yang
secara sadar), yaitu memberikan atensi lebih optimal. Dengan meneliti pengaruh
penuh pada aktivitas yang sedang rasa kesadaran terhadap kesejahteraan
dilakukan. Dimensi kedua, observing psikologis, dapat diketahui dimensi-dimensi
(mengamati), yaitu menyadari atau dari rasa kesadaran yang memiliki peranan
melibatkan diri dengan pengalaman internal dalam peningkatan kesejahteraan psikologis
maupun eksternal seperti sensasi, kognisi, pada mahasiswa. Hasil penelitian nantinya
dan emosi. Dimensi ketiga, describing juga dapat dijadikan sebagai literatur
(menggambarkan), yaitu kemampuan pengetahuan bagi mahasiswa untuk dapat
individu untuk membuat label berbentuk mengoptimalkan rasa kesadaran dalam
kata-kata mengenai pengalaman internal, rangka peningkatan kesejahteraan
seperti perasaan. Dimensi keempat, non- psikologis. Oleh karena itu, penelitian ini
reactivity to inner experience (tidak bertujuan untuk menganalisis mengenai
bersikap reaktif terhadap pengalaman bagaimana pengaruh dari rasa kesadaran
internal), yaitu membiarkan pikiran datang dalam memprediksi kesejahteraan
dan pergi tanpa harus terlarut lebih dalam. psikologis pada mahasiswa.
Dimensi terakhir adalah non-judging of
inner experience (tidak menghakimi
pengalaman internal), yang dapat diartikan
sebagai sikap non-evaluatif atau tidak

92
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

METODE PENELITIAN pernah mengikuti meditasi sebanyak 181


orang (90,5%). Mayoritas partisipan juga
Desain Penelitian mengikuti organisasi sebanyak 102 orang
Penelitian ini menggunakan (51%) dan mayoritas partisipan berada pada
rancangan asosiatif eksplanatif, karena tingkat 3 sebanyak 62 orang (31%).
peneliti ingin melihat pengaruh satu variabel
terhadap variabel lainnya, yaitu pengaruh rasa Hipotesis Penelitian
kesadaran terhadap kesejahteraan psikologis Terdapat pengaruh dari dimensi-dimensi
pada mahasiswa. rasa kesadaran terhadap kesejahteraan
psikologis pada mahasiswa.
Partisipan Penelitian
Pada penelitian ini karakteristik Instrumen Penelitian
sampel yang digunakan adalah 200 Dalam penelitian ini instrumen
mahasiswa laki-laki dan perempuan berusia penelitian terdiri dari dua alat ukur utama,
18-21 tahun yang berasal dari kampus di yaitu skala rasa kesadaran dan skala
Jabodetabek. Teknik pengambilan sampel kesejahteraan psikologis. Kedua alat ukur
dalam penelitian ini adalah nonprobability yang digunakan berupa kuesioner.
sampling. Berdasarkan pertimbangan, Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
peneliti mengambil sampel hanya data yang dilakukan dengan cara memberi
berdasarkan kriteria-kriteria yang cukup seperangkat pertanyaan atau pernyataan
umum, maka peneliti memutuskan untuk tertulis kepada partisipan untuk dijawab
menggunakan teknik convenience (Sugiyono, 2012).
sampling. Selain skala utama yang mengukur
Jumlah partisipan pada penelitian variabel penelitian, kuesioner juga
ini adalah 200 orang, dengan rincian 145 menyertakan pertanyaan mengenai data
partisipan mengisi kuesioner online dan 55 demografis responden yang secara teoretis
partisipan mengisi kuesioner tertulis yang dianggap berhubungan dengan rasa
dibagikan peneliti. Partisipan adalah kesadaran maupun kesejahteraan
mahasiswa yang berusia antara 18-21 tahun psikologis, seperti jenis kelamin, usia,
dan sedang berkuliah di wilayah kondisi ekonomi dan keluarga, pendidikan,
Jabodetabek. Mayoritas partisipan pengalaman meditasi, serta keikutsertaan
penelitian ini adalah mahasiswa suatu dalam organisasi.
universitas swasta di Jakarta.
Partisipan memiliki rerata usia Skala Rasa Kesadaran: Five Facet
M=19,92 (SD=1), mayoritas berjenis Mindfulness Questionnaires (FFMQ)
kelamin perempuan (61,5%), dan Skala ini disusun oleh Baer, et.al
berdomisili di wilayah Jakarta sebanyak 73 (2006) yang telah diadaptasi oleh
orang (36,5%). Jika ditinjau dari uang saku Fourianalistyawati, Listiyandini, dan
perbulan, sebagian besar berkisar antara Fitriana (2016). Skala ini terdiri dari 39
Rp.1.000.001-Rp.1.500.000 sebanyak 66 item dengan menggunakan skala likert yang
orang (33%) serta penghasilan orang tua terdiri dari lima pilihan jawaban (tidak
>Rp. 7.000.000 sebanyak 79 orang pernah, jarang, sekali-sekali, sering, dan
(39,5%). Mayoritas partisipan berstatuskan sangat sering sekali). Skala FFMQ
orang tua menikah sebanyak 189 orang menggunakan pengukuran berdasarkan lima
(94,5%) dengan pekerjaan Ayah seorang dimensi utama rasa kesadaran, yaitu
PNS sebanyak 66 orang (33%) dan bertindak secara sadar, mengamati,
pekerjaan Ibu seorang ibu rumah tangga menggambarkan, tidak menghakimi
sebanyak 94 orang (47%). Didapatkan juga pengalaman internal, dan tidak reaktif
sebagian besar pendidikan Ayah (36%) dan terhadap pengalaman internal.
pendidikan Ibu (42,5%) adalah SMA.
Selain itu, mayoritas partisipan juga tidak
93
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

Uji reliabilitas dan validitas melalui uji coba terpakai kepada 200
didasarkan dari uji coba terpakai pada 200 mahasiswa. Berdasarkan pada uji analisa
orang partisipan. Berdasarkan uji analisa item alat ukur SPWB yang terdiri dari 42
item menggunakan teknik korelasi item- item hasil yang didapatkan terdapat
total, ditemukan bahwa pada item-item beberapa item yang tidak valid karena
dimensi ‘menggambarkan’ dan ‘tidak memiliki nilai <0,2 diantaranya item 2, 8,
menghakimi pengalaman internal’ memiliki 36, dan 41, sehingga hanya 38 item yang
r=0,508 – 0,633. Pada dimensi ‘bertindak digunakan dalam proses analisa data.Skala
secara sadar’ dan ‘mengamati’ terdapat 1 SPWB yang terdiri dari 38 item memiliki
item yang dihapus pada masing-masing nilai reliabilitas berkisar antara α=0,617 –
dimensi. Pada dimensi ‘tidak bersikap 0,755 pada setiap dimensi.
reaktif terhadap pengalaman internal’,
ditemukan tiga buah item yang kurang Teknik Analisa Statistik
berfungsi dengan baik karena memiliki r < Untuk penelitian ini, peneliti
0,2. Standar sebuah item dianggap valid menggunakan model analisis uji regresi
dan layak digunakan adalah jika memiliki ganda. Analisis regresi berganda dilakukan
koefisien korelasi di atas 0,2 (Nisfianoor, untuk memprediksikan perubahan nilai
2009). Berdasarkan hasil analisa korelasi variabel terikat, bila dua atau lebih variabel
item-total ini, terdapat hanya 34 item yang bebas sebagai faktor prediktor dimanipulasi
diputuskan untuk digunakan karena item (Sugiyono, 2012).
memiliki r>0,2 sehingga dianggap layak
dan sangat mendeskripsikan konstruk rasa ANALISIS & HASIL
kesadaran.
Menurut Sunjoyo (2013) bahwa Deskripsi Rasa kesadaran
nilai reliabilitas yang baik untuk digunakan Berikut ini gambaran rasa kesadaran
sebagai instrumen pengambilan data berdasarkan skala likert 1-5:
penelitian adalah >0,6. Dari 34 item, alat
ukur FFMQ memiliki nilai reliabilitas Tabel 1. Gambaran Rasa Kesadaran
α=0,503 – 0,840. Oleh karena itu, dapat Dimensi Min Max M SD
disimpulkan bahwa skala FFMQ memiliki Bertindak sadar 1,14 4,71 2,90 0,80
nilai reliabilitas yang baik, sehingga dapat Mengamati 2,00 5,00 3,33 0,58
digunakan sebagai instrumen pengambilan Menggambarkan 1,25 4,63 3,18 0,68
data penelitian. Tidak reaktif 2,00 4,75 3,31 0,57
Tidak 1,13 4,00 2,58 0,64
Skala Kesejahteraan Psikologis: menghakimi
Psychological Well-being Scale (SPWB)
Alat ukur kesejahteraan psikologis Tabel 1 di atas menunjukan gambaran
yang digunakan adalah scale of rerata pada setiap dimensi rasa kesadaran.
psychological well-being (SPWB). Skala Pada hasil perhitungan rerata, dimensi rasa
aasli SPWB terdiri dari 42 item dan kesadaran yang paling tinggi ada pada
menggunakan pengukuran berdasarkan dimensi mengamati (M=3,33, SD=0,58),
enam dimensi utama kesejahteraan dan paling rendah adalah pada dimensi
psikologis yaitu penerimaan diri, hubungan tidak menghakimi pengalaman internal
positif dengan orang lain, kemandirian, (M=2,58, SD=0,64).
penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan
pertumbuhan pribadi. Dalam penelitian ini,
skala yang digunakan berupa skala likert
dari rentang 1-6.
Pengujian reliabilitas dan validitas
alat ukur kesejahteraan psikologis adalah

94
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

Deskripsi Kesejahteraan Psikologis


Hasil Analisa Utama
Di bawah ini merupakan gambaran Pengaruh Rasa Kesadaran terhadap
kesejahteraan psikologis partisipan ditinjau Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa
dari skala likert 1-6:
Pada bagian ini peneliti melakukan
Tabel 2. Gambaran Kesejahteraan Psikologis
Pada hasil perhitungan rerata pada Dimensi Min Max M SD
tabel 2, dimensi kesejahteraan psikologis Penerimaan Diri 1,67 6,00 4,01 0,88
yang paling tinggi pada dimensi tujuan Hubungan Positif 1,00 6,00 4,19 0,89
hidup (M=4,35, SD=0,91) dan paling Kemandirian 2,00 6,00 3,79 0,83
rendah pada dimensi penguasaan Penguasaan 1,80 5,60 3,60 0,79
lingkungan (M=3,60, SD=0,79). Tujuan Hidup 1,50 6,00 4,35 0,91
Pertumbuhan 2,86 5,86 4,23 0,67
Uji Asumsi Klasik
analisis uji regresi ganda untuk melihat
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah setiap dimensi IV berperan secara
apakah data penelitian memiliki nilai signifikan terhadap setiap dimensi DV. IV
residual yang berdistribusi normal. Uji dalam penelitian ini yaitu rasa kesadaran
normalitas yang digunakan dalam penelitian yang memiliki 5 dimensi yaitu bertindak
ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov yang secara sadar, mengamati, menggambarkan,
membandingkan distribusi data dengan tidak bersikap reaktif terhadap pengalaman
distribusi normal. Data dinyatakan internal, dan tidak menghakimi pengalaman
berdistribusi normal apabila nilai internal. Selanjutnya, DV dalam penelitian
signifikansi menunjukkan p >0,05. ini adalah kesejahteraan psikologis yang
Ditemukan bahwa residual berdistribusi memiliki 6 dimensi, yaitu penerimaan
normal. pribadi, hubungan positif dengan orang
Kemudian, uji linearitas dilakukan lain, kemandirian, penguasaan lingkungan,
untuk melihat adanya hubungan yang linear tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
atau garis lurus antara variabel bebas dan Uji pertama adalah mengenai
variabel terikat. Uji linear yang digunakan pengaruh rasa kesadaran terhadap
dalam penelitian ini adalah uji Test for penerimaan diri. Hasil regresi menunjukkan
Linearity. Data ditentukan linear apabila bahwa seluruh dimensi rasa kesadaran
nilai sig (p) menunjukkan p > 0,05. Peneliti secara signifikan dapat menjelaskan 9,5%
melakukan uji linieritas terhadap rasa varians dari dimensi penerimaan diri
kesadaran dengan tiap dimensi kesejahteraan (R2=0,095, F=6,864, p<0,01). Namun,
psikologis. Dimensi kesejahteraan psikologis ditemukan bahwa hanya skor mengamati
kemandirian dan pertumbuhan pribadi (β=0,246, p<0,01) dan tidak menghakimi
membentuk hubungan yang linier dengan pengalaman internal (β=0,259, p<0,01)
tiap dimensi rasa kesadaran (p>0.05). Pada yang memiliki kontribusi signifikan dalam
dimensi penerimaan diri, dimensi bertindak memprediksi penerimaan diri. Untuk
secara sadar dan menggambarkan tidak dimensi tidak bersikap reaktif terhadap
membentuk hubungan yang linier dengan pengalaman internal tidak dapat
penerimaan diri (p<0.05). Begitu juga tidak memprediksi secara signifikan (β=0,097,
ditemukan hubungan linear (p<0.05) pada p=0,188, n.s), begitu juga dengan bertindak
dimensi hubungan positif dengan orang lain secara sadar, dan menggambarkan, juga
dengan dimensi mengamati, dimensi tidak berkontribusi signifikan terhadap
penguasaan lingkungan dengan dimensi penerimaan diri.
menggambarkan, serta dimensi tujuan hidup Berikutnya adalah hasil uji
dengan dimensi bertindak secara sadar. pengaruh rasa kesadaran terhadap hubungan

95
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

positif dengan orang lain. Ditemukan dimensi rasa kesadaran hanya dapat
bahwa seluruh dimensi rasa kesadaran menjelaskan 0,9% varians dari dimensi
hanya dapat menjelaskan 2,6% varians dari tujuan hidup sehingga tidak signifikan
dimensi hubungan positif dengan orang lain (R2=0,009, F=0,467, p=0,760>0,05).
sehingga tidak signifikan (R2=0,026, Ditemukan bahwa skor pada tiap dimensi
F=1,300, p 0,271). Ditemukan bahwa skor rasa kesadaran, yaitu mengamati (β=0,027,
pada tiap dimensi rasa kesadaran, bertindak p=0,719, n.s), menggambarkan (β=0,097,
secara sadar (β=0,112, p=0,248, n.s), p=0,198, n.s), tidak bersikap reaktif
menggambarkan (β=0,017, p=0,842, n.s), terhadap pengalaman internal (β= -0,002,
tidak bersikap reaktif terhadap pengalaman p=0,977, n.s) dan tidak menghakimi
internal (β=0,058, p=0,457, n.s), dan tidak pengalaman internal (β= -0,000, p=0,997,
menghakimi pengalaman internal (β=0,065, n.s), dan bertindak secara sadar tidak dapat
p=0,471, n.s) tidak dapat memprediksi memprediksi tujuan hidup secara
hubungan positif dengan orang lain secara signifikan.
signifikan. Kemudian untuk dimensi
Untuk dimensi kemandirian, hasil pertumbuhan pribadi, hasil regresi
regresi menunjukkan bahwa seluruh menunjukkan bahwa seluruh dimensi rasa
dimensi rasa kesadaran hanya dapat kesadaran hanya dapat menjelaskan 1,9%
menjelaskan 4,4% varians dari dimensi varians dari dimensi pertumbuhan pribadi
kemandirian sehingga ditemukan tidak sehingga dianggap tidak signifikan
signifikan secara statistik (R2=0,044, 2
(R =0,019, F=0,760, p=0,579> 0,05).
F=1,799, p 0,115). Ditemukan bahwa skor Ditemukan bahwa skor pada tiap dimensi
pada tiap dimensi rasa kesadaran, yaitu rasa kesadaran, bertindak secara sadar
mengamati (β=0,135, p=0,072, n.s), (β=0,056, p=0,566, n.s), mengamati
menggambarkan (β=0,084, p=0,315, n.s), (β=0,058, p=0,442, n.s), menggambarkan
tidak bersikap reaktif terhadap pengalaman (β=0,059, p=0,484, n.s), tidak bersikap
internal (β=0,109, p=0,169, n.s), dan tidak reaktif terhadap pengalaman internal
menghakimi pengalaman internal (β=0,067, (β=0,078, p=0,333, n.s), dan tidak
p=0,455, n.s), dan bertindak secara sadar menghakimi pengalaman internal (β= -
tidak dapat memprediksi kemandirian 0,013, p=0,886, n.s) tidak dapat
secara signifikan. memprediksi pertumbuhan pribadi secara
Pada dimensi penguasan signifikan.
lingkungan, hasil regresi menunjukkan Dengan demikian, hasil analisa
bahwa seluruh dimensi rasa kesadaran regresi menunjukkan bahwa rasa kesadaran
berkontribusi secara efektif dan signifikan berkontribusi pada beberapa dimensi
sebesar 10,3% pada varians dari dimensi kesejahteraan psikologis mahasiswa. Dalam
penguasaan lingkungan (R2=0,103, hal ini, rasa kesadaran dapat memprediksi
F=5,627, p<,001). Namun, ditemukan secara signifikan kesejahteraan psikologis
bahwa hanya dimensi mengamati (β=0,282, mahasiswa pada dimensi penerimaan diri
p<0,01) yang memiliki kontribusi dan penguasaan lingkungan.
signifikan dalam memprediksi penguasaan
lingkungan. Untuk dimensi bertindak secara DISKUSI
sadar (β=0,097, p=0,245, n.s), tidak Hasil dari penelitian ini adalah rasa
bersikap reaktif terhadap pengalaman kesadaran berperan secara signifikan
internal (β=0,031, p=0,676, n.s), dan tidak terhadap dua dimensi kesejahteraan
menghakimi pengalaman internal (β=0,196, psikologis mahasiswa. Dimensi
p=0,025, n.s), tidak dapat memprediksi kesejahteraan psikologis mahasiswa yang
penguasaan lingkungan secara signifikan. bisa diprediksi oleh rasa kesadaran yaitu,
Untuk dimensi tujan hidup, hasil dimensi penerimaan diri sebesar 9,5% dan
regresi menunjukkan bahwa seluruh penguasaan lingkungan sebesar 10,3%.

96
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

Berdasarkan hasil analisis, dimensi Rasa kesadaran, khususnya pada


rasa kesadaran yang dapat memprediksi dimensi mengamati juga memiliki
dimensi penerimaan diri pada kesejahteraan kontribusi signifikan terhadap penguasaan
psikologis adalah dimensi mengamati. lingkungan. Individu yang memiliki
Mengamati, menurut penemuan Baer et al kemampuan untuk menguasai lingkungan
(2006), adalah menyadari atau melibatkan adalah mereka yang mampu mengendalikan
diri dengan pengalaman internal maupun diri dengan lingkungan sekitar,
eksternal seperti sensasi, kognisi, dan mengembangkan potensi yang ada di dalam
emosi. Individu yang memiliki nilai tinggi diri, dan memiliki kemampuan dalam
pada dimensi penerimaan diri, merasa puas menggunakan kesempatan dan peluang
terhadap dirinya dan selalu mampu melihat yang ada (Ryff dan Keyes dalam Wells,
kelebihan yang ada pada dirinya (Ryff 2010). Ryff (1995) mengatakan bahwa
dalam Wells, 2010). Hurlock (dalam individu yang memiliki penguasaan
Wibowo, 2010) mengatakan bahwa lingkungan yang baik adalah individu yang
individu yang memiliki penerimaan diri, mampu mengatur aktivitas eksternal yang
mampu mengenali kelebihan dan kompleks, menggunakan kesempatan di
kekurannya, individu mampu menerima sekitar dengan efektif, dan mampu memilih
dirinya dan memiliki keyakinan diri, atau menciptakan konteks yang sesuai
memiliki penilaian yang realistis serta dengan kebutuhan. Saat mahasiswa mampu
merasa puas dengan dirinya sendiri tanpa menyadari atau melibatkan dirinya dalam
ada keinginan untuk menjadi orang lain. pengalaman internal ataupun eksternal
Oleh karena itu, apabila mahasiswa sebagai mahasiswa, maka ia akan lebih
menyadari dan mampu melibatkan diri mudah menguasai lingkungannya.
dengan pengalaman internal dan eksternal Mahasiswa lebih mampu mengendalikan
yang dialaminya secara sadar, maka diri ketika berhadapan dengan dosen
mahasiswa mampu mengenali kelebihan ataupun teman-temannya, mampu untuk
dan kekurangannya, mampu menerima mengembangkan potensi di dalam dirinya,
dirinya dan memiliki keyakinan diri, serta mampu menggunakan kesempatan dan
memiliki penilaian yang realistis serta peluang yang ada selama menjadi
merasa puas dengan dirinya sendiri tanpa mahasiswa.
ada keinginan untuk menjadi orang lain. Hasil penelitian menunjukkan
Dimensi rasa kesadaran lainnya bahwa rasa kesadaran tidak memprediksi
yang memiliki kontribusi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain,
penerimaan diri adalah tidak menghakimi kemandirian, pertumbuhan diri, dan tujuan
pengalaman internal. Tidak menghakimi hidup. Hal ini menujukkan bahwa adanya
pengalaman internal dapat diartikan sebagai faktor-faktor lain yang berkontribusi
mengambil sikap non-evaluatif atau tanpa terhadap terhadap kesejahteraan psikologis
adanya penilaian terhadap pikiran-pikiran pada dimensi ini. Perlu adanya penelitian
yang ada dalam diri (Baer et al., 2006). lebih lanjut untuk mengkaji mengenai hal
Mahasiswa yang tidak bersifat menghakimi tersebut.
dirinya akan mampu menerima dirinya Pada hasil perhitungan rerata pada
dengan baik, merasa puas dengan dirinya, tiap dimensi kesejahteraan psikologis
serta tidak memiliki keinginan untuk didapatkan rerata rendah pada penguasaan
menjadi orang lain. Sebagai contoh lingkungan dibandingkan lainnya. Dengan
mahasiswa yang menerima secara sadar demikian, diantara dimensi kesejahteraan
atas hasil dari prestasi belajarnya serta tidak psikologis yang lain, mahasiswa masih
merasa rendah diri atau harga dirinya mengalami kesulitan dalam dimensi
terjatuh hanya karena hal tersebut, maka penguasaan lingkungan. Artinya,
akan lebih mampu menerima dirinya mahasiswa belum terlalu mampu
seutuhnya selayaknya manusia biasa. menguasai dan berkompetensi dalam

97
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

mengatur lingkungannya, menggunakan berpengaruh terhadap kesejahteraan


kesempatan yang ada, serta tidak mampu psikologis yang dimiliki individu. Individu
mengontrol aktivitas di luar dirinya dengan yang memiliki tingkat pendidikan yang
baik. Mahasiswa masih kurang mampu lebih baik maka, memiliki kesejahteraan
mengendalikan sumber stress yang psikologis yang lebih baik juga. Dalam
berkaitan dengan akademik dan kurang penelitian ini tingkat pendidikan mayoritas
mampu mengendalikan konflik yang partisipan merupakan lulusan SMA
dihadapi. Namun dari hasil penelitian juga sederajat yang melanjutkan studi ke
ditemukan bahwa dengan adanya rasa perguruan tinggi. Hal ini menyebabkan
kesadaran pada mahasiswa, mahasiswa tidak semua dimensi dalam kesejahteraan
dapat memiliki penguasaan lingkungan psikologis berada pada kategori tinggi,
yang lebih baik. Dengan kata lain, apabila khususnya pada dimensi penguasaan
mahasiswa mampu sadar dan memberi lingkungan dan kemandirian.
perhatian dengan keberadaannya, maka Pada hasil perhitungan rerata pada
mahasiswa menjadi lebih mampu tiap dimensi pada rasa kesadaran
menguasai dan berkompetensi dalam didapatkan rata-rata rendah pada dimensi
lingkungkan. tidak menghakimi pengalaman internal
Pada hasil perhitungan yaitu. Padahal, tidak menghakimi
kesejahteraan psikologis, didapatkan rata- pengalaman internal merupakan salah satu
rata tinggi pada dimensi tujuan hidup dan dimensi rasa kesadaran yang memberikan
pertumbuhan pribadi, sedangkan dimensi kontribusi pada dimensi penerimaan diri.
penguasaan lingkungan dan kemandirian Erikson (dalam Ryff, 1989) berpendapat
termasuk dalam rata-rata yang rendah. bahwa penerimaan diri juga melibatkan
Penemuan ini dapat dijelaskan oleh penerimaan akan masa lalu tentang
pendapat Ryff. Penelitian mengenai faktor keberhasilan dan kegagalan yang dialami
usia terhadap kesejahteraan psikologis yang individu. Oleh karena itu, apabila
dilakukan Ryff (1989) menemukan hasil mahasiswa ingin memiliki penerimaan diri
bahwa terdapat perbedaan kesejahteraan yang baik maka mahasiswa harus mampu
psikologis pada individu dalam rentang usia menerima dirinya secara sadar tanpa
tertentu. Hasil yang ditemukan dalam mengakimi secara berlebihan mengenai apa
penelitian Ryff (1989) adalah dimensi yang telah terjadi. Apabila mahasiswa
penguasaan lingkungan dan kemandirian mengakimi diri sendiri mengenai apa yang
akan bertambah seiring dengan dilakukannya tanpa adanya penerimaan atas
bertambahnya usia. Sebaliknya, tujuan masa lalu yang tidak berhasil, hal ini dapat
hidup dan pertumbuhan diri semakin menyebabkan menurunnya penerimaan diri
berkurang. pada mahasiswa.
Pada penelitian ini, peneliti Pada hasil perhitungan rerata pada
menduga bahwa mahasiswa memiliki tiap dimensi rasa kesadaran juga didapatkan
kemandirian yang tidak terlalu tinggi rata-rata rendah pada dimensi bertindak
karena mahasiswa masih belum mampu secara sadar. Peneliti menduga bahwa
menguasai lingkungan dengan baik. kemampuan bertindak secara sadar pada
Apabila mahasiswa mampu menguasai mahasiswa belum optimal dikarenakan
lingkungannya dengan baik, ia mampu mereka tidak mampu memberikan perhatian
tumbuh secara mandiri. Sebagai contoh, secara penuh dan sadar atas aktivitas yang
sebagian besar mahasiswa masih tergantung ia lakukan. Berbagai tuntutan akademik
secara finansial dengan orang tuanya, hal maupun non-akademik yang datang
ini yang membuat mahasiswa belum bersamaan, membuat mahasiswa dituntut
mampu tumbuh secara mandiri. untuk mampu mengerjakan beberapa tugas
Faktor lainnya yaitu tingkat juga dalam waktu yang bersamaan sehingga
pendidikan merupakan faktor yang mahasiswa kurang memiliki bertindak

98
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

secara sadar. Hal ini sejalan dengan bahasanya harus lebih diperhatikan lagi,
penelitian yang dilakukan Kementerian karena saat peneliti memberikan kuesioner
Kesehatan di Amerika juga mengatakan langsung kepada partisipan, ada beberapa
mahasiswa memiliki banyak sumber stress, partisipan yang menanyakan terkait bahasa
antara lain adalah tekanan akademis, dalam penulisan item. Selanjutnya, pada
perubahan lingkungan dengan tanggung penelitian ini faktor-faktor yang diteliti
jawab baru, serta mempersiapkan tidak semuanya berkaitan, peneliti lain yang
kehidupan setelah kuliah (National Health akan meneliti tentang kesejahteraan
Ministries, 2006). psikologis sebaiknya mengaitkannya atau
Pada hasil perhitungan rerata pada memperhatikan faktor lain yang mungkin
tiap dimensi pada rasa kesadaran terkait. Selanjutnya, pada penelitian ini
didapatkan rata-rata tinggi pada dimensi menggunakan uji coba terpakai dikarenakan
mengamati. Artinya, partisipan mahasiswa beberapa alasan tertentu. Untuk penelitian
dalam penelitian ini sudah cukup mampu selanjutnya diharapakan tidak
menyadari dan mengamati pengalaman menggunakan uji coba terpakai. Pada
internal dan eksternalnya. Dengan kata lain, penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mahasiswa cukup mampu menyadari dan menggali atau meneliti pada populasi
mampu melibatkan diri dengan apa yang partisipan yang memiliki jejang pendidikan
terjadi terhadap sekitarnya. Dalam konteks lebih tinggi dari mahasiswa S1. Hal ini
kehidupan mahasiswa sebagai contoh dikarenakan jenjang pendidikan individu
mereka mau melibatkan diri dalam mempengaruhi baik atau tidaknya
organisasi dan mampu melakukan kesejahteraan psikologis pada individu,
pengabdian masyarakat yang baik. Hal ini karena semakin tinggi jenjang
didukung oleh hasil penelitian bahwa pendidikannya semakin baik kesejahteraan
partisipan mahasiswa pada penelitian ini psikologis yang dimiliki.
rata-rata mengikuti organisasi yang ada di
universitas maupun di luar universitas Implikasi Penelitian
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
SIMPULAN untuk meningkatkan penerimaan diri dan
Hasil dari penelitian menunjukkan penguasaan lingkungan mahasiswa, maka
bahwa rasa kesadaran berperan secara mahasiswa perlu lebih memiliki rasa
positif dan signifikan terhadap dua dimensi kesadaran, dengan cara melibatkan diri
kesejahteraan psikologis, yaitu dimensi dalam pengalaman internal maupun
penerimaan diri dan penguasaan eksternal serta tidak bersikap menghakimi
lingkungan. Dimensi yang berpengaruh diri sendiri. Rasa kesadaran sendiri dapat
terhadap penerimaan diri adalah mengamati ditingkatkan dengan berbagai cara,
dan tidak menghakimi pengalaman internal, misalnya dengan mengikuti pelatihan
sedangkan dimensi yang berpengaruh meditasi, yoga, ataupun membiasakan diri
terhadap penguasaan lingkungan adalah berlatih untuk selalu menjalani aktivitas
mengamati. rutin, seperti mandi, makan, belajar, dan
berinteraksi dengan orang lain dengan
penuh kesadaran. Dengan memaksimalkan
SARAN diri untuk terlibat penuh dalam pengalaman
Untuk penelitian selanjutnya, perlu dan perasaan yang muncul, tidak
dilakukan perbaikan dan pengembangan menghakimi diri sendiri, dan menerima diri
dalam beberapa hal. Penelitian berikutnya apa adanya, mahasiswa akan memiliki
perlu melakukan teknik sampling yang penerimaan diri dan penguasaan lingkungan
lebih ideal, misalnya dengan menggunakan yang baik.
quota sampling atau bahkan probability
sampling. Kelemahan lainnya, dalam
penulisan item-item dalam alat ukur tata
99
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

DAFTAR PUSTAKA Psikologi Universitas Tarumanegara.


Diunduh dari researchgate.net pada 12
Baer, R. A., Smith, G. T., Hopkins, J., Oktober 2017.
Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006).
Using self-report assessment methods to
Furr, S.R., Mc Connel, G.N., Westefeld,
explore facets of mindfulness.
J.S., & Jenkins, J.M. (2001). Suicide
Assessment, 13(1), 27-45.
and depression among college students:
Blau, G.M. (1996). Adolescent suicide and A decade late. Professional Psychology:
depression. Dalam B.M. Blau & Research and Pratice, 32, 97-100.
Thomas P. Gultotta (Ed.), Adolescent
Hariyanto, A.D. (2010). Prevelensi depresi
dysfuctional behavior: Causes,
dan faktor yang mempengaruhi pada
interventions, and prevention. London:
mahasiswa fakultas kedokteran
Sage Publication.
universitas katolik indonesia atma jaya
Brebahama, A., & Listiyandini, R. A. angkatan 2007. Karya Tulis Ilmiah
(2016). Gambaran Tingkat Kedokteran. Jakarta.
Kesejahteraan Psikologis Penyandang
Ismail, R.G., & Indrawati, E.S. (2013).
Tunanetra Dewasa Muda. MEDIAPSI,
Hubungan dukungan sosial dengan
2(1), 1-10.
psychological well being pada
mahasiswa stie dharmaputera program
Brown, K.W., & Ryan, R.M. (2003). The
studi ekonomi manajemen semarang.
benefit of being present: mindfulness
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas
and it’s role in psychological well
Diponegoro Vol 2, No. 4.
being. Journal of Personality & Social
Psychology, Vol. 84, No. 4, 822-848. Kabat-Zinn, J. (1990). Full catastrophe
living: Using the wisdom of your body
Fadli, F. (2012). Hubungan antara
and mind to face stress, pain, and
dukungan sosial dengan psychological
illness. New York, NY: Dell
well being pada mahasiswa. Skripsi.
Publishing.
Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Lau, M.A., & McMain, S.F. (2005).
Integrating mindfulness meditation with
Fajrina, A.D., & Rosiana, D. (2015).
cognitive and behavioral therapies: The
Hubungan flow dengan psychological
challengge of combining acceptance
well being mahasiswa psikologi unisba
and change based strategies. The
yang aktif organisasi. Skripsi. Bandung:
Canadian Journal of Psychiatry, Vol.
Fakultas Psikologi Universitas Islam
50, No. 13, 863-869.
Bandung.
Michael, et.al. (2006). Depression among
Finucane, A., & Mercer, S. W. (2006). An
college students: trends in prevalence
exploratory mixed methods study of the
and treatment seeking. Counseling and
acceptability and effectiveness of
Clinical Psychology Journal:
mindfulness-based cognitive therapy for
Psychological Publishing
patients with active depression and
anxiety in primary care. BMC National Health Ministries. (2006). Stress
psychiatry, 6(1), 14. & the college students. USA.
Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan
Fourianalistyawati, E., Listiyandini, R. A., statistika modern untuk ilmu sosial.
& Fitriana, T. S. (2016). Hubungan Jakarta: Salemba Humanika.
Mindfulness dan Kualitas Hidup Orang
Dewasa. Prosiding Forum Ilmiah Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D.
Psikologi Indonesian (FIPI). Fakultas (2008). Human development (Psikologi

100
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017

Perkembangan edisi kesebilan). Jakarta:


Kencana.
Pennebaker, J.W., Colder, M., & Sharp,
L.K. (1990) Accelerating the coping
process. Journal of Personality and
Social Psychology, 58, 528-537.
Putri, F.O. (2012). Hubungan antara
gratitude dan psychological well-being
pada mahasiswa. Skripsi. Depok:
Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Ryff, C. D. (1989). Happines is everything,
or is it? Explorations on the retaining of
psychological well-being. Journal of
personality and social psychology,
1069-1081.

Ryff, C. D. (1995). The stucture of


psychological well-being revisited.
Journal of personality and social
psychology, 719-727.
Smolak, L. (1993). Adult development. New
Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Voitkane, S. (2001). First year student
social adjustment to university.
http://www.ispaweb.org/en/olloquium/n
yborg%20Presentation/voitkane.htm.
Diunduh pada 18 Oktober 2015
West, A.M (2008). Mindfulness and well-
being in adolescence: An exploration of
four mindfulness measures with an
adolescent sample. Proquest
Dissertation & Theses.
Wibowo. (2010). Psikologi untuk
Pengembangan Diri. Bandung: Widya
Padjadjaran.

101

Anda mungkin juga menyukai