Anda di halaman 1dari 18

KETERBUKAAN DIRI (SELF DISCLOSURE) SISWA

DALAM PERSPEKTIF BUDAYA DAN IMPLIKASINYA BAGI KONSELING

Maryam B. Gainau
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Papua

ABSTRACT

Self disclosure is disclosing one’s self in giving information to others. According to


Lumsden (1996), self disclosure can help someone in communicating with others and increase
self-confidence and intimate relations. One important factor in one’s self disclosure with others
is cultural in nature. There are both open culture and closed culture. In Indonesia, for instance,
Javanese culture is opened and Western culture is closed. The two types of culture are
influenced by value or life view, norm, custom, that, in turn, will influence one’s way of thought
and behavior. Cultural effect also affects student’s self disclosure at school. A student often
undertakes difficulty in his or her self disclosure with others. The things that can be done by
counsellors in helping their student in order to be disclosed with others are (1) giving
understanding that every culture has its own ethics in disclosing self to others so that the student
knows the way of disclosing himself or herself to others, (2) involving the student in various
activities in order that he or she does not feel shy in socializing with others, and (3) giving
training that can make the student more self-confident.

Keywords: Self Disclosure, Cultural Perspective, Implication for Counselling

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial yang lingkungan sosialnya, individu dituntut


selalu berhubungan dan membutuhkan mampu menyesuaikan diri. Penyesuaian
orang lain dalam kehidupannya. Sebagai diri dengan lingkungan sosial adalah
makhluk sosial manusia dalam proses individu menyesuaikan diri
bertingkah laku selalu berhubungan dengan masyarakat atau lingkungan
dengan lingkungannya tempat ia tinggal sosial, sehingga individu dapat menjalin
(Adler dalam Corey, 1986). Menjalin suatu hubungan yang harmonis dengan
hubungan dengan individu lain lingkungan sosialnya. Penyesuaian sosial
merupakan bagian yang tidak pernah merupakan salah satu aspek psikologis
lepas dari kehidupannya sehari-hari. yang perlu dikembangkan dalam
Untuk itu, dalam kehidupannya, manusia kehidupan individu, baik penyesuaian
selalu berinteraksi dengan diri dengan individu lain di dalam
lingkungannya. Misalnya dalam kelompok maupun di luar kelompok.
lingkungan keluarga terjadi interaksi Agar individu mampu menyesuaikan diri
antar anggota keluarga, dalam dengan lingkungan sosial, maka individu
lingkungan masyarakat terjadi hubungan membutuhkan keterampilan sosial.
antar individu. Keterampilan sosial menunjang
Agar hubungan antar individu keberhasilan dalam bergaul serta syarat
terjalin secara harmonis dengan

1
tercapainya penyesuaian sosial yang baik terbuka individu kepada orang tersebut,
dalam kehidupan individu. demikian pula sebaliknya.
Salah satu aspek yang penting dalam Keterbukaan diri (self disclosure)
keterampilan sosial adalah self merupakan salah satu faktor yang
disclosure (Buhrmester, 1998). Menurut menentukan keberhasilan dalam
Lumsden (1996) self disclosure dapat interaksi sosial. Individu yang terampil
membantu seseorang berkomunikasi melakukan self disclosure mempunyai
dengan orang lain, meningkatkan ciri-ciri yakni memiliki rasa tertarik
kepercayaan diri serta hubungan kepada orang lain daripada mereka yang
menjadi lebih akrab. Selain itu, self kurang terbuka, percaya diri sendiri, dan
disclosure dapat melepaskan perasaan percaya pada orang lain (Taylor &
bersalah dan cemas (Calhoun dan Belgrave, 1986; Johnson, 1990).
Acocella, 1990). Tanpa self disclosure, Sebagai salah satu aspek penting
individu cenderung mendapat dalam hubungan sosial, self disclosure
penerimaan sosial kurang baik sehingga juga perlu bagi remaja, karena masa
berpengaruh pada perkembangan remaja merupakan periode individu
kepribadiannya. belajar menggunakan kemampuannya
Self disclosure merupakan tindakan untuk memberi dan menerima dalam
seseorang dalam memberikan informasi berhubungan dengan orang lain. Sesuai
yang bersifat pribadi pada orang lain. dengan perkembangannya, remaja
Informasi yang bersifat pribadi tersebut dituntut lebih belajar menyesuaikan diri
mencakup aspek: (1) sikap atau opini, dengan lingkungan sosial yang lebih luas
(2) selera dan minat, (3) pekerjaan atau dan majemuk. Keterampilan self
pendidikan, (4) fisik, (5) keuangan, dan disclosure yang dimiliki oleh remaja,
(6) kepribadian (Jourard, 1971). Altman akan membantu siswa dalam mencapai
dan Taylor (1973) mengemukakan kesuksesan akademik dan penyesuaian
bahwa self disclosure merupakan diri. Apabila remaja tersebut tidak
kemampuan seseorang untuk memiliki kemampuan self disclosure,
mengungkapkan informasi diri kepada maka dia akan mengalami kesulitan
orang lain yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
mencapai hubungan yang akrab. Ada Misalnya dalam lingkungan sekolah
dua dimensi self disclosure yaitu banyak dijumpai adanya komunikasi
keluasan dan kedalaman. Keluasan yang kurang efektif antara siswa dengan
berkaitan dengan kemampuan seseorang guru, dan siswa dengan teman-
dalam berkomunikasi dengan siapa saja temannya. Salah satu penyebab adalah
(target person), baik orang yang baru kurang adanya keterbukaan diri (self
dikenal, teman biasa, orangtua / saudara disclosure) siswa. Hal ini dapat dilihat
dan teman dekat. Sedangkan kedalaman dari gejala-gejala seperti tidak bisa
berkaitan dengan topik yang akan mengeluarkan pendapat, tidak mampu
dibicarakan baik bersifat umum maupun mengemukakan ide atau gagasan yang
khusus. Umum dan khususnya individu ada pada dirinya, merasa was-was atau
menginformasikan dirinya tergantung takut jika hendak mengemukakan
pada siapa yang hendak diajak bicara. sesuatu (Johnson, 1990).
Semakin akrab hubungan seseorang Hasil penelitian yang dilakukan
dengan orang lain, maka semakin Dian (2000), menunjukkan bahwa 35%
siswa mengungkapkan diri secara

2
terbuka, sedangkan 50% siswa kurang menyatakan diri pada orang lain. Serta
mengungkapkan diri secara terbuka. individu sudah seharusnya
Sedangkan penelitian Dewi (2004), menyesuaikan diri pada cara untuk dapat
menunjukkan bahwa hanya 24,55% menerima orang lain. Dengan demikian
siswa yang terampil dalam membuka lama kelamaan benteng pertahanan diri
diri, sedangkan sebagian besar 43,63% sangat kuat sehingga untuk terbuka
siswa yang kurang terampil membuka kepada orang lain sangat sedikit.
diri. Lebih lanjut, Franco (1986)
Penelitian lainnya yang dilakukan mengemukakan bahwa orang Amerika
Johnson (1981) menunjukkan bahwa lebih terbuka dari pada Meksiko.
individu yang mampu dalam Sedangkan Nugroho (2007)
keterbukaan diri (self disclosure) akan menyatakan bahwa orang jepang lebih
dapat mengungkapkan diri secara tepat; tertutup dari pada orang Indonesia.
terbukti mampu menyesuaikan diri Jourard (1979) menemukan bahwa
(adaptive), lebih percaya diri sendiri, siswa kulit putih lebih terbuka dari pada
lebih kompeten, dapat diandalkan, lebih siswa kulit hitam di Amerika. Pada
mampu bersikap positif, percaya budaya Cina, anak-anak lebih memilih
terhadap orang lain, lebih objektif, dan tidak membuka/mengungkapkan
terbuka. Sebaliknya individu yang informasi yang pribadi kepada orang tua
kurang mampu dalam keterbukaan diri walaupun mereka masih memiliki
(self disclosure) terbukti tidak mampu keterikatan yang dekat dengan keluarga.
menyesuaikan diri, kurang percaya diri, Dari penjelasan di atas, bahwa
timbul perasaan takut, cemas, merasa budaya mempengaruhi cara pandang,
rendah diri, dan tertutup. Johnson dan sikapnya terhadap orang lain. Sikap
mengatakan bahwa ciri-ciri self budaya siswa yang kurang terbuka akan
disclosure tersebut, mempengaruhi mengakibatkan hubungan sosial menjadi
kesehatan mental seseorang. kurang baik, rasa minder, takut, dan
Selain kesehatan mental cemas mengungkapkan pendapat atau
mempengaruhi self disclosure seseorang, ide. Untuk itu konselor perlu melakukan
budaya juga sangat berpengaruh berbagai upaya untuk mengembangkan
terhadap self disclosure (keterbukaan siswa untuk bersosialisasi khususnya
diri) masing-masing individu. Ada mengenai keterbukaan dirinya. Dalam
budaya yang cenderung menutup diri, konseling, konselor dan siswa
ada juga yang terbuka. Misalkan di hendaknya bersedia membuka dirinya
Indonesia khususnya budaya Jawa. sampai kepada hal yang pribadi untuk
Suseno dan Reksosusilo (1983), kepentingan pemecahan masalah yang
beranggapan orang yang diam atau dialaminya. Beberapa penelitian
tertutup itu dinilai baik dan masih tabu, mengungkapkan bahwa keterbukaan
karena dengan keterbukaan diri (self konselor dalam konseling akan
disclosure) dipandang sebagai sikap mendorong klien untuk membuka
menyombongkan diri, angkuh, tinggi dirinya (Allen dalam Petrofesa, dkk,
hati dan lain-lain. Nilai budaya ini akan 1978). Keterbukaan diri (self disclosure)
terus dibawa oleh individu, karena siswa merupakan komponen yang
dimulai dari awal kehidupannya sudah dibutuhkan dalam konseling
diberikan pelajaran untuk dapat (Prawitasari, 1994: Blackburn dalam
menerima dan tidak menerima dalam Baruth dan Robinson, 1987). Hal ini

3
penting dikemukakan kepada siswa pada meliputi pikiran, pendapat, dan perasaan.
awal konseling terutama kepada siswa Dengan mengungkapkan diri kepada
yang belum berpengalaman tentang orang lain, maka individu merasa
konseling. Cepat atau lambat sesuatu dihargai, diperhatikan, dan dipercaya
yang dianggap rahasia oleh siswa lambat oleh orang lain, sehingga hubungan
laun akan dibukanya, demi keberhasilan komunikasi akan semakin akrab.
pemecahan masalah yang dihadapinya. Sama seperti di atas, Devito
(1992) mengatakan bahwa self
B. Pengertian Self Disclosure disclosure merupakan kemampuan
Self disclosure didefinisikan dalam memberikan informasi. Informasi
sebagai kemampuan seseorang untuk yang akan disampaikan terdiri atas 5
mengungkapkan informasi tentang diri aspek, yaitu perilaku, perasaan,
sendiri kepada orang lain (Wheeles, keinginan, motivasi, dan ide yang sesuai
1978). Sedangkan Person (1987) dengan diri orang yang bersangkutan.
mengartikan self disclosure sebagai Informasi yang akan disampaikan
tindakan seseorang dalam memberikan tergantung pada kemampuan seseorang
informasi yang bersifat pribadi pada dalam melakukan self disclosure. Selain
orang lain secara sukarela dan disengaja itu, Devito (1997) mengemukakan
untuk maksud memberi informasi yang bahwa self disclosure mempunyai
akurat tentang dirinya. beberapa karakteristik umum antara lain:
Menurut Morton (dalam Sears (1) keterbukaan diri adalah suatu tipe
dkk, 1989) informasi diri bisa bersifat komunikasi tentang informasi diri yang
deskriptif dan evaluatif. Informasi pada umumnya tersimpan, yang
disebut deskriptif apabila individu dikomunikasikan kepada orang lain, (2)
melukiskan berbagai fakta mengenai keterbukaan diri adalah informasi diri
dirinya sendiri yang belum diketahui yang seseorang berikan merupakan
orang lain. Misalnya jenis pekerjaan, pengetahuan yang sebelumnya tidak
alamat, dan usia. Informasi yang bersifat diketahui oleh orang lain dengan
evaluatif berkaitan dengan pendapat atau demikian harus dikomunikasikan, (3)
perasaan pribadi individu terhadap keterbukaan diri adalah informasi
sesuatu, seperti tipe orang yang disukai tentang diri sendiri yakni tentang
atau dibenci. Selain itu, self disclosure pikiran, perasaan dan sikap, (4)
pun bisa bersifat eksplisit. Dalam hal ini, keterbukaan diri dapat bersifat informasi
informasi diri lebih bersifat rahasia secara khusus. Informasi secara khusus
karena tidak mungkin diketahui orang adalah rahasia yang diungkapkan kepada
lain, kecuali diberitahukan sendiri oleh orang lain secara pribadi yang tidak
individu yang bersangkutan. semua orang ketahui, dan (5)
Selain Morton, Barker dan Gaut keterbukaan diri melibatkan sekurang-
(1996) mengemukakan bahwa self kurangnya seorang individu lain, oleh
disclosure adalah kemampuan seseorang karena itu keterbukaan diri merupakan
menyampaikan informasi kepada orang informasi yang harus diterima dan
lain yang meliputi pikiran/pendapat, dimengerti oleh individu lain.
keinginan, perasaan maupun perhatian. Lebih lanjut, Adler (1983)
Sedangkan, Laurenceau, Barrett, dan mengemukakan bahwa karakteristik self
Pietromonaco (1998) dan Crider (1983) disclosure mengarah kepada hal yang
mengatakan bahwa self disclosure lebih khusus yaitu informasi pribadi.

4
Individu harus mengkomunikasikan jawab terhadap resikonya, meskipun
informasi ini secara lisan dan orang lain bertentangan dengan norma. Self-
harus menyadari tujuan dari apa yang disclosure yang tepat dan sesuai
disampaikannya. meningkatkan reaksi yang positif
Sehubungan dengan itu, Valerian dari partisipan atau pendengar.
J. Derlega (1995) menjelaskan bahwa Pernyataan negatif berkaitan dengan
self disclosure diungkapkan melalui penilaian diri yang sifatnya
pikiran, perasaan, dan pengalaman menyalahkan diri, sedangkan
secara verbal. Stewan (1990) pernyataan positif merupakan
menegaskan bahwa informasi tersebut pernyataan yang termasuk kategori
tidak hanya berbentuk verbal semata, pujian.
melainkan bisa juga berbentuk
nonverbal. 2. Motivasi
Heymes (1971) mengemukakan Motivasi berkaitan dengan
bahwa self disclosure sebagai ekspresi apa yang menjadi dorongan
seseorang dalam menyampaikan seseorang untuk mengungkapkan
informasi kepada orang lain. Haymes dirinya kepada orang lain. Dorongan
mengukur self disclosure dari interview- tersebut berasal dari dalam diri
interview yang direkam pada tape- maupun dari luar. Dorongan dari
recorder. Ada tiga aspek self disclosure dalam berkaitan dengan apa yang
yaitu (1) ekspresi akan emosi dan proses menjadi keinginan atau tujuan
emosi, (2) ekspresi akan fantasi-fantasi, seseorang melakukan self disclosure.
impian, cita-cita, dan harapan-harapan, Sedangkan dari luar, dipengaruhi
dan (3) ekspresi akan kesadaran. lingkungan keluarga, sekolah, dan
Ada beberapa dimensi self pekerjaan.
disclosure yang dikemukakan oleh
Culbert (1968), Person (1987), Cox 3. Waktu
(1989), Watson (1984) dan Altman Waktu yang digunakan dengan
Taylor, meliputi 5 aspek yaitu: seseorang akan cenderung
ketepatan, motivasi, waktu, keintensifan, meningkatkan kemungkinan
kedalaman dan keluasan. terjadinya self disclosure. Pemilihan
1. Ketepatan waktu yang tepat sangat penting
Ketepatan mengacu pada untuk menentukan apakah seseorang
apakah seorang individu dapat terbuka atau tidak. Dalam
mengungkapkan informasi keterbukaan diri individu perlu
pribadinya dengan relevan dan memperhatikan kondisi orang lain.
untuk peristiwa di mana individu Bila waktunya kurang tepat yaitu
terlibat atau tidak (sekarang dan kondisinya capek serta dalam
disini). Self-disclosure sering sekali keadaan sedih maka orang tersebut
tidak tepat atau tidak sesuai ketika cenderung kurang terbuka dengan
menyimpang dari norma-norma. orang lain. Sedangkan waktunya
Sebuah self-disclosure mungkin akan tepat yaitu bahagia atau senang maka
menyimpang dari norma dalam ia cenderung untuk terbuka dengan
hubungan yang spesifik jika individu orang lain.
tidak sadar akan norma-norma
tersebut. Individu harus bertanggung 4. Keintensifan

5
Keintensifan seseorang dalam keluasan dan kedalaman. Keluasan
keterbukaan diri (self disclosure) berkaitan dengan siapa seseorang
tergantung kepada siapa seseorang mengungkapkan dirinya (target
mengungkapkan diri, apakah teman person) seperti orang yang baru
dekat, orangtua, teman biasa, orang dikenal, teman biasa, orang
yang baru dikenal. tua/saudara dan teman dekat.
Kedalaman berkaitan dengan topik
5. Kedalaman dan Keluasan umum dan topik khusus. Pada
Kedalaman self disclosure umumnya ketika seseorang terbuka
terbagi atas dua dimensi yakni self dengan orang asing atau baru dikenal
disclosure yang dangkal dan yang topik pembicaraan umum dan kurang
dalam. Self disclosure yang dangkal mendalam. Sedangkan bila seseorang
biasanya diungkapkan kepada orang terbuka dengan teman dekat maka
yang baru dikenal. Kepada orang topik pembicaraannya khusus dan
tersebut biasanya diceritakan aspek- lebih mendalam (topik pembicaraan
aspek geografis tentang diri misalnya semakin banyak (Sears, dkk., 1999).
nama, daerah asal dan alamat. Self Bila seseorang menceritakan
disclosure yang dalam, diceritakan sesuatu tentang dirinya kepada orang
kepada orang-orang yang memiliki lain secara rinci, maka orang lainpun
kedekatan hubungan (intimacy). cenderung untuk mengungkapkan secara
Seseorang dalam menginformasikan rinci pula. Tetapi bila ia menceritakan
dirinya secara mendalam dilakukan kepada orang lain sebagian kecil saja
kepada orang yang betul – betul atau tidak rinci maka orang lainpun
dipercaya dan biasanya hanya cenderung untuk mengungkapkan secara
dilakukan kepada orang yang betul- tidak rinci pula.
betul akrab dengan dirinya, misalnya Self disclosure sangat berpengaruh
orang tua, teman dekat, teman dengan siapa seseorang terbuka dengan
sejenis dan pacar. Pendek kata, orang lain. Semakin akrab hubungan
dangkal dalamnya seorang seseorang dengan orang lain, maka
menceritakan dirinya ditentukan oleh semakin terbuka individu kepada orang
yang hendak diajak berbagi cerita tersebut, demikian juga pula sebaliknya.
atau target person (Pearson,1987). Orang lain (target person) yang biasa
Semakin akrab hubungan seseorang dijadikan tempat mencurahkan
dengan orang lain, semakin terbuka permasalahan individu adalah ibu,
ia kepada orang tersebut. bapak, teman, teman sejenis, teman
Sementara itu, Altman dan lawan jenis, dan pasangan/pacar
Taylor (1973) mengemukakan Berdasarkan paparan-paparan di atas,
bahwa self disclosure merupakan dapat disimpulkan bahwa self disclosure
kemampuan seseorang untuk berkaitan dengan kemampuan seseorang
mengungkapkan informasi diri dalam mengungkapkan diri melalui
kepada orang lain yang bertujuan informasi yang diberikan kepada orang
untuk mencapai hubungan yang lain. Selain itu, self disclosure
akrab. Proses untuk mencapai pun dapat meningkatkan keakraban,
hubungan yang akrab disebut model kepercayaan, dan kekeluargaan. Makin
Penetrasi sosial. Ada dua dimensi sering informasi diri diungkapkan,
self disclosure seseorang yaitu makin tercipta pengertian di antara

6
seseorang dengan orang lain. Dengan mengatakanhubungan interaksi seseorang
begitu, komunikasi akan berjalan dengan dalam keterbukaan diri (self disclosure)
baik. yang didasari perasaan yang tulus,
penerimaan pada orang lain, dan rasa empati
C. Keterbukaan diri (Self Disclosure) Siswa membuat hubungan akan menjadi lebih
dalam Hubungan Sosial dengan Orang akrab.
lain Self disclosure tepat bila merupakan
bagian dari hubungan yang sedang
Hubungan terjadi ketika dua orang berlangsung, adanya hubungan timbal balik
saling mengenal satu sama lain dan serta dapat menciptakan hubungan yang
mengetahui tujuan umum, minat, lebih baik lagi. Keterbukaan diri (self
aktifitas/kegiatan, dan nilai-nilai yang dianut disclosure) dapat menciptakan kepercayaan,
seseorang. Hubungan bisa terjalin baik kepedulian, komitmen, pemahaman dan
dengan orang lain karena didasari adanya penerimaan diri, serta pertumbuhan pribadi
kepercayaan pada orang yang diajak dan juga persahabatan (Johnson,1990).
berkomunikasi, orang tersebut sudah Self disclosure memberikan peranan
dikenal, ada kedekatan komunikasi, gaya yang penting dalam perkembangan
komunikasi sama (terhadap orang tua, orang hubungan yang dekat antara individu.
dewasa, dan teman sebaya), isi pembicaraan Melalui self disclosure, individu dapat
(tingkat self disclosure) sesuai dengan orang menceritakan kepada orang lain tentang diri
yang dipercaya. Agar bisa melakukan hal sendiri secara pribadi tentang topik yang
tersebut, harus ada keterbukaan satu sama akan dibicarakan. Hal tersebut berarti bahwa
lain. Untuk menjadi terbuka dengan orang seseorang mempercayai orang lain untuk
lain, individu harus sadar akan siapa dirinya, merespon secara tepat terhadap informasi
dapat menerima diri sendiri, dan menerima yang diberikan. Ketika seseorang menerima
orang lain apa adanya. keterbukaan secara pribadi dari orang lain,
Dengan mengungkapkan diri, individu maka seseorang akan merasa lebih dekat
menjadi lebih menyadari siapa dirinya, dengan orang tersebut karena ia tahu bahwa
tuntutan apa saja yang dihadapi dalam orang tersebut percaya dan menghargai
menjalankan perannya dalam masyarakat, respon/ pendapatnya.
dan masih banyak lagi rahasia yang Self disclosure sangat
terungkap sebagai akibat umpan balik yang menguntungkan bagi dua orang yang
diberikan oleh orang lain. Selain informasi melakukan hubungan keakraban, seperti
tentang dirinya, self disclosure juga antar teman, kenalan, keluarga atau saudara
memungkinkan individu memperoleh lain. Hubungan yang akrab akan
informasi tentang orang lain. Informasi menumbuhkan rasa kasih sayang, dan
tentang diri dan orang lain tersebut kepercayaan antar individu (Miyers, 1993).
merupakan suatu sumber bagi individu Meski diakui self disclosure penting
untuk menyelaraskan segala tuntutan dari bagi perkembangan individu, sebagian
dalam dirinya sesuai dengan harapan orang enggan untuk melakukannya. Pada
lingkungan, sehingga individu dapat dasarnya keengganan atau kesulitan individu
melakukan hubungan sosial dengan orang dalam mengungkapkan diri banyak dilandasi
lain. oleh faktor resiko yang akan diterimanya di
Meningkatnya hubungan sosial yang kemudian hari. Disamping itu, karena belum
baik akan membuat seseorang untuk lebih adanya rasa aman dan kepercayaan pada diri
terbuka dengan orang lain. Rogers (1980) sendiri. Resiko yang dimaksud dapat berupa

7
bocornya informasi yang telah diberikan 3). Mengurangi Beban
seseorang kepada pihak ketiga, padahal Jika individu menyimpan rahasia
informasi tersebut dianggap sangat pribadi dan tidak mengungkapkannya kepada
bagi dirinya. Bisa juga informasi yang orang lain, maka akan terasa berat sekali
disampaikan dianggap menyinggung memikulnya. Dengan adanya
perasaan orang lain sehingga dapat keterbukaan diri, individu akan
mengganggu hubungan interpersonal yang merasakan beban itu terkurangi,
sebelumnya sudah terjalin dengan baik. sehingga orang tersebut ringan beban
Individu dalam mengungkapkan masalah yang dihadapinya.
dirinya haruslah dilandasi dengan kejujuran
dan keterbukaan memberikan informasi, Sementara itu, Perillo (2000)
atau dengan kata lain apa yang disampaikan menyatakan bahwa manfaat self disclosure
kepada orang lain hendaklah bukan seseorang didapati dari pengalamannya
merupakan suatu topeng pribadi atau dalam hubungan dengan orang lain agar
kebohongan belaka sehingga hanya memperoleh informasi dari berbagai
menampilkan sisi yang baik saja, tetapi pengetahuan, individu menjadi sadar akan
informasi yang diberikan apa adanya atau dirinya, menerima orang lain apa adanya,
tidak dibuat-buat. Ada dua cara yang lebih serta rasa percaya kepada orang lain
baik untuk keterbukaan diri (self disclosure), semakin besar.
yaitu mengakui kesalahan dan kritik yang Lebih lanjut Calhoun (1990)
membangun (Calhoun,1990). mengemukakan tiga kegunaan self
Self disclosure akan berguna apabila disclosure yaitu, (1) keterbukaan diri
individu satu dengan yang lainnya dengan mempererat kasih sayang, (2) dapat
senang hati dan terbuka membagi perasaan melepaskan perasaan bersalah dan
dan pikirannya. Menurut Devito (1989) ada kecemasan. Makin lama individu
beberapa keuntungan yang akan diperoleh menyembunyikan sesuatu dalam dirinya
seseorang jika mau mengungkap informasi maka akan semakin tertekan; makin terus
diri kepada orang lain antara lain: (1) bergejolak di pikiran. Sekali disingkapkan,
tentang diri sendiri, (2) adanya kemampuan hal tersebut dirasa tidak lagi mengancam,
menanggulangi masalah, (3) mengurangi dan (3) menjadi sarana eksistensi manusia
beban. yang selalu membutuhkan wadah untuk
bercerita.
1). Mengenal diri sendiri Berdasarkan perkembangan
Seseorang dapat lebih mengenal kehidupan individu, masalah penyesuaian
diri sendiri melalui self disclosure, sosial pada umumnya lebih banyak
karena dengan mengungkapkan dirinya dirasakan pada masa usia remaja. Menurut
akan diperoleh gambaran baru tentang Hurlock (1990), masa remaja merupakan
dirinya, dan mengerti lebih dalam masa yang sangat sulit dalam melakukan
perilakunya. penyesuaian sosial. Kesulitan yang dialami
oleh individu antara lain kurang dapat
2). Adanya kemampuan menanggulangi
keterbukaan diri (self disclosure) dengan
masalah
orang lain. Sebagaimana yang dikemukakan
Seseorang dapat mengatasi (Kirby dalam Colhoun dan Accolla,1990),
masalah, karena ada dukungan dan bagi beberapa orang sulit untuk keterbukaan
bukan penolakan, sehingga dapat dirinya.
menyelesaikan atau mengurangi bahkan Keterampilan self disclosure sangat
menghilangkan masalahnya. penting bagi siswa yang mengalami

8
kesulitan dalam keterbukaan dirinya karena berargumentasi secara dinamis, kreatif dan
sangat mempengaruhi hubungan produktif, (3) meningkatkan kemampuan
interpersonal seseorang. Johnson (1981) siswa bertingkah laku dan berhubungan
menyatakan bahwa self disclosure sosial di sekolah maupun di masyarakat luas
berpengaruh besar terhadap hubungan sosial dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan
karena (1) self disclosure merupakan dasar santun serta nilai-nilai agama, adat, hukum,
bagi hubungan yang sehat antara dua orang, ilmu dan kebiasaan yang berlaku, (4)
(2) semakin terbuka seseorang kepada orang meningkatkan hubungan siswa dengan
lain, semakin orang tersebut menyukai teman sebaya secara dinamis, harmonis,
dirinya, (3) orang yang rela mengungkapkan produktif, dan (5) meningkatkan
diri kepada orang lain cenderung memiliki pemahaman terhadap kondisi dan peraturan
sifat-sifat kompeten, adaptif, dan terbuka, sekolah serta berupaya melaksanakannya
(4) mengungkapkan diri pada orang lain secara dinamis dan bertanggung jawab
merupakan dasar yang memungkinkan (Depdikbud,1997).
komunikasi yang intim baik bagi diri sendiri
maupun orang lain, dan (5) mengungkapkan D. Keterbukaan diri (Self Disclosure) Dalam
diri berarti bersikap realistik, sehingga Perspektif Budaya
keterbukaan diri bersikap jujur, tulus, dan
autentik. Keterampilan komunikasi termasuk self
Lebih lanjut, Lumsden (1996) disclosure dipengaruhi oleh lingkungan di
menyatakan self disclosure meningkatkan mana seseorang bertingkah laku. Faktor-
hubungan sosial antara lain; (1) self faktor yang menyebabkan kesulitan
disclosure dapat meningkatkan seseorang komunikasi seseorang adalah faktor
menyukai orang lain (2 ) self disclosure lingkungan meliputi: pola asuh, budaya,
menunjukkan seseorang dapat dipercaya stereotipe, sosial ekonomi, jenis kelamin,
setiap orang. Ketika orang saling memberi dan pendidikan seseorang (Albertia dan
informasi dan setiap orang mendukung Emmons, 2002).
mengungkapkan orang lain tersebut mereka Lingkungan mempengaruhi
menciptakan perasaan saling mempercayai, terbentuknya kebudayaan salah satunya
(3) pengungkapan informasi tentang diri tingkah laku sosial. Dengan demikian
dapat membantu pemahaman diri dan terdapat hubungan antara kebudayaan
memperkuat konsep diri. Sedangkan dengan tingkah laku sosial (Triandis, 1994).
menurut Pearson (1987), self disclosure Secara sederhana kebudayaan berarti semua
tidak hanya mempengaruhi hubungan sosial cara hidup (ways of life) yang telah
melainkan juga (1) dapat mengembangkan diperkembangkan oleh anggota-anggota
pemahaman dan penerimaan diri, dan(2) suatu masyarakat. Dengan kebudayaan
dapat mengembangkan secara mendalam arti tertentu yang terdiri dari cara berpikir, cara
hubungan antar pribadi. bertindak, dan cara merasa yang
Pentingnya self disclosure bagi dimanifestasikan, umpamanya dalam agama,
siswa, akan meningkatkan keterampilan hukum, bahasa, seni, dan kebiasaan-
sosial dengan orang lain. Hal ini sesuai kebiasaan. Koenjtaraningrat (1985)
dengan tujuan bimbingan konseling antara mengatakan bahwa ada tiga wujud
lain: (1) meningkatkan kemampuan siswa kebudyaan yaitu: (1) dalam bentuk ide-ide,
berhubungan dengan orang lain, (2) (2) aktivitas kelakuan berpola, dan (3)
meningkatkan kemampuan siswa menerima dalam bentuk benda-benda dan hasil karya
dan menyampaikan pendapat serta manusia

9
Menurut Herkovitz (1923, 1948) budaya umum kelompok masyarakat yang
ialah bagian buatan manusia yang berasal berbentuk kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai,
dari lingkungan manusia dan juga bersifat bahasa, ide-ide, dan artifak-artifak.
material, seni, pengetahuan, agama, Selanjutnya Spindler (1963) mengemukakan
masyarakat dan pemerintahan. bahwa kebudayaan berpengaruh terhadap
Koenjtaraningrat (1984) menyatakan bahwa perubahan sosial hal ini dapat dilihat pada
kebudayaan sebagai pola berpikir dan gambar dibawah ini.
bertindak yang menjadi suatu pedoman

Alkulturasi:
Cultural level Other
socialcultural
systems
Environment: Social interaksi
- Flood
- Epidemics Individual level
- Population
Diffusion

The Sociocultural System: A Model for Change

Kebudayaan yang berpengaruh terhadap Sedangkan budaya kelektivis individu lebih


proses terbentuknya tingkah laku sosial mementingkan tujuan kelompok daripada
adalah kebudayaan subjektif. Kebudayaan tujuan individu (Triandis,1994).
subjektif berkenaan dengan bagaimana Egan (1970) berpendapat bahwa ada dua
individu mempersepsi, mengkategorikan, rintangan atau halangan yang ada dalam
mempercayai, dan menilai hal-hal yang ada masyarakat yang berpengaruh negatif pada
dilingkungannya. Demikian pula self-disclosure yaitu:
keterampilan self disclosure sabagai tingkah 1. Dalam budaya yang selalu melarang
laku sosial yang dipengaruhi oleh budaya cenderung mempengaruhi self
(Brehm, 1992), yakni budaya subjektif disclosure masyarakatnya seperti
seperti sikap, norma, dan nilai-nilai dalam budaya tertutup yang membuat
kelompok tertentu (Triandis,1994). Budaya seseorang sulit mengungkapkan
subjektif terdiri dari budaya individualistik dirinya kepada orang lain.
dan budaya kolektivistik. 2. Budaya yang menghambat self-
Dalam budaya individualistik perilaku disclosure dalam kehidupan sosial
seseorang lebih menggambarkan sikap seperti budaya “bohong” sebagai
pribadi dari norma sosial, sementara budaya pedoman hidup (Henry,1963) misalnya
kolektivistik lebih memperhatikan norma tentang kebenaran, orang lebih
kelompok (Gelfand, Spurlock, Sniezek, dan cenderung untuk mengungkapkan hal
Shao, 2000). Dalam budaya individualistik, salah daripada yang benar.
individu membandang dirinya otonom, Keterbukaan diri tidak lagi dilandasi
independen, dan percaya bahwa mereka dengan kejujuran dan rasa menghargai
boleh melakukan apa saja tanpa orang lain. Hal ini yang menghambat
mempedulikan keinginan kelompok.

10
hubungan sosial dengan orang lain hasil persepsi cendikiawan dan lain
menjadi terganggu. sebagainya.
Persepsi kebudayaan merupakan Heraty (1986) mengatakan emosi,
kemampuan pengamatan yang menghasilkan motivasi, dan ekpektasi mempengaruhi
persepsi seseorang tentang ketebukaan persepsi budaya seseorang dalam
dirinya dengan orang lain. Persepsi hubungannya dengan orang lain. Hal ini
kebudayaan sebagian besar terdiri dari para dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
awam hasil persepsinya akan berbda dengan

fakta
Kebudayaan
a. emosi (Realita)
b. motivasi PERSEPSI
c. ekspektasi

Kebudayaan
imajinasi (Utopia)

Sue dan Sue (1990) menyatakan bangsa – Perspektif budaya dalam


bangsa Timur yang tinggal di Amerika keterbukaan diri dengan orang lain setiap
seperti bangsa- bangsa Asia lainnya, lebih suku, daerah dan bangsa yang berbeda-beda.
bersifat menyembunyikan perasaan. Selain faktor budaya satu dengan
Komunikasi mereka bersifat satu arah, yang lain yang mempengaruhi self
yakni dari yang tua ke yang muda, disclosure, Faktor terpenting juga yang
meyakini bahwa diam merupakan emas, mempengaruhi self disclosure adalah jenis
lebih banyak mengharapkan nasehat dari kelamin. Umumnya pria lebih kurang
orang yang dituakan, dan hidup dalam terbuka daripada wanita. Pearson (1980)
keluarga besar (extended familiy). Berbeda berpendapat bahwa peran sekslah (sex role)
dengan masyarakat di negara barat yang dan bukan jenis kelamin dalam arti biologis
cenderung lebih terbuka. Hasil penelitian yang menyebabkan perbedaan dalam hal self
Kurt Lewin (dalam Raven & Rubin,1983) disclosure ini. ”Wanita yang maskulin”,
menemukan bahwa orang-orang Amerika misalnya, kurang membuka diri (self
nampaknya lebih mudah terbuka dari pada disclosure) ketimbang wanita yang nilai
orang-orang Jerman. dalam skala maskulinitasnya lebih rendah.
Barnlund (1975) mengungkapkan Cunningham (1981) mengatakan
bahwa negara Amerika dan Jepang dalam bahwa wanita lebih sering untuk terbuka
melakukan self disclosure berbeda. Orang pada rasa takut, kekurangan atau kelebihan.
Jepang lebih tertutup, sedangkan orang Wanita lebih emosional sedangkan laki–laki
Amerika lebih terbuka mengenai semua lebih menahan diri. Namum pendapat lain
hal. yang mengatakan bahwa laki - laki lebih
menyatakan diri, berorientasi pada prestasi,
dan lebih dominan, sedangkan perempuan
lebih tanggap secara sosial, pasif dan

11
mengalah (Bery,dkk,1999). Kenyataan E. Implikasi Konseling dalam Keterbukaan
sekarang ini khususnya laki-laki mengakui diri (Self Disclosure) serta hubungannya
akan adanya peranan yang sama atau dengan Perspektif Budaya.
gender. Dengan adanya pemahaman peranan Konseling merupakan kegiatan
gender maka akan meningkatkan suasana bimbingan inti kegiatan bimbingan secara
keakraban diantara laki-laki dan wanita. keseluruhan dan lebih berkenaan dengan
Penelitian yang dilakukan oleh masalah individu secara pribadi. Jones (1970)
Barnlund (1975) terhadap orang Jepang dan menyebutkan bahwa konseling sebagai suatu
Amerika, lebih lanjut menemukan bahwa hubungan profesional antara seorang konselor
laki-laki Jepang lebih terbuka dengan teman yang terlatih dengan klien. Menurut Pietrofesa
laki-laki, tetapi lebih banyak dengan teman (1978), tujuan konseling bagi individu adalah
yang berbeda jenis kelamin daripada dengan mengubah perilaku yang salah dalam
ibunya. Wanita Jepang lebih banyak penyesuaian diri, belajar membuat keputusan,
melakukan disclose (terbuka) terhadap dan mencegah timbulnya masalah. Ellis,
sesama teman wanita, tetapi selanjutnya Shetzer and Stone (1980) mengatakan
dengan ibunya daripada teman laki-laki. Hal konseling adalah proses interaksi yang
itu berbeda dengan orang Amerika. Orang memfasilitasi dan mengklarifikasi makna
Amerika, laki- laki maupun perempuan, pemahaman diri dan lingkungan dimana siswa
lebih banyak berkomunikasi kepada teman, berada berikut tujuan-tujuan serta nilai-nilai
baik sesama jenis maupun berbeda jenis perilaku pada waktu yang akan datang.
daripada terhadap orang tua. Penelitian ini Bila konseling dianggap sebagai fasilitas
menunjukkan bahwa keterbukaan diri dalam mengklarifikasi pemahaman diri dan
antara laki-laki dan perempuan dalam setiap lingkungan dimana individu berada berikut
kebudayaan berbeda satu dengan yang lain. tujuan-tujuan konselor adalah mengajarkan
bagaimana berpikir secara rasional tentang
Jourard (1971) menemukan bahwa
masalah-masalah pribadi dan bagaimana
orang tidak menikah cenderung membuka
mengambil keputusan-keputusan yang secara
diri (self disclosure) mereka sendiri secara
moral nampak memuaskan baik bagi dirinya
lebih bebas kepada ibu mereka daripada
maupun lingkungannya. Ini berarti bahwa
kepada ayah mereka. Hal ini mungkin
konselor berperan sebagai pedagogi nilain dan
disebabkan karena peran hubungan yang ada
peranan ini sangat kompleks. Dalam hal ini
dengan wanita. Hubungan keterikatan
konselor membantu mendefinisikan konsep
emosional wanita muda dengan ibunya
fungsi pribadi secara utuh dan membuat
yang menyebabkan ia lebih terbuka, dan
kriteria untuk menggambarkan kehidupan
lebih tertutup dengan teman laki-laki
yang baik dan kesehatan mental individu, dan
mereka. Lelaki muda menutup diri kepada
membuat tujuan-tujuan konseling yang
kedua orang tua mereka tentang informasi
konsisten dalam diri konselor. Karena itu,
diri, tetapi cenderung lebih terbuka pada
proses konseling hendaknya dipandang
teman laki-laki mereka. Sebagaimana
sebagai urutan pilihan konselor terutama
diungkapkan Jourard, orang yang menikah
dalam menentukan interpretasi terhadap
keterbukaan diri (self disclosure) mereka
perilaku individu, menentang pikiran yang
secara lebih mudah dengan pasangan
irasional individu, memberi saran, atau hanya
mereka daripada dengan orang lain. Valerian
mendengar dengan tidak melakukan apa-apa.
dkk (1988) mengatakan jenis pasangan
Dalam hal ini model konseling akan
yang berbeda menilai keterbukaan diri
memberikan rujukan dalam membatasi dan
secara berbeda.
memfokuskan tujuan, waktu dan prosedur

12
kerja (Steven .J.Lynn, P. John Garske,1985). c. Terdapat hubungan pribadi antara
Selanjutnya Shostrom (1982) menekankan konselor dengan konseli; hubungan
konseling sebagai suatu perencanaan yang pribadi itu harus dibangun/diciptakan
lebih rasional, pemecahan masalah, dan dibina baik selama berkomunikasi.
pembuatan keputusan intensionalitas, Murid menaruh kepercayaan pada
pencegahan terhadap munculnya masalah konselor sehingga rela membuka diri;
penyesuaian diri, dan memberi dukungan konselor menghargai kepribadian
dalam menghadapi tekanan-tekanan konseli.
situasional dalam kehidupan sehari- hari . d. Konselor tidak mengambil oper tanggung
Berdasarkan perkembangan kehidupan jawab dan tidak mengambil suatu
individu, masalah penyesuaian sosial pada keputusan bagi siswa-siswi. Konselor
umumnya lebih banyak dirasakan pada masa membantu dengan menciptakan suasana
usia remaja. Menurut Hurlock (1990), masa yang menenangkan dengan
remaja merupakan masa yang sangat sulit menggunakan berbagai metode dan
dalam melakukan hubungan sosial dengan teknik untuk mengatur/menyalurkan
orang lain. Kesulitan yang dialami oleh proses meninjau dirinya,
individu antara lain kurang dapat membuka mempertimbangkan berbagai
diri (self disclosure) dengan orang lain. kemungkinan dan mengambil ketegasan.
Sebagaimana yang dikemukakan (Kirby Konseling berkaitan membantu
dalam Colhoun dan Accolla,1990), bagi siswa mengembangkan diri secara optimal;
beberapa orang sulit untuk membuka dirinya. misi sosial konseling berkaitan dengan upaya
Dalam memberikan konseling, penyiapan sumber daya manusia yang
keterbukaan diri siswa akan muncul bila diperlukan oeh masyarakat dan misi kultural
siswa tidak lagi mempersoalkan asas bimbingan berkaitan dengan upaya membantu
kerahasiaan yang diterapkan konselor. Untuk individu siswa dalam mengembangkan nilai-
itu, konselor terus menerus membina suasana nilai budaya dalam dirinya (Rosjidan,2000).
hubungan konseling sedemikian rupa sehingga Pengaruh budaya dalam konseling
siswa yakin bahwa konselor bersikap terbuka berkaitan dengan etika pengubahan tingkah
dan yakin bahwa asas kerahasiaan memang laku (Graham dan Long,1986; Carter,1991;
terselenggara. Hal –hal diperhatikan dalam Bankart, 1997; Bersofff, 1996). Dalam hal ini,
menjalin hubungan konseling yang baik antara setidaknya ada tiga aspek penting yang harus
konselor dan siswa antara lain: diperhatikan yaitu konsiderasi etik, legitimasi
a. Ada suatu masalah yang menjadi pusat budaya, dan deviasi budaya spesifik
pembicaran ; oleh karena itu hubungan (Higginbotham & Matsumi, dalam Pedersen et
antara konselor dan murid tidak bersifat al., 2002).
rekreatif, tetapi bersifat profesional. Self disclosure sangat dipengaruhi oleh
b. Siswa merasa membutuhkan bantuan budaya. Brehm (1992) menjelaskan bahwa
dalam menghadapi /mengatasi kebudayaan mempunyai peran yang besar
masalahnya ; maka dia akan menghadapi dalam mendidik perilaku keterbukaan diri
konselor yang diharapkan akan dapat seseorang. Triandis (1994) mengemukakan
memberikan bantuan . Justru pada saat budaya juga memberi manusia adat, mitos,
murid remaja bingung , merasa tidak norma-norma, dan lain-lain yang
berdaya , insaf belum dapat mengambil memungkinkan individu merasa baik tentang
keputusan, merasa terombang – ambing diri mereka. Sedangkan Koenjaraningrat
dsbnya, siswa mulai menyadari bahwa (1987) menyatakan ada 7 unsur aspek
dia membutuhkan bantuan. kebudayaan yaitu: a. sistem religi dan upacara

13
keagamaan, b. sistem dan organisasi harus dikemas dengan bahasa yang pas. Lain
kemasyarakatan, c. sistem pengetahuan, d. halnya dengan budaya batak karo yang
bahasa, e. kesenian, f. sistem mata terbuka dengan orang lain. Keterbukaan diri
pencaharian hidup, g. dan sistem teknologi yang negatif orang batak karo yaitu kebiasaan
dan peralatan. mengata-ngatai orang lain menjelek-jelekkan
Budaya mempunyai fungsi yang sangat orang lain. Sedangkan positifnya adalah mau
besar bagi kehidupan seseorang, dengan terbuka dengan orang lain yaitu mau belajar
budaya seseorang dapat melindungi dirinya dengan orang lain dalam berbagai hal baik
dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pengetahuan dan sosialisasi dengan orang lain.
pada hakekatnya merupakan petunjuk- Hal ini dapat dibuktikan bahwa orang batak
petunjuk tentang bagaimana individu harus yang merantau banyak yang berhasil sebagai
bertindak dan berperilaku dalam hubungan pengacara, politisi, militer dimana profesinya
dengan orang lain. Salah satu contohnya banyak dituntut untuk pintar dalam
adalah perlakuan orangtua terhadap anak laki- pengetahuan dan pintar berargumen dengan
laki yang berbeda dengan perlakuan terhadap orang lain (Tarigan, 2006).
anak perempuan. Hal ini disesuaikan dengan Budaya memainkan peran penting dalam
norma masyarakat atau lingkungan sekitarnya. mengembangkan self disclosure seseorang
Menurut Munroe dan Munroe (dalam Barry, yang mengarah pada perubahan sikap yang
1999), bahwa terdapat perbedaan jenis dinamis dan positif . Keterbukaan diri anak
kelamin dalam perilaku pada setiap sangat dipengaruhi budaya sebab
masyarakat. Perempuan dan laki-laki mempengaruhi cara berpikir, dan sikap
berperilaku bebeda. Kedua jenis kelamin seseorang terhadap lingkungannya
berperilaku antara kedua jenis tersebut amat (Matsomoto, 2000). Sikap budaya siswa yang
kuat dipengaruhi faktor budaya yang kurang terbuka ini di tandai yaitu siswa yang
beroperasi melalui praktek-praktek sosialisasi. malu dan takut untuk mengungkapkan
Demikian pula tentang perilaku keterbukaan masalahnya kepada konselor. Siswa juga malu
diri (self disclosure) anak laki-laki dan untuk mengungkapkan masalahnya kepada
perempuan. teman, tidak terbiasa mengemukakan pikiran
Suseno dan Reksusilo (1983) dan pendapat kepada temannya, tidak
menyatakan bahwa dalam budaya jawa memiliki kepercayaan pada temannya karena
seorang anak sejak kecil telah dilatih untuk khawatir masalahnya dibocorkan kepada
berafiliasi dan konformis, lebih-lebih pada teman lainnya.
anak perempuan yang dituntut untuk bersikap Salah satu usaha yang dapat dilakukan
pasif, menerima apa adanya dan pasrah. konselor pada siswa yang kurang terbuka
Disamping itu ada prinsip hidup yang dilihat perspektif budaya dan hubungan
dipegang oleh masyarakat Jawa yang paling dengan orang lain adalah:
menentukan pola pergaulan yakni prinsip 1. konselor perlu memahami setiap budaya
kerukunan dan prinsip hormat (Magnis dan setiap siswa
Suseno,1985). Hal-hal inilah yang 2. kompetensi konselor diperlukan dalam
menyebabkan rendahnya tingkat keterbukaan memberikan konseling bagi siswa yang
diri perempuan. Budaya jawa juga kurang terbuka dengan orang lain.
mengajarkan untuk melakukan pengekangan. 3. konselor dapat memberikan layanan
Istilah ngono yo ngono ning ojo ngono (begitu informasi tentang etika dalam keterbukaan
ya begitu namun jangan begitu) menunjukkan diri dengan orang lain: kepada siapa
agar seseorang tidak mengungkapkan pikiran keterbukaan diri itu dilakukan, dalam
perasaan apa adanya kepada orang lain, tetapi

14
situasi yang bagaimana keterbukaan diri F. Penutup
dilaksanakan atau dilakukan
4. konselor dapat memberikan layanan 1. Keterabukaan diri (Self disclosure)
konseling individual maupun kelompok sangat penting dalam hubungan sosial
untuk membantu siswa mengenai dengan orang lain. individu yang
masalahnya, mampu dalam keterbukaan diri (self
5. konselor dapat merencanakan kegiatan disclosure) akan dapat
diskusi kelompok, kerja kelompok, role mengungkapkan diri secara tepat,
playing; konselor melakukan pendekatan terbukti mampu menyesuaikan diri
personal secara kontinyu sehingga siswa (adaptive), lebih percaya diri sendiri,
dapat merasakan dekat dengan konselor, lebih kompeten, dapat diandalkan, lebih
sehingga siswa dapat mengungkapkan mampu bersikap positif, percaya
perasaannya. terhadap orang lain, lebih objektif, dan
6. Memberikan pelatihan kepada siswa yang terbuka. Sebaliknya individu yang
memiliki tingkat self disclosure rendah kurang mampu dalam keterbukaan diri
berupa pelatihan untuk meningkat (self disclosure) terbukti tidak mampu
keterbukaan diri, kepercayaan diri, hargai menyesuaikan diri, kurang percaya diri,
diri, kemampuan berinteraksi dengan timbul perasaan
orang lain, kemampuan bersosialisasi. takut, cemas, merasa rendah diri, dan
7. Mengikutkan siswa tersebut dalam tertutup.
kegiatan ekstra kurikuler di sekolah 2. Keterbukaan diri (Self diselcosure)
seperti PMR, pramuka, dan osis sehingga sangat dipengaruhi budaya baik itu nilai-
mereka dapat berani mengungkapkan ide nilai, aturan- aturan, cara pandang, dan
atau pendapat. sikap seseorang terhadap lingkungannya.
8. Konselor dapat melibatkan guru, orang Pemahaman konselor akan budaya siswa
tua dan beberapa personal lain yang sangat penting dalam berkomunikasi
berkompeten membantu siswa dalam self dengan orang lain sehingga konselor
disclosure. tidak mengalami kesulitan dalam

membantu siswa yang kurang konselor dapat memberikan


terbuka dalam berhubungan pelatihan keterampilan self
dengan orang lain. disclosure agar siswa mampu
3. Konseling yang perlu dilakukan memiliki keterbukaan diri dalam
konselor pada siswa yang kurang berhubungan dengan orang lain
terbuka dilihat dari perspektif 4. Kompetensi konselor sangat
budayanya (1) konselor perlu diperlukan dalam memberikan
memahami setiap budaya setiap konseling bagi anak yang
individu (2) konselor dapat mengalami kesulitan self
memberikan layanan informasi disclosure.
tentang etika dalam
keterbukaan diri dengan orang lain: 5. Kompetensi konselor sangat
kepada siapa keterbukaan diri itu diperlukan dalam memberikan
dilakukan, dalam situasi yang konseling bagi anak yang
bagaimana keterbukaan diri mengalami kesulitan self
dilaksanakan atau dilakukan. (3) disclosure.

15
DAFTAR PUSTAKA

Altman, I. & Taylor, D.A. 1973. Social penetration: The development or interpersonal
relationship. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Alberti, R & Emons, M.2002. Your Perfect Right. Alih Bahasa: Budithjahya, G. U. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.

Barlund,D.C. 1975. Public and privat self in Japan and the United States. Tokyo: The simull
Press.

Baruth, L.B., dan Robinson, E.H. 1987. An Introduction to the counseling proffesion. Englewood
Cliffs, New Jersy: Printice – Hall, Inc.

Berry, J. & Poortinga, Y.H., & Pandey, J.1997. Handbook of Cross = Cultural Pschology:
Theory and Method. Needham Heights, MA: Allyn and Bacon.

Brehm,S.S. 1992. Intimate Relationship, New York: McGraw-Hill, Inc.

Culbert,S.A. 1968. The interpersonal proses of self disclosure : it takes two to see one. New
York: Renaisance Editons.

Cunningham. D.Jhon . 1981. Self Disclosure Intimacy; Sex, Sex of Target,Cross – National and
Generatinal Difference, Society For Personality and Social Psychology. Vol 7 No 2
Juni.

Chelune, G.J. 1977. Nature and assesment of self disclosing behavior. Advances In Pschlogical
Asesment. San Fransisco: Jossey-Bass.

Chelune,GJ,Skiffngton,S. & Williams,C. 1981. Multidimensional Analysis of Observers’


Perception of Self Diclosing Behavior”. Journal of Personality and Social
Pschology.Vol 44.

Derlega, V.J. & Berg,J.H. 1987. Self Disclosure . London : Plenum Press.

Greham, S. Dan Long, A. 1986, Race, class and the attributional process. Journal of Educational
Pschology.

Hackney, Harold and Cormier L.S.1979. Counseling Strategies and Objectives (2nd Edition).
New Jersey: Prentice-Hall.

Jourad. S,M. 1964. The Transprarent Self. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

16
Jourard.S. M. 1971. Self Disclosure; An Experimental Analysis of the Transparent Self. New
York: Publishing Company Huntington.

Johnson.W. David. 1990. Reaching Out; Interpersonal Effectivenss and Self Actualization.
Printice Internasionalin Jersey.

Magnis,S.F.1985. Etika Jawa: Sebuah Analilsa Falsafah tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa.
(Edisi kedua). Jakarta: Gramedia.

Miyer, E. 1992. Wellnes, Prevension, Development ; The Cormestnone of The Prosessin.


Journal Of Counseling and Development.

Nugroho. 2007.Antara Budaya Jepang dan Indonesia. Online: http: /wordpress.com. antara
budaya jepang indonesia. Diakses, 30-1-2008

Pitrofesa, J.J., Hoffman, A., Spelete, dan Pinto, D.V. 1978. Counseling: Theory, Research, and
Practice. Chicago: Rand McNally College Publishing Company.

Pederson, P.B.; Draguns, J.G.; Lonner, W.J. & Trimble, J.E. (Eds) 2002. Counseling across
Culteres (5th ed.). Thousand Oaks, California: Sage Publications.

Prawitasari, J.E.1994. Handout Pskoterapi II. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas


Gadjah Mada.

Rogers,C.R. 1967. On Becoming a Person. London : Constable

Rosjidan. 2000. Bimbingan dalam Masyarakat Indonesia yang Berubah (Makalah tidak
diterbitkan). Malang: PPB FIB UM.

Splinder, L. 1975. Culture Change. Dubuque: W.C.B.

Steven Jay Lynn, P. John Garske . 1985. Contemporary Pschotherapies: Models and Methods.
Ohio: Bell & Howell Company.

Shertzer, Bruce, Stone, Shelly. 1980. Fundamental Of Guidance. Boston: Houghtun Mifflin
Company.

Sue,D.W & Sue,D.1990. Counseling the Cultually Different: Theory and Practice. New York:
John Wiley & Sons.

Suseno, F.M. & Reksosusilo, S. 1983. Etika Jawa dalam Tantangan. Yogyakarta: Kanisius.

Sery D.I,Y., 2004. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Self Disclosure Siswa SMP
Negeri di Kota Malang. Tesis. Tidak diterbitkan.Malang. PPS UM

17
Tarigan. 2006. Dinamika Budaya Karo. Online: http.www. kebudayaan karo.html. Diakses 30-1-
2008.

18

Anda mungkin juga menyukai