Anda di halaman 1dari 133

i

PENDIDIKAN ANAK
BERBAKAT

Editor :
Dr. Indina Tarjiah, M.Pd.
Citra Ashri Maulidina, M.Pd.

Disusun Oleh : Mahasiswa Kelas


A Program Studi
Pendidikan Khusus FIP UNJ
Angkatan 2022

Universitas Negeri Jakarta


Jl. R. Mangun Muka Raya No.11, RT.11/RW.14,
Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220
PENDIDIKAN ANAK
BERBAKAT

Editor :
Dr. Indina Tarjiah, M.Pd.
Citra Ashri Maulidina, M.Pd.

Penyusun :
Mahasiswa Kelas A Program Studi
Pendidikan Khusus FIP UNJ
Angkatan 2022

• Hak cipta yang dilindungi


Undang – Undang pada : Penulis
Hak Penerbitan pada : Universitas Negeri Jakarta
Dicetak Oleh : Universitas Negeri Jakarta

Dilarang mengutip atau memperbanyak dalam bentuk


apapun tanpa izin tertulis dari penulis isi diluar tanggung
jawab Penerbit.

• Universitas Negeri Jakarta Anggota [KAP] No. Anggota


AP(PT) No. 002.103.1.09.2022 Jl. R. Mangun Muka Raya,
Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Telp (021)
4898486, Kode Pos 13220

i
Daftar Isi

Tentang Penulis…………………………………………..……..…i
Daftar Isi……………………………………………..………….…ii
Kata Pengantar…………………………………………………....vi
BAB 1 Pengertian Anak Berbakat………...………...……………1
1.1 Konsep dan Pegertian Berbakat………………………….1
1.2 Konsep dan Pegertian Keberbakat……………………….8
1.2.1 Konsep Keberbakatan……………………………..9
1.2.2 Konsep Keberbakatan Di Indonesia………………9
1.2.3 Pengertian Keberbakatan………………………...11
1.2.4 Istilah Lain Keberbakatan………………………..12
BAB 2 KONSEP, TEORI OTAK DAN HUBUNGANNYA
DENGAN BERBAKAT DAN KECERDASAN..……….16
2.1 Otak Individu Berbakat………………………………...16
2.2 Hubungan Otak Dengan Keberbakatan………………..17
BAB 3 FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG
MEMPENGARUHI BAKAT DAN
KEBERBAKATAN..…………………………………...20
3.1 Faktor Penyebab Anak Berdasarkan Teori
Beberapa Ahli…………………………………………..20
3.1.1 Menurut Moh Amin……………………………...20
3.1.2 Menurut Albert Bandura…………………………21
3.1.3 Menurut Edward Deci Dan Richard Ryan……….21
3.1.4 Menurut Lev Vygostsky…………………………21
3.2 Faktor Internal Bakat dan Keberbakatan………………22
3.2.1 Faktor Hereditas/Genetik………………………...22

ii
3.2.2 Faktor Gizi dan Pola Makan……………………..23
3.2.3 Faktor Kesehatan………………………………...24
3.2.4 Faktor Kecerdasan/Intelektual dan
Keterampilan……………………………………..25
3.2.5 Faktor Minat dan Motivasi………………………25
3.2.6 Faktor Kepribadian, Kedisiplinan, dan
Kepercayaan Diri………………………………...27
3.3 Faktor Eksternal Bakat dan Keberbakatan……………..28
3.3.1 Faktor Lingkungan Keluarga…………………….28
3.3.2 Faktor Lingkungan Pendidikan…………………..29
3.3.3 Faktor Lingkungan Sosial..………………………31
3.3.4 Faktor Perkembangan Zaman dan
Teknologi………………………………………...32
3.3.5 Faktor Pengalaman……………………………....33
BAB 4 KONSEPNKOGNITIF, AKADEMIK, FISIK,
SOSIAL, DAN EMOSI PADA ANAK BERBAKAT....34
4.1 Konsep Karakteristik Kognitif, Akademik, Fisik,
Sosial, dan Emosi Pada Anak Berbakat………………...34
4.2 Konsep Karakteristik Akademik pada Anak Berbakat….35
4.3 Konsep Karakteristik Fisik pada Anak Berbakat……….38
4.4 Konsep Karakteristik Sosial dan Emosi Pada
Anak Berbakat……………….........................................39
BAB 5 IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT….………………43
5.1 Alasan Diperlukannya Identifikasi Anak Berbakat…….43
5.2 Identifikasi Anak Berbakat……………………………..44
5.3 Tindak Lanjut untuk Mengembangkan Potensi
Anak Berbakat dan Membantu Mencapai
Tujuan Mereka………………………………………….56
5.3.1 Penyediaan Program Khusus Untuk Anak
Berbakat…………………………………………..57
5.3.2 Mendukung Anak Berbakat dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler……………………………………57

3
5.3.3 Mendorong Anak Berbakat Untuk Mencapai
Tujuan Mereka…………………………………….57
BAB 6 ASESMEN ANAK BERBAKAT…………..………….....59
6.1 Jenis Asesmen Anak Berbakat………………………….59
6.2 Tahapan Asesmen Anak Berbakat……………………...60
2.3.2 Sumber Referensi Mengenai Asesmen Anak
Berbakat……………………………………………….63
6.1.1 Pendekatan Asesmen Anak Berbakat…………...60
6.1.2 Aspek Penting Asesmen Anak Berbakat………..64
6.1.3 Jurnal Mengenai Asesmen Anak Berbakat……..66
6.1.4 Contoh Instrumen Asesmen Anak Berbakat…....69
BAB 7 LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT.…......89
7.1 Layanan Pendidikan Anak Berbakat………………….89
7.1.1 Akselerasi……………………………………….89
7.1.2 Homeschooling………………………………….93
7.1.3 Strategi Pembelajaran Anak Berbakat…………..94
7.1.4 Pengelompokkan Pendidikan dalam Anak
Berbakat………………………………………....95
7.1.5 Evaluasi Pembelajaran Anak Berbakat…………99
7.1.6 Peran Guru untuk Anak Berbakat……………..100
BAB 8 KURIKULUM BERDIFERENSIASI ANAK
BERBAKAT…………………………………………..102
8.1 Definisi Kurikulum Anak
Berbakat………………....102
8.2 Jenis-Jenis Kurikulum yang Digunakan Untuk
Anak Berbakat……………………………………….106
8.2.1 Konten…………………………………………106
8.2.2 Proses…………………………………………..106
8.2.3 Produk…………………………………………106
8.3 Dampak Kurikulum Berdiferensiasi…………………111
8.3.1 Pencapaian Prestasi Fisik……………………...111

4
8.3.2 Pencapaian Prestasi Psikologis………………..111
8.3.3 Pencapaian Prestasi Akademik………………...111
BAB 9 KESIMPULAN………..………………………………...112
DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………….117

5
Kata Pengantar
Puji Syukur Alhamdulillah kita ucapkan kehadirat Allah SWT.
Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar,
sehingga memberi kami kekuatan untuk menuntaskan penyusunan
buku berjudul “Pendidikan Anak Berbakat” ini.
Sebelumnya, kami ingin menghaturkan rasa terima kasih yang
begitu besar kepada Ibu Dr. Indina Tarjiah, M.Pd. dan Ibu Citra Ashri
Maulidina, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Anak Berbakat yang telah membersamai kami, memberikan segenap
ilmu dan bimbingan semasa penyusunan buku ini. Selanjutnya kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berjuang bersama-sama memberikan kontribusi dalam penyusunan
buku ini.
Kami menyadari bahwa tentunya buku ini masih jauh darikata
sempurna dengan segala keterbatasan yang ada dalam proses
penyusunan nya. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan dukungan
baik berupakritik maupun saran yang bersifat konstruktif
untukperbaikan di masa yang akan datang.

Jakarta, 10 Juni 2023

Penyusun

vi
Bab 1
Pengertian Anak Berbakat

1.1 Konsep dan Pengertian Berbakat

Menurut Tedjasaputra, MS. (dalam Jurnal Hubungan


Keberbakatan dan Kreativitas Anak Usia Dini, 2021),
bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan
latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan
keterampilan khusus. Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI) yang
sering dikenal sebagai siswa Gifted, tergolong siswa yang memiliki
kebutuhan khusus. Berdasarkan hal ini, siswa CIBI membutuhkan
perlakuan dan penanganan khusus dalam dunia pendidikan. Beberapa
alasan siswa CIBI merupakan siswa dengan kebutuhan khusus, yaitu
tingkat kecerdasan yang di atas rata-rata, penalaran produktifitas yang
tinggi serta tanggung jawab atas kewajibannya, dan mempunyai
dorongan yang besar untuk memperoleh prestasi. Sedangkan
karakteristik personalitasnya, diantaranya: mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, minat terhadap tantangan, tidak mudah
puas serta giat dalam berusaha Munandar dalam (Chairiah, Rohaeti,
& Fatimah, 2020).

Anak berbakat adalah individu unik dengan karakteristik dan


kebutuhan tersendiri yang relatif berbeda dengan anak normal pada

1
umumnya. Munculnya karakteristik dan kebutuhan khas pada anak
berbakat tersebut di samping berdampak positif terhadap berbagai
aspek perkembangan, di sisi lain cenderung melahirkan berbagai
permasalahan psikologis, emosional, sosial, pribadi, akademik,
maupun karir pada mereka. Dalam kaitannya dengan karir,
keberbakatan dengan segala permasalahannya berdampak kuat pada
kebutuhan untuk merumuskan suatu model alternatif layanan
bimbingan, khususnya bimbingan karir yang mampu mengakses
keberbakatan dan permasalahan mereka, sehingga karir mereka dapat
berkembang secara optimal. Dengan demikian, mereka dapat
mengaktualisasikan keberbakatannya dan melalui karirnya yang
mantap mereka dapat memberikan sumbangan besar bagi kemajuan
bangsa. Dengan layanan karir yang tepat, minimal dengan
kelebihannya mereka dapat menguasai karirnya dengan baik, dan
bukannya kewalahan dalam menghadapinya (Karir dalam
SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 2017).

Menurut (Salisah, Lidya, & Defit dalam SCHOULID: Indonesian


Journal of School Counseling, 2019) bakat adalah kemampuan
alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang bisa
bersifat umum atau khusus. Ada enam bakat menurut US Office Of
Education (USOE) (Salisah, Lidya, & Defit dalam SCHOULID:
Indonesian Journal of School Counseling, 2019), yaitu:

2
1. Intelektual umum;
2. Akademik khusus;
3. Berfikir kreatif-produktif;
4. Kemampuan memimpin;
5. Bidang seni dan pertunjukkan;
6. Kemampuan psikomotor.
Utami Munandar (Fernanda & Sano dalam SCHOULID:
Indonesian Journal of School Counseling, 2019) menyatakan bahwa
siswa unggul atau siswa berbakat adalah mereka yang mampu
mencapai prestasi tinggi dan memiliki kemampuan-kemampuan
yang unggul. Menurut (Jaenudin dalam SCHOULID: Indonesian
Journal of School Counseling, 2019) anak-anak tersebut
membutuhkan program pendidikan yang berbeda dan atau pelayanan
di luar jangkauan program sekolah biasa agar mereka dapat
memahami kontribusi mereka terhadap masyarakat maupun untuk
pengembangan diri sendiri.

Teori Renzulli menurut (Muhid, 2019) tentang anak berbakat


adalah teori yang dikembangkan oleh Joseph Renzulli, seorang ahli
pendidikan dari Universitas Connecticut. Teori ini mengusulkan
bahwa keberbakatan terdiri dari tiga faktor yaitu kecerdasan di atas
rata-rata, kreativitas, dan komitmen atau motivasi yang kuat untuk
mencapai prestasi di bidang tertentu.

3
Adapun pengertian dari masing-masing ciri tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Kemampuan di atas rata-rata (above average ability), adalah


kemampuan umum sebagaimana yang diungkap oleh tes
inteligensi pada umumnya ataupun kemampuan khusus
sebagaimana yang diungkap oleh tes bakat.
b. Komitmen terhadap tugas yang tinggi. Kobassa dalam
Nurjan, 2018. mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
komitmen terhadap tugas adalah kecenderungan untuk
melibatkan diri ke dalam suatu kegiatan yang sedang
dilakukan. Renzulli dalam (Nurjan, 2018) mengartikan
komitmen terhadap tugas sebagai kemampuan untuk
mengusahakan sendiri dalam mencapai suatu hal yang telah
direncanakan, kehendak yang kuat, ketekunan dan usaha
yang kuat dalam berusaha guna mencapai prestasi yang tinggi.
Renzulli dalam (Nurjan, 2018) menjelaskan bahwa komitmen
terhadap tugas adalah ditandai oleh ketekunan, dorongan,
tenaga dan interes terhadap tugas.
c. Kreativitas yang tinggi. Amabile dalam (Nurjan, 2018)
mengatakan kreativitas sebagai suatu produk atau respons
yang dinilai kreatif apabila tampak ada yang baru atau
memadai, berguna, benar, atau respons yang bernilai kepada
suatu tugas, dan tugas merupakan sesuatu yang heuristik atau

4
tidak diatur oleh aturan yang pasti. Hampir senada dengan
Amabile, Campbell dalam (Nurjan, 2018) mengartikan
kreativitas sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil
yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti.

Menurut Renzulli, anak berbakat dapat diidentifikasi melalui


tiga bentuk karakteristik yaitu kemampuan akademik yang tinggi,
kreativitas yang tinggi, dan kemampuan dalam berbagai bidang
seperti seni, olahraga, atau lainnya. Selain itu, Renzulli juga
mengemukakan bahwa lingkungan sosial dan dukungan dari orang
tua dan guru sangat berpengaruh dalam mengembangkan
keberbakatan anak.

Gambar 1. Konsep 3 Rings Renzulli

Gagne memandang keberbakatan sebagai kompetensi di atas


rata-rata dalam satu atau lebih kemampuan manusia, dan memandang
talenta sebagai kinerja. Menurut (Baiti, 2021) model keberbakatan
Gagne terkenal dengan istilah DMGT (Differentiated Model of

5
Giftedness and Talent). Gagne memandang bahwa keberbakatan
sebagai kemampuan intelektual serasi dengan kompetensi (uptitude)
di atas rata-rata dalam berbagai kemampuan manusia, diidentifikasi
melalui tek psikologi. Terbagi atas empat kategori, yaitu: intelektual,
kreatif, sosial afektif, dan sensomotorik. Bakat merupakan herediter.
Sedangkan talenta merupakan produk perkembangan hasil interaksi
antara gifted dan katalisator interpersonal serta katalisator
lingkungan. Talenta ditandai dengan kinerja/pertunjukan tertentu.
Talen terbagi atas kategori: akademik, teknik, artistic, kesenangan,
bisnis, kegiatan sosial, dan olahraga, menurut Hidayah dalam (Baiti,
2021) .

Menurut (Lalujan, Krismayani, & Manajang) kecerdasan


majemuk adalah istilah yang digunakan Howard Gardner untuk
menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki banyak
kecerdasan, tidak hanya sebatas IQ seperti yang di kenal selama ini.
Menurut penelitian Howard Gardner dalam (Lalujan, Krismayani, &
Manajang) di dalam diri setiap anak tersimpan Sembilan jenis
kecerdasan yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup
kemampuan manusia yang luas tersebut menjadi sembilan kategori
yang komprehensif atau sembilan macam kecerdasan dasar. Sembilan
jenis kecerdasan tersebut disebut Multiple Intelligences atau
kecerdasan majemuk (kecerdasan ganda).

6
1. Kecerdasan linguistik (Linguistic intelligence)
adalah kemampuan untuk menggunakan dan
mengolah kata–kata secara efektif baik secara oral
maupun secara tertulis.
2. Kecerdasan matematis-logis (Logical –
mthematical intelligence) adalah kemampuan
yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan
logika. Jalan pikiran bernalar dengan mudah
mengembangkan pola sebab akibat.
3. Kecerdasan ruang (Spatial intelligence) adalah
kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual
secara tepat dan kemampuan untuk mengenal
bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai
daya imaginasi secara tepat.
4. Kecerdasan kinestetik-badani (bodily-kinesthetic
intelligence) adalah kemampuan menggunakan
tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan
gagasan dan perasaan.
5. Kecerdasan musikal (Musical intelligence) adalah
kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentuk–bentuk
music dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan
intonasi serta kemampuan memainkan alat musik.

7
6. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal
intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti
dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,
motivasi, watak, temperamen orang lain.
Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan
berkomunikasi dengan berbagai orang.
7. Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal
intelligence) adalah kemampuan yang berkaitan
dengan pengetahuan akan diri sendiri dan
kemampuan untuk bertindak secara adaptif
berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi
dan keseimbangan.
8. Kecerdasan lingkungan/naturalis (Naturalist
intlligence) adalah kemampuan untuk mengerti
flora dan fauna dengan baik, menikmati alam,
mengenal tanaman dan binatang dengan baik.
9. Kecerdasan eksistensial (Exixtentialintlligence)
adalah kemampuan menyangkut kepekaan dan
kemampuan seseorang untuk menjawab
persoalan–persoalan terdalam keberadaan atau
eksistensi manusia.

1.2 Konsep Dan Pengertian Keberbakatan

8
1.2.1 Konsep Keberbakatan
Konsep keberbakatan berkembang melalui 2 pendekatan,
yaitu:

1. Pendekatan Unidimensional

Berdasarkan pendekatan ini, skor IQ merupakan satu-


satunya penentu keberbakatan seorang anak. Sehingga skor IQ
merupakan penentu seorang anak dikatakan sebagai gifted.
Lewis M. Terman (dalam buku Psikologi Anak Berbakat,
2022) menyebutkan bahwa anak berbakat itu apabila
memiliki skor IQ diatas 140, berdasarkan skala Wechsler.

2. Pendekatan Multidimensional (Lebih dari Satu Dimensi)

Berdasarkan pendekatan ini, IQ bukan satu satunya


dimensi penentu keberbakatan seseorang. Misalnya, konsep
keberbakatan the three rings conception dari Renzulli (dalam
buku Psikologi Anak Berbakat, 2022), yaitu:

(1). kreativitas,

(2). memiliki kemampuan di atas rata-rata, dan

(3). pengikatan diri terhadap tugas.

1.2.2 Konsep Keberbakatan Di Indonesia


Pemerintah Indonesia membuka sekolah anak
berbakat pertama kali pada tahun 1983. Dinas pendidikan dan

9
kebudayaan memulai projek rintisan sekolah anak berbakat
intelektual ini di dua lokasi, untuk daerah perkotaan bertempat
di Jakarta dan di daerah pedesaan di Cianjur.

Indonesia menggunakan konsep the three rings


conception dari Renzulli (dalam buku Psikologi Anak
Berbakat), dimana untuk menyeleksi anak-anak bisa masuk ke
sekolah rintisan tersebut melalui tiga aspek, yaitu dengan
mengukur IQ (skor harus di atas 120 skala Weschler),
mengukur kreativitasnya mengacu pada nilai raport (nilai
raport tidak boleh di bawah 80) untuk menilai kemampuan
dalam menyelesaikan tugas. Adapun mata pelajaran yang
diukur mencakup matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, IPA dan IPS.

Selanjutnya di era pemerintahan, Menteri Pendidikan


Prof. Dr. Fuad Hasan sekolah rintisan anak berbakat tidak
dilanjutkan dan berganti program percepatan belajar yang
dimulai tahun 2000 sampai 2015. Akan tetapi karena desakan
dari sekolah-sekolah di daerah agar membuka kembali
sekolah anak berbakat intelektual, maka 15 tahun kemudian
pemerintah melalui UU sisdiknas tahun 2000 membuka
kembali sekolah dengan sebutan Layanan Pendidikan Anak
Berbakat Istimewa. Sistem pembelajaran yang dimaksudkan

10
adalah dimana seorang anak mampu menyelesaikan
pendidikan untuk jenjang SD 5 tahun, SMP 2 tahun, dan SMA
2 tahun.

1.2.3 Pengertian Keberbakatan


1. Clark (1983:6) mengemukakan bahwa
keberbakatan adalah suatu konsep yang
berakar biologis, suatu nama dari inteligensia
taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang
maju cepat dari fungsi-fungsi dalam otak meliputi
penginderaan (physical sensing), emosi, kognisi, dan
intuisi.
2. Menurut Renzulli (2002), keberbakatan merupakan
interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik,
tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi dan
tingkat kreativitas yang tinggi.
3. Menurut Galton (2002), keberbakatan merupakan
kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh
dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas
intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
4. Menurut Widodo Judarwanto (2007), keberbakatan a
dalah kemampuan intelektual atau kecerdasan
diantaranya meliputi kemampuan
intelektual musik, matematika, fisika, kimia

11
elektronika, informasi teknologi,
bahasa, olahraga dan berbagai tingkat
kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang
kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya.

Berdasarkan UUSPN No. 2 Tahun 1989 (dalam buku


Psikologi Anak Berbakat, 2022), Keberbakatan Anak adalah
warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa. Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan
kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar
biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Jenis-
jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud
dalam batasan ini, ialah:

a. Kemampuan intelektual umum dan akademik khusus


b. Berfikir kreatif-produktif
c. Psikososial-kepemimpinan
d. Seni kinestetika
e. Psikomotor

1.2.4 Istilah Lain Keberbakatan


Dari beberapa literatur yang dibaca, ada beberapa istilah terkait
dengan anak berbakat ini yaitu gifted, talented dan bright (Mulyadi,
2019). Menurut Hagen dan Hollingworth dalam (Hawadi, 2000),
gifted berbeda dengan talented. Gifted ditujukan pada individu yang

12
memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang talented berkaitan
dengan individu dengan kemampuan unggul di bidang seni, musik
dan drama. Istilah lain yaitu bright diartikan oleh Cutts dan Musseley
yaitu individu yang mampu menempuh pendidikan tingkat sekolah
menengah atas (kolese) dan lancar dalam karir yang dipilihnya. Gifted
diartiakan individu yang memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada
individu dengan tingkat bright, sedang talented menunjukkan pada
individu yang memiliki kemampuan tidak lazim (luar biasa di bidang
akademik, dan kemampuan yang tergolong superior.

Berbeda dengan Coleman, ia membedakan antara gifted


dengan jenius (Mulyadi, 2019). Menururt Coleman, seorang gifted
belum tentu genius karena dinilai belum memberikan kontribusi unik
pada lingkungannya dalam kurun waktu tertentu. Namun seorang
geniusadalah pasti seorang gifted. Jenius menunjuk pada individu
yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dan tercermin dalam
prestasi yang bermakna atau luar biasa. Sementara gifted merujuk
pada individu yang memiliki kemampuan superior.

1. Gifted

Gifted merupakan kemampuan dari salah satu anak berbakat


dalam bidang kognitif (inelektual) yang superior (belum sampai
kepada tahap genius). Anak ini biasanya memiliki kemampuan

13
berfikir kognitif yang lebih tinggi dibandingan dengan cara anak-
anak seusianya berfikir. Menurut Gagne, anak gifted adalah anak
yang memiliki kecakapan di atas rata-rata dalam satu domain
bakat seperti intelektual, kreatif, sosio-afektif, dan sensori
motorik.

2. Talented

Talented menurut Gagne adalah penampilan (performance)


yang berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang
aktivitas. Talented merupakan kemampuan unggul seseorang
dalam bidang seni, musik, tari, olahraga, dll.

3. Aptitude

Aptitude merupakan kemampuan bawaan yang diartikan


sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.

4. Genius

Genius merupakan kata yang sering digunakan untuk


menunjukkan kapasitas kemampuan seseorang dalam bidang
tertentu. Biasanya juga digunakan dalam mengindikasikan
kemampuan intelegensi dan kreativitas seseorang yang luar biasa.
Seorang genius adalah pasti seorang gifted. Genius menunjuk
pada individu yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dan
tercermin dalam prestasi yang bermakna atau luar biasa.

14
5. Bright

Bright diartikan oleh Cutts dan Musseley sebagai individu


yang mampu menempuh pendidikan tingkat sekolah menengah
atas dan lancar dalam karir yang dipilihnya.

15
Bab 2
KONSEP, TEORI OTAK DAN HUBUNGANNYA
DENGAN BERBAKAT DAN KECERDASAN

2.1 Otak individu Berbakat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Geake & Dodson


dalam Roswita 2021) ditemukan bahwa otak pada remaja gifted
bagian otak yang bernama alpha power di bagian lobus frontal dan
lobus oksipitalis beroperasi dengan kematangan yang setara dengan
usia lima tahun di atasnya. Hal ini selaras dengan yang ditemukan
oleh Kerr (2009) bahwa otak anak gifted memproses informasi di otak
dengan lebih cepat dan efisien dari anak pada umumnya.

PFC merupakan bagian otak yang berada tepat di belakang


dahi. di bagian ini diketahui memiliki peran untuk membuat rencana
dan mengambil keputusan. Di dalam PFC terdapat grey matter dan
white matter. Grey matter (lapisan abu-abu) yaitu tempat badan sel
berada dan merupakan tempat paling aktif di otak, terdiri dari badan
sel syaraf, dan merupakan struktur yang menampung inti neuron.
White matter (lapisan putih) terdiri dari akson bermyelin yang
membentuk hubungan antar otak.

16
Grey matter bisa menjadi tanda adanya kontrol diri. Grey
matter juga berfungsi untuk pembelajaran tingkat tinggi, termasuk di
dalamnya attention, memory, dan thought. Sedangkan white matter
berfungsi agar sinyal di dalam akson bergerak lebih cepat yang
penting untuk fungsi motorik dan sensorik. Pada anak gifted, bagian
grey matter ditemukan mempunyai luasan ukuran yang lebih besar
dan ukuran yang berbeda dari pada anak yang tidak gifted (Maclntyre,
2008; Miyake, Friedman, Emerson, Witzki, Howerter, Wager, 2000).

Hal ini membuktikan hasil penelitian yang dilakukan. Pada


anak gifted, grey matter yang lebih besar menjadikan anak lebih baik
dalam melakukan perencanaan (planning), memberikan perhatian
(attention), daya ingat (memory), dan daya pikir (thought) (Miyake,
Friedman, Emerson, Witzki, Howerter, Wager, dalam Gustafsson
2015). Otak yang dimiliki anak gifted mempunyai kontrol kognitif
yang baik sehingga meskipun otak meminta aktivasi terus menerus
dari otak bagian lain, anak gifted tetap dapat mengontrol diri untuk
komitmen terhadap tugas-tugas (Geake & Dodson, 2005;
Dombrowski & Mrazik, 2010) dan pengendalian diri akan meningkat
sesuai usia (Maclntyre, 2008).

2.2 Hubungan Otak dengan Keberbakatan

17
Peran otak dalam keberbakatan adalah seseorang yang
mempunyai IQ tinggi digolongkan sebagai anak berbakat (salah satu
ciri anak berbakat). Namun tidak hanya individu ber IQ tinggi saja
yang mempunyai bakat. Bakat itu dibawa sejak lahir kemudian digali
pada masih usia dini dan terus menerus dikembangkan. Dalam
mengembangkan bakat ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor gen dan faktor lingkungan. Ketika faktor gen diketahui
mendukung bakat A, kemudian lingkungan sekitarnya juga
mendukung bakat A, maka bakat nya akan terasah dengan baik.

Demikian juga ketika lingkungan sekitar sangat mendukung


bakat A, namun tidak ada gen yang mempunyai bakat A, maka bakat
pun sedikit demi sedikit akan terasah dengan baik, meskipun butuh
proses untuk menuju maksimal namun ketika faktor gen mendukung,
tetapi lingkungannya tidak mendukung bakat A, maka bakat sedikit
demi sedikit akan terkikis. Maka dari itu perlunya lingkungan sekitar
yang mendukung suatu bakat untuk mencapai tahap maksimal dari
bakat tersebut. Indikator yang lain adalah kreativitas yang tinggi dan
komitmen pada tugas yang kuat, hal ini berkaitan dengan fungsi otak
kanan,maka untuk mencapai kreativitas yang tinggi, perlu
menyeimbangkan fungsi otak kiri yang lebih dominan pada logika,
kognitif dan otak kanan yang berfungsi merangsang kreativitas,
imajinasi, intuisi dan seni.

18
Dalam proses pembelajaran, ketika seorang guru ingin
membantu perkembangan bakat siswa, maka peran guru adalah
sebagai fasilitator atau mengarahkan siswa siswa untuk
menyimbangkan kedua belah otak dan motivasi positif dari guru
untuk menunjang maksimalnya bakat yang dimiliki oleh siswa.
Namun pembelajaran yang sangat dominan adalah mementingkan
pengaktifan otak kanan dan kiri sehingga kreativitas dapat diasah,
tentunya juga didukung faktor lingkungan yang baik. Jadi perlu
penyeimbangan aktifnya otak kanan dan kiri untuk mengasah
kreatifitas. Dengan begitu sangat berkaitan otak mendukung dan
menunjang maksimalnya pengasahan bakat, namun terlepas dari itu
peran lingkungan dalam pengasahan atau perkembangan bakat juga
sangat diperlukan sebagai penyeimbang.

19
Bab 3
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG
MEMPENGARUHI BAKAT DAN
KEBERBAKATAN

3.1 Faktor Penyebab Anak Berbakat Berdasarkan Teori


Beberapa Ahli

Bakat dan kecerdasan sebagai potensi masih perlu


dikembangkan untuk mewujudkan bentuk aktivitas yang positif.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri individu, diantaranya minat,
motivasi, Kesuksesan, keberanian mengambil resiko, dan
ketekunan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari lingkungan tempat seseorang tumbuh dan
berkembang dengan baik, meliputi sarana dan prasarana yang
mendukung pada pengembangan diri. berikut adalah beberapa
faktor penyebab keberbakatan yang dikemukakan oleh para
ahli;
3.1.1 Menurut Moh Amin

Moh. Amin, 1996 (Siti Hikmah, 2022) menyatakan

20
bahwa keberbakatan bukan hanya karena seseorang
memiliki intelegensi yang tinggi, melainkan juga karena ada
2 faktor, yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.

3.1.2 Menurut Albert Bandura

Menurut Bandura, 1986 (Desyandri, 2014)


mengatakan bahwa factor lingkungan dan pengalaman
memainkan peran penting dalam perkembangan bakat. Anak
yang diberi kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan
memperoleh umpan balik positif cenderung lebih berhasil
dalam mengembangkan bakatnya.

3.1.3 Menurut Edward Deci dan Richard Ryan

Edward Deci dan Richard Ryan (2017) berpendapat


bahwa motivasi intrinsik atau motivasi yang muncul dari
dalam diri anak sangat penting dalam mengembangkan
bakat. Anak yang merasa terlibat dan memiliki kontrol atas
proses belajar cenderung lebih berhasil dalam
mengembangkan bakatnya.

3.1.4 Menurut Lev Vygotsky

Vygotsky (1978) berpendapat bahwa perkembangan


kognitif dan sosial anak dipengaruhi oleh interaksi dengan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih

21
berpengalaman. Anak yang berinteraksi dengan orang
dewasa atau teman sebaya yang mampu memberikan
dukungan dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya cenderung lebih berkembang dalam bidang yang
diminatinya.

3.2 Faktor Internal Bakat dan Keberbakatan

Faktor internal yang mempengaruhi perkembangan anak


berbakat dapat bervariasi dan kompleks. Beberapa faktor
internal yang mungkin memainkan peran penting dalam
membentuk bakat anak meliputi:

3.2.1 Faktor Hereditas/Genetik

Hereditas adalah fenotip yang diwariskan oleh orang


tua biologis pada keturunannya yang akan memiliki karakter
seperti orang tuanya, seperti warna kulit, bentuk hidung,
penyakit, kecerdasan, kreatifitas, kemampuan beradaptasi,
seni dan psikomotor. Sebagian para ahli berpendapat
bahwa intelegensi dan kemampuan yang berkualitas
diturunkan dari genetik keluarga dengan persentase sebesar
75% – 80%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari


University Of Washington juga menyatakan bahwa

22
kecerdasan anak menurun dari ibu, karena perempuan
membawa dua kromosom X sedangkan laki-laki hanya
membawa satu kromosom X. Kromosom X ini akan
menentukan bagaimana perkembangan kognitif pada anak.
Hereditas dibawa oleh gen dalam DNA makhluk hidup yang
tersusun atas triliunan sel dengan massa DNA yang saling
berkaitan.

Namun, faktor genetik tidaklah sepenuhnya


menentukan kemampuan seseorang, karena faktor
lingkungan dan pengalaman juga berpengaruh dalam
perkembangan bakat dan kecerdasan dalam diri seseorang.

3.2.2 Faktor Gizi dan Pola Makan,

Pada saat bertumbuh kembang anak memerlukan


asupan gizi yang bernutrisi dan seimbang serta
membutuhkan vitamin supaya sel-sel dan organ tubuh pada
anak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
Mengkonsumsi vitamin atau suplemen juga dapat menjaga
kekebalan tubuh agar anak tidak mudah sakit dan terhindar
dari virus-virus berbahaya yang mengancam kesehatan.

Makanan yang mengandung unsur gizi dan nutrisi


sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang, karena

23
mengandung vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak,
kalsium, serat dan air yang menjamin terpenuhinya
kebutuhan tubuh anak untuk mengembangkan bakat dan
kecerdasannya.

Apabila seorang anak tumbuh dengan gizi yang


kurang baik disertai gangguan neurologis, anak akan
mengalami keterbelakangan mental sehingga menghambat
kinerja anak untuk dapat mengembangkan bakat dan
kecerdasan yang dimiliki.

3.2.3 Faktor Kesehatan

Kesehatan fisik dan mental atau psikologis


memainkan peran penting dalam perkembangan bakat anak.
Anak yang sehat secara fisik dan mental cenderung mampu
mengembangkan bakatnya dengan optimal karena memiliki
rasa percaya diri yang kuat, motivasi yang kuat, dan
kemauan untuk belajar hal-hal baru. cenderung lebih
berhasil dalam mengembangkan bakatnya. Namun anak
yang memiliki Kondisi kelainan medis tertentu dapat
mempengaruhi kemampuan dan minat anak terhadap suatu
bidang. Kelainan tersebut seperti, kelainan genetik atau
gangguan neurologis.

24
3.2.4 Faktor Kecerdasan/Intelektual dan Keterampilan

Faktor kecerdasan intelektual atau IQ dapat


mempengaruhi kemampuan anak dalam menyelesaikan
masalah belajar, berpikir, menalar, dan kreatif. Anak yang
memiliki kecerdasan intelektual otomatis dapat berpikir
secara kritis dengan kognitifnya sehingga kemampuan
belajar yang lebih cepat dan lebih mudah menguasai
keterampilan dan ide-ide baru di bandingkan dengan anak-
anak pada umumnya.

3.2.5 Faktor Minat dan Motivasi

Minat adalah keinginan atau ketertarikan pada suatu


aktivitas tanpa adanya paksaan. Menurut Taufani (2008).
Minat dapat mempengaruhi motivasi dan fokus anak dalam
mengembangkan bakatnya. Ada tiga faktor yang mendasari
timbulnya minat pada diri seseorang diantaranya:

a. Faktor Dorongan Dari Dalam

Dorongan dari dalam adalah dorongan yang muncul


dari individu itu sendiri, sehingga timbul minat untuk
melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk
memenuhinya. Misalnya, dorongan untuk belajar dan

25
menimbulkan minat untuk belajar.

b. Faktor Motivasi Sosial

Faktor yang dilakukan atas dasar motivasi dari


lingkungan sekitarnya. dengannya tindakan itu
dilakukan sedemikian rupa sehingga lingkungan
menerima dan mengenalinya. Minat ini muncul dengan
tujuan supaya lingkungan dapat menerima dan
mengenalinya. Misalnya, minat untuk memenangkan
suatu kejuaraan karena ingin dihargai oleh orang tua dan
lingkungan sosial.

c. Faktor Emosional

Faktor emosional berkaitan dengan mindset atau pola


pikir yang selalu menyertai seseorang dalam
berhubungan dengan objek yang diminatinya. Perasaan
senang dan puas akan menciptakan keyakinan untuk
mencapai kesuksesan dengan minat yang dimiliki.
Sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak
senang dan mengurangi minat seseorang terhadap
kegiatan yang dilakukan.

Selain itu terdapat faktor motivasi yang dapat


mempengaruhi kemampuan anak dalam mengejar

26
tujuan yang berkaitan dengan minat bakat mereka. Anak
berbakat memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar
dan berkembang sehingga mereka dapat memanfaatkan
minat dan bakat dengan lebih efektif. Oleh sebab itu
mindset atau pola pikir yang positif perlu diterapkan
pada anak, karena berperan penting dalam mencapai
keberhasilan dan kesuksesan.

3.2.6 Faktor Kepribadian, Kedisiplinan, dan


Kepercayaan Diri

Kepribadian yang baik akan membentuk kedisiplinan


dan kepercayaan diri pada diri anak, seperti anak dapat
mengendalikan diri dengan mengelola waktu yang baik
untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Faktor disiplin
dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam
mengembangkat bakatnya secara efektif dan efisien.
Dampaknya adalah anak memiliki kepribadian yang baik
seperti, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, memiliki
pemikiran yang kreatif dan inovatif, serta mampu
mengexplore kemampuan dan keterampilannya untuk
mencapai potensi maksimal. Faktor ini sangat berperan
penting pada diri anak berbakat.

27
3.3 Faktor Eksternal Bakat dan Keberbakatan

3.3.1 Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga yang mendukung, memberikan


dorongan, dan perhatian pada anak dapat membantu
meningkatkan potensi dan bakat yang dimiliki anak.
Keluarga yang memiliki tradisi atau hobi tertentu juga dapat
mempengaruhi minat anak dalam hal tertentu.

Rangsangan, peluang, harapan, tuntutan dan


penghargaan mempengaruhi belajar anak. Studi siswa
berbakat yang sukses menunjukkan bahwa masa kecil
mereka, ialah sebagai berikut :

a. Orang tua memberikan minat eksklusif dalam talenta


anak mereka dan didorongbuat memimpin
menggunakan memberi contoh
b. Orang tua mendorong eksplorasi
c. Kelas bersifat informal dan berlangsung dalam berbagai
pengaturan, sedangkan pembelajaran awal lebih
bersifat eksplorasi dan menyenangkan.
d. Interaksi keluarga dengan pendamping/tutor
e. Ada perilaku dan nilai yang diharapkan dari anak
berbakat dalam keluarga
f. Orang tua menjadi penonton latihan, memberikan

28
arahan bila perlu, mengukur kinerja anak dan
mengikuti standar yang ditetapkan
g. Orang tua mencarikan monitor khusus untuk anaknya
h. Orang tua mendorong anaknya buat mengikuti aneka
macam aktivitas positif yang secara terbuka
menampakan kemampuan anaknya.

Jadi, lingkungan memiliki pengaruh yang banyak terkait


bagaimana genetik anak diekspresikan dalam kesehariannya.
Faktor keturunan lebih menentukan rentang di mana seseorang
akan berfungsi, dan faktor lingkungan menentukan apakah
individu akan berfungsi pada pencapaian lebih rendah atau
lebih tinggi dari rentang tersebut.

3.3.2 Faktor Lingkungan Pendidikan

Pendidikan yang baik dan berkualitas dapat


membantu anak berbakat mengembangkan keterampilan
dan pengetahuannya. Sekolah yang menawarkan program
pendidikan khusus atau tambahan, seperti program seni atau
musik, juga dapat membantu anak berbakat
mengembangkan bakatnya. Ada beberapa sekolah yang
telah memfasilitasi peserta didiknya dengan berbagai
macam ekstrakulikuler dengan tujuan agar agar para peserta

29
didik dapat mengetahui apa saja minat dan bakat untuk
mereka kembangan. Dan ada pula beberapa sekolah yang
memiliki program akselerasi yang dimana para peserta didik
ini memiliki kemampuan lebih pada bidang akademik yang
mengharuskan mereka lulus dengan jangka waktu lebih
cepat dari teman sebaya nya, Seperti contoh semisal SMA
seharusnya lulus dgn 3 tahun tetapi untuk mereka yang
mengambil program akselerasi dapat menyelesaikan SMA
nya 2,5 tahun bahkan hanya 2 tahun.

Kemampuan seorang anak untuk melakukan yang


terbaik, yang dapat menjadi prestasi dan keterampilan
potensial di berbagai bidang serta di alam satu keterampilan
atau beberapa keterampilan atau kombinasinya bidang-
bidang ini: kemampuan intelektual umum, bakat akademik
spesifik, keterampilan akademik, produktif atau kreatif
tertentu kepemimpinan, keterampilan dalam seni visual dan
pertunjukan dan keterampilan motorik Alih-alih
menggunakan definisi bakat Secara umum, sistem sekolah
diharapkan dapat mencakup 10% dari s.d. 15% atau lebih
dari jumlah penduduk dapat disebut anak berbakat
memahami Definisi yang lebih tepat dianggap perlu di
deskripsikan dari masing-masing bidang bakat.

30
3.3.3 Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi


perkembangan anak berbakat. Anak yang tumbuh di
lingkungan yang menonjolkan budaya dan seni, misalnya,
cenderung lebih tertarik pada bidang tersebut. Pada faktor
ini lebih cenderung ke talented dimana seseorang atau suatu
anak mengembangkan bakat nya pada sesuatu hal yang
benar-benar ia minati dan telah terbukti bahwa ia memang
benar adanya sangat menekuni bidang tersebut hingga ia
mendapatkan berbagai macam prestasi yg diperoleh dari
hasil minat dan bakat nya tersebut.

Schneider (1964) menjelaskan bahwa penyesuaian


pada manusia terjadi ketika terdapat tuntutan tertentu yang
harus dipenuhi, atau pada saat ada kesulitan, konflik, atau
frustasi yang harus diselesaikan. Dengan demikian,
penyesuaian mengandung sebuah dinamika yang meliputi
respon mental dan perilaku yang terjadi dalam diri individu
ketika sedang berusaha membangun keselarasan antara
tuntutan internal dan tuntutan lingkungan. Dalam hal ini,
seseorang dikatakan well-adjusted bila ia menampilkan
respon yang matang (sesuai tahap perkembangannya),
efisien (memberi hasil yang diinginkan tanpa mengarahkan

31
terlalu banyak energi, waktu, dan kesalahan), serta
memuaskan, tanpa disertai perilaku simtomatik atau
gangguan psikosomatik.

3.3.4 Faktor Perkembangan zaman dan Teknologi

Teknologi saat ini memungkinkan anak untuk


mengakses sumber daya dan informasi yang dapat
membantu mereka mengembangkan bakatnya. Anak dapat
memanfaatkan internet, aplikasi, dan perangkat lunak
khusus untuk belajar dan mengasah keterampilan mereka.
Pada faktor ini mungkin dapat kita simpulkan bahwa anak
berbakat dan keberbakatan itu tidak hanya karena faktor
genetik/hereditas, akan tetapi dapat diasah dengan selalu
mengembangkan sesuai dengan minat dan bakat nya.
Mengingat dengan ada nya perkembangan zaman, yang dari
zaman ke zaman semakin canggih akan memudahkan bagi
setiap orang untuk memanfaatkan dengan baik segala
teknologi dari perkembangan zaman sekarang. Terlebih
dengan adanya teknologi teknologi yang canggih dan akurat
untuk memudahkan mencari berbagai macam informasi-
informasi hanya dengan perangkat lunak (gadget) yang
sangat membantu untuk mengolah segala kemampuan bagi
setiap orang.

32
3.3.5 Faktor Pengalaman

Pengalaman yang diperoleh seseorang dalam bidang


tertentu dapat mempengaruhi bakat dan keberbakatan.
Pengalaman dapat membantu seseorang mengembangkan
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan dalam
bidang tertentu.

Pada faktor pengalaman ini sendiri dapat terjadi


karena pengalaman kreatif yang dapat mengembangkan
keterampilan dan kemampuan seseorang yang diperlukan
dalam bidang tertentu. Seperti menurut salah satu ahli, yaitu
Thorndike (Azwar, 2004) mengatakan bahwa intelegensi
adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik
dari pandangan kebenaran atau fakta. Intelegensi terdiri atas
berbagai kemampuan spesifik yang ditampilkan dalam
wujud perilaku inteligen. Thorndike mengklasifikasikan
intelegensi dalam bentuk kemampuan abstraksi yaitu suatu
kemampuan untuk menggunakan gagasan dan simbol-
simbol, kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dengan alat-alat mekanis dan
pekerjaan dengan aktivitas indra gerak (sensory-motor), dan
kemampuan sosial yaitu kemampuan untuk menghadapi
orang lain di sekitar diri dengan cara-cara yang efektif

33
Bab 4
Konsep Karakteristik Kognitif, Akademik,
Fisik, Sosial dan Emosi pada Anak Berbakat

4.1 Konsep Karakteristik Kognitif pada Anak Berbakat

Kognitif merupakan salah satu aspek penting pada


perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran dan memiliki peran dalam
menentukan keberhasilan peserta didik di sekolah.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan anak untuk
berfikir lebih kompleks serta kemampuan untuk melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Sedangkan istilah
perkembangan kognitif memiliki pengertian sebagai salah
satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan
dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologi yang
berhubungan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungan (Desmita, 2014).
Menurut Sutisna (Syafwan, dkk., 2021) anak
berbakat memiliki karakteristik yang terdapat dalam aspek
perkembangan kognitif. Karakteristik tersebut antara lain,
1. Anak berbakat membutuhkan lebih banyak informasi
dibandingkan anak lain.

34
2. Anak berbakat memiliki daya ingat yang istimewa.
3. Anak berbakat memiliki minat dan rasa ingin tahu yang
kuat.
4. Anak berbakat memiliki tingkat perkembangan yang
tinggi.
5. Anak berbakat memiliki kapasitas yang tinggi
dalam melihat hubungan yang tak lazim dan
berbeda dengan menggunakan metafora dan analog.
6. Anak berbakat memiliki ide-ide yang orisinil.
7. Anak berbakat memiliki intensitas (maksud/ tujuan)
khusus dan terarah (berorientasi pada sasaran).
4.2 Konsep Karakteristik Akademik pada Anak Berbakat

Anak yang memiliki keterampilan intelegensi yang


tinggi sering disebut sebagai anak berbakat intelektual.
Anak berbakat intelektual memiliki kecepatan belajar
akademik yang tinggi sehingga mereka memerlukan
program pembelajaran khusus agar potensi intelektual yang
mereka miliki dapat berkembang secara optimal. Zaenal
Alimin (Astati, 2009) mengidentifikasikan bahwa
karakteristik keberbakatan akademik yang dimiliki oleh
anak berbakat antara lain:

1. Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang


besar

35
2. Anak berbakat menyukai kegiatan membaca

3. Anak berbakat menikmati kegiatan sekolah dan


belajar.

Teori lain yang dikemukakan oleh Kitano dan Kirby


(Astati, 2009) mengatakan bahwa anak berbakat memiliki
karakteristik dalam hal akademik, yaitu:
1. Memiliki perhatian yang khusus terhadap suatu bidang
akademik.
2. Memiliki pemahaman yang sangat maju tentang
konsep, metode, danterminologi dari bidang
akademik khusus.
3. Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari
bidang akademik khususyang dipelajari pada
aktivitas-aktivitas bidang lain.
4. Mampu memusatkan perhatian dan usaha untuk
mencapai standar yanglebih tinggi dalam suatu
bidang akademik.
5. Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam
suatu bidang akademik danmotivasi yang tinggi
untuk berbuat yang terbaik.
6. Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik
tertentu.

36
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa
Seorang anak berbakat berusia 10 tahun. ia dapat memiliki
kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan
kemampuan membaca yang dimiliki anak usia 14 tahun. Dan
kemampuan berhitung yang sama dengan anak usia 11 tahun.

Dampak keberbakatan intelektual yang dimiliki anak berbakat


umumnya mereka memiliki kesiapan untuk menerima hal-hal yang
unik, tertarik pada usaha-usaha pemecahan masalah dengan
hubungan sebab akibat. Mereka juga memiliki kecakapan dan
keberanian analitik. Namun, dampak tersebut bisa saja diiringi
dengan timbulnya dampak gangguan yang negatif. Contoh dampak
negatif tersebut misalnya anak mudah tertipu, ingin serba sempurna,
tidak menyukai hal-hal yang rutin dan hafalan, tidak sabar, dan
cenderung mendominasi dalam diskusi (Alimin & Sunardi, 1996).

4.3 Konsep Karakteristik Fisik pada Anak Berbakat

Menurut studi longitudinal yang dikemukakan oleh Terman


(Samuel A. Kirk, 1986), jika dibandingkan dengan anak seusianya
anak berbakat memiliki ciri khasnya tersendiri dalam hal fisik dan
kesehatan. Dari segi fisik, anak berbakat memiliki karakteristik yaitu
penampilan mereka yang rapi dan menarik. Sedangkan dalam hal
kesehatan, kesehatan yang dimiliki oleh anak berbakat cenderung
lebih baik atau bahkan di atas rata – rata dibandingkan dengan
kesehatan anak pada umumnya.
Sebagai contohnya anak berbakat berusia 10 tahun dengan
38
anak pada umumnya dengan usia yang sama. Secara fisik mereka
memiliki tinggi dan beratbadan yang sesuai dengan perkembangan
anak usia 10 tahun. Namun yang menjadi perbedaan adalah koordinasi
gerak yang dimiliki anak berbakat sama dengan koordinasi gerak anak
usia 12 tahun (Samuel A. Kirk dalam I.G.A.K. Wardani, 2019).
Dr. Joan Freeman, seorang psikolog pendidikan dan penulis
buku tentangkecerdasan dan bakat, mengemukakan bahwa anak-anak
berbakat seringkali memiliki karakteristik fisik seperti energi yang
tinggi dan pola tidur yang tidak teratur. Hal ini dikarenakan anak-anak
berbakat juga cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar dan dapat
lebih sering merasakan kelelahan karena menghabiskan banyak waktu
untuk mengejar minat mereka.

4.4 Konsep Karakteristik Sosial dan Emosi pada Anak


Berbakat

Penyebab anak berbakat disebut sebagai anak berkebutuhan


khusus dikarenakan tingkat kemampuan dan intelegensi yang mereka
miliki sangat tinggi. Tingginya tingkat intelegensi yang mereka
miliki justru menjadikan mereka sulit berinteraksi dan bersosialisasi
dengan baik. Sehingga menyebabkan anak merasa aneh pada
dirinya sendiri atau bisa juga lingkungan sekitar yang memberikan
label aneh pada anak berbakat tersebut (Desiningrum,
2016). Masalah penyesuaian sosial yang muncul pada anak berbakat
disebabkan juga oleh karakteristik anak berbakat yang memang
kurang dapat bergaul. Seperti yang dikemukakan oleh Utami

39
Munandar (Rahmawati, 2007) bahwa anak berbakat mempunyai ciri-
ciri sosial diantaranya sukar bergaul dengan teman-teman sebaya dan
sukar menyesuaikan diri dalam berbagai bidang.

Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan tanda anak


berbakatdalam bidang sosial, antara lain:
a. Kemampuan berkomunikasi yang baik
Anak-anak berbakat sosial dapat berbicara dengan jelas dan
berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.
b. Kemampuan memahami emosi
Anak-anak berbakat sosial dapat memahami dan mengenali emosi orang
lain, dan memiliki kemampuan untuk merespon dengan tepat.
c. Kemampuan memimpin dan bekerja dalam kelompok

Anak-anak berbakat sosial dapat memimpin kelompok dan


bekerja samadengan anggota kelompok lain dengan efektif.
d. Kemampuan menyelesaikan konflik

Anak-anak berbakat sosial memiliki kemampuan untuk


menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif dan
menjaga hubungan dengan orang lain.

Untuk mendukung perkembangan anak berbakat sosial,


orangtua dan pengasuh dapat memberikan kesempatan untuk
berinteraksi dengan banyak orang, mengajari mereka tentang emosi
dan cara mengelola emosi, memberikan kesempatan untuk bekerja
dalam kelompok, dan memberikan umpan balik positif ketika anak
berhasil menunjukkan kemampuan sosial yang baik.
40
Dr. Linda Silverman, seorang psikolog dan pendiri Gifted
Development Center, menyatakan bahwa anak-anak berbakat sering
mengalami perasaan intens dan kompleks yang dapat mempengaruhi
kesehatan mental dan emosional mereka. Menurutnya, anak-anak
berbakat seringkali sangat sensitif dan merespons secara intens
terhadap peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Namun, ia juga
menekankan bahwa anak-anak berbakat juga dapat mengalami emosi
yang sangat positif seperti kebahagiaan dan kegembiraan.
Setiap anak memiliki karakteristik emosi yang unik,
termasuk anak-anak berbakat. Namun, beberapa karakteristik umum
yang mungkin dimiliki oleh anak-anak berbakat dalam hal emosi
adalah:
1. Sensitif
Anak-anak berbakat cenderung memiliki tingkat kepekaan yang
lebih tinggi terhadap lingkungan sekitar mereka. Mereka
mungkin lebih peka terhadap perubahan suasana hati orang lain
dan dapat merasakan emosi negatif dengan lebih intens.
2. Emosional
Anak-anak berbakat sering memiliki perasaan yang kuat dan
dapat mengekspresikannya dengan jelas. Mereka mungkin
merespons secara emosional terhadap lingkungan sekitar
mereka, baik positif maupun negatif.
3. Empati yang tinggi
Anak-anak berbakat sering memiliki kemampuan empati yang
tinggi, yang berarti mereka dapat merasakan perasaan orang lain
dengan lebih dalam dan memahami perspektif mereka.
41
4. Kreatif
Anak-anak berbakat cenderung memiliki imajinasi yang kuat
dan dapat mengekspresikan diri mereka dengan kreatif melalui
seni atau kegiatan lain yang memungkinkan mereka untuk
mengekspresikan emosi mereka.
Namun, perlu diingat bahwa setiap anak adalah individu
yang unik, sehingga karakteristik emosi yang dimiliki oleh anak-
anak berbakat dapat bervariasi dari satu individu ke individu
lainnya.

42
Bab 5
IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT

5.1 Alasan Diperlukannya Identifikasi Anak Berbakat

Identifikasi dini terhadap anak yang berbakat perlu


dilaksanakan baik oleh orang tua, guru dan orang sekitarnya. Itu
merupakan langkah yang strategis karena dengan data yang bukan
hanya sekedar informasi guru nantinya akan dapat melayani
kebutuhan anak yang pada dasarnya memang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda. Dengan data ini guru akan dapat mencapai tujuan
pembelajaran, melakukan analisis instruksional. menyusun strategi
pembelajaran, memilih media yang akan dipakai, dan merancang
evaluasi yang tepat dengan langkah yang mantap ( Gusman Lesmana,
2021).

Selama ini tujuan pembelajaran disamakan untuk semua


anak, tetapi banyak dari mereka yang memiliki perbedaan potensinya,
maka dari itu pembelajaran harus berbeda antara anak berbakat dan
anak yang memiliki potensi yang biasa atau normal. Dengan ini anak
berbakat dapat memberikan prestasi yang luar biasa tinggi kualitasnya
terhadap masyarakat nantinya.

43
5.2 Identifikasi Anak Berbakat

Proses identifikasi ciri-ciri anak berbakat merupakan sebuah


cara untuk melakukan penjaringan atau menjaring (screening) dan
menyaring (selection) seorang anak yang memiliki karakteristik
unggul dalam aspek intelegensi, kreativitas dan pengikatan diri
terhadap tugas agar layak untuk memperoleh layanan khusus anak
berbakat. Ada berbagai macam pendapat mengenai tahapan proses
identifikasi anak berbakat.mar Salah satu strategi ini dikenal dengan
istilah the optimal match strategy, dikembangkan oleh Robinson.
Chon, Chon dan Kenevsky, 1988 (dalam Ulfa & Aridhona, 2021)

Alur pelaksanaan proses identifikasi anak berbakat menurut


Rapisa D.R. (2020), dilakukan berdasarkan prosedur sebagaimana
gambar dibawah ini.

44
Gambar 2.1 Prosedur Identifikasi Anak Berbakat

Berdasarkan tekniknya, proses identifikasi anak cerdas


istimewa dan bakat istimewa terbagi menjadi dua, yaitu
menggunakan teknik non tes dan tes. Berikut ini adalah alat

45
identifikasi yang didasarkan pada dua teknik tersebut menurut Rapisa
D.R. (2020):

Tahap Penyaringan Tahap Penjaringan

Catatan anekdot Tes kemampuan berpikir kritis

Dokumen nilai Tes khusus (misalnya tes seni)

Biografi Tes inteligensi individual

Nominasi Orang Tua Tes pencapaian individual Tes

Peringkat Guru Tes kreativitas

Hasil Kerja Anak/Portofolio Tes inteligensi kelompok

Nominasi Diri Sendiri pencapaian kelompok

Tabel 5.1 Teknik Identifikasi

Dalam proses identifikasi terdapat dua langkah penting yaitu


penjaringan (screening) dan assessment (Gusman Lesmana, 2021) :

a. Penjaringan (screening)

46
1) Nominasi Guru

Guru dapat mempertimbangkan cara siswa


memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan
jawabanya. Guru-guru dapat juga melihat bagaimana siswa
menggunakan waktunya, dan bagaimana beberapa indikator
keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya.

Berdasarkan Rapisa D.R. (2020), terdapat sejumlah


instrumen yang dapat digunakan untuk identifikasi
penjaringan melalui nominasi guru, yakni sebagaimana
contoh tabel dibawah ini.

Nama Siswa
Karakteristik
1 2 3

Cepat dalam
menguasai pelajaran

Penguasaan dan
penarikan cepat

Kemampuan analisis
yang baik

Kemampuan yang baik


dalam menghubungkan

47
segala sesuatu

Rasa Humor yang


tinggi

Sensitif terhadap
perasaan dan berbagai
persoalan

Kritis terhadap diri


sendiri dan orang lain

Kosakata luas

Berpikiran kreatif

Memiliki minat dan


rasa ingin tahu yang
luas

Jeli

Mudah bosan dengan


materi pelajaran

Kemampuan
memimpin yang baik
dan sangat suka
menjadi dominan

48
Menolak PR atau tugas
lain karena bosan
terhadap tugas-tugas
rutin

Tabel 5.2 Lembar Nominasi Guru

2) Nominasi Orang tua

Orang tua mempunyai pemahaman yang lebih


mendalam tentang anak, juga memahami secara detail
perkembangan anaknya. Berkaitan dengan itu orang tua dapat
memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas
intelektual, minat, dan keingintahuan yang bervariasi. Dalam
proses identifikasi, nominasi dari orang tua dapat menjadi
pertimbangan khusus untuk melabel anak dengan status
berbakat. Adapun contoh nominasi orang tua menurut Rapisa
D.R. (2020) adalah sebagai berikut.

Lembar Nominasi Orang Tua

Form ini dirancang untuk memberi orang tua kesempatan untuk


menominasikan siswa CIBI di sekolah dasar. Ada banyak
karakteristik anak-anak berbakat dan tidak semua anak-anak
akan menunjukkan karakteristik yang sama namun, daftar

49
berikut ini dapat berfungsi sebagai panduan untuk mengenali
siswa yang mungkin berpotensi berbakat.

1. Apakah anak anda mulai berbicara (dan tidak pernah


berhenti berbicara) lebih dulu dibanding anak yang
seusianya?

2. Apakah anak menunjukkan rasa ingin tahu? Apakah anak


banyak mengajukan banyak pertanyaan tentang semua hal
satu demi satu lain?

3. Apakah anak memberikan jawaban yang kompleks dan


terperinci untuk pertanyaan (bahkan pertanyaan
sederhana)?

4. Apakah anak memiliki minat yang luas? Apakah dia


senang mencoba hal-hal baru?

5. Apakah anak sering memiliki gagasan yang tidak biasa?


Apakah dia memberikan penjelasan logis dan masuk akal
terhadap suatu kejadian?

50
6. Apakah anak sering memperhatikan suatu secara detail,
sangat jeli, dan tidak melewatkan apa pun? Apakah dia/dia
perhatikan persamaan dan perbedaan antara orang,
peristiwa, atau benda?

7. Apakah anak mengajukan argumen yang kuat dan


persuasif untuk hampir semua hal?

8. Apakah anak Anda menunjukkan empati dan kepekaan


terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain? Apakah dia
menyadari masalah yang tidak diperhatikan orang lain?

9. Apakah anak menunjukkan rasa khawatir tentang dunia,


orang lain, dan/atau lingkungan?

Tabel 5.3 Nominasi Orang Tua

3) Nominasi teman sebaya

Teman sebaya dapat memberikan informasi tentang


keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik dalam bidang
akademik maupun non akademik. Contoh nominasi teman

51
sebaya berdasarkan Rapisa D.R. (2020) adalah sebagai
berikut.

LEMBAR NOMINASI TEMAN SEBAYA

Nama Narasumber:

1. Siapa orang terlucu di kelasmu?

2. Jika kamu membutuhkan bantuan pada pelajaran tertentu,


siapa yang akan kamu tanyakan?

3. Siapa di kelasmu yang akan kamu minta bantuan jika


kamu memiliki masalah pribadi?

4. Siapa yang terbaik di kelasmu dalam memecahkan


masalah?

5. Bayangkan bahwa kelas diberi proyek membangun


model penemuan. Siapa yang kamu harapkan membangun
model paling baik dan paling rasional?

6. Siswa mana di kelas yang dapat menyelesaikan pekerjaan


mereka dan masih yang akan kamu harapkan membangun

52
model terbaik dan paling orisinal?

7. Siapa yang mengatakan hal-hal paling orisinal di kelas,


hal-hal yang tidak akan terpikirkan olehmu?

8. Jika kamu tidak harus pergi ke sekolah, siapa yang bisa


membujukmu untuk pergi?

9. Siapa yang seharusnya memiliki peran utama dalam


kegiatan-kegiatan sekolah?

10. Siapa yang bisa menyusun argumen terbaik di kelas?

11. Jika guru Anda tidak bisa berada di kelas, siapa yang bisa
mengambil alih?

12. Bayangkan bahwa sekolah telah diminta untuk


menyediakan karya seni untuk sebuah kegiatan. Siapa di
kelasmu yang biasanya diminta membuat karya?

13. Siapa yang memiliki beragam pengetahuan?

Tabel 5.4 Nominasi Teman Sebaya

53
b. Asesmen (assessment)

Menurut (Poerwanti, 2015) Secara umum, asesmen dapat


diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk
apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan
tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan
sekolah. Keputusan tentang siswa ini termasuk bagaimana guru
mengelola pembelajaran di kelas, bagaimana guru menempatkan
siswa pada program- program pembelajaran yang berbeda, tingkatan
tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran
untuk studi lanjut.

Untuk melakukan asesmen pada seorang anak berbakat


diperlukan beberapa tahapan seperti melakukan tes intelegensi, tes
bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas dan inventory komitmen
akan tugas. sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual .

Menurut Parke (1989) dalam (Ulfa & Aridhona 2021) berikut


adalah strategi-strategi asesmen dan alat ukur yang direkomendasikan
dalam melabel anak berbakat:

54
Langkah asesmen Tujuan Alat ukur

- Menentukan - Tes IQ
kebutuhan kelompok
program baru - Tes prestasi
- memperoleh - Pemilihan

Screening data yang


- menetapkan dilakukan
kelompok oleh guru,
- mencari orangtua, dan
potensi dari individu
indikator - Rangking dan
kemampuan penghargaan

- Menetapkan - Portofolio
penempatan - Karakteristik
- Mengumpulka yang
n dan berpedoman

Identifikasi mendalam pada tes IQ


data individu
- Penyesuaian
individu dan
program

55
Menentukan apa dan - observasi, tes
bagaimana program - inventori,
Merencanakan
pengajaran gaya belajar
program
dan minat

Mengukur tingkat - Hasil tes


keberhasilan program - observasi,
Evaluasi
dengan individu wawancara

Tabel 5.5 Strategi Asesmen dan Alat Ukur yang Direkomendasikan

5.3 Tindak Lanjut untuk Mengembangkan Potensi Anak


Berbakat dan Membantu Mencapai Tujuan Mereka

Setelah proses identifikasi anak berbakat telah dilakukan, dan


telah membuahkan kesimpulan bahwasannya anak tersebut layak
mendapatkan label sebagai anak berbakat, diperlukan adanya tindak
lanjut. Untuk membantu anak berbakat mencapai potensi penuh dan
mencapai tujuan mereka, maka pemberian tindak lanjut yang tepat
menjadi hal yang sangat penting. Diantara hal yang dapat dilakukan
dalam menindaklanjuti keberbakatan anak menurut Winner, E. (1996)
dan Cross, T. L. (2002) adalah sebagai berikut.

56
5.3.1 Penyediaan Program Khusus Untuk Anak Berbakat.

Setelah identifikasi dilakukan, langkah selanjutnya bagi seorang


pendidik maupun sekolah adalah menyiapkan program khusus bagi
anak berbakat. Program ini harus dirancang khusus untuk memenuhi
kebutuhan dan potensi anak berbakat yang teridentifikasi. Beberapa
contoh program khusus yang dapat disediakan untuk anak berbakat
adalah program akselerasi, program pengayaan, program mentorship
dan juga kurikulum berdiferensiasi. Program-program ini harus
menantang anak berbakat secara akademik dan mengembangkan
keterampilan mereka di bidang yang mereka minati.

5.3.2 Mendukung Anak Berbakat dalam Kegiatan


Ekstrakurikuler.

Selain menyediakan program khusus di dalam kelas,


mendukung anak berbakat dalam kegiatan ekstrakurikuler juga sangat
penting. Kegiatan ini dapat membantu anak berbakat
mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan mereka di masa depan. Beberapa
contoh kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh anak berbakat
adalah klub ilmiah, klub bahasa, atau kegiatan seni.

5.3.3 Mendorong Anak Berbakat Untuk Mencapai Tujuan


Mereka.

57
Langkah terakhir dalam menindaklanjuti dalam
pengembangan potensi anak berbakat adalah dengan mendorong
mereka untuk mengejar tujuan mereka. Anak berbakat harus diberi
kesempatan untuk mengejar tujuan mereka sendiri, namun tetap perlu
dipandu dalam proses pencapaian tujuan tersebut. Orang tua, guru,
dan mentor perlu hadir sebagai pembimbing untuk memberikan saran
dan dukungan yang diperlukan untuk membantu anak berbakat dalam
mencapai tujuan mereka

58
Bab 6
ASESMEN ANAK BERBAKAT

6.1 Jenis Asesmen Anak Berbakat

Menurut National Association for Gifted Children (2010), terdapat


beberapa jenis asesmen untuk berbakat, meliputi :
1. Tes IQ
Tes IQ digunakan untuk mengukur kemampuan
intelektual seseorang, termasuk anak-anak berbakat. Tes ini
memberikan gambaran tentang kemampuan kognitif dan
potensi seseorang dalam berbagai bidang.

2. Tes keterampilan spesifik


Tes keterampilan spesifik seperti tes matematika atau
teks bacaan dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak-
anak berbakat yang mungkin memiliki kemampuan khusus
dalam bidang tersebut.

3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati anak-anak
dalam situasi tertentu, seperti di kelas atau di lingkungan
bermain. Observasi ini dapat memberikan informasi tentang

59
minat anak-anak, keterampilan sosial, dan kemampuan
intelektual.

4. Wawancara
Wawancara dengan anak-anak berbakat dan orang tua
mereka dapat memberikan gambaran tentang minat,
kebutuhan, dan harapan mereka. Wawancara ini juga dapat
membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak.

6.2 Tahapan Asesmen Anak Berbakat

Anak berbakat dapat didefinisikan sebagai anak yang


menunjukkan kemampuan atau potensi luar biasa pada suatu bidang
tertentu, seperti kecerdasan, seni, olahraga, musik, matematika, atau
sains. Namun, untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi bakat pada
anak, perlu dilakukan beberapa pendekatan dan tahap asesmen.

6.1.1 Pendekatan Asesmen Anak Berbakat

Menurut National Association for Gifted Children


(NAGC), di antaranya:

● Penilaian standar dan tes formal


Penilaian standar dan tes formal dapat
digunakan untuk menilai kemampuan akademik
anak, seperti tes IQ, tes kemampuan verbal dan

60
nonverbal, tes matematika dan sains, serta tes
prestasi akademik lainnya. Tes-tes tersebut dapat
memberikan indikasi awal tentang kemampuan
akademik dan potensi anak berbakat.
● Observasi dan pengamatan oleh orang dewasa
Orang dewasa seperti guru, orang tua, atau
ahli lainnya dapat melakukan observasi dan
pengamatan terhadap perilaku, minat, dan
kegiatan yang dilakukan anak. Observasi dan
pengamatan ini dapat memberikan gambaran
tentang bakat dan minat anak yang tidak terukur
dengan tes formal.

● Portofolio karya anak


Portofolio karya anak dapat berisi berbagai
karya seni, karya tulis, atau karya proyek yang
menunjukkan bakat dan potensi anak. Portofolio
karya dapat memberikan informasi tentang minat,
kreativitas, dan kemampuan anak dalam bidang
tertentu.
● Wawancara
Wawancara dengan anak, orang tua, atau guru
dapat memberikan informasi tambahan tentang

61
minat, bakat, dan kebutuhan anak. Wawancara
juga dapat memberikan kesempatan bagi anak
untuk berbicara tentang kepentingan dan tujuan
mereka.
NAGC (2010) menekankan bahwa asesmen anak berbakat
haruslah dilakukan secara holistik dan komprehensif, dan harus
mempertimbangkan aspek-aspek seperti bakat akademik, seni,
olahraga, kepemimpinan, dan kreativitas. Selain itu, asesmen
haruslah dilakukan secara adil dan objektif, tanpa terpengaruh oleh
faktor gender, ras, atau latar belakang sosial ekonomi.

Berikut adalah tahap-tahap asesmen anak berbakat :

● Identifikasi
○ Identifikasi adalah tahap awal dalam asesmen anak
berbakat. Ahli mengidentifikasi kemampuan anak
pada bidang tertentu, melalui observasi, pengamatan,
dan wawancara dengan orang tua dan guru.
Identifikasi dilakukan secara komprehensif dan
terstruktur.
● Evaluasi
○ Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat
kemampuan anak pada bidang tertentu. Ahli
menggunakan alat evaluasi yang standar dan valid,

62
seperti tes IQ, tes psikologis, atau tes prestasi.
Evaluasi harus dilakukan secara objektif dan terukur.
● Verifikasi
○ Verifikasi adalah tahap untuk memastikan bahwa
hasil evaluasi benar dan akurat. Ahli melakukan
verifikasi dengan melakukan pengujian ulang atau
mengadakan diskusi dengan orang tua dan guru anak.
● Pembinaan
○ Pembinaan adalah tahap untuk membimbing anak
dalam mengembangkan kemampuannya. Ahli
memberikan panduan dan dukungan dalam
meningkatkan bakat anak. Pembinaan dilakukan
secara individual dan terarah.

2.3.2 Sumber Referensi Mengenai Asesmen Anak Berbakat

● National Association for Gifted Children (NAGC)


○ NAGC adalah organisasi yang berfokus pada
pendidikan dan pengembangan anak berbakat di
Amerika Serikat. Buku yang diterbitkan oleh NAGC,
"A Parent's Guide to Gifted Children," memberikan
informasi tentang karakteristik anak berbakat,

63
identifikasi dan asesmen, serta strategi pembinaan dan
pengembangan anak berbakat.

● The Council for Exceptional Children (CEC)


○ CEC adalah organisasi internasional yang membahas
masalah pendidikan anak berkebutuhan khusus,
termasuk anak berbakat. Mereka menyediakan
sumber daya dan informasi mengenai asesmen dan
pembinaan anak berbakat.

● American Psychological Association (APA)


○ APA adalah organisasi yang mewakili para psikolog
di Amerika Serikat. Mereka menyediakan panduan
dan sumber daya mengenai tes psikologis, termasuk
tes untuk mengukur kemampuan anak berbakat.
6.1.2 Aspek Penting Asesmen Anak Berbakat

Menurut Buku "Assessment of Gifted Children" yang


diterbitkan oleh The Council for Exceptional Children (CEC), antara
lain:

● Karakteristik anak berbakat:


○ Buku ini membahas karakteristik-karakteristik anak
berbakat, termasuk kecerdasan, kreativitas, dan

64
kepekaan sosial. Karakteristik-karakteristik ini
penting dipahami agar dapat mengidentifikasi anak
berbakat dengan lebih akurat.

● Jenis-jenis tes dan asesmen:


○ Buku ini membahas berbagai jenis tes dan asesmen
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak
berbakat, termasuk tes IQ, tes prestasi akademik, tes
bakat seni, dan tes kepribadian. Buku ini juga
membahas kelebihan dan kekurangan dari masing-
masing jenis tes dan asesmen.

● Identifikasi anak berbakat:


○ Buku ini membahas proses identifikasi anak berbakat,
termasuk penggunaan tes dan asesmen, observasi dan
pengamatan, dan wawancara dengan orang tua dan
anak. Buku ini juga membahas faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hasil asesmen, seperti
kecerdasan emosional, motivasi, dan kesulitan
belajar.

● Program pendidikan dan pengembangan anak berbakat:

65
○ Buku ini membahas berbagai program pendidikan dan
pengembangan anak berbakat, termasuk program
kelas khusus, program enrichment, dan program
akselerasi. Buku ini juga membahas strategi untuk
memenuhi kebutuhan belajar dan pengembangan
anak berbakat di dalam dan di luar kelas.

● Peran orang tua dan guru:


○ Buku ini membahas peran orang tua dan guru dalam
mengidentifikasi, membina, dan mengembangkan
anak berbakat. Buku ini juga membahas strategi untuk
berkomunikasi dengan orang tua dan guru mengenai
kebutuhan dan kepentingan anak berbakat.

6.1.3 Jurnal Mengenai Asesmen Anak Berbakat

Jurnal "Identification and Assessment of Gifted Children" oleh


Rena F. Subotnik, Paula Olszewski-Kubilius, and Frank C. Worrell
(2011) bertujuan untuk memberikan pandangan yang lebih
komprehensif tentang identifikasi dan penilaian anak-anak berbakat.

66
Kesimpulan dalam jurnal ini adalah identifikasi dan asesmen
yang tepat dari anak-anak berbakat sangat penting untuk
mengembangkan potensi mereka dan memberikan tantangan yang
memadai. Identifikasi anak-anak berbakat dapat dilakukan melalui tes
standar yang dirancang khusus untuk mengukur kemampuan
intelektual dan kreativitas, serta observasi perilaku dan kinerja
akademik. Namun, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan anak, seperti lingkungan
keluarga dan kesempatan pendidikan.

Penilaian anak-anak berbakat harus berfokus pada kekuatan


mereka, dan bukan hanya pada kelemahan atau kesulitan yang
mungkin mereka alami. Para penilai harus mempertimbangkan
kebutuhan individu anak dan memberikan tantangan yang sesuai
untuk memaksimalkan potensi mereka. Selain itu, orang tua dan guru
harus diberdayakan untuk membantu anak-anak berbakat
mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan mereka. Secara keseluruhan, jurnal ini menunjukkan
pentingnya mengenali dan menilai anak-anak berbakat dengan cara
yang tepat sehingga mereka dapat dikembangkan secara optimal.

Jurnal "The Identification of Gifted and Talented Students"


oleh Linda E. Brody dan Nancy B. Hafenstein (2009) bertujuan untuk

67
mengkaji penelitian terkini tentang identifikasi anak-anak berbakat
dan berbakat istimewa.

Kesimpulan dari jurnal ini adalah identifikasi yang tepat dan


tepat waktu dari anak-anak berbakat dan berbakat istimewa sangat
penting untuk memastikan bahwa mereka menerima pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Identifikasi harus mencakup
berbagai aspek seperti kemampuan intelektual, kreativitas,
kemampuan akademik, dan bakat di bidang tertentu. Identifikasi
dapat dilakukan melalui penggunaan tes, observasi kinerja,
portofolio karya, dan penilaian lainnya.

Selain itu, jurnal ini menunjukkan bahwa identifikasi harus


dilakukan dengan mempertimbangkan keanekaragaman siswa dan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka,
seperti latar belakang budaya dan lingkungan sosial-ekonomi.
Penting untuk memperhatikan aspek sosial dan emosional anak-anak
berbakat, seperti kebutuhan untuk interaksi sosial dan dukungan
emosional.

Dalam jurnal ini juga dijelaskan pentingnya kolaborasi antara


orang tua, guru, dan profesional di bidang pendidikan untuk
mengidentifikasi dan mendukung anak-anak berbakat dan berbakat
istimewa. Orang tua dan guru harus diberdayakan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengenali

68
anak-anak berbakat dan berbakat istimewa dan membantu mereka
mencapai potensi mereka.

Secara keseluruhan, jurnal ini menunjukkan bahwa


identifikasi yang tepat dan tepat waktu dari anak-anak berbakat dan
berbakat istimewa sangat penting dan harus dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek dan faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan mereka. Kolaborasi antara orang tua,
guru, dan profesional di bidang pendidikan juga sangat penting untuk
mendukung pengembangan anak-anak berbakat dan berbakat
istimewa.

6.1.4 Contoh Instrumen Asesmen Anak Berbakat

A. IDENTIFIKASI DAN ASESMEN


○ Profil Sekolah
Nama :
Alamat :
Tahun berdiri :
Jenis Sekolah :
Kurikulum : Akreditasi
: Status Kepemilikan :
Kepala Sekolah :

69
○ Profil Peserta Didik
Nama Lengkap :
Panggilan :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Umur :
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Kesehatan :
Skor IQ :
No. Telp :
Karakteristik :

○ Indikator Pengamatan di Kelas

INDIKATOR YA/TIDAK KETERANGAN

Kemampuan Intelektual

Belajar lebih cepat dan mudah


memahami materi

Menyukai tantangan dan tugas-tugas


yang kompleks

70
Mengetahui banyak hal
dibandingkan
teman sekelas lainnya

Sering menjawab pertanyaan

Memiliki bahasa dan kosakata yang


luas (Public speaking yang baik)

Lancar berbahasa asing

Terampil dalam memecahkan


masalah

Sering mengajukan pertanyaan yang


kritis dan tidak terduga

Menunjukan rasa keingintahuan


yang tinggi

Kemampuan Kreativitas

Sensitif terhadap estetika

Banyak ide ketika menghadapi


tantangan atau problem

71
Spontan dalam mengekspresikan
perasaan atau suasana hati

Suka bereksperimen dan sering


menemukan cara baru dalam
mengerjakan tugas

Komitmen Terhadap Tugas

Memiliki standar yang tinggi dalam


mengerjakan tugas atau pada saat
ulangan

Menyusun tujuan sendiri dalam


belajar

Membutuhkan motivasi internal

Tidak pantang menyerah

Mengambil tanggung jawab

Mudah beradaptasi pada lingkungan


baru

72
Sangat bekerja keras pada tugas atau
ujian

Mempunyai minat, antusias,


ketertarikan, keterlibatan, dan
ketekunan yang tinggi

Percaya pada kemampuan sendiri

○ Indikator Wawancara Peserta Didik


■ Wawancara Identifikasi Untuk Guru
1. Bagaimana sekolah melakukan identifikasi anak berbakat?
2. Apakah sekolah memiliki program khusus untuk
mengidentifikasi dan mendukung anak berbakat?
3. Apakah ada tes atau instrumen yang digunakan untuk
mengidentifikasi anak berbakat di sekolah?
4. Bagaimana sekolah mengidentifikasi bakat atau potensi di
luar bidang akademik, seperti bakat seni atau olahraga?
5. Bagaimana sekolah memastikan bahwa anak-anak
berbakat menerima tantangan yang sesuai dengan
kemampuan mereka?
6. Apa jenis dukungan yang tersedia untuk anak berbakat di
sekolah?
7. Bagaimana sekolah bekerja sama dengan orang tua untuk
mendukung pengembangan anak berbakat?

73
8. Apakah ada kesempatan untuk anak berbakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang terkait
dengan bakat mereka?
9. Apa jenis penghargaan atau pengakuan yang diberikan
kepada anak berbakat di sekolah?
10. Apa saran atau rekomendasi yang Anda miliki untuk
mendukung perkembangan anak berbakat di dalam dan di
luar sekolah?

■ Wawancara Identifikasi Untuk Anak


1. Apakah kamu selalu mengingat kembali pelajaran
yang diberikan kemarin?
2. Jika dalam proses pembelajaran ada yang tidak kamu
pahami apa yang akan kamu lakukan? Dan berikan
alasan
a. a. Bertanya langsung kepada guru
b. b. Bertanya kepada teman
c. c. mencari tahu sendiri
d. d. diam saja
3. Apa tantangan terbesar yang pernah kamu hadapi ketika
mengembangkan bakat dan minat kamu?
4. Apa strategi yang biasa kamu gunakan untuk mengatasi
tantangan tersebut?
5. Apa sumber informasi atau bimbingan yang kamu
gunakan untuk mengembangkan bakat dan minat kamu?
6. Apa kekurangan yang perlu kamu perbaiki untuk
mengembangkan bakat dan minat kamu?
7. Apakah kamu senang membaca buku? Jika iya buku apa
yang kamu senangi?

74
8. Apakah kamu mempunyai kelompok belajar di luar
sekolah?
9. Jika kamu diberikan kepercayaan untuk menjadi
ketua kelompok apa yang akan kamu lakukan?
berikan alasannya
a. Menerima
b. menolak
10. Seberapa sering kamu berbicara di depan kelas?
11. Apakah kamu sering belajar di rumah? Jika iya
apakah dengan kemauan sendiri atau dorongan orang
tua?
12. Apakah mata pelajaran yang paling kamu senangi?
13. Apakah kamu selalu ingin mendapatkan nilai sempurna
pada mata pelajaran tersebut? Jika kamu mendapat tugas
namun pada batas akhir pengumpulan tugasmu belum
selesai sedangkan tugas tersebut merupakan syarat
mengikuti ujian apa yang akan kamu lakukan? Meminta
toleransi tambahan mengumpulkan seadanya Dan
berikan alasannya
14. Jika semua temanmu mencontek apakah kamu akan ikut
mencontek atau tetap pada jawaban mu sendiri? Berikan
alasannya
15. Jika kamu mendapatkan kupon gratis berlibur ke tempat
yang paling ingin kamu kunjungi tetapi disaat yang
bersamaan kamu dipercaya mengikuti lomba pada bidang
yang kamu tekuni. Mana yang akan kamu prioritaskan?
Berikan alasannya.

■ Wawancara Asesmen Untuk Guru


1. Bagaimana proses asesmen dilakukan?

75
2. Apakah terdapat tes IQ/tes lain untuk mengukur
kemampuan kognitif siswa?
3. Jika ada bagaimana proses tes tersebut
dilakukan?
4. Apakah terdapat tes bakat khusus, seperti seni, musik
maupun olahraga untuk mengukur kemampuan khusus
siswa?
5. Jika ada bagaimana proses tes tersebut dilakukan?
6. Apakah ada tes kepribadian untuk mengukur
sifat dan karakteristik siswa?
7. Jika ada bagaimana proses tes tersebut
dilakukan?
8. Apakah ada wawancara yang dilakukan kepada orang tua
untuk mengetahui kemampuan khusus siswa?
9. Apakah dilakukan observasi secara langsung saat anak
berinteraksi dengan lingkungannya?
10. Apa jenis tugas atau proyek yang diberikan kepada anak
berbakat untuk mengembangkan kemampuan mereka?
11. Bagaimana sekolah memberikan umpan balik kepada anak
berbakat untuk membantu mereka terus berkembang?
12. Bagaimana sekolah menyesuaikan program belajar untuk
menantang anak berbakat yang memerlukan tantangan
lebih besar?
13. Apakah ada program tambahan yang tersedia di sekolah
untuk mendukung pengembangan anak berbakat di luar
kelas?
14. Apa jenis bantuan yang tersedia bagi anak berbakat yang
membutuhkan dukungan tambahan untuk
mengembangkan kemampuan mereka?
15. Bagaimana sekolah memastikan bahwa anak berbakat

76
menerima dukungan yang mereka butuhkan untuk
mencapai potensi mereka?

■ Wawancara Asesmen Untuk Peserta Didik


1. Apa hobi yang paling kamu sukai?
2. Sejak kapan kamu menyadari bahwa kamu menyukai hobi
tersebut?
3. Mengapa kamu menyukai hobi tersebut?
4. Apa yang menarik dari hobi tersebut?
5. Di antara hobi hobi tersebut, yang manakah yang lebih
kamu minati? (Jika memiliki hobi lebih dari satu)
6. Apakah kamu menyadari bahwa hobi yang kamu miliki
sudah ada semenjak kecil?
7. Prestasi apa yang telah kamu raih dari hobi kamu
tersebut?
8. Kalau mengikuti lomba, biasanya berapa bulan sekali?
atau dibatasi waktu waktu tertentu agar tidak terlalu lelah
dan mengganggu pelajaran nantinya?
9. Apakah kamu merasa hobi yang kamu miliki ini
mengganggu aktivitas sekolah karena menyita waktu dan
tenaga?
10. Apa pelajaran yang paling kamu sukai di sekolah?
11. Apa ada pelajaran yang tidak kamu sukai di sekolah?
12. Apakah kamu pernah merasa bosan belajar?
13. Apakah kamu pernah meraih prestasi di sekolah?
14. Bagaimana perasaan kamu ketika mendapat prestasi di
sekolah?
15. Apakah kamu memiliki keterampilan khusus selain akademik?
16. Sejak kapan kamu mulai mempelajari/menekuni
keterampilan khusus tersebut?

77
17. Apakah keterampilan khusus tersebut dapat/pernah dipakai
untuk membantu orang lain?
18. Apakah kamu memiliki ide kreatif yang sudah terwujudkan?
19. Apa proyek kreativitas terbesar yang
telah berhasil diwujudkan?
Bagaimana kamu dapat
mewujudkan ide kreatif tersebut?
20. Darimana kamu mendapatkan ide-ide kreatif tersebut?
21. Apakah kamu pernah mendapatkan prestasi dari ide kreatif
yang telah kamu wujudkan?
22. Apakah kamu senang berbicara di depan orang banyak?
23. Apakah kamu senang menyelesaikan masalah yang rumit?
24. Apakah kamu senang memvisualisasikan apa yang sedang
kamu pikirkan?
25. Apakah kamu senang ketika menjadi pemimpin dalam
kelompok?
26. Apakah teman teman kamu selalu mengandalkan kamu di
setiap kegiatan sekolah?
27. Akademik utamanya, seperti pada saat presentasi atau
tugas kelompok lainnya.
28. Apakah teman teman kamu seringkali mengajukan
pertanyaan/ bertanya mengenai pelajaran sekolah kepada
kamu?
29. Ketika mereka bertanya kepada kamu mengenai pelajaran
sekolah, apakah kamu merasa terbebani?
30. Karena kamu merupakan siswa yang berprestasi, apakah
kamu selalu menjadi pusat perhatian di kelas atau bahkan
di sekolah?
31. Jika kamu menjadi pusat perhatian, apakah kamu merasa
terbebani? Atau merasa tidak nyaman dengan hal tersebut?

78
32. Walaupun kamu merupakan siswa berbakat, berprestasi,
apakah di dalam hatimu selalu timbul rasa/daya saing yang
tinggi dengan teman lainnya?

B. LAYANAN PENDIDIKAN
○ Bagaimana kualitas pengajaran yang
diberikan oleh guru di sekolah terhadap anak
akselerasi?
○ Apakah siswa merasa puas dengan layanan
pendidikan yang diberikan oleh sekolah?
○ Bagaimana manajemen sekolah dalam
memastikan kualitas layanan pendidikan di
sekolah?
○ Apa saja program ekstrakurikuler yang
tersedia di sekolah?
○ Bagaimana efektivitas program tersebut
dalam meningkatkan keterampilan dan minat
siswa akselerasi?
○ Bagaimana keadaan fasilitas di sekolah?
○ Apakah fasilitas yang ada mendukung
kegiatan belajar mengajar siswa akselerasi?
○ Bagaimana sekolah dalam mempersiapkan
siswa untuk menghadapi ujian nasional atau
ujian masuk perguruan tinggi?
○ Bagaimana sekolah dalam memfasilitasi
pengembangan karir siswa akselerasi setelah
lulus dari sekolah?
○ Bagaimana program akselerasi di sekolah
memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berkolaborasi dan belajar dari siswa lainnya?

79
○ Bagaimana sekolah dalam memastikan
keberlangsungan program akselerasi di
sekolah?
○ Apakah sekolah memiliki kerja sama dengan
institusi lain dalam mengembangkan potensi
berbakat?
○ Apakah ada anggaran khusus yang
dialokasikan untuk program pendidikan
anak berbakat di sekolah?
○ Bagaimana bentuk evaluasi terhadap program
layanan pendidikan anak berbakat di sekolah?
○ Apakah ada pelatihan atau program khusus
untuk guru yang mengajar anak-anak
berbakat?
○ Apa kendala atau kesulitan yang dialami guru
selama ini terhadap layanan pendidikan di
sekolah ?
○ Layanan pendidikan apa saja yang diberikan oleh
sekolah untuk memenuhi kebutuhan anak
berbakat ?
○ Apakah setiap siswa berbakat mendapatkan program
pendidikan yang sama ?

C. KURIKULUM YANG DIGUNAKAN


○ Apa saja kurikulum yang digunakan untuk anak
berbakat di sekolah?
○ Bagaimana kurikulum tersebut dirancang untuk
memenuhi kebutuhan anak berbakat?
○ Apa yang membedakan kurikulum untuk anak
berbakat dengan kurikulum reguler di sekolah?

80
○ Bagaimana sekolah menentukan apakah seorang
anak dianggap berbakat dan memenuhi syarat
untuk mengikuti kurikulum khusus?
○ Apa yang dilakukan sekolah untuk memastikan
bahwa anak berbakat terus diuji dan dipantau
kemajuan akademik mereka?
○ Bagaimana kurikulum untuk anak berbakat
mempersiapkan mereka untuk masa depan
mereka, baik akademis maupun profesional?
○ Bagaimana sekolah memastikan bahwa anak
berbakat tidak terlalu ditekan atau dipaksa untuk
terus mengejar prestasi akademik?
○ Apa yang dilakukan sekolah untuk membantu
anak berbakat yang memiliki minat di luar
akademik, seperti seni atau olahraga?

D. PROSES PEMBELAJARAN
○ Peserta Didik
■ Apakah siswanya merasa nyaman selama
proses pembelajaran?
■ Apakah siswa memiliki kendala atau
kesulitan saat belajar? Bagaimana
cara siswa mengatasi kendala
tersebut?
■ Apa metode pembelajaran yang paling efektif
menurut siswa?
■ Apakah siswa lebih suka belajar mandiri atau
kelompok?
■ Materi seperti apa yang paling mudah

81
dipahami?
■ Materi seperti apa yang paling sulit dipahami?
■ Apakah siswa merasa guru memberikan
cukup bantuan untuk membantu
memahami materi?
■ Apakah materi yang diajarkan
relevan dengan kehidupan sehari-
hari?
■ Bagaimana cara siswa
mempersiapkan diri sebelum
pembelajaran?
■ Apakah siswa mendapat cukup
waktu untuk mengerjakan tugas dan
tugas rumah?
■ Apa yang menurut siswa penting
dalam proses pembelajaran?
○ Guru
■ Apakah guru memiliki kendala
atau kesulitan saat mengajar?
Bagaimana guru mengatasi
kendala tersebut
■ Apakah guru senang dalam
menyampaikan materi
pembelajaran?
■ Bagaimana perencanaan kegiatan
pembelajaran pada setiap
pertemuan?
■ Bagaimana guru menyesuaikan
metode pembelajaran dengan
kebutuhan siswa?

82
■ Bagaimana guru memfasilitasi
diskusi dan interaksi antar siswa
selama proses pembelajaran?
■ Bagaimana guru memotivasi siswa dalam
pembelajaran?
■ Apa yang menurut guru penting dalam proses
pembelajaran?
■ Bagaimana menilai
pemahaman siswa
terhadap materi yg
diajarkan?
■ Apa kurikulum yang
dipakai anak berbakat
tersebut?
■ Apakah kurikulum yang dipakai
memenuhi kebutuhan anak berbakat ?
■ Bagaimana kurikulum itu bisa
memfasilitasi dan memberikan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan siswa?
■ Apa kelebihan dan kelemahannya dari
kurikulum tersebut?
■ Apa saja sumber pembelajaran
yang digunakan dalam
mengajar?
■ Bagaimana cara ketika ada siswa
yang tidak tertib saat kegiatan
pembelajaran berlangsung?
■ Apakah dalam proses pembelajaran
menggunakan alat peraga?
■ Bagaimana hasil belajar siswa setiap ulangan?

83
E. PENILAIAN OBSERVASI
○ Apakah anak suka melawan
aturan, petunjuk dari prosedur
tertentu?
○ Apakah anak berbakat percaya
diri?
○ Bagaimana posisi kelas tersebut?
○ Bagaimana kemampuan mengingat anak dalam
pembelajaran?
○ Apakah anak saling membantu, peduli satu sama lain?
○ Bagaimana kondisi anak ketika mengikuti proses
pembelajaran?
○ Apakah anak sering mengajukan pertanyaan?
○ Apakah anak dapat bekerja sama satu sama lain?
○ Apakah di kelas anak tidak dapat bersaing dalam
pembelajaran?
○ Apakah anak memiliki kemampuan berbahasa yang
tinggi?
○ Apakah anak cepat merespon guru saat pembelajaran?
○ Apakah anak memiliki inisiatif kepada teman dan
guru?
○ Apakah anak memiliki rasa ingin tahu yang dalam?
○ Apakah anak dapat menyatakan pendapat secara
spontan?
○ Bagaimana evaluasi pembelajaran anak berbakat?
○ Bagaimana kemampuan membaca, menulis mereka?
○ Apakah anak berbakat aktif (mempunyai banyak
energi)?
○ Bagaimana pertemanan mereka di kelas?
○ Bagaimana media pembelajaran anak berbakat?

84
○ Bagaimana pandangan anak berbakat ketika
dalam pembelajaran?
○ Apakah strategi pembelajaran harus sesuai
dengan perkembangan intelektual dan sosial
anak?
○ Apakah anak memiliki penampilan yang rapih?
○ Apakah anak tanggung jawab terhadap tugas?
○ Apa saja media yang digunakan
anak dalam proses
pembelajaran?
○ Apakah anak antusias dalam
mengikuti pembelajaran?
○ Apakah guru memantau kemajuan belajar siswa?
○ Apakah guru mengaitkan materi
pembahasan dengan pengetahuan lain yang
relevan?
○ Apakah guru mengaitkan materi
dengan realitas kehidupan?
○ Apakah setiap anak terdapat
bimbingan khusus oleh guru saat
belajar?
○ Bagaimana pandangan anak ketika
guru sedang mengajar di kelas?

F. EVALUASI

85
INDIKATOR Y/T KETERANGAN

RPP sudah dipersiapkan sebelum


memulai pembelajaran.

Pembelajaran terlaksana sesuai


dengan RPP.

Tujuan pembelajaran yang sesuai


dengan RPP tercapai.

Kriteria ketuntasan minimal


(KKM) sesuai kompetensi dasar
(KD).

Silabus dan isi program relevan


dengan tujuan yang ingin dicapai.

Materi dan bahan ajar sesuai


dengan silabus dan isi program.

Kegiatan pembelajaran dimulai


dengan tepat waktu.

Kegiatan pembelajaran selesai


dengan tepat waktu.

Siswa merasa bosan selama


pembelajaran berlangsung.

86
Tugas yang diberikan berupa
pembuatan karya atau program.

Pembelajaran yang digunakan


sesuai dengan perkembangan
siswa.

Perbedaan soal ujian.

Pembelajaran terlaksana secara


efektif.

Lingkungan sekolah yang


kondusif.

Siswa mampu mengembangkan


potensinya.

Proses pembelajaran
menggunakan media
pembelajaran.

Kurikulum terencana dan


terorganisir.

Guru membantu siswa dalam


mencapai tujuan pembelajaran.

Sebelum pembelajaran usai, guru


mengulas kembali materi yang

87
telah disampaikan.

Persepsi siswa terhadap


pembelajaran guru

88
Bab 7
LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

7.1 Layanan Pendidikan Anak Berbakat

Anak berbakat mengalami perkembangan yang lebih cepat


dibanding anak-anak seusianya. Dalam dunia pendidikan, mereka
ditekankan pada perkembangan aspek tertentu, baik dalam
pemahaman ilmu, kinestetik, seni, dan lainnya. Karena itu dibutuhkan
layanan khusus untuk menunjang perkembangan mereka dalam
aspek-aspek tertentu. Berikut adalah layanan pendidikan bagi anak
berbakat:

7.1.1 Akselerasi
Akselerasi adalah istilah yang dikenal untuk program
percepatan belajar. Akselerasi merupakan pelayanan pendidikan
yang disesuaikan pada potensi kecerdasan serta bakat istimewa
yang dimiliki oleh siswa.

1. Menurut Hawadi (2004), akselerasi adalah kemajuan dalam


kurikulum pada usia yang lebih cepat atau lebih muda dari
biasanya.

89
2. Menurut Mimin Haryati (2006:95), akselerasi adalah
percepatan belajar sebagai implikasi dari sistem belajar tuntas
juga menunjukkan adanya siswa yang memiliki kecerdasan
luar biasa dan mampu mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan jauh lebih cepat dan mempunyai nilai yang amat
baik. Akselerasi adalah pencapaian target yang jauh lebih
cepat dalam hal waktu dengan hasil yang baik dan sesuai.
3. Menurut Cambridge Dictionary, akselerasi adalah
peningkatan kecepatan sesuatu, atau kemampuannya untuk
melaju lebih cepat. Serta peningkatan kecepatan di mana
sesuatu terjadi.

Program akselerasi secara umum diperuntukan untuk


memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki karakteristik spesifik
dari segi kognitif dan afektif. Sedangkan secara khusus, akselerasi
diperuntukan untuk siswa berbakat agar dapat menyelesaikan
pendidikan lebih cepat dari biasanya.

● Tujuan Akselerasi
Akselerasi memiliki tujuan yang didasarkan pada
penyelenggaraan program akselerasi bagi anak berbakat. Berikut
adalah tujuan dari akselerasi:

• Tujuan Umum Akselerasi

90
a. Memberikan layanan kepada siswa yang memiliki
karakteristik khsusus dari segi kognitif dan efektifnya.
b. Memenuhi hak asasi siswa sesuai dengan kebutuhan
pendidikannya.
c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan
siswa.
d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa
depan.
• Tujuan Khusus Akselerasi
a. Menghargai siswa yang memiliki bakat dan kecerdasan
luar biasa agar dapat menyelesaikan pendidikan lebih
cepat,
b. Memacu kualitas siswa dalam meningkatkan kecerdasan
spritual, intelektual, dan emosional secara berimbang.
c. Meningkatkan aktivitas dan efesiensi proses pembajaran
siswa.
• Kelebihan dan Kekekurangan Akselerasi
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua program mempunyai
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Begitu juga
dengan program akselerasi dalam dunia pendidikan yang
memiliki kelebihan dan kekurangan.

A. Kelebihan Program Akselerasi


1. Efisiensi belajar meningkat.

91
2. Efektivitas belajar meningkat.
3. Rekognisi terhadap prestasi.
4. Produktivitas meningkat.
B. Kekurangan Program Akselerasi
1. Kelemahan dalam Bidang Akademis
1) Kurang matang secara sosial, fisik, dan
emosional untuk berada pada tempat yang
lebih tinggi meskipun memenuhi
kualifikasi akademis,
2) Pengetahuan siswa dikembangkan dengan
cepat, tapi tidak sesuai dengan waktunya
karena belum memiliki pengalaman yang
cukup.
3) Siswa akselerasi dituntut untuk
memutuskan kariernya lebih cepat.
4) Tuntutan untuk program akselerasi sangat
besar sehingga kemampuan kreativitas
berpikir divergen kurang mendapat
perhatian.
2. Kelemahan dalam Bidang Sosial

1) Kurangnya waktu untuk melakukan aktivitas


yang lain karena dorongan untuk mengejar
prestasi secara akademik.

92
2) Kehilangan aktivitas dan masa-masa
hubungan sosial pada seusianya.
3. Kelemahan dalam Bidang Emosional

Siswa akslerasi bisa saja mengalami frustasi karena


tekanan dan tututan sehingga bisa menurunkan tingkat
prestasinya.

7.1.2 Homeschooling
Homeschooling merupakan salah satu alternatif yang
digunakan sebagai layanan khusus untuk anak berbakat. Menurut
Sumardiono (2007), homeschooling merupakan sebuah keluarga yang
memilih untuk bertanggungjawab atas pendidikan sang anak dengan
berbasis rumah. Namun meski begitu, orang tua juga bisa
mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, dan
sebagainya. Homeschooling bisa dijadikan sebagai alternatif belajar
selain di sekolah.

● Klasifikasi Homeschooling
1. Homeschooling Tunggal
Homeschooling ini dilakukan oleh orang tua dalam
satu keluarga tanpa adanya campur tangan orang lain.

2. Homeschooling Majemuk

93
Homeschooling ini dilakukan oleh dua keluarga atau
lebih untuk kegiatan tertentu, namun untuk kegiatan
pokok tetap dilakukan oleh orang tua masing-masing.

3. Komunitas Homeschooling
Homeschooling ini merupakan gabungan dari
beberapa homeschooling majemuk.

7.1.3 Strategi pembelajaran Anak Berbakat


Menurut Kitano dan Kirby (1986) mengatakan bahwa
sesungguhnya tidak ada metode yang unik bagi anak berbakat.
Berbagai tulisan tentang pembelajaran anak berbakat digali dari
pembelajaran biasa yang berlangsung di sekolah-sekolah, dan boleh
dikatakan bahwa bahwa hampir tidak ada yang khusus dipersiapkan
untuk anak berbakat. Keberhasilan pembelajaran anak berbakat
banyak ditentukan oleh karakteristik guru, siswa itu sendiri dan
situasi pembelajaran yang terjadi. Strategi pembelajaran untuk anak
berbakat berupa Modifikasi yang disesuaikan dalam merubah
sesuatu yang disesuaikan dengan tuntutan maupun kebutuhan yang
ada.

Menurut Newland (Kitano dan Kirby, 1986) mengatakan


beberapa acuan Penting dalam strategi pembelajaran anak berbakat,
diantaranya:

94
1. Strategi Anak Berbakat harus berfokus pada belajar,
bagaimana belajar (learning how to learn)
2. Strategi pembelajaran harus disesuaikan tingkat
perkembangan intelektual dan sosial siswa
3. Strategi pembelajaran harus menekankan pada
perkembangan kemampuan intelektual tingkat tinggi (
kemampuan berpikir analisa, sintesa, dan evaluasi)
4. Strategi pembelajaran harus memiliki kepekaan terhadap
kemajuan belajar dan tingkat konseptual yang rendah kepada
tingkat konseptual tinggi.

7.1.4 Pengelompokkan Pendidikan dalam Anak Berbakat


Anak berbakat merupakan anak yang unggul dalam
melakukan tugas-tugas sekolah maupun keterampilan. Namun,
keunggulan mereka tidak hanya berdampak pada kekuatan pada diri
mereka, melainkan timbulnya kelemahan dalam dirinya. Oleh karena
itu perlunya pengelompokan untuk mewujudkan individu agar
memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhannya.

Berikut pengelompokan pendidikan untuk Anak Berbakat yaitu:

1. Sekolah Khusus

95
Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa
alternatif lingkungan belajar/tempat belajar anak berbakat
dapat berupa sekolah unggulan yang dapat menampung anak-
anak berprestasi tinggi dari daerah sekitarnya. Di sekolah
unggulan itu mereka dihadapkan dengan program yang
memungkinkan akselerasi dan pengayaan.

2. Sekolah inklusif untuk Anak Berbakat


Pendidikan inklusif juga ditempatkan untuk Anak
Berbakat seperti hal nya dengan anak-anak berkebutuhan
khusus lainnya seperti, anak berkesulitan belajar. Guru juga
sudah mengikuti pelatihan yang khusus pada bidang
keberbakatan untuk memberikan perhatian yang khusus
kepada anak-anak berbakat agar kebutuhan dalam pendidikan
terpenuhi.

Menurut Winebrenner dan Devlin 1996 dalam Friend


(2005) dalam model pendidikan inklusif ini anak berbakat
sering difungsikan sebagai tutor bagi anak-anak lain.

Layanan pendidikan dalam sekolah inklusif ini


kepada anak berbakat dapat menggunakan kurikulum sekolah
reguler yang sesuai kepada tahap dalam perkembangannya

96
serta kebutuhan siswa berbakat. Dengan melihat
karakteristik, tingkat kecerdasan, serta gaya belajar.

Modifikasi kurikulum sekolah reguler pada anak


berbakat ini dilakukan agar memperluas materi,
memperdalam bahan atau materi yang dipelajari, serta
diperlukannya materi yang tidak ada dalam kurikulum seperti
yang dapat menumbuhkan minat agar dapat mengembangkan
proses dalam berpikir tinggi seperti analisis, sintesis,
evaluasi, serta kreatif.

3. Kelas Khusus
Suatu survei menyatakan bahwa hampir dari 100%
guru, koordinator guru, serta pengelola sekolah telah
bersepakat untuk kelas khusus sangat menguntungkan secara
akademis kepada siswa yang berbakat. Namun, hal negatif
nya yaitu beberapa siswa yang termasuk berbakat mereka
tidak ingin dipisahkan dari siswa lainnya. Dan siswa yang lain
juga tidak menyukai pemberlakuan khusus, misalnya dalam
hal sikap diam atau ejekan yang dapat menganggu.

Keuntungan dan kerugian dalam satu kelas dengan


pengelompokan homogen dan kemampuan campuran
diantaranya:

➢ Pengelompokan Homogen

97
• Keuntungan akademis dari pengelompokan Homogen
berupa tantangan lebih besar, berkecepatan lebih
tinggi, lebih banyak diskusi, kompetensi guru yang
lebih tinggi, serta tidak ada pengulangan.
• Kerugian akademis berupa teman terlalu cerdas, dan
beban jadi lebih berat.
➢ Kemampuan Campuran
• Keuntungan akademis dalam pengelompokan
kemampuan campuran yaitu siswa merasa kelas ini
lebih mudah dan lebih santai, serta lebih banyak
analisis dan lebih banyak waktu luang.
• Kerugian akademisnya yaitu kecepatan yang terlalu
lambat, terasa bosan, adanya pengulangan, dan
motivasi yang didapat nya lebih rendah.

Pada kelas khusus ini kurikulum yang dibuatnya juga


khusus demikian juga gurunya.

4. Kelas Integrasi
Karena Anak Berbakat mengikuti secara penuh acara
yang disekolah kemudian setelah itu mereka akan
mendapatkan pelajaran tambahan dikelas yang khusus.
Misalnya, waktu belajarnya bertambah serta mata pelajaran

98
dasar yang berhubungan pada kemampuan khusus juga
ditambah.

➢ Kerugian yang dialami anak dapat berupa:


- Berkurang nya waktu dalam melakukan kegiatan untuk
memperkembangkan kepribadian nya
- Dikelas biasa anak tidak terlatih untuk bersaing dan
bekerja keras dalam mencapai hasil yang baik.

7.1.5 Evaluasi Pembelajaran Anak Berbakat


Evaluasi memiliki tujuan untuk mengetahui kemampuan
belajar anak berbakat. Evaluasi untuk anak berbakat sendiri tidak jauh
berbeda dengan evaluasi pembelajaran yang ada pada umumnya.
Hanya saja untuk evaluasi pada anak berbakat mempertimbangkan
segi atau bagian yang harus mendapatkan prioritas, yang juga
disesuaikan dengan karakterstik siswa dan model pembelajaran yang
dikembangkan.

Beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam


merancang dan melaksanakan evaluasi dalam pemebelajaran anak
berbakat adalah sebagai berikut:

1. Penilaian tidak hanya dilihat dari hasil atau produk


pembelajaran tetapi juga dilihat dari prosesnya.

99
2. Pelaksanaan norm reference atau pendekatan norma,
penilaian yang dilaksanakan dengan membandingkan hasil
belajar siswa dengan hasil belajar dari teman sekelompoknya.
3. Pelaksanaan criteria reference atau pendekatan kriteria,
penilaian yang dilaksanakan dengan membandingkan hasil
belajar siswa dengan target atau tujuan yang sudah ditetapkan.
4. Siswa mendapatkan kesempatan untuk menilai serta
mengkritik hasil kinerjanya sendiri.
5. Soal penilaian yang diberikan ditingkatkan level kesulitannya
sebagai indikator dari kedalaman dan keluasan materi
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
6. Soal penilaian bisa diberikan dalam bentuk problem solving
atau pertanyaan divergen sebagai indikator proses
pembelajaran kreatif.
7.1.6 Peran Guru untuk Anak Berbakat
Berdasarkan kebutuhan dalam anak berbakat terhadap
strategi pembelajaran yang dikembangkan, maka dalam hal ini guru
memiliki peran dalam pembelajaran untuk anak berbakat yang harus
diarahkan pada kondisi sesuai berikut:

1. Guru sebagai Desainer


Peran guru sebagai Desainer yaitu, guru mampu
merancang segala program pembelajaran bagi anak berbakat.

100
Oleh karena itu, guru sangat dituntut untuk mempunyai
pengetahuan, pengamahan, dan pengalaman dalam hal
aktivitas pembelajaran siswa berbakat.

2. Guru sebagai Fasilitator


Peran guru sebagai fasilitator yaitu, guru dapat
mempermudah siswanya belajar, membantu siswa untuk lebih
baik sehingga siswa terpenuhi belajarnya secara optimal.
Tidak hanya itu, guru juga dapat mengembangkan suatu
strategi pembelajaran untuk mendorong siswa agar dapat
belajar mandiri.

3. Guru sebagai Motivator


Peran guru sebagai motivator yaitu, dapat
menumbuhkan semangat kepada siswa dalam belajar serta
menghasilkan karya. Guru menyampaikannya berupa
dorongan dan motivasi tersebut dapat secara verbal maupun
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
dikembangkan. Dalam hal ini guru menjadi peran untuk
membantu siswa mengenali dirinya, membantu siswa
merencanakan tujuan serta program jangka pendek, juga
membantu siswa dengan memberitahu cara untuk
menjalankannya.

101
Bab 8
KURIKULUM BERDIFERENSIASI ANAK
BERBAKAT

8.1 Definisi kurikulum Anak Berbakat

Menurut Depdikbud 1994, (Dalam buku Pengantar


Pendidikan Khusus, Dr. Asep Supena, M.Psi) Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum juga
merupakan suatu bagian paling penting dalam melaksanakan
program pendidikan. Jika didalam suatu pendidikan tidak terdapat
kurikulum maka akan menimbulkan permasalahan yang rumit.
Kurikulum diciptakan untuk membantu guru dalam mencapai suatu
tujuan dalam pendidikan dan membantu dalam pedoman untuk
proses belajar mengajar di sekolah. Kurikulum harus dibuat secara
dinamis dan diperbarui untuk menyesuaikan perkembangan peserta
didik terkhusus anak berkebutuhan khusus.

Sama halnya dengan anak berkebutuhan khusus sendiri,


mereka harus mempunyai kurikulum yang dibuat secara khusus
sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Perbedaan

102
kurikulum yang dibuat tidak untuk membandingkan siswa, tetapi
untuk menciptakan kebersamaan antar siswa. Penerapan kurikulum
bagi ABK dibuat sesuai dengan ketidakmampuan yang dimiliki oleh
anak tersebut. Menurut Delphie (Aslan) Anak Berkebutuhan Khusus
juga memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan dengan
anak normal lainnya.

Terkhususnya Anak Berbakat mereka mempunyai kurikulum


tersendiri untuk pembelajarannya di sekolah, yaitu kurikulum
berdiferensiasi. Kurikulum Berdiferensiasi (Ward, Clark, Sisk,
Conny Semiawan, Utami Munandar) adalah kurikulum yang
disesuaikan dengan keadaan kebutuhan dan kemampuan siswa
berbakat. Bertujuan untuk meningkatkan mental anak berbakat
dengan menggunakan program yang dibuat di dalam kurikulum
berdiferensiasi ini. Program yang digunakan bisa seperti dari

Menurut Sitiava (dalam buku Panduan Pendidikan Berbasis


Bakat Siswa) dalam membuat kurikulum kita harus memahami
terlebih dahulu komponen kurikulum berdiferensiasi. Komponen
berdiferensiasi tersebut terbagi menjadi dua sisi, yaitu dari sisi
kebutuhan perkembangan anak berbakat dan desain konten
kurikulum. Dalam komponen memenuhi kebutuhan perkembangan
anak berbakat itu bermaksud pada kurikulum tersebut dibuat tanpa
melupakannya bahwa anak berbakat juga memiliki persamaan

103
dengan anak-anak seusianya dari segi perilaku, sifat dan aspek-
aspek lainnya. Kemudian dalam komponen desain konten kurikulum
sendiri dibuat untuk memenuhi kebutuhan anak berbakat dengan
menggunakan matra.

Terdapat beberapa jenis matra yang terdapat di dalam


kurikulum berdiferensiasi, antara lain:

1. Matra Umum : Materi-materi yang yang sudah


dikuasai oleh siswa di sekolah secara
keseluruhan. Kurikulum berdiferensiasi juga
harus memiliki tolak ukur dari kurikulum
umum, Hal ini dilakukan untuk pengembangan
lebih lanjut bagi kondisi keberbakatannya.
2. Matra yang Didiferensiasi : Materi yang
dikumpulkan yang sudah dirancang khusus
bagi siswa berbakat. Diferensiasi materi
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

● Diferensiasi yang bersifat vertikal:


Membuka peluang bagi siswa untuk
menyelesaikan materi pelajaran yang
lebih cepat dari anak dikelasnya.
Program ini disebut akselerasi.
● Diferensiasi yang bersifat horizontal:

104
Pada diferensiasi ini bukan percepatan
dalam materi pembelajaran tetapi
ditingkatkannya materi yang diberikan
pada siswa berbakat. Cara ini disebut
Eskalasi.
● Diferensiasi berupa perluasan materi
atau pengalaman belajar: Diberikannya
materi-materi dari guru yang tidak
terdapat didalam kurikulum umum,
seperti filsafat, psikologi sosial,
antropologi dan lainnya. cara ini disebut
dengan Aumentaional.

3. Matra Subliminal : Dalam matra subliminal


tidak merujuk pada mata pelajaran, tetapi
merujuk pada lingkungan pembelajarn yang
dibuat secara optimal.
4. Matra non Akademis : Dengan adanya matra
non akademis ini dapat membantu penambahan
materi yang luas. Bukan hanya berpacu pada
buku yang terdapat di sekolah, maka dibuatlah
pembelajaran ke luar lingkungan sekolah.

105
Dalam memenuhi komponen diatas kita perlu
melakukan berbagai langkah identifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak tersebut. Identifikasi bisa
dilakukan dengan assesment yang dapat memberikan
gambaran mengenai kemampuan dan kelemahan siswa
tersebut, dan juga dapat membantu dalam melihat
kecenderungan dan kemampuan siswa berbakat dalam
proses belajarnya.

8.2 Jenis-jenis kurikulum yang digunakan untuk anak


berbakat

Menurut UNESCO, 2004 (Jurnal Administrasi kurikulum,


Sonia Triandani) menjelaskan bahwa kurikulum berdiferensasi
merupakan proses memodifikasi kurikulum yang sesuai dengan
kemampuan yag dimiliki siswa.

Terdapat beberapa aspek dalam kurikulum berdiferensiasi:

8.2.1 Konten : berfokus pada materi yang akan


dipelajari dan disajikan dalam bentuk kontenya
8.2.2 Proses : berfokus pada perubahan aktivitas
indtruksional yang digunakan oleh guru, hal ini dibuat
untuk melihat apakah siswa mampu
memnggunakannya dalam menganalisis informasi.
8.2.3 Produk : sarana yang diberikan untuk

106
membantu siswa dalam mewujudkan suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.

Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum


Berdiferensiasi. Berikut ini jenis-jenis kurikulum
berdiferensiasi untuk anak berbakat:

● Prescribed Curriculum and Instruction

Kurikulum dan pengajaran yang ditentukan


mencakup pengetahuan dan keterampilan
dasar secara umum untuk semua anak.
Namun, kurikulum yang ditentukan tidak
memiliki kompleksitas dan tantangan yang
sesuai untuk anak-anak berbakat.

● Teacher-Differentiated Curriculum

Kurikulum Diferensiasi Guru melibatkan


perubahan yang dilakukan, karakteristik
dan gaya belajar diidentifikasi, kemajuan
pembelajaran, dan konsep diferensiasi
diintegrasikan ke dalam kelas reguler dan
kelas atas. Diferensiasi dilakukan oleh guru,

107
siswa memiliki pilihan sesuai kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan kognitif anak
berbakat yang dibedakan.

● Learner-Differentiated Curriculum

Kurikulum yang Dibedakan Peserta Didik


Pada tingkat ini, penekanan harus
ditempatkan pada pengembangan
"keseluruhan" peserta didik, termasuk
keterlibatan mendalam dalam domain
afektif.

Tidak hanya itu, contoh dari jenis kurikulum anak


berbakat yang dipakai di Noble Academy, seperti:

1. Kurikulum Berbakat dan Berbakat


Kurikulum Berbakat dan berbakat, tersedia
untuk siswa dari kelas 4 hingga kelas 9, oleh
Noble Academy sejalan dengan Standar
Nasional Amerika: Standar Inti Umum dan
Standar Sains Generasi Selanjutnya. Noble
Academy merancang kurikulum yang
menggunakan instruksi yang berbeda,

108
pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis inkuiri, instruksi individual untuk
mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan
keterampilan abad ke-21, dan lingkungan yang
diperkaya berdasarkan praktik terbaik dalam
pendidikan berbakat. memenuhi kebutuhan
individu dan gaya belajar setiap anak yang
berbakat.

2. Kurikulum Ignited
Kurikulum Ignited diperuntukkan untuk siswa
kelas 1 hingga kelas 12 yang mencari
kesenangan dalam belajar, terlepas dari
pengaturan sekolah tradisional, mampu belajar
secara mandiri dan mencari integrasi teknologi
yang ideal ke dalam pembelajaran. Setiap anak
berhak mendapatkan pendidikan yang layak
yang sangat penting di dunia yang berubah
dengan cepat ini di mana transformasi digital
mengatur banyak hal seperti pendidikan,
bisnis, dll. Kurikulum yang tercerahkan selaras
dengan Standar Nasional AS (CCSS dan
NGSS), memberikan siswa kegiatan yang
menyenangkan dan menarik. semangat untuk

109
belajar. Siswa dilatih untuk mandiri dan
menguasai keterampilan yang dibutuhkan di
pasar abad ke-21, seperti pemikiran kritis,
kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
Dengan jalinan teknologi dan kurikulum, siswa
dibimbing untuk mempersiapkan masa depan.

3. Kurikulum Bijak
Kurikulum Bijak dirancang untuk kelas 1-12
yang ingin mengembangkan pemikiran kritis
dan kreatif, menemukan pembelajaran yang
menarik dan menantang, dan
mengintegrasikan teknologi ke dalam
kurikulum untuk menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan.

4. Kursus Tunggal

Kursus Tunggal Adalah umum bagi siswa


untuk dapat belajar dan berkembang dalam
mata pelajaran yang mereka sukai, atau
memenuhi potensi mereka dalam mata
pelajaran tertentu, karena keterbatasan dan
kekakuan kurikulum dan program sekolah.

110
Noble Academy menawarkan kursus
individual dalam berbagai mata pelajaran
umum dan khusus untuk memenuhi minat dan
potensi siswa sambil belajar dengan cara yang
inovatif dan menyenangkan. Bagi siswa dari
luar Noble Academy, Ini juga mendapat
kesempatan besar untuk merasakan bagaimana
rasanya belajar di Noble Academy.

8.3 Dampak kurikulum berdiferensiasi pada anak berbakat

Adanya kurikulum yang berdiferensiasi membuat


berbagai dampak dapat terjadi kepada anak berbakat,
seperti:

8.3.1 Pencapaian prestasi fisik, yaitu anak dapat memiliki


daya tahan tubuh yang prima dan koordinasi gerak
fisik yang baik.
8.3.2 Pencapaian prestasi psikologis, yaitu anak dapat
memiliki kemampuan emosional yang baik.
8.3.3 Pencapaian prestasi akademik, yaitu anak dapat
mencapai tingkatan kognitif yang tinggi.

111
Bab 9
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang sudah kami susun pada bab-bab
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah individu
yang memiliki karakteristik unik dan kebutuhan yang berbeda dengan
anak biasa. Mereka memiliki kemampuan intelektual dan kreativitas
yang luar biasa, serta sering mencapai prestasi yang memuaskan.
Bakat seseorang tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Peran otak dalam
keberbakatan dapat terlihat dari individu dengan IQ tinggi, meskipun
bakat tidak hanya terbatas pada individu dengan IQ tinggi. Bakat
membutuhkan kesempatan untuk berkembang dan diperoleh melalui
latihan dan pengalaman.

Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami bahwa


setiap anak berbakat memiliki kebutuhan yang berbeda. Faktor
internal, seperti minat yang tinggi, motivasi berprestasi, dan daya
juang yang tinggi, serta faktor eksternal, seperti dukungan dan
lingkungan yang mendukung, harus diperhatikan secara menyeluruh.
Orang tua perlu memberikan wadah yang sesuai dengan bakat dan
minat anak agar mereka dapat mengembangkan potensi mereka
secara maksimal. Pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik

112
anak berbakat, seperti memberikan kesempatan untuk
mengeksplorasi bidang yang diminati dan memberikan lingkungan
yang mendukung, sangat penting dalam mengembangkan bakat anak.

Karakteristik anak berbakat meliputi aspek kognitif,


akademik, fisik, sosial, dan emosional. Mereka memiliki kemampuan
berpikir yang orisinil, daya ingat yang kuat, dan rasa ingin tahu yang
besar. Anak berbakat juga sering menunjukkan minat dalam kegiatan
belajar dan membaca, serta memiliki sifat kompetitif yang tinggi.
Secara fisik, mereka cenderung memiliki penampilan yang rapi dan
menarik, serta kesehatan yang baik. Dalam hal sosial dan emosional,
anak berbakat mampu memimpin dan bekerja dalam kelompok, serta
memiliki pemahaman yang baik terhadap emosi. Namun, tidak jarang
anak berbakat menghadapi kesulitan dalam berinteraksi dengan
teman sebaya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
beragam.

Anak berbakat memiliki prestasi tinggi dalam berbagai aspek


seperti intelektual, kreativitas, seni, kepemimpinan, atau akademik
tertentu. Mereka membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang
berbeda dengan yang disediakan di sekolah reguler. Bakat ini
merupakan potensi yang perlu dikembangkan melalui strategi
pembelajaran, latihan, dan evaluasi yang sesuai. Proses identifikasi
ciri-ciri anak berbakat merupakan langkah penting dalam memilih

113
anak yang memiliki karakteristik unggul dalam hal intelegensi,
kreativitas, dan dedikasi terhadap tugas. Proses ini melibatkan tahap
penjaringan dan penyaringan untuk menemukan anak-anak yang
pantas menerima layanan khusus. Setelah identifikasi dilakukan,
proses asesmen harus dilanjutkan untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam tentang keberbakatan anak tersebut. Hasil
asesmen tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan
layanan pendidikan yang tepat agar anak berbakat dapat
mengoptimalkan potensi mereka.

Anak berbakat memiliki kelebihan dalam hal pembelajaran,


mereka mampu menyerap materi dengan cepat dan tidak memerlukan
pengulangan yang intensif. Mereka juga memiliki perkembangan
kepribadian yang lebih maju dibandingkan dengan teman sebayanya.
Namun, mereka juga membutuhkan penanganan khusus karena
kemampuan intelegensi yang tinggi dapat menyebabkan kesulitan
dalam bersosialisasi dan berinteraksi. Oleh karena itu, layanan
pendidikan yang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan
mereka, seperti akselerasi atau pengelompokan dalam sekolah
khusus, sekolah inklusif, atau kelas terintegrasi.

Proses identifikasi ciri-ciri anak berbakat melalui tahap


penjaringan dan penyaringan membantu dalam memilih anak yang
pantas menerima layanan khusus. Setelah proses identifikasi, penting

114
untuk melanjutkan dengan asesmen dan memberikan layanan
pendidikan yang tepat agar anak berbakat dapat memaksimalkan
potensinya. Anak berbakat memiliki kelebihan dalam hal kecerdasan
dan perkembangan kepribadian yang cepat. Mereka memiliki
kemampuan untuk memperoleh pembelajaran dengan cepat tanpa
memerlukan pengulangan yang berulang. Namun, anak berbakat juga
memerlukan penanganan khusus karena kecerdasan tinggi mereka
dapat membuat mereka sulit dalam bersosialisasi dan berinteraksi
dengan teman sebaya.

Layanan pendidikan untuk anak berbakat, seperti akselerasi,


dirancang untuk melayani kebutuhan khusus mereka. Pendekatan ini
memungkinkan penyesuaian kurikulum sesuai dengan potensi
kecerdasan dan bakat mereka. Pengelompokan pendidikan untuk
anak berbakat dapat dilakukan melalui sekolah khusus, sekolah
inklusif, kelas khusus, atau kelas terintegrasi. Evaluasi juga penting
untuk memantau kemampuan belajar anak berbakat dan memastikan
pengembangan potensinya. Kurikulum berdiferensiasi adalah
strategi yang digunakan untuk mengubah atau menyesuaikan
kurikulum agar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang
berbeda dalam satu kelas. Dengan adanya kurikulum berdiferensiasi,
anak berbakat dapat memaksimalkan potensi mereka. Hal ini juga
dapat memberikan dampak positif pada prestasi fisik mereka, seperti

115
memiliki daya tahan tubuh yang baik dan koordinasi gerak fisik yang
optimal.

116
Daftar Pustaka
(n.d.). Noble Academy - Gifted and Talented Education. Retrieved
March 12, 2023, from https://noble.sch.id/

Afriansyah, H. (2020). Pengertian Kurikulum, Proses Administrasi


Kurikulum dan Peran Guru dalam Administrasi Kurikulum.

Ahmad, A., Tulus, H., Arista, A.,N. (2010) .Hubungan Kecerdasan


Emosi dan Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian
Sosial Pada Siswa Kelas Vll Program Akselerasi di SMP
Negeri 9 Surakarta. Jurnal Wacana Psikologi,12 (2), 1-25.
Alimin & Sunardi. (1996). Pendidikan Anak Berbakat yang
Menyandang Ketunaan. Jakarta: Depdikbud Dikti.
American Psychological Association. “Giftedness.” 2021.

Anas, S. H. (2022). Faktor Penyebab ARBK Anak Cerdas Istimewa


dan Berbakat Serta Penanganannya.
Astati. (2009). Modul 3 Karakteristik dan Pendidikan Anak
Berbakat. Bandung: UPI.

Ayomi, A. T. R., Widyorini, E., & Roswita, M. Y. (2021). Hubungan


Inteligensi Dengan Fungsi Eksekutif Pada Anak Gifted
Relationship Between Intelligence And Executive Function
To Gifted Children. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa,
6(2), 134-150.
Baiti, N. (2021). Perkembangan Anak Melejitkan Potensi Anak
Sejak Dini. Guepedia.
Brody, L. E., & Hafenstein, N. B. The identification of gifted and

117
talented students. Corwin Press, 2009.

Chairiah, M. N., Rohaeti, E. E., & Fatimah, S. (2020).


PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER SISWA
CERDAS ISTIMEWA BAKAT ISTIMEWA (CIBI). Vol. 3,
No. 2, Maret 2020, 72-79.

Cross, T. L. (2002). The Social and Emotional Development of Gifted


Children: What Do We Know? Waco, TX: Prufrock Press.

Dahlia, H., & Roza, W. E. (2017). Masalah underachiever pada anak


berbakat di sekolah. SCHOULID: Indonesian Journal of
School Counseling.

Davis, Gary A. Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan, Suatu


Buku Panduan untuk Guru dan Orangtua. Jakarta, PT
Indeks, 2012.

Dea, S., Nurul, A.S., Nurfaizah., Nurhalida., Fatimah., Sri, R.N.


(2019). Kreativitas, Bakat, Dan Layanan Pendidikan Anak
Berbakat. Fakultas Sastra, Universitas Muslim Indonesia,
Makassar.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). UU RI No. 2


Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Balai Pustaka.

Desiningrum, D. R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: Psikosain.

Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

118
E. D., & R. R. (2020). Self-determination theory: Basic
psychological needs in motivation, development, and
wellness. Retrieved from APA PsycNet:
https://psycnet.apa.org/record/2017-04680-000

Elfi Churnia, Ifdil, & Lira Erwinda. (2017). Guidance and


Counseling Service for Gifted Children. Fakultas Ilmu
Pendidikan, UNP.
Freeman, J. (2010). Gifted lives: What happens when gifted children
grow up. London: Routledge.

Gardner, Howard. Multiple intelligences: The theory in practice.


Basic Book, 1993.

Gultom, H. (2022). PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN


DIFERENSIASI UNTUK ANAK BERBAKAT DI TK
MARIA MUTIARA.

Gusman Lesmana. (2021). Bimbingan konseling populasi khusus.


Kencana.

Gustafsson, H. C., Coffman, J. L., & Cox, M. J. (2015). Intimate


partner violence, maternal sensitive parenting behaviors, and
children’s executive functioning. Psychology of violence,
5(3), 266.
Handayani, M. (2015). Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak
Berbakat.
Handayuni, T. S. (2017). Gambaran Kebutuhan Psikologis Anak
Berbakat. SCHOULID: Indonesian Journal of School
Counseling, 2(3): 39-43.

119
Helmi Supriyatno. (2020). Pentingnya Gizi Seimbang untuk Tumbuh
Kembang Anak. Harian Bhirawa. Surabaya, Indonesia

Kamilah, S. H. (2009). Teknik Client-Centerd Counseling Untuk


Anak Berbakat (Studi Kasus SLA) di SMPN 3 Surabaya.
Kerr, B. (Ed.). (2009). Encyclopedia of giftedness, creativity, and
talent (Vol. 1). Sage.
Kirk, S. A, & Gallagher, J. J. (1986). Educating Exceptional
Children. Boston: Houghton Mifflin Company.

Lalujan, K. V., Krismayani, O., & Manajang, T. Y. (n.d.).


Kecerdasan Anak Usia Dini Ditinjau Dari Prespektif Teori
Kecerdasan Howard Gardner.

Mardiya, D. (2019, Desember 31). Memahami Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak. Retrieved from
pemberdayaan.kulonprogokab.go.id:
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/977/mema
hami-faktor-faktor-yang mempengaruhi-tumbuh-
kembanganak

Maria Ulfa, J. A. (2022). Psikologi Anak Berbakat. Aceh: Syiah


Kuala University Press.
Mrazik, M., & Dombrowski, S. C. (2010). The neurobiological
foundations of giftedness. Roeper Review, 32(4), 224-234.
Muhid, A. (2019). Gifted-Underachiever: Mengungkap Black Box
Sekolah tentang Rekam Jejak Siswa Berbakat Berprestasi
Kurang.

120
Munandar, U. (1995). Dasar–Dasar Pengembangan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Murniarti, E. (2020). Pengertian Bakat, Ciri-Ciri Anak Berbakat, dan


Implikasi Pendidikan.

National Association for Gifted Children. A Parent's Guide to Gifted


Children. Prufrock Press, 2016.
Nur Aminidan., Naimah. (2020). Faktor Hereditas Dalam
Mempengaruhi Perkembangan Intelegensi Anak Usia Dini.
Jurnal Buah Hati Vol.7, No.2.

Nurhayati. (2017). PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA


ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2):
163.

Nurjan, S. (2018). ANALISIS TEORITIK KEBERBAKATAN


SISWA. AL-ASASIYYA: Journal Basic Of Education,
Vol.02,No.02,Januari-Juni 2018, ISSN: 2548-9992, 96.

Pangestuti, Riana Wibi. (2017). “STRATEGI LAYANAN


PERENCANAAN INDIVIDUAL BAGI ANAK
BERBAKAT AKADEMIK.” Seminar Nasional Bimbingan
Konseling Universitas Ahmad Dahlan, vol. 2.

Pengertian Bakat, Ciri-Ciri Anak Berbakat, dan Implikasi


Pendidikan. (2020).
Poerwanti, E. (2015). Konsep dasar Pembelajaran.
Pratama, Iqbal. (2020). “STUDI TENTANG AKSELERASI
PELAYANAN PUBLIK DALAM PENGURUSAN
DOKUMEN KEPENDUDUKAN DI DINAS

121
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA
BALIKPAPAN.” eJournal Ilmu Pemerintahan.

Purwati, Eni, and Mashubatul Akmaliyah. “Hubungan antara Self


Efficacy dengan Flow Akademik pada Siswa Akselerasi
SMPN 1 Sidoarjo.” PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi,
vol. 3, 2016.

Putra, S. R. (2013). Panduan Pendidikan Berbasis Bakat Siswa.

Putra, Sitiatava Rizema. Panduan Pendidikan Berbasis Bakat


Siswa. Jogjakarta, DIVA Press (Anggota IKAPI), 2013.

Rahmawati, Dewi,F., Hartati, S. (2007). Penyesuaian Sosial Remaja


Berbakat Dalam Menjalin Hubungan Persahabatan. Gifted
Review Journal-UI, 1(1).

Rapisa, D. R. (2020). Identifikasi dan Layanan Pendidikan Khusus


bagi Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa. deepublish.

Renzulli, J. S. (2012). What makes giftedness?: Reexamining a


definition. Phi Delta Kappan, 94(3), 62-66.
Renzulli, J., Reis, S., & Shaughnessy, M. F. (2014). A reflective
conversation with Joe Renzulli and Sally Reis: About the
Renzulli learning system. Gifted Education International,
30(1), 24-32.
Silverman, L. K. (1993). Counseling the gifted and talented. Denver:
Love Publishing.

Silverman, L.K. Asesmen Kecerdasan Intelektual. PT Grasindo,


2013.

Siti Yumnah. (2016). Kecerdasan anak dalam mengenal potensi diri.

122
Jurnal Studi Islam.

Sofia Pilosusan, M. V. (2019). Konsep Penyesuaian Sosial Anak


Berbakat. SCHOULID: Indonesian Journal of School
Counseling, 3(1): 5-9.

Sri Yulia Sari, I. A. (2021). Hubungan Keberbakatan dan Kreativitas


Anak Usia Dini.

Subhi, I. M., & Herawati, T. (2016). Faktor-Faktor Internal yang


Mempengaruhi Kemampuan Anak Berbakat. Jurnal
Pendidikan Dasar, 7(1), 26-32.
Subotnik, R. F., Olszewski-Kubilius, P., & Worrell, F. C.
“Identification and assessment of gifted children.” 2011.
Sudarto, Z., Rofiah, K., Ardiningsih, F., & Sujarwanto. (2019).
Program Intervensi Terpadu Anak Berkebutuhan Khusus:
Proses Pengembangan Kurikulum.
Suharsiwi. (2017). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: CV Prima Print.

Supena, A. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.


Jakarta, Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas
Negeri Jakarta, 2015.
Susilawati, N. (2020). Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan
Potensi Anak Berbakat. Jurnal Sikola: Jurnal Kajian
Pendidikan dan Pembelajaran.

Syafwan, A.,L. dkk. (2021). Teori dan Konsep Anak Berbakat.


Ittihad-Jurnal Pendidikan, 5 (1), 35-40.

Tarjiah, Indina, and Asep Supena. Pembelajaran Bagi Anak

123
Berbakat Akademik (Gifted). Jakarta, Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta,
2015.
Taufani, (2008). Minat dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 38.

The Council for Exceptional Children. “Assessment of Gifted


Children.” 2021.

Tiel, Julia Maria van. (2018). ANAKKU ADHD, AUTISME, ATAU


GIFTED. Jakarta, PRENADAMEDIA GROUP.

Ulfa, M., & Aridhona, J. (2021). Psikologi anak berbakat. Syiah


Kuala University press.

Ummai, F. V. (2017). Anak berbakat dan dunia pendidikan.


Ummai, F. V. (2017). Anak berbakat dan dunia pendidikan.
SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003. (n.d.). Sistem Pendidikan


Nasional (UUSPN).

Wahab, r. (2018). Mengenal Anak Berbakat Akademik Dan Upaya


Mengidentifikasinya.

Wardani, I.G.A.K., dkk. (2019). Pengantar Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Winner, E. (1996). Gifted Children: Myths and Realities. Basic


Books.

Yolanda, S. T. (n.d.). Administrasi Kurikulum, (2019).

124
125

Anda mungkin juga menyukai