Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Permainan Simulasi sebagai Teknik Bimbingan

Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan


Konflik di SMK Negeri 1 Polewali
Muji Rahayu
(IAI DDI Polewali Mandar)
e-mail: mujirahayu@ddipolman.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan permainan simulasi sebagai
teknik bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan konflik di SMK Negeri
1 Polewali. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Polewali sebanyak 15 siswa.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dan analisis t-tets. Tingkat kemampuan
siswa dalam menyelesaikan konflik di SMK Negeri 1 Polewali mengalami peningkatan. Tingkat
kemampuan siswa dalam menyelesaikan konflik dominan dalam kategori tinggi sebanyak 10
responden (66,67%), kategori sangat tinggi sebanyak 2 resonden (13,33%), dan kategori sedang
sebanyak 3 responden (20%).

Kata Kunci: permainan, simulasi, bimbingan kelompok, konflik

Abstract: This study aims to determine the effect of the simulation games implementation as group
counseling techniques to improve the ability of resolving conflicts at SMK Negeri 1 Polewali. This
research subject are student of class XI at SMK Negeri 1 Polewali as many as 15 students. Data
analysis technique used is descriptive and t-test analysis. The level of students' skills in resolving
conflicts in SMK Negeri 1 Polewali increased. The level of students' skills in resolving conflicts
dominantly are in the high category as many as 10 respondents (66.67%), very high category as much
as 2 respondent (13.33%), and moderate category as many as three respondents (20%).

Keywords: games, simulations, group counseling, conflict

Manusia adalah makhluk sosial. Dengan perkelahian, peperangan atau perjuangan berupa
berkelompok, manusia juga bisa mendapatkan konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Dennan
identitas, yakni sebagai bagian dari satu grup. dan Falger (Kumolohadi, 2000) mendefinisikan
Selain itu, dengan berkelompok seseorang bisa konflik sebagai pertentangan dalam hal
mengurangi ketidakpastian dalam hidupnya dan kepentingan, tujuan, nilai-nilai kebutuhan,
membantu untuk memenuhi berbagai harapan, ideologi dan lain-lain. Siswa sebagai
kebutuhannya, seperti keamanan (security). salah satu komunitas besar tentunya menghadapi
Dalam konteks yang lebih besar lagi, kelompok kehidupan yang kompleks, penuh dinamika, dan
dibentuk untuk menghilangkan kondisi sering mengalami konflik, baik konflik internal,
ketidakstabilan. Rosseau (2008) menyatakan konflik interpersonal, maupun konflik antar-
bahwa setiap orang memiliki kuasa alamiah kelompok.
kepada orang lain. Untuk itu orang-orang Berdasarkan Pengamatan Kami Sejak
berkumpul dan bergabung ke dalam kelompok diangkat menjadi Guru BK di SMK Negeri 1
untuk mencapai kestabilan, atau dengan kata lain Polewali telah didapatkan bahwa konflik yang
manusia membentuk kelompok untuk terjadi di sekolah adalah konflik antar-kelompok
menghilangkan rasa tak aman, dan memenuhi siswa. Konflik antar-kelompok siswa yang terjadi
kebutuhannya. Namun pengelompokan manusia antara lain terjadi karena tindakan penyerangan
menimbulkan dampak negatif yakni konflik- terhadap kelompok lain, kurang harmonisnya
konflik pertikaian antar- kelompok. hubungan pergaulan antar-kelompok siswa,
Konflik yang dihadapi manusia dapat terjadinya persaingan tidak sehat dalam kegiatan
terjadi pada berbagai macam keadaan dan belajar.
kompleksitas. Waster (Pruitt & Jefrey, 2004) Kecenderungan terjadinya konflik antar-
mengemukakan bahwa konflik adalah kelompok siswa tersebut di atas, disebabkan

124| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
karena ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan konflik, agar konflik yang terjadi
menyelesaikan konflik. Untuk itu, perlu tidak mengarah kepada pertentangan yang lebih
diupayakan peningkatan kemampuan besar. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik agar konflik yang terjadi meningkatkan kemampuan siswa dalam
bisa teratasi dengan baik. Disamping itu, siswa menyelesaikan konflik. Salah satunya adalah
diharapkan memiliki kemampuan dalam dengan pemberian layanan bimbingan kelompok
menyelesaikan konflik, karena apabila konflik melalui teknik permainan simulasi, dengan upaya
yang dialami siswa tersebut tidak diselesaikan yang demikian dimungkinkan terjadinya
dengan baik, maka akan menimbulkan dampak peningkatan kemampuan siswa dalam
negatif terhadap perilaku siswa di sekolah. menyelesaikan konflik. Sehingga kecenderungan
Seperti sifat egoisme, individual, adanya terjadinya konflik antar-kelompok siswa dapat
persaingan kurang sehat dan keinginan bergaul teratasi dengan baik.
dengan cara yang keliru terhadap teman-teman Permainan simulasi sebagai teknik
sebaya seperti memaksakan kehendak. bimbingan kelompok diupayakan sebagai teknik
Dalam pemberian layanan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan
kepada siswa di sekolah, ada dua macam teknik konflik, karena dengan permainan simulasi siswa
pendekatan yaitu teknik kelompok dan teknik dapat belajar sesuatu tanpa mempelajarinya yang
individual. Salah satu teknik kelompok adalah dilakukan melalui bermain peran dan diskusi
permainan simulasi, yang dapat juga digunakan kelompok, untuk mencontohkan atau menirukan
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok untuk sesuatu situasi sebenarnya yang terjadi dalam
meningkatkan kemampuan menyelesaikan kehidupan nyata dengan tujuan menjalankan
konflik di sekolah. latihan untuk menyelesaikan masalah tertentu.
Melalui kegiatan-kegiatan kelompok Sebagaimana yang dikemukakan oleh
konselor dapat membantu siswa-siswa untuk William Nestbitt (Flurentin, 1992) bahwa
memahami masalah manusia pada umumnya, “dengan simulasi siswa dapat menyatakan
mendorong pemahaman diri dan pemahaman pengalaman-pengalaman mereka dalam
terhadap orang lain, dan mengurangi ketegangan- permainan dan dapat menilai pandangan-
ketegangan yang dialami. Sesuai dengan hakikat pandangan mereka tentang dunia nyata”. Dengan
bimbingan kelompok, maka permainan simulasi demikian, diharapkan melalui permainan simulasi
tidak dapat mengatasi semua masalah siswa. yang memberi kesempatan keterlibatan diri pada
Sebagian besar masalah-masalah siswa, siswa akan menjadi lebih memahami
penyesuaian pribadi yang berkaitan dengan dirinya dan mampu meningkatkan
aspek-aspek pribadi yang tidak dapat ditangani kemampuannya dalam menyelesaikan konflik
dengan efektif dalam situasi kelompok. melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh
Meskipun demikian dengan berdasarkan dalam permainan simulasi.
pengalaman-pengalaman dalam kegiatan Secara umum dapat diartikan bahwa
kelompok, konselor dan klien dalam kegiatan bermain adalah suatu aktivitas yang
konseling individual dapat menghadapi masalah- menyenangkan bersifat kompetitif, atau kedua-
masalah pribadi tersebut dengan lebih efektif dan duanya. Permainan dilakukan baik oleh anak-
dalam waktu yang relatif singkat, karena anak maupun oleh orang dewasa. Dengan
hambatan-hambatan emosi pada diri klien sudah bermain anak-anak dapat mengenal
berkurang. Seperti dikatakan oleh Traxler lingkungannya, dirinya, belajar tentang aturan-
(Fluretnin, 1992) bahwa ”manfaat bimbingan aturan masyarakat, menirukan dan menemukan
kelompok antara lain dapat membantu pikiran-pikiran dan hubungan-hubungan yang
pelaksanaan konseling individual”. berarti. Dengan cara ini anak-anak dapat belajar
Sehubungan dengan hal tersebut, maka berbagai macam pengetahuan yang
kami sebagai guru pembimbing perlu ada upaya memungkinkan mereka untuk mengembangkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pengenalan terhadap lingkungan. Dengan

Rahayu, Penerapan Permainan Simulasi sebagai Teknik Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan.... |125
demikian bermain merupakan cara belajar yang Menurut Mahmud & Sunarty (2008)
menyenangkan, karena dengan bermain anak- mengemukakan bahwa: “ Permainan simulasi
anak belajar sesuatu tanpa menyadarinya (simulation games) merupakan cara belajar yang
(Romlah, 1989). menyenangkan, karena dengan bermain siswa
Biasanya dalam suatu permainan (games) belajar sesuatu tanpa mempelajarinya. Apa yang
dimasukkan unsur kesenangan dan hiburan. Apa dipelajari ini disimpan dalam pikirannya, dan
yang membuat suatu permainan menjadi ramai, akan dipadukan menjadi satu kesatuan dengan
lucu dan menyenangkan itu, sulit untuk pengalaman-pengalaman lain yang kadang-
dijelaskan secara objektif Latuheru (Flurentin, kadang tanpa disadarinya” . Sedangkan menurut
1992). Untuk mencapai tujuan, suatu permainan Brunet (2009) mengemukakan bahwa: “Simulasi
bisa bersifat kompetitif, tetapi bisa juga tidak. adalah suatu situasi pembelajaran dalam keadaan
Masing-masing jenis permainan memiliki yang terkawal dan sengaja diwujudkan sama
dinamika, dan kemungkinan adanya perlawanan dengan situasi sebenarnya dengan tujuan
atau kerjasama di antara para pemain Latuheru menjalankan latihan menyelesaikan satu-satu
(Flurentin, 1992). masalah. Tegasnya, dalam teknik simulasi ini,
Dalam kamus Konseling dan Terapi murid-murid akan menjalankan aktivitas
(Mappiare, 2006) mengartikan simulation pembelajaran dengan cara melakonkan sesuatu
(simulasi) sebagai “suatu teknik modifikasi situasi atau peristiwa secara berpura-pura dalam
tingkah laku yang memungkinkan klien suatu keadaan yang teratur. Melalui lakonan ini,
mencobalaksanakan dan mengevaluasi tingkah murid-murid dapat menunjukkan cara
laku baru dalam sebuah situasi hipotesis penyelesaian sesuatu masalah yang ditimbulkan”.
bertahap”. Sedangkan dalam kamus Bimbingan Selanjutnya Adams (Romlah, 1989)
dan Konseling (Thantawy, 1993) mengartikan mengemukakan bahwa “permainan simulasi
simulasi sebagai “metode penelitian yang merupakan model-model terperinci yang
pesertanya berperan menirukan situasi kejadian dimaksudkan atau dirancang untuk
tertentu sebagai latihan praktek, tetapi bukan menggambarkan suatu situasi yang terdapat di
situasi yang sebenarnya”. dalam dunia kehidupan nyata”. Realitas
William Nesbitt (Flurentin, 1992) kehidupan itu hampir selalu dimodifikasi dengan
menyatakan bahwa simulasi adalah “suatu berbagai cara mungkin dibuat lebih sederhana,
penyajian kenyataan yang terpilih yang hanya mungkin diambil sebagian-sebagian; tetapi suatu
terdiri dari unsur-unsur kenyataan yang dianggap simulasi tetap dapat memberikan atau
perancang ada kaitannya dengan tujuan-tujuan menyajikan suatu pandangan hidup dramatik, dan
yang disajikan”. Sedangkan Sinring (1994) realitas yang digambarkan di dalamnya memiliki
menyatakan bahwa teknik simulasi adalah” makna bagi dunia nyata (Romlah, 1989).
teknik yang digunakan untuk memberi Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
kemungkinan kepada klien mempraktekkan dapat disimpulkan bahwa permainan simulasi
perilaku-perilaku tertentu melalui suatu kondisi adalah suatu situasi pembelajaran dengan cara
simulatif yang mendekati kenyataan”. memerankan atau mencontohkan suatu situasi
Selanjutnya Flurentin (1992) yang terjadi dalam kehidupan nyata dengan
mengemukakan bahwa inti dari simulasi yaitu tujuan menjalankan latihan untuk menyelesaikan
“penyederhanaan dunia untuk memisahkan masalah tertentu.
beberapa variabel”. Tidak jauh berbeda dengan Tujuan permainan simulasi dibedakan
pendapat berikut yang menyatakan bahwa menjadi tujuan langsung dan tidak langsung,
“simulasi dapat didefinisikan sebagai suatu seperti dituliskan oleh Abimanyu & Purwanto
representasi operasional dari lukisan relevan dalam Simulasi sebagai Metode Belajar Mengajar
situasi nyata yang memberi si belajar lingkungan (Flurentin, 1992), yaitu terdiri dari tujuan
belajar yang relatif aman, sederhana, dan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan
terpadu” Meckley (Flurentin, 1992). langsung bertujuan untuk melatih keterampilan

126| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
tertentu, baik yang bersifat profesional maupun terpisah. Isi masing-masing pesan harus
bagi kehidupan sehari-hari, untuk memperoleh disesuaikan dengan keadaan dan kejadian yang
pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya.
dan untuk melatih latihan memecahkan masalah. Langkah keenam, identifikasi siapa saja dan
Adapun tujuan tidak langsung antara lain untuk: berapa orang yang akan terlibat dalam permainan
(1) untuk meningkatkan aktivitas belajar dengan tersebut. Pemegang paran apa saja yang
melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang diperlukan dan apa peran masing-masing.
hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya, Apakah pemain bermain dalam satu kelompok
(2) untuk memberikan motivasi belajar karena atau lebih dari satu kelompok. Langkah ketujuh
sangat menarik dan menyenangkan siswa, (3) yaitu membuat alat-alat permainan simulasi,
melatih siswa bekerjasama dalam kelompok misalnya beberan, kartu-kartu pesan, kartu-kartu
dengan lebih efektif, (4) menimbulkan dan yang berisi kegiatan yang harus dilakukan untuk
memupuk daya kreatif siswa, dan (5) melatih mengisi kegiatan selingan, dan sebagainya.
siswa untuk memahami dan menghargai pendapat Sedangkan Brunet (2009) mengemukakan
dan peranan orang lain. bahwa pelaksanaan teknik simulasi dapat
Sedangkan Brunet (2009) mengemukakan mengikuti langkah-langkah seperti: (1)
tujuan teknik simulasi untuk menguasai menyediakan satu situasi bermasalah, (2)
kemahiran, membina pemikiran yang analitis dan menerangkan secara ringkas tentang situasi
kritis, membina sikap positif, untuk membawa bermasalah, peranan pemain dan waktu
situasi sebenarnya dalam kehidupan nyata, dan pelaksanaan, (3) memilih murid-murid yang
untuk mempelajari berbagai aktivitas menjadi pemeran, (4) murid-murid memainkan
pembelajaran. peranan masing-masing berdasarkan peranan
Untuk membuat permainan simulasi, yang diberikan serta menunjukkan cara
Romlah (1989) mengemukakan langkah-langkah penyelesaiannya, (5) konselor berbincang dengan
dalam pembuatan permainan simulasi dalam murid-murid tentang prestasi para pemeran dan
tujuh langkah berikut. Pertama, meneliti masalah mencari cara penyelesaian masalah, (6) konselor
yang banyak dialami anak, terutama yang membimbing murid-murid untuk membuat
menyangkut bidang pendidikan, pekerjaan, dan rumusan.
sosial. Kedua, merumuskan tujuan yang ingin Langkah pertama yang perlu dilakukan
dicapai dengan permainan itu. Dalam melakukan dalam memainkan permainan simulasi adalah
hal ini anggota kelompok atau siswa supaya menentukan peserta permainan. Peserta
diikut sertakan. Ketiga, membuat daftar sumber- permainan adalah mereka yang terlibat dalam
sumber yang dapat dipakai untuk membantu permainan simulasi yang terdiri dari fasilitator,
menyelesaikan topik yang akan digarap, misalnya penulis, pemain, pemegang peran, dan penonton.
alat-alat yang diperlukan, buku sumber, dan Fasilitator yaitu individu yang bertugas
waktu yang sesuai untuk mengerjakan tugas memimpin permainan simulasi. Tugas fasilitator
antara konselor dan siswa. adalah menjelaskan tujuan permainan,
Keempat, memilih situasi dalam mendorong pemain dan penonton untuk aktif ikut
kehidupan sebenarnya yang ada kaitannya berdiskusi, membantu memecahkan masalah
dengan kehidupan siswa. Pelajari struktur situasi yang timbul selama permainan, menjawab
tersebut, dan aturan-aturan yang mengatur pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh peserta
perilaku orang-orang yang berada dalam situasi lain, mengarahkan diskusi, dan memberi tugas
itu. Identifikasi perilaku mana yang dibolehkan penulis untuk mencatat hasil diskusi dan
dan perilaku mana yang tak dibolehkan. Kelima, melaporkan hasilnya.
membuat model atau skenario dari situasi yang Penulis bertugas mencacat segala sesuatu
sudah dipilih. Untuk permainan yang akan yang terjadi selama permainan berlangsung.
dimainkan selama 45 menit dapat dibuat 10-12 Pemain yaitu individu-individu yang memengang
pesan termasuk pesan yang ditulis dalam kartu tanda bermain dan menjawab dan mendiskusikan

Rahayu, Penerapan Permainan Simulasi sebagai Teknik Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan.... |127
pesan-pesan permainan simulasi. Pemegang kepercayaan, nilai atau kebutuhan”. Selanjutnya
peran yaitu individu-individu yang berperan Kartikasari (2001) mengemukakan bahwa konflik
sebagai orang-orang atau tokoh yang ada dalam adalah “hubungan antara dua pihak atau lebih
skenario peraminan, misalnya guru, kepala (individu atau kelompok) yang memiliki,
sekolah, orang tua, tokoh masyarakat, dan sasaran-sasaran yang tidak sejalan”. Definisi lain
sebagainya. Tugas pemegang peran adalah dikemukakan oleh Walgito (2007) bahwa
memberikan pendapat pada maslah yang “Konflik adalah suatu situasi di mana dua orang
menyangkut bidangnya untuk memperjelas atau lebih atau dua kelompok atau lebih tidak
informasi. Penonton yaitu mereka yang ikut setuju terhadap hal-hal atau situasi-situasi yang
menyaksikan permainan siulasi dan berhak berkaitan dengan keadaan-keadaan yang
mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan antagonistis”. Dengan kata lain, konflik akan
dan ikut berdiskusi. timbul apabila terjadi aktivitas yang tidak
Setelah peserta permainan ditentukan, memiliki kecocokan (incompatible). Aktivitas
permainan dapat dilaksanakan dengan yang inkompatibel adalah apabila suatu aktivitas
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut. dihalangi atau diblok oleh aktivitas lain.
1. Menyediakan alat permainan beserta Dari beberapa definisi tersebut di atas,
kelengkapannya. dapat dilihat bahwa dalam setiap konflik terdapat
2. Fasilitator menjelaskan tujuan permainan. beberapa unsur, yaitu: dua pihak, tujuan,
Dalam kegiatan bimbingan kelompok yang perbedaan pikiran, dan situasi konflik. Ada dua
menjadi fasilitator adalah konselor, guru atau pihak atau lebih yang terlibat dimaksudkan
wali kelas. dengan adanya interaksi antara mereka yang
3. Menentukan pemain, pemegang peran, dan terlibat. Tujuan yang dijadikan sasaran konflik
penulis. itulah yang menjadi sumber konflik. Perbedaan
4. Menjelaskan aturan permainan. pikiran, perasaan, tindakan diantara pihak yang
5. Bermain dan berdiskusi. terlibat untuk mendapatkan atau mencapai tujuan
6. Menyimpulkan hasil diskusi setelah seluruh sasaran. Adapun situasi konflik antara dua pihak
permainan selesai, dan mengemukakan yang bertentangan meliputi situasi antarpribadi,
masalah-masalah yang belum sempat antar kelompok, dan antarorganisasi. Dengan
diselesaikan pada saat itu. demikian konflik adalah suatu bentuk
7. Menutup permainan dan menentukan waktu pertentangan atau perlawanan yang dilakukan
dan tempat bermain berikutnya oleh seseorang yang melibatkan dua pihak atau
Apabila sistem komunikasi dan informasi lebih (individu atau kelompok) dalam bentuk
tidak menemui sasarannya, timbullah salah tindakan kekerasan terhadap orang lain dengan
paham atau orang tidak saling mengerti. maksud atau tujuan tertentu.
Selanjutnya akan menjadi salah satu penyebab Pemberian permainan simulasi sebagai
timbulnya konflik atau pertentangan dalam teknik bimbingan kelompok dalam kaitannya
oraganisasi. Konflik biasanya timbul sebagai dengan penyelesaian konflik, diharapkan siswa
hasil adanya masalah-masalah hubungan pribadi dapat memiliki kemampuan serta semakin
(ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai pribadi menyadari pentingnya menghindari ataupun
seseorang dengan orang lain). menyelesaikan konflik yang telah terjadi
Konflik biasanya timbul sebagai hasil sehingga dapat membangun suatu pola kerjasama
adanya masalah-masalah hubungan pribadi yang harmonis dalam kegiatan belajar.
(ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai pribadi
seseorang dengan orang lain). Menurut Liliweri METODE
(2005) konflik diartikan “sebagai suatu bentuk Pendekatan yang digunakan dalam
pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh penelitian ini adalah pendekatan eksperimen yang
individu atau kelompok karena diantara mereka bersifat kuantitatif. Penelitian yang digunakan
ada memiliki perbedaan dalam sikap, disini adalah pre-experimental desings, yang

128| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
akan mengkaji penerapan permainan simulasi Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
sebagai teknik bimbingan kelompok untuk SMK Negeri 1 Polewali pada tahun ajaran 2008-
meningkatkan kemampuan menyelesaikan 2009 sebanyak 15 siswa. Adapun teknik
konflik. Desain experimen yang digunakan sampling yang digunakan adalah Sampling
adalah one-group pretest-posttest design. Purposive dimana subjek penelitian diambil
Desainnya adalah : dengan pertimbangan bahwa berdasarkan
pengamatan kami terdapat 15 siswa yang
O1 x O2
teridentifikasi mengalami konflik antar-kelompok
Keterangan : dengan indikasi seperti melakukan tindakan
O1 :Pengukuran pertama (awal) sebelum subjek penyerangan terhadap kelompok lain, kurang
diberi perlakuan harmonisnya hubungan pergaulan antar-
X :Treatmen atau perlakuan (pemberian kelompok siswa, terjadinya persaingan tidak
permainan simulasi) sehat dalam kegiatan belajar, adanya persaingan
O2 :Pengukuran kedua setelah subjek diberi tidak sehat antar-jurusan, saling menjelek-
perlakuan (Sugiyono, 2006) jelekkan dan saling menyalahkan.
Prosedur pelaksanaan penelitian mulai dari Adapun teknik pengumpulan data yang
tahap perencanaan, pretest, pemberian digunakan adalah angket dan observasi.
permainan simulasi, dan posttest. Adapun alur Kuesioner yang diberikan kepada responden
pengembanganya dijabarkan dalam lima langkah. peneliti, dimana angket peneliti sifatnya tertutup,
Pertama, identifikasi masalah yang bertujuan yang terdiri dari item positif dan item negatif
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan serta dilengkapi dengan lima pilihan jawaban
yang menyebabkan terjadinya konflik antar- yaitu sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),
kelompok. kurang sesuai (KS), sesuai (S), dan sangat sesuai
Kedua, identifikasi tujuan yang meliputi, (SS). Untuk item positif penilaian pilihan
perumusan tujuan-tujuan umum yang akan jawaban sangat tidak sesuai (STS) = 1, tidak
dicapai dalam penerapan permainan simulasi sesuai (TS) = 2, kurang sesuai (KS) = 3, sesuai
sebagai teknik bimbingan kelompok untuk (S) = 4, dan sangat sesuai (SS) = 5. Sedangkan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan untuk item negatif pilihan jawaban sangat tidak
konflik. Perumusan tujuan berdasarkan kepada sesuai (STS) = 5, tidak sesuai (TS) = 4, kurang
permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi sesuai (KS) = 3, sesuai (S) = 2, dan sangat sesuai
dalam tahap identifikasi masalah. (SS) = 1
Ketiga, penyusunan perangkat perlakuan Adapun aspek-aspek yang diobservasi
yaitu dengan pemberian layanan bimbingan adalah partisipasi, toleransi, perhatian, dan
kelompok dengan menggunakan teknik inisiatif. Cara penggunaannya dengan cara
permainan simulasi dengan metode yang sesuai memberi tanda cek (√) pada setiap aspek yang
dengan masalah klien. muncul. Adapun kriterianya ditentukan sendiri
Keempat, penyusunan skenario oleh peneliti berdasarkan persentase kemunculan
pelaksanaan. Penyusunan panduan umum yang setiap aspek pada setiap kali pertemuan latihan
memuat tujuan, tahap, persiapan dan mekanisme dengan menggunakan rumus persentase sebagai
pelaksanaan permainan simulasi, peran konselor, berikut:
dan alokasi waktu. Analisis Individual :
Kelima yaitu uji coba. Uji coba ahli
Analisis kelompok :
dimaksudkan untuk menilai kelayakan bentuk
dan isi prototype, panduan umum permainan Analisis Per Aspek :
simulasi sebagai bahan pemberian angket Keterangan :
penilaian kepada subjek kemudian diikuti dengan nm :Jumlah item yang tercek dari satu siswa
uji coba angket sebagai masukan untuk perbaikan N :Jumlah item dari seluruh aspek yang
prototype panduan. diobservasi

Rahayu, Penerapan Permainan Simulasi sebagai Teknik Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan.... |129
Nm : Jumlah cek pada item aspek tertentu yang Keterangan :
tercek dari seluruh siswa Me : Mean (rata-rata)
P :Jumlah siswa Xi : Nilai X ke i samapai ke n
Nmp :Jumlah cek seluruh item aspek yang N : Banyaknya subjek (Hadi, 2000)
tercek dari seluruh siswa Tingkat signifikan yang digunakan 0, 05
N :Jumlah item dalam aspek yang dengan kriteria adalah tolak Ho jika t hitung ≥ t tabel
diobservasi (Abimanyu, 1983) dan diterima Ho jika t hitung ≤ t tabel, nilai sig. ≤ α
Kriteria untuk penentuan hasil observasi maka tolak Ho.
dibuat berdasarkan hasil analisis persentase
individual, kelompok dan per aspek, yaitu nilai HASIL DAN PEMBAHASAN
tertinggi 100 % dan angka terendah 0 % sehingga Penelitian dengan menggunakan Pre-
diperoleh kriteria dalam Tabel 1 berikut. eksperimen yang dilakukan terhadap 15 siswa
mengenai penerapan Permainan Simulasi sebagai
Table 1 Kriteria Penentuan Hasil Observasi
Persentase Kriteria
Teknik Bimbingan Kelompok untuk
80 % - 100 % Sangat tinggi meningkatkan kemampuan menyelesaikan
60 % - 79 % Tinggi konflik di SMK Negeri 1 Polewali, dimana
40 % - 59 % Sedang datanya diperoleh melalui instrumen angket dan
20 % - 39 % Rendah
0 % - 19 % Sangat rendah hasilnya dianalisis dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif dan uji hipotesis penelitian.
Tabel 2 Kategorisasi Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Konflik Analisis Statistik Deskriptif
Interval Kategori
136 - 160 Sangat Tinggi Analisis statistik deskriptif dimaksudkan
110 - 135 Tinggi untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat
84 - 109 Sedang kemampuan siswa dalam menyelesaikan konflik
58 - 83 Rendah
32 - 57 Sangat Rendah sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberi
latihan simulasi terhadap siswa kelas dua di SMK
Teknik analisis data yang digunakan Negeri 1 Polewali, maka berikut ini akan
adalah analisis deskriptif, dan analisis t- tets. disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
Analisis Statistik Deskriptif dengan yang diklasifikasikan dalam 5 (lima) kategori,
menggunakan tabel distribusi frekuensi dan yaitu; tingkat kemampuan sangat tinggi, tinggi,
persentase dengan rumus persentase, yaitu: sedang, rendah dan sangat rendah yang
f ditunjukkan pada Tabel 3.
P x100% Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat
N
Keterangan : kemampuan siswa dalam menyelesaikan konflik
P : Persentase di SMK Negeri 1 Polewali sebelum diberi latihan
f : Frekuensi yang dicari persentase simulasi, tingkat kemampuan siswa yang berada
N : Jumlah subyek (sampel) dalam ketegori sedang sebanyak 14 responden
(Tiro: 2004) (93, 33 %), kemudian kategori tinggi sebanyak 1
Guna memperoleh gambaran umum responden (6, 67 %), sedangkan tidak ada
tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan responden yang berada dalam kategori rendah,
konflik di SMK Negeri 1 Polewali sebelum dan sangat rendah dan sangat tinggi. Selanjutnya
sesudah perlakuan berupa latihan simulasi. Untuk sesuai dengan nilai rata-rata skor yang diperoleh
keperluan tersebut, maka dilakukan perhitungan sebesar 98, 7 atau 99 (pembulatan), dimana nilai
rata-rata skor peubah dengan rumus berikut dan rata-rata tersebut pada interval 84 - 109 yang
dikonsultasikan dengan Tabel 2. berarti agak rendah. Hal ini berarti bahwa tingkat

 Xi
kemampuan siswa dalam menyelesaikan konflik
Me 
N

130| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
di SMK Negeri 1 Polewali berada dalam kategori resonden (13, 33 %), disusul kategori sedang
agak rendah. sebanyak 3 responden (20, 00 %) dan tidak ada
Setelah diberi latihan simulasi sebanyak 4 responden yang berada dalam kategori rendah
sesi, tingkat kemampuan siswa dalam dan sangat rendah. Selanjutnya sesuai dengan
menyelesaikan konflik di SMK Negeri 1 nilai rata-rata skor yang diperoleh sebesar 121, 3
Polewali mengalami peningkatan. Hal ini dapat atau 121 (pembulatan), dimana nilai rata-rata
dilihat dari tingkat kemampuan siswa dalam tersebut berada pada interval 110 - 135 yang
menyelesaikan konflik dominan dalam kategori berarti tinggi, tingkat kemampuan siswa dalam
tinggi sebanyak 10 responden (66, 67 %), menyelesaikan konflik mengalami peningkatan
kemudian kategori sangat tinggi sebanyak 2 atau berada dalam kategori tinggi.

Tabel 3 Tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan konflik di SMK Negeri 1 Polewali sebelum
(pretest) dan sesudah (posttest) pemberian latihan simulasi.
Pretest Posttest
Interval Kategori
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
136 - 160 Sangat Tinggi 0 0 2 13, 33 %
110 - 135 Tinggi 1 6, 67 % 10 66, 67 %
84 - 109 Sedang 14 93, 33 % 3 20, 00 %
58 - 83 Rendah 0 0 0 0
32 - 57 Sangat Rendah 0 0 0 0
Jumlah 15 100, 00 15 100, 00
Sumber: hasil angket penelitian

Pengujian Hipotesis berada dalam kategori sedang. Hal ini ditandai


Berdasarkan hasil penghitungan dengan dengan sering terjadinya konflik antar-kelompok
menggunakan SPSS 15 for windows melalui berupa: terjadinya tindakan penyerangan
paired sample t-test diperoleh nilai t test 8, 430 terhadap kelompok lain, kurang harmonisnya
dengan df = 14. Harga t tabel pada t 0, 05 = 2, 14 hubungan pergaulan antar-kelompok siswa,
dengan nilai signifikan (P) = 0, 000 < α = 0, 05. terjadinya persaingan tidak sehat dalam kegiatan
Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (Ho) yang belajar, adanya persaingan yang tidak sehat antar-
berbunyi “tidak terdapat pengaruh penerapan jurusan, saling menjelek-jelekkan dan saling
permainan simulasi sebagai teknik bimbingan menyalahkan.
kelompok untuk meningkatkan kemampuan Permainan simulasi sebagai teknik
menyelesaikan konflik di SMK Negeri 1 bimbingan kelompok, diterapkan sebagai teknik
Polewali” dinyatakan ditolak. Sehingga hipotesis peningkatan kemampuan menyelesaikan konflik
kerja (H1) yaitu “terdapat pengaruh penerapan karena sebagaimana yang dikemukakan oleh
permainan simulasi sebagai teknik bimbingan Brunet (2009) bahwa “Simulasi adalah suatu
kelompok untuk meningkatkan kemampuan situasi pembelajaran dalam keadaan yang
menyelesaikan konflik di SMK Negeri 1 terkawal dan sengaja diwujudkan sama dengan
Polewali” dinyatakan diterima. situasi sebenarnya dengan tujuan menjalankan
latihan menyelesaikan satu-satu masalah.
Pembahasan Tegasnya, dalam teknik simulasi ini, murid-
Siswa sebagai salah satu komunitas yang murid akan menjalankan aktivitas pembelajaran
besar tentunya menghadapi kehidupan yang dengan cara melakonkan sesuatu situasi atau
kompleks, penuh dinamika dan sering mengalami peristiwa secara berpura-pura dalam suatu
konflik, baik konflik internal, konflik keadaan yang teratur. Melalui lakonan ini, murid-
interpersonal maupun konflik antar-kelompok murid dapat menunjukkan cara penyelesaian
Hasil penelitian terhadap 15 subyek sesuatu masalah yang ditimbulkan”.
penelitian menunjukkan tingkat kemampuan Latihan simulasi dapat meningkatkan
menyelesaikan konflik sebelum diberi perlakuan kemampuan siswa dalam menyelesaikan konflik

Rahayu, Penerapan Permainan Simulasi sebagai Teknik Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan.... |131
yang ada pada diri siswa yang dilakukan melalui hasil analisis persentase pada tahap pertama,
bermain peran dan diskusi kelompok, untuk kedua, ketiga dan keempat, tingkat partisipasi
melakonkan suatu situasi konflik yang terjadi siswa berada dalam kriteria tinggi. Dimana
dalam kehidupan nyata dalam keadaan terkawal mereka mau menanggapi permasalahan yang
dan teratur. Sebagaimana yang dikemukakan oleh mereka diskusikan. Meskipun ada beberapa siswa
William Nestbitt (Flurentin, 1992) bahwa yang belum mendapatkan kesempatan untuk
“dengan simulasi siswa dapat menyatakan berpartisipasi, hal ini disebabkan oleh terbatasnya
pengalaman-pengalaman mereka dalam waktu. Partisipasi siswa tersebut ditandai dengan
permainan dan dapat menilai pandangan- seringnya siswa menanggapi permasalahan yang
pandangan mereka tentang dunia nyata”. diberikan, dengan mengajukan pertanyaan,
Tahapan pelaksanaan permainan simulasi menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan
menurut Brunet (2009) dapat mengikuti enam dan memperagakan sesuatu.
langkah berkut. (1) Menyediakan satu situasi Berdasarkan pengamatan selama diskusi
bermasalah. (2) Menerangkan secara ringkas pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan
tentang situasi bermasalah, peranan pemain dan keempat, pada umumnya toleransi siswa di SMK
waktu pelaksanaan. (3) Memilih murid-murid Negeri 1 Polewali berada dalam kriteria tinggi.
yang menjadi pemeran. (4) Murid-murid Hal ini dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk
memainkan peranan masing-masing berdasarkan mendengarkan pendapat temannya dan sabar
peranan yang diberikan serta menunjukkan cara menunggu kesempatan bicara. Meskipun kadang-
penyelesaiannya. (5) Konselor berbincang kadang ada siswa yang tergesa-gesa ingin bicara.
dengan murid-murid tentang prestasi para Toleransi siswa ini ditandai dengan kesediaan
pemeran dan mencari cara penyelesaian masalah. mendengar pendapat orang lain, bicara tahu
(6) Konselor membimbing murid-murid untuk waktu, sabar menunggu giliran, meluruskan
membuat rumusan. Tahapan ini merupakan penyimpangan, dan bersedia mendukung
langkah-langkah pelaksanaan yang diterapkan pendapat orang lain.
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam Selama berlangsungnya kegiatan diskusi
menyelesaikan konflik yang diberikan dalam dalam membahas permasalahan sesuai dengan
bentuk bermain peran dan diskusi kelompok topik permainan simulasi kemampuan
berupa latihan, latihan gaya kompromi, latihan menyelesaikan konflik tahap pertama, kedua,
gaya membantu, latihan gaya mempersatukan ketiga dan keempat pada umumnya perhatian
dan latihan terintegrasi. siswa berada dalam kriteria tinggi. Perhatian
Pada akhir penelitian atau sesudah siswa ini ditandai dengan partisipasi siswa secara
pemberian perlakuan, ditemukan perbedaan aktif selama permainan berlangsung, bisa
antara sebelum dan sesudah pemberian latihan menimbulkan humor, sukarela mengikuti
simulasi berupa gaya kompromi, membantu, kegiatan, kesediaan untuk berbicara dan bahasa
mempersatukan dan terintegrasi. Dalam hal ini tubuh tertuju pada pusat pembicaraan.
peningkatan skor yang dari sedang ke yang tinggi Pengamatan selama kegiatan simulasi
memberikan indikasi adanya pengaruh nyata dan berlangsung inisiatif siswa pada pertemuan
positif dari layanan yang diterapkan. Hal ini pertama dan kedua berada dalam kriteria rendah,
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh sedangkan pada pertemuan ketiga dan keempat
Pietrofesa (Flurentin, 1992) bahwa “siswa dapat inisiatif siswa berada pada kriteria sangat rendah.
meningkatkan pengetahuan tentang dirinya (self Hal ini berarti bahwa secara umum siswa masih
knowledge) melalui diskusi dan interaksi dengan banyak tergantung pada fasilitator, meskipun ada
kelompok kecil. beberapa siswa yang mengemukakan sesuatu
Penelusuran data yang diperoleh melalui yang baru. Inisiatif ini dapat ditandai dengan
observasi ternyata perubahan yang terjadi pada memberi ide baru, mengajukan usul, mengajukan
diri siswa, memang diakibatkan adanya latihan alternatif dan mengambil prakarsa.
simulasi bukan faktor lain. Hal ini terlihat pada

132| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
Berdasarkan hasil pengamatan yang Brunet. 2009. Teknik Simulasi. (online),
diperoleh melalui observasi, menunjukkan bahwa (http://www.com, diakses 14 Februari
perubahan yang dialami siswa diakibatkan karena 2009). Kumolohadi, R & Adrianto, S.
adanya latihan simulasi, yang dibuktikan pada 2000. Revolusi Koflik Dalam Perspektif
saat pelaksanaan latihan simulasi tahap pertama, Psikologi Lintas budaya. Jurnal
kedua, ketiga, dan keempat secara umum Psikologika. Vol.
menunjukkan partisipasi, toleransi, perhatian Flurentin, Elia. 1992. Permainan Simulasi
yang berada dalam kriteria tinggi. Sebagai Bentuk Pelaksanaan Bimbingan
Karir Di SMA. Tesis. Malang: Program
KESIMPULAN DAN SARAN Pascasarjana IKIP Malang.
Kesimpulan Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik, Jilid 1 dan 2.
Berdasarkan analisa data dan Yokyakarta : Andi Offset
pembahasan hasil penelitian, maka dapat Kartikasari, S. N. 2001. Mengelola Konflik
disimpulkan bahwa kemampuan menyelesaikan (Keterampilan dan Strategi Untuk
konflik siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Polewali Bertindak). Jakarta: SMK Grafika Desa
sebelum diberi perlakuan berupa latihan simulasi Putra.
berada dalam kategori sedang. Selanjutnya, Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik.
kemampuan menyelesaikan konflik siswa kelas Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.
XI di SMK Negeri 1 Polewali sesudah diberi Mahmud, Ali & Sunarty, Kustiah. 2008. Model-
perlakuan berupa latihan simulasi meningkat atau model Bimbingan dan Konseling.
berada dalam kategori tinggi. Terakhir, yaitu Makassar: Panitia Sertifikasi Rayon 24
terdapat pengaruh penerapan permainan simulasi UNM.
sebagai teknik bimbingan kelompok untuk Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling
meningkatkan kemampuan siswa dalam & Terapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
menyelesaikan konflik di SMK Negeri 1 Persada.
Polewali. Pruitt, Dean.G & Rubin, Jeffrey. Z. 2004. Teori
Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Saran Pelajar.
Berdasarkan kesimpulan yang diambil, Romlah, Tatiek 1989. Teori dan Praktek
maka disarankan kepada rekan guru pembimbing, Bimbingan Kelompok. Jakarta:
hendaknya dapat menerapkan permainan simulasi Depdikbud. Ditjendikti.
sebagai teknik bimbingan kelompok untuk Rosseau. 2008. Konflik. (online),
peningkatan kemampuan siswa dalam (http://wikpedia.com, diakses 22
menyelesaikan konflik khususnya konflik antar- Desember 2008/jam.15.30).
kelompok siswa. Adapun saran kepada siswa Sinring, Abdullah. 1994. Model-model
yaitu untuk senantiasa secara mendiri melakukan Pendekatan Konseling. Ujung
latihan simulasi yang telah diberikan, sehingga Pandang: IKIP Fakultas Ilmu
mampu menyelesaikan konflik yang dialami Pendidikan.
dengan baik. Saran terakhir ditujukan kepada Sugiyono. 2006. Metode penelitian Pendidikan.
semua pihak yang terkait, agar dapat Bandung: Alfabeta.
mengembangkan teknik permainan simulasi pada Thantawy. R. M. A. 1993. Kamus Bimbingan dan
permasalahan-permasalahan yang berbeda. Konseling. Jakarta: Economics Student’s
Group
DAFTAR RUJUKAN Tiro, A. 2004. Dasar-dasar Statistik. Ujung
Abimanyu, Soli. 1983. Teknik Pemahaman Pandang: UNM.
Individu (Teknik Non Tes). Makassar: Walgito, Bimo. 2007. Psikologi Kelompok.
FIP UNM Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Rahayu, Penerapan Permainan Simulasi sebagai Teknik Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan.... |133

Anda mungkin juga menyukai