2, Desember 2017
ABSTRAK Mahasiswa merupakan individu yang berada dalam masa dewasa transisi
sehingga dibutuhkan kesejahteraan psikologis yang optimal dalam
menghadapi tugas perkembangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh dimensi-dimensi rasa kesadaran (mindfulness)
terhadap kesejahteraan psikologis pada mahasiswa. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 200 orang mahasiswa dari wilayah Jabodetabek,
yang dipilih dengan menggunakan teknik convenience sampling.
Penelitian menggunakan adaptasi skala Five Facet Mindfulness
Quisionare (FFMQ) untuk mengukur rasa kesadaran dan adaptasi skala
Scale of Psychological Well-Being (SPWB) untuk mengukur
kesejahteraan psikologis. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa rasa
kesadaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kesejahteraan psikologis, yaitu pada dimensi penerimaan diri dan
penguasaan lingkungan. Dimensi rasa kesadaran yang berpengaruh
terhadap penerimaan diri adalah mengamati dan tidak menghakimi
pengalaman internal, sedangkan dimensi rasa kesadaran yang
berpengaruh terhadap penguasaan lingkungan adalah mengamati. Dengan
demikian, menjadi penting untuk mahasiswa mengembangkan rasa
kesadaran dengan menerima dan mengamati berbagai pengalaman
internal maupun eksternal agar lebih mampu menerima diri sendiri dan
menguasai tantangan hidup sehari-hari.
89
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
PENDAHULUAN
90
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
penerimaan diri, hubungan positif dengan bahwa dukungan sosial mampu membuat
orang lain, kemandirian, penguasaan mahasiswa memiliki cara pandang yang
lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan positif terhadap suatu masalah atau sesuatu
pribadi. yang sedang dihadapinya. Dari penelitian-
Kurang optimalnya kesejahteraan penelitian tersebut terdapat indikasi bahwa
psikologis pada mahasiswa ditunjukkan untuk memiliki kesejahteraan psikologis
dari adanya mahasiswa yang belum yang baik, mahasiswa membutuhkan
memiliki tujuan masa depan yang jelas. keterlibatan penuh dan menyadari berbagai
Sebagai contoh, hasil penelitian Ismail dan hal yang ia dapatkan, termasuk dalam
Indrawati (2013) menunjukkan bahwa mempersepsi adanya hubungan positif
selama menjalani kehidupannya, banyak dengan orang lain, serta sadar atas sesuatu
mahasiswa yang tidak memiliki arah dan yang pihak lain berikan. Kondisi kesadaran
target yang jelas, melainkan hanya ini berhubungan dengan konsep psikologis
mengikuti kegiatan mahasiswa pada yang disebut sebagai mindfulness (rasa
umumnya. Hariyanto (2010) dan Michael, kesadaran).
et.al (2006) juga menjelaskan adanya gejala Brown dan Ryan (2003)
depresi yang muncul pada mahasiswa. mengatakan bahwa rasa kesadaran didasari
Depresi ditandai dengan adanya kesedihan oleh meningkatnya keadaan sadar terjaga
terus menerus, hilangnya nafsu makan, dan secara berkesinambungan, memonitor
terdapat pandangan negatif mengenai keadaan diri dan lingkungan luar, serta
kehidupan yang dijalani. Kondisi-kondisi adanya perhatian yang memusat sehingga
ini mengindikasikan bahwa mahasiswa menghasilkan kesadaran penuh akan
perlu untuk lebih memperhatikan pengalamannya secara lebih terbuka. Baer,
kesejahteraan psikologis yang dimilikinya. et.al (2006) mendefinisikan rasa kesadaran
Terdapat beberapa penelitian sebagai meningkatnya kesadaran dengan
terdahulu yang meneliti faktor-faktor terkait berfokus pada pengalaman saat ini serta
kesejahteraan psikologis pada mahasiswa. adanya penerimaan tanpa memberikan
Salah satunya penelitian yang dilakukan penilaian.
Fajrina dan Rosiana (2015) tentang Rasa kesadaran dapat dilatih dan
kesejahteraan psikologis yang menemukan ditingkatkan melalui serangkaian proses
adanya hubungan positif antara flow dengan pelatihan. Namun demikian, rasa kesadaran
kesejahteraan psikologis pada mahasiswa juga dapat dipandang sebagai suatu sifat
psikologi Universitas Islam Bandung yang atau disposisi. Dalam hal ini, individu yang
aktif berorganisasi. Flow sendiri merupakan memiliki kecenderungan alamiah atau
kondisi dimana mahasiswa merasa puas disposisi untuk mampu menampilkan
oleh reward yang ada dalam diri mereka kesadaran secara utuh dan penuh di dalam
sehingga mereka ingin mengulangi berbagai aspek kehidupan dikatakan
pengalaman tersebut. Penelitian lainnya memiliki rasa kesadaran yang baik.
yang dilakukan oleh Putri (2012) Individu dengan rasa kesadaran yang tinggi,
menyatakan bahwa adanya hubungan cenderung mampu bersikap sadar utuh
positif yang signifikan antara dalam berbagai konteks. Rasa kesadaran
kebersyukuran dan kesejahteraan psikologis membantu individu untuk bisa melihat
pada mahasiswa. Kebersyukuran sendiri secara lebih dalam hubungan antara pikiran,
adalah perasaan yang menyenangkan dan perasaan, dan aktivitasnya, sehingga makna
penuh terima kasih sebagai respon dari dan penyebab dari pengalaman dan perilaku
penerimaan kebaikan. Penelitian lainnya disadari sepenuhnya. Pengalaman terbuka
yang dilakukan oleh Fadli (2012) dan penerimaan memungkinkan perspektif
menyatakan adanya hubungan yang positif yang lebih luas akan pikiran dan perasaan,
antara dukungan sosial dengan sehingga risiko depresi dapat dikurangi
kesejahteraan psikologis pada mahasiswa, bersama dengan meningkatnya kesadaran
91
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
akan pikiran negatif (Lau dan McMain, mengakimi terhadap pikiran-pikiran yang
2005; Finucane dan Mercer, 2006). ada dalam diri (Baer et al, 2006). Melalui
Beberapa penelitian terdahulu penelitian tersebut, ditemukan bahwa
mengungkapkan bahwa rasa kesadaran semua dimensi rasa kesadaran memiliki
dapat membantu seseorang untuk dapat hubungan yang positif dan signifikan
memiliki hidup yang lebih sehat dan tidak dengan kesejahteraan psikologis (Baer et
mudah cemas, tidak mudah depresi, al., 2006).
memandang hidup lebih baik, Pada konteks kehidupan mahasiswa,
meningkatkan hubungan positif dengan rasa kesadaran tentunya juga diharapkan
orang lain, meningkatkan harga diri, dan membantu mahasiswa untuk bisa mencapai
meningkatkan fungsi ketahanan tubuh kesejahteraan psikologis yang optimal.
manusia (Kabat-Zinn dkk dalam West, Apabila mahasiswa memiliki rasa
A.M, 2008). Kajian lainnya yang dilakukan kesadaran yang baik, ia akan sadar dan
oleh Baer, et al (2006) juga menemukan memberikan perhatian penuh tanpa
bahwa rasa kesadaran memiliki hubungan menghakimi terhadap pengalaman di dalam
yang signifikan dan positif dengan maupun di luar dirinya. Kondisi kesadaran
kesejahteraan psikologis. Dapat dikatakan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
bahwa tingkat rasa kesadaran merupakan untuk mengembangkan potensinya,
salah satu faktor yang memprediksi bertahan dalam menghadapi segala tuntutan
perkembangan psikologis yang baik. akademik maupun non-akademik, sehingga
Melalui rasa kesadaran, individu dapat dapat mengoptimalkan kesejahteraan
melihat permasalahan dengan objektif serta psikologis yang dimilikinya.
sadar dengan apa yang mereka rasakan Di Indonesia, telah terdapat
sehingga membantunya memiliki beberapa bahasan mengenai kesejahteraan
kesejahteraan psikologis yang baik. psikologis maupun rasa kesadaran. Namun
Untuk mengukur hubungan antara demikian, penelitian yang membahas
rasa kesadaran dan kesejahteraan psikologis pengaruh rasa kesadaran terhadap
secara lebih spesifik, Baer et al (2006) kesejahteraan psikologis mahasiswa masih
menggunakan skala rasa kesadaran yang dibutuhkan. Terutama mengingat bahwa
bersifat multidimensional. Dimensi mahasiswa masih membutuhkan
pertama, acting with awareness (bertindak pencapaian kesejahteraan psikologis yang
secara sadar), yaitu memberikan atensi lebih optimal. Dengan meneliti pengaruh
penuh pada aktivitas yang sedang rasa kesadaran terhadap kesejahteraan
dilakukan. Dimensi kedua, observing psikologis, dapat diketahui dimensi-dimensi
(mengamati), yaitu menyadari atau dari rasa kesadaran yang memiliki peranan
melibatkan diri dengan pengalaman internal dalam peningkatan kesejahteraan psikologis
maupun eksternal seperti sensasi, kognisi, pada mahasiswa. Hasil penelitian nantinya
dan emosi. Dimensi ketiga, describing juga dapat dijadikan sebagai literatur
(menggambarkan), yaitu kemampuan pengetahuan bagi mahasiswa untuk dapat
individu untuk membuat label berbentuk mengoptimalkan rasa kesadaran dalam
kata-kata mengenai pengalaman internal, rangka peningkatan kesejahteraan
seperti perasaan. Dimensi keempat, non- psikologis. Oleh karena itu, penelitian ini
reactivity to inner experience (tidak bertujuan untuk menganalisis mengenai
bersikap reaktif terhadap pengalaman bagaimana pengaruh dari rasa kesadaran
internal), yaitu membiarkan pikiran datang dalam memprediksi kesejahteraan
dan pergi tanpa harus terlarut lebih dalam. psikologis pada mahasiswa.
Dimensi terakhir adalah non-judging of
inner experience (tidak menghakimi
pengalaman internal), yang dapat diartikan
sebagai sikap non-evaluatif atau tidak
92
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
Uji reliabilitas dan validitas melalui uji coba terpakai kepada 200
didasarkan dari uji coba terpakai pada 200 mahasiswa. Berdasarkan pada uji analisa
orang partisipan. Berdasarkan uji analisa item alat ukur SPWB yang terdiri dari 42
item menggunakan teknik korelasi item- item hasil yang didapatkan terdapat
total, ditemukan bahwa pada item-item beberapa item yang tidak valid karena
dimensi ‘menggambarkan’ dan ‘tidak memiliki nilai <0,2 diantaranya item 2, 8,
menghakimi pengalaman internal’ memiliki 36, dan 41, sehingga hanya 38 item yang
r=0,508 – 0,633. Pada dimensi ‘bertindak digunakan dalam proses analisa data.Skala
secara sadar’ dan ‘mengamati’ terdapat 1 SPWB yang terdiri dari 38 item memiliki
item yang dihapus pada masing-masing nilai reliabilitas berkisar antara α=0,617 –
dimensi. Pada dimensi ‘tidak bersikap 0,755 pada setiap dimensi.
reaktif terhadap pengalaman internal’,
ditemukan tiga buah item yang kurang Teknik Analisa Statistik
berfungsi dengan baik karena memiliki r < Untuk penelitian ini, peneliti
0,2. Standar sebuah item dianggap valid menggunakan model analisis uji regresi
dan layak digunakan adalah jika memiliki ganda. Analisis regresi berganda dilakukan
koefisien korelasi di atas 0,2 (Nisfianoor, untuk memprediksikan perubahan nilai
2009). Berdasarkan hasil analisa korelasi variabel terikat, bila dua atau lebih variabel
item-total ini, terdapat hanya 34 item yang bebas sebagai faktor prediktor dimanipulasi
diputuskan untuk digunakan karena item (Sugiyono, 2012).
memiliki r>0,2 sehingga dianggap layak
dan sangat mendeskripsikan konstruk rasa ANALISIS & HASIL
kesadaran.
Menurut Sunjoyo (2013) bahwa Deskripsi Rasa kesadaran
nilai reliabilitas yang baik untuk digunakan Berikut ini gambaran rasa kesadaran
sebagai instrumen pengambilan data berdasarkan skala likert 1-5:
penelitian adalah >0,6. Dari 34 item, alat
ukur FFMQ memiliki nilai reliabilitas Tabel 1. Gambaran Rasa Kesadaran
α=0,503 – 0,840. Oleh karena itu, dapat Dimensi Min Max M SD
disimpulkan bahwa skala FFMQ memiliki Bertindak sadar 1,14 4,71 2,90 0,80
nilai reliabilitas yang baik, sehingga dapat Mengamati 2,00 5,00 3,33 0,58
digunakan sebagai instrumen pengambilan Menggambarkan 1,25 4,63 3,18 0,68
data penelitian. Tidak reaktif 2,00 4,75 3,31 0,57
Tidak 1,13 4,00 2,58 0,64
Skala Kesejahteraan Psikologis: menghakimi
Psychological Well-being Scale (SPWB)
Alat ukur kesejahteraan psikologis Tabel 1 di atas menunjukan gambaran
yang digunakan adalah scale of rerata pada setiap dimensi rasa kesadaran.
psychological well-being (SPWB). Skala Pada hasil perhitungan rerata, dimensi rasa
aasli SPWB terdiri dari 42 item dan kesadaran yang paling tinggi ada pada
menggunakan pengukuran berdasarkan dimensi mengamati (M=3,33, SD=0,58),
enam dimensi utama kesejahteraan dan paling rendah adalah pada dimensi
psikologis yaitu penerimaan diri, hubungan tidak menghakimi pengalaman internal
positif dengan orang lain, kemandirian, (M=2,58, SD=0,64).
penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan
pertumbuhan pribadi. Dalam penelitian ini,
skala yang digunakan berupa skala likert
dari rentang 1-6.
Pengujian reliabilitas dan validitas
alat ukur kesejahteraan psikologis adalah
94
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
95
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
positif dengan orang lain. Ditemukan dimensi rasa kesadaran hanya dapat
bahwa seluruh dimensi rasa kesadaran menjelaskan 0,9% varians dari dimensi
hanya dapat menjelaskan 2,6% varians dari tujuan hidup sehingga tidak signifikan
dimensi hubungan positif dengan orang lain (R2=0,009, F=0,467, p=0,760>0,05).
sehingga tidak signifikan (R2=0,026, Ditemukan bahwa skor pada tiap dimensi
F=1,300, p 0,271). Ditemukan bahwa skor rasa kesadaran, yaitu mengamati (β=0,027,
pada tiap dimensi rasa kesadaran, bertindak p=0,719, n.s), menggambarkan (β=0,097,
secara sadar (β=0,112, p=0,248, n.s), p=0,198, n.s), tidak bersikap reaktif
menggambarkan (β=0,017, p=0,842, n.s), terhadap pengalaman internal (β= -0,002,
tidak bersikap reaktif terhadap pengalaman p=0,977, n.s) dan tidak menghakimi
internal (β=0,058, p=0,457, n.s), dan tidak pengalaman internal (β= -0,000, p=0,997,
menghakimi pengalaman internal (β=0,065, n.s), dan bertindak secara sadar tidak dapat
p=0,471, n.s) tidak dapat memprediksi memprediksi tujuan hidup secara
hubungan positif dengan orang lain secara signifikan.
signifikan. Kemudian untuk dimensi
Untuk dimensi kemandirian, hasil pertumbuhan pribadi, hasil regresi
regresi menunjukkan bahwa seluruh menunjukkan bahwa seluruh dimensi rasa
dimensi rasa kesadaran hanya dapat kesadaran hanya dapat menjelaskan 1,9%
menjelaskan 4,4% varians dari dimensi varians dari dimensi pertumbuhan pribadi
kemandirian sehingga ditemukan tidak sehingga dianggap tidak signifikan
signifikan secara statistik (R2=0,044, 2
(R =0,019, F=0,760, p=0,579> 0,05).
F=1,799, p 0,115). Ditemukan bahwa skor Ditemukan bahwa skor pada tiap dimensi
pada tiap dimensi rasa kesadaran, yaitu rasa kesadaran, bertindak secara sadar
mengamati (β=0,135, p=0,072, n.s), (β=0,056, p=0,566, n.s), mengamati
menggambarkan (β=0,084, p=0,315, n.s), (β=0,058, p=0,442, n.s), menggambarkan
tidak bersikap reaktif terhadap pengalaman (β=0,059, p=0,484, n.s), tidak bersikap
internal (β=0,109, p=0,169, n.s), dan tidak reaktif terhadap pengalaman internal
menghakimi pengalaman internal (β=0,067, (β=0,078, p=0,333, n.s), dan tidak
p=0,455, n.s), dan bertindak secara sadar menghakimi pengalaman internal (β= -
tidak dapat memprediksi kemandirian 0,013, p=0,886, n.s) tidak dapat
secara signifikan. memprediksi pertumbuhan pribadi secara
Pada dimensi penguasan signifikan.
lingkungan, hasil regresi menunjukkan Dengan demikian, hasil analisa
bahwa seluruh dimensi rasa kesadaran regresi menunjukkan bahwa rasa kesadaran
berkontribusi secara efektif dan signifikan berkontribusi pada beberapa dimensi
sebesar 10,3% pada varians dari dimensi kesejahteraan psikologis mahasiswa. Dalam
penguasaan lingkungan (R2=0,103, hal ini, rasa kesadaran dapat memprediksi
F=5,627, p<,001). Namun, ditemukan secara signifikan kesejahteraan psikologis
bahwa hanya dimensi mengamati (β=0,282, mahasiswa pada dimensi penerimaan diri
p<0,01) yang memiliki kontribusi dan penguasaan lingkungan.
signifikan dalam memprediksi penguasaan
lingkungan. Untuk dimensi bertindak secara DISKUSI
sadar (β=0,097, p=0,245, n.s), tidak Hasil dari penelitian ini adalah rasa
bersikap reaktif terhadap pengalaman kesadaran berperan secara signifikan
internal (β=0,031, p=0,676, n.s), dan tidak terhadap dua dimensi kesejahteraan
menghakimi pengalaman internal (β=0,196, psikologis mahasiswa. Dimensi
p=0,025, n.s), tidak dapat memprediksi kesejahteraan psikologis mahasiswa yang
penguasaan lingkungan secara signifikan. bisa diprediksi oleh rasa kesadaran yaitu,
Untuk dimensi tujan hidup, hasil dimensi penerimaan diri sebesar 9,5% dan
regresi menunjukkan bahwa seluruh penguasaan lingkungan sebesar 10,3%.
96
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
97
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
98
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
secara sadar. Hal ini sejalan dengan bahasanya harus lebih diperhatikan lagi,
penelitian yang dilakukan Kementerian karena saat peneliti memberikan kuesioner
Kesehatan di Amerika juga mengatakan langsung kepada partisipan, ada beberapa
mahasiswa memiliki banyak sumber stress, partisipan yang menanyakan terkait bahasa
antara lain adalah tekanan akademis, dalam penulisan item. Selanjutnya, pada
perubahan lingkungan dengan tanggung penelitian ini faktor-faktor yang diteliti
jawab baru, serta mempersiapkan tidak semuanya berkaitan, peneliti lain yang
kehidupan setelah kuliah (National Health akan meneliti tentang kesejahteraan
Ministries, 2006). psikologis sebaiknya mengaitkannya atau
Pada hasil perhitungan rerata pada memperhatikan faktor lain yang mungkin
tiap dimensi pada rasa kesadaran terkait. Selanjutnya, pada penelitian ini
didapatkan rata-rata tinggi pada dimensi menggunakan uji coba terpakai dikarenakan
mengamati. Artinya, partisipan mahasiswa beberapa alasan tertentu. Untuk penelitian
dalam penelitian ini sudah cukup mampu selanjutnya diharapakan tidak
menyadari dan mengamati pengalaman menggunakan uji coba terpakai. Pada
internal dan eksternalnya. Dengan kata lain, penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mahasiswa cukup mampu menyadari dan menggali atau meneliti pada populasi
mampu melibatkan diri dengan apa yang partisipan yang memiliki jejang pendidikan
terjadi terhadap sekitarnya. Dalam konteks lebih tinggi dari mahasiswa S1. Hal ini
kehidupan mahasiswa sebagai contoh dikarenakan jenjang pendidikan individu
mereka mau melibatkan diri dalam mempengaruhi baik atau tidaknya
organisasi dan mampu melakukan kesejahteraan psikologis pada individu,
pengabdian masyarakat yang baik. Hal ini karena semakin tinggi jenjang
didukung oleh hasil penelitian bahwa pendidikannya semakin baik kesejahteraan
partisipan mahasiswa pada penelitian ini psikologis yang dimiliki.
rata-rata mengikuti organisasi yang ada di
universitas maupun di luar universitas Implikasi Penelitian
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
SIMPULAN untuk meningkatkan penerimaan diri dan
Hasil dari penelitian menunjukkan penguasaan lingkungan mahasiswa, maka
bahwa rasa kesadaran berperan secara mahasiswa perlu lebih memiliki rasa
positif dan signifikan terhadap dua dimensi kesadaran, dengan cara melibatkan diri
kesejahteraan psikologis, yaitu dimensi dalam pengalaman internal maupun
penerimaan diri dan penguasaan eksternal serta tidak bersikap menghakimi
lingkungan. Dimensi yang berpengaruh diri sendiri. Rasa kesadaran sendiri dapat
terhadap penerimaan diri adalah mengamati ditingkatkan dengan berbagai cara,
dan tidak menghakimi pengalaman internal, misalnya dengan mengikuti pelatihan
sedangkan dimensi yang berpengaruh meditasi, yoga, ataupun membiasakan diri
terhadap penguasaan lingkungan adalah berlatih untuk selalu menjalani aktivitas
mengamati. rutin, seperti mandi, makan, belajar, dan
berinteraksi dengan orang lain dengan
penuh kesadaran. Dengan memaksimalkan
SARAN diri untuk terlibat penuh dalam pengalaman
Untuk penelitian selanjutnya, perlu dan perasaan yang muncul, tidak
dilakukan perbaikan dan pengembangan menghakimi diri sendiri, dan menerima diri
dalam beberapa hal. Penelitian berikutnya apa adanya, mahasiswa akan memiliki
perlu melakukan teknik sampling yang penerimaan diri dan penguasaan lingkungan
lebih ideal, misalnya dengan menggunakan yang baik.
quota sampling atau bahkan probability
sampling. Kelemahan lainnya, dalam
penulisan item-item dalam alat ukur tata
99
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
100
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
101