Abstract. The aim of this research was to determine the impact of self adjustment and emotional maturity on
homesickness of first-year aboard students’ year 2017 at Faculty of Social and Politic Sciences, Mulawarman
University Samarinda. This research used quantitative research methods. Research subject consist of 104
first-year aboard students’ year 2017 at Faculty of Social and Politic Sciences, Mulawarman University
Samarinda that was chosen using purposive sampling technique. Research data was analyzed using the
program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 24.0 for Windows. Research results showed that: (1)
there is a significant impact self adjustment and emotional maturity on homesickness by the f value > f table
(16.458 > 3.15) and p value = 0.000 (p < 0.05). Contributions impact self adjustment and emotional maturity
on homesickness amounted to 0.350 (35 percent); (2) there is negative and significant impact self adjustment
on homesickness by the beta coefficient (β) = -0.543, t value > t table (-5.159 > 1.999) and p value = 0.000 (p
< 0.05); (3) there is negative and significant impact emotional maturity on homesickness by the beta
coefficient (β) = -0.368, t value > t table (-3.492 > 1.999) and p value = 0.001 (p < 0.05).
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penyesuaian diri dan kematangan emosi
pada kerinduan mahasiswa tahun pertama di atas kapal tahun 2017 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman Samarinda. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Subjek
penelitian terdiri dari 104 mahasiswa tahun pertama di tahun 2017 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman Samarinda yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitian
dianalisis menggunakan program Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS) 24.0 untuk Windows. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh penyesuaian diri dan kematangan emosi yang
signifikan terhadap kerinduan dengan nilai f> f tabel (16,458> 3,15) dan nilai p = 0,000 (p <0,05). Kontribusi
dampak penyesuaian diri dan kematangan emosi pada kerinduan adalah sebesar 0,350 (35 persen); (2) ada
pengaruh negatif dan signifikan penyesuaian diri pada kerinduan dengan koefisien beta (β) = -0,543, nilai t> t
tabel (-5,159> 1,999) dan nilai p = 0,000 (p <0,05); (3) ada pengaruh negatif dan signifikan kematangan
emosi pada kerinduan dengan koefisien beta (β) = -0,368, nilai t> t tabel (-3,492> 1,999) dan nilai p = 0,001
(p <0,05).
1
Email: astimaiska@gmail.com
310
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018: 310-316 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
secara dewasa saat mengatasi masalah dengan orang Homesickness juga dikatakan sebagai salah
lain. Mahasiswa perantau dapat dikatakan telah satu masalah paling penting bagi mahasiswa
matang emosinya apabila telah dapat berfikir secara perantau di kebanyakan universitas di seluruh dunia.
objektif dan ditandai dengan adanya kemampuan Homesickness menyebabkan beberapa masalah
dalam mengontrol emosi, mampu befikir realistik, penghambat seperti ketidakinginan untuk belajar,
memahami diri sendiri, dan mampu menempatkan hilangnya semangat hidup, pemikiran dan perasaan
emosi di saat dan tempat yang tepat. Penelitian yang negatif, stress, frustrasi, emosi negatif, dan lainnya.
dilakukan Sinha (2014) menyatakan bahwa sejalan Hewstone, dkk., (2002) menyatakan bahwa
dengan bertambahnya kematangan emosi maka homesickness membuat seseorang merindukan
mahasiswa akan lebih dapat mengontrol emosinya, suasana kampung halaman yang menyebabkan
mahasiwa dapat mengurangi emosi negatif dan lebih dirinya mengalami kesulitan untuk dapat beradaptasi
mengembangkan emosi positif. Pekembangan bentuk di lingkungan yang baru. Menurut Hewstone, dkk.,
emosi yang positif dan benar memungkinkan (2002) terdapat lima aspek utama untuk mengetahui
mahasiswa perantau untuk dapat mengatasi apakah seseorang memiliki homesickness dan
homesickness dengan tepat dan menyesuaikan diri di menentukan tingkatan homesickness yang dimiliki
lingkungannya dengan baik. Homesick dipahami seseorang yaitu merindukan keluarga, merindukan
sebagai sebuah kerinduan dalam proses penyesuaian teman, rasa kesepian, kesulitan dalam menyesuaikan
emosional. Bahkan, homesick dalam level yang diri, dan perenungan tentang rumah.
rendah merupakan bukti bahwa kamu mencintai
seseorang (Kristanto, Apriliani, Doni dan Saputra, Penyesuaian Diri
2017). Haber & Runyon (1984) berpendapat bahwa
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk penyesuaian diri adalah keadaan yang diinginkan
melakukan penelitian pada mahasiswa perantau di oleh individu sebagai hasil dari penerapan yang
Samarinda. Fokus utama yaitu bagi para mahasiswa berkelanjutan akan penyesuaian yang efektif
perantau yang masih menjalani tahun pertamanya di sepanjang kehidupannya. Menurut Bal dan Singh
perguruan tinggi. Perubahan yang terjadi di (2015) penyesuaian diri merupakan suatu proses
kehidupan mahasiswa perantau setelah mulai dimana individu mempelajari perilaku tertentu untuk
merantau dan hidup jauh dari keluarga serta menghadapi situasi yang selaras dengan
kampung halaman dan banyaknya tuntutan serta lingkungannya. Menurut Mesidor dan Sly (2016)
penyesuaian yang harus mereka lakukan ketika penyesuaian diri adalah proses dimana seseorang
memasuki kehidupan perguruan tinggi membuat berusaha menyeimbangkan kebutuhan dengan
peneliti ingin mengetahui bagaimana homesickness hambatan yang ada pada lingkungannya,
yang dirasakan oleh mahasiswa perantau, bagaimana penyesuaian diri yang dialami mahasiswa perantau
penyesuaian diri dan kematangan emosi yang mereka mencakup penyesuaian budaya, sosial, akademik,
miliki mampu membantu mereka mengatasi dan psikologis. Haber & Runyon (1984) menjelaskan
homesickness yang dirasakan dan menghadapi bahwa aspek-aspek penyesuaian diri yaitu persepsi
berbagai masalah selama masa perantauan. Penulis terhadap realitas, kemampuan mengatasi stress dan
tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh kecemasan, gambaran diri yang positif, kemampuan
Penyesuaian Diri dan Kematangan Emosi terhadap mengekspresikan emosi dengan baik, memiliki
Homesickness pada Mahasiswa Perantau Tahun hubungan interpersonal yang baik.
Pertama (Angkatan 2017) di FISIP, Universitas
Mulawarman, Samarinda”. Kematangan Emosi
Ansari (2015) berpendapat bahwa kematangan
TINJAUAN PUSTAKA emosi merupakan kemampuan kontrol diri yang
dihasilkan dari pembelajaran dan pemikiran. Dalam
Homesickness
psikologi, kematangan merupakan kemampuan
Mozafarinia dan Tavafian (2014)
untuk memberikan respon yang tepat terhadap
mengemukakan bahwa homesickness adalah keadaan
lingkungan, respon ini umumnya karena telah
emosional yang negatif, dicirikan dengan pemikiran
dipelajari dibandingkan karena insting. Kematangan
yang berulang tentang rumah, merindukan teman,
juga meliputi kesadaran akan waktu dan tempat yang
keinginan untuk kembali ke lingkungan yang
tepat saat berperilaku serta tahu kapan harus
familiar, dan terkadang menimbulkan keluhan fisik.
bertindak, berdasarkan dengan situasi kondisi dan
312
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018: 310-316 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
budaya sekitar. Menurut Singh dan Bhargava (dalam HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sangtam, 2014) kematangan emosi adalah kepekaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
seseorang terhadap emosinya, serta reaksi mereka penyesuaian diri dan kematangan emosi berpengaruh
terhadap beragam tingkah laku emosional yang terhadap homesickness mahasiswa perantau tahun
dianggap sesuai dengan norma-norma yang berlaku. pertama angkatan 2017 di FISIP, Universitas
Menurut Singh dan Bhargava (dalam Ansari, 2015) Mulawarman Samarinda. Hal ini sejalan dengan
kematangan emosi terdiri dari 5 dimensi yaitu yang dinyatakan oleh Kegel (2009) bahwa terdapat
emotional instability, emotional regression, social empat faktor yang dapat mempengaruhi
maladjustment, personality disintegration, lack of homesickness yaitu faktor intrapersonal,
independence. interpersonal, lingkungan dan budaya. Dalam
penelitian ini, yang termasuk faktor intrapersonal
METODE PENELITIAN adalah kematangan emosi dan yang termasuk faktor
Penelitian ini menggunakan metode penelitian interpersonal, lingkungan dan budaya adalah
kuantitatif. Menurut Creswell (2014) penelitian penyesuaian diri. Berdasarkan hasil penelitian
kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji Hewstone, dkk., (2002) homesickness
teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan mempertahankan efek depresi. Hal ini menunjukkan
antarvariabel. Dalam penelitian ini terdapat dua bahwa tanpa tergantung dari tingkat instabilitas
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel emosi, homesickness merupakan perintis depresi.
bebas yaitu penyesuaian diri dan kematangan emosi, Lebih lanjut, individu dengan emosi yang tidak stabil
sedangkan variabel terikat yaitu homesickness. memiliki tingkat homesickness dan depresi yang
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih tinggi.
yaitu purposive sampling, dikenal juga sebagai Pada penyesuaian diri terhadap homesickness
sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan menunjukkan hasil bahwa penyesuaian diri
sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan berpengaruh negatif terhadap homesickness. Hal ini
perorangan atau pertimbangan peneliti sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Kegel
(Reksoatmodjo, 2009). Dalam hal ini penulis (2009) yang mengungkapkan bahwa penyesuaian
mengambil sampel berdasarkan 2 karakteristik yaitu diri merupakan faktor penting yang mempengaruhi
mahasiswa perantau tahun pertama dan pulang ke homesickness. Riset membuktikan bahwa jumlah
kampung halaman setiap satu semester sekali. teman yang dimiliki oleh mahasiswa perantau
Sampel yang digunakan sebanyak 104 orang berhubungan dengan penyesuaian dirinya, hubungan
mahasiswa perantau tahun pertama angkatan 2017 di sosial juga berhubungan secara negatif baik dengan
FISIP, Universitas Mulawarman Samarinda. stress penyesuaian diri dan homesickness pada
Metode pengumpulan data pada penelitian ini mahasiswa perantau, interaksi dengan teman-teman
adalah menggunakan alat pengukuran atau dari lingkungan yang baru dapat mempermudah
instrumen. Terdapat tiga instrumen penelitian yang penyesuaian diri dan berhubungan dengan kurangnya
digunakan yaitu skala homesickness, penyesuaian homesickness sedangkan interaksi dengan teman-
diri dan kematangan emosi. Pengumpulan data pada teman dari kampung halaman ditemukan
penlitian ini menggunakan teknik uji coba atau try menyebabkan homesickness lebih parah, dukungan
out kepada mahasiswa perantau tahun pertama sosial merupakan hal yang penting bagi
angkatan 2017 di FISIP sebanyak 40 mahasiswa. Uji kesejahteraan mahasiswa perantau, mahasiswa
tersebut dilakukan untuk memperoleh ketepatan dan perantau yang merasa kehidupan perkuliahan di kota
kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi yang baru tidak sesuai dengan ekspektasinya
ukurnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas pada dilaporkan mengalami homesickness lebih tinggi,
skala homesickness terdapat 0 butir yang gugur serta penerimaan sosial yang baik berhubungan
dengan nilai alpha 0.735. skala penyesuaian diri dengan rendahnya masalah penyesuaian diri yang
terdapat 13 butir yang gugur dengan nilai alpha dihadapi mahasiswa perantau (Rajapaksa dan
0.713, dan skala kematangan emosi terdapat 4 butir Dundes, 2003; Yeh dan Inose, 2003; Duru dan
yang gugur dengan nilai alpha 0.744. Poyrazli, 2007; Ward dan Kennedy, 1993; Mori,
2000; McKinlay, Pattison dan Gross, 1996;
Anderson, dkk., 2005 dalam Kegel, 2009). Riset
menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya mahasiswa
perantau dalam menyesuaikan diri pada lingkungan
313
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018: 310-316 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
perguruan tinggi dapat membantu atau menganggu penyesuaian diri dinggap sebagai inti dari
coping mahasiswa dalam mengahadapi homesickness. Kemudian, ketika individu telah
homesickness, kemudian dalam kurun waktu dua matang secara emosi dan mampu menyesuaikan diri
minggu hingga delapan bulan stress penyesuaian diri dengan lingkungannya maka ia mampu mengontrol
yang dialami oleh mahasiswa perantau mengalami emosinya sehingga menghasilkan sikap yang tepat
peningkatan (Willis, dkk., 2003; Greenland dan dan sesuai dengan lingkungannya serta dapat
Brown, 2005 dalam Kegel, 2009). diterima secara sosial. Individu tersebut dapat
Pada kematangan emosi terhadap disimpulkan telah dapat menyeimbangkan tuntutan
homesickness menunjukkan hasil bahwa kematangan pribadi dan tuntutan lingkungannya serta
emosi berpengaruh negatif terhadap homesickness. bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya. Hal
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sharma ini juga berarti bahwa individu yang matang secara
(2012) ditemukan bahwa tingkat kematangan emosi emosi dan berhasil dengan penyesuaian diri dapat
mahasiswa tingkat akhir lebih stabil dibandingkan mengatasi stress dan berbagai masalah yang dihadapi
oleh mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun dengan cara yang tepat.
pertama menjadi kurang stabil secara emosional
dikarenakan oleh beragam tekanan yang tidak KESIMPULAN DAN SARAN
terduga, kurangnya adaptasi secara sosial, Kesimpulan
ketergantungan terhadap orang lain sehingga Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
menimbulkan kurangnya rasa independensi dalam maka dapat disimpulkan sebagai berikut
diri mahasiswa tahun pertama, serta pengambilan 1. Ada pengaruh signifikan penyesuaian diri dan
keputusan. Hal-hal tersebut menyebabkan stress pada kematangan emosi terhadap homesickness
mahasiswa tahun pertama sehingga membuat mereka mahasiswa perantau tahun pertama angkatan 2017
kurang stabil secara emosional. Thingujam (2002 FISIP, Universitas Mulawarman.
dalam Behera dan Rangaiah, 2017) menyatakan 2. Ada pengaruh negatif dan signifikan penyesuaian
bahwa baik kecerdasan emosi dan kematangan emosi diri terhadap homesickness mahasiswa perantau
merupakan sebuah inter-korelasi dimana kecerdasan tahun pertama angkatan 2017 FISIP, Universitas
emosi berarti kemampuan untuk mengenali dan Mulawarman. Berarti semakin tinggi penyesuaian
mengelola emosi diri sendiri dan orang lain, diri maka semakin rendah homesickness yang
sementara kematangan emosi diartikan sebagai dirasakan mahasiswa begitupun sebaliknya
kelihaian atau kemampuan yang berdasar pada semakin rendah penyesuaian diri maka semakin
kecerdasan emosi agar dapat berhasil mengontrol tinggi homesickness yang dirasakan.
emosi. Studi lain dari Hein (1999 dalam Behera dan 3. Ada pengaruh negatif dan signifikan kematangan
Rangaiah, 2017) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi terhadap homesickness mahasiswa
emosi merupakan bagian dari kematangan emosi perantau tahun pertama angkatan 2017 FISIP,
yang diumpamakan seperti satu permukaan sebuah Universitas Mulawarman. Berarti semakin tinggi
koin, keduanya berhubungan dan memiliki efek kematangan emosi maka semakin rendah
positif terhadap psychological well-being seseorang. homesickness yang dirasakan mahasiswa
Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan begitupun sebaliknya semakin rendah kematangan
bahwa penyesuaian diri dan kematangan emosi emosi maka semakin tinggi homesickness yang
berpengaruh terhadap homesickness pada mahasiswa dirasakan.
perantau tahun pertama angkatan 2017 di FISIP,
Universitas Mulawarman Samarinda. Hasil yang Saran
didapat bahwa semakin baik penyesuaian diri dan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
kematangan emosi mahasiswa maka semakin baik maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai
pula mahasiswa perantau dalam mengahadapi berikut:
homesickness sehingga semakin rendah pula 1. Bagi Mahasiswa perantau tahun pertama angkatan
homesickness yang dirasakan oleh mahasiswa 2017 di FISIP, Universitas Mulawarman
perantau. Selain itu, ditemukan juga bahwa semakin Samarinda
lama individu jauh dari rumah, maka reaksi Perlu membuka diri dalam pergaulan dengan
homesickness juga menjadi kurang intens, yang orang-orang yang dapat memberikan pengaruh
berarti bahwa adapatasi terhadap situasi baru juga positif, berpartisipasi dalam komunitas atau
berperan penting dalam homesickness. Kesulitan aktifitas sosial yang diminati, lebih berfokus pada
314
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018: 310-316 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
315
Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018: 310-316 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
316