Volume 5 Nomor 2
ABSTRAK
Jalan sebagai aset pemerintah daerah memiliki fungsi yang penting dalam pembangunan sosial dan
pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Kalimantan Selatan, memiliki panjang jalan kabupaten 799,94 km dan terbagi dalam 157 ruas jalan.
Dengan keterbatasan dana sulit menentukan prioritas penanganannya, sehingga ditemukan ketimpangan
seperti banyaknya jalan yang belum mendapat penanganan. Dengan demikian perlu mengkaji metode
penetapan prioritas penanganan jalan sesuai kebutuhan masyarakat.
Pada penentuan prioritas yang dikeluarkan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Banjar
menunjukkan bahwa urutan prioritas ditentukan dengan melihat kondisi teknis jalan dan volume lalu lintas
ruas jalan tersebut. Sedangkan penentuan urutan prioritas dengan bantuan metode Analytical Hierarcy
Process (AHP) dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai aspek yaitu teknis jalan dan volume lalu
lintas, sosial ekonomi, kebijakan dan aspek tata guna lahan. Berdasarkan penentuan urutan prioritas
penanganan jalan dengan metode AHP diperoleh tingkat kepentingan dengan bobot masing-masing kriteria
yang dipakai untuk menentukan prioritas penanganan jalan. Adapun bobot masing-masing kriteria diurut
berdasarkan urutannya yaitu sosial ekonomi (40,4%), tata guna lahan (39,3%), teknis jalan dan volume lalu
lintas (11,4%), dan kebijakan (8,9%). Perolehan urutan prioritas penanganan jalan dengan metode AHP
pada penelitian ini berbeda hasilnya dengan yang dikeluarkan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
Kabupaten Banjar. Hal ini disebabkan adanya kombinasi beberapa aspek kriteria, yaitu sosial ekonomi,
kebijakan dan tata guna lahan.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menggunakan metode AHP karena beberapa aspek kriteria
dapat dikombinasikan. Hasil urutan prioritasnya dapat menggambarkan kebutuhan masyarakat dengan
baik.
A1 A2 A3 A4
3.1. Prosedur Urutan Prioritas
Penanganan Jalan A1
1,000 0,251 2,640 0,155
1. Tahap Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan dijabarkan data yang A2
3,991 1,000 3,444 1,207
berhasil dikumpulkan dari kuesioner penilaian
responden atau pihak-pihak (stakeholders) A3
0,379 0,290 1,000 0,359
yang berkompeten dalam penanganan jalan
kabupaten di Kabupaten Banjar. A4
6,438 0,828 2,780 1,000
Jumlah kuisioner disebarkan kepada
sembilan responden yang dipilih secara Σ
11,808 2,369 9,864 2,721
purposive terdiri dari
a. Pemerintah Kabupaten Banjar Elemen penilaian kriteria adalah sebagai
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan berikut
Sumber Daya Air Kabupaten Banjar (satu Aspek teknis jalan dan volume lalu lintas
orang), Sekretaris Dinas Pekerjaan (A1), Aspek sosial ekonomi (A2), Aspek
Umum dan Sumber Daya Air Kabupaten kebijakan (A3), Aspek tata guna lahan
Banjar (satu orang), Kepala Bidang Bina (A4).
Marga (satu orang), Kepala Seksi Jalan b. Perhitungan vektor eigen
Kabupaten (satu orang), Staff Jalan Adapun perhitungan vector Eigen dapat
Kabupaten (satu orang), Kepala dilihat pada Tabel 2 berikut.
BAPPEDA Kabupaten Banjar (satu
orang), Kepala Bidang Fisik dan Tabel 2. Vektor Eigen
Prasarana (satu orang), dan Kepala Sub Vektor
A1 A2 A3 A4 Jumlah 𝑤𝑖
Bidang Transportasi, Perhubungan, dan Eigen
Rencana Tata Ruang (satu orang) A1 1,000 0,251 2,640 0,155 0,103 0,566 0,114
b. Badan Legislatif
Anggota DPRD Kabupaten Banjar
A2 3,991 1,000 3,444 1,207 16,594 2,018 0,404
Komisi III (Bidang Pembangunan) (satu
orang).
Pengukuran tingkat kepentingan hierarki A3 0,379 0,290 1,000 0,359 0,039 0,446 0,089
didasarkan skala penilaian dari jawaban
responden pada lembar kuisioner yang A4 6,438 0,828 2,780 1,000 14,828 1,962 0,393
telah disebarkan. Langkah selanjutnya
dalam menetapkan prioritas elemen- ∑ 11,808 2,369 9,865 2,722 31,565 4,993 1,000
elemen pada suatu persoalan
pengambilan keputusan adalah membuat
matriks perbandingan berpasangan. c. Perhitungan nilai eigen maksimum Nilai
2. Tahap Pengolahan Data dengan Metode eigen maksimum diperoleh dari matrik
AHP awal dikalikan dengan vektor eigen
Bobot dari masing-masing kriteria masing-masing matrik dan kemudian
hasil perkalian tersebut dijumlahkan.
dianalisis dengan metode analitycal hierarchy Adapun perhitungan nilai Eigen
process (AHP) dengan langkah–langkah maksimum dapat dilihat pada Gambar 2
sebagai berikut: berikut.
a. Perhitungan matrik awal
Adapun perhitungan matrik awal dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.
A1 A2 A3 A4
A1 1,000 0,251 2,640 0,155 0,114 0,512
A2 3,991 1,000 3,444 1,207 × 0,404 = 1,639
A3 0,379 0,290 1,000 0,359 0,089 0,391
A4 6,438 0,828 2,780 1,000 0,393 1,706
beberapa ruas jalan yang sama-sama menjadi Jalan Mesjid - Jalan Tanjung Rema -
prioritas penanganan jalan berdasarkan Jalan K.H. Seman - Jalan Perwira - Jalan
perhitungan yang dilakukan, yaitu Batuah
1. Pasar Arba - Aluh-Aluh Kecil
2. Bunipah - Tatah Bahalang DAFTAR RUJUKAN
3. Rantau Bujur - Lok Tanah
4. Tatah Bahalang - Tatah Bangkal Anonim, (2007), Peraturan Menteri Dalam
5. Karang Intan - Karang Anyar Negeri No.59 Th.2007, tentang Pedoman
6. Tatah Pelatar - Tatah Pemangkih Pengelolaan Keuangan Daerah.
7. Angkipih - Remo Sekretariat Republik Indonesia.
8. Aluh Aluh - Aluh-Aluh Kecil Dirjen Bina Marga, (1990), Petunjuk Teknis
Dari perbandingan urutan prioritas Perencanaan dan Penyusunan Program
tersebut, tidak seluruh ruas jalan yang Jalan Kabupaten. Surat Keputusan
dihitung menggunakan metode AHP memiliki No.77/KPTS/Db/1990. Jakarta: Dinas
urutan yang sama dengan urutan yang Pekerjaan Umum RI.
dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga dan Hidayat, Muchtar,(2012). Manajemen Aset
Sumber Daya Air. Apabila dihitung dengan (Privat dan Publik). LaksBang
kombinasi beberapa aspek yaitu aspek sosial PRESSindo. Yogyakarta.
ekonomi, aspek kebijakan dan aspek tata guna Joyopuspito, Sunaryo. 1989. Jalan Raya I dan
lahan maka akan banyak terjadi perubahan II : Kuliah dan Kliping. Universitas
urutan prioritas. Trisakti. Jakarta.
Junaidi, (2007), Prioritas Penanganan
5. KESIMPULAN Peningkatan Jalan Pada Ruas-Ruas Jalan
Di Kabupaten Kapuas Dengan Metode
Dari hasil dan pembahasan yang telah AHP. Tesis Program Pascasarjana Institut
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai Teknologi Surabaya. Surabaya.
berikut Kodoatie, Robert J., (2005), Pengantar
1. Didapatkan pembuatan prosedur urutan Manajemen Infrastruktur. Pustaka
prioritas penanganan jalan dengan Pelajar. Yogyakarta.
menggunakan metode AHP. Munthe, Saut P., (2012), Penentuan Prioritas
2. Dari perbandingan urutan prioritas Pemeliharaan Jalan Nasional di
penanganan jalan menurut Dinas Bina Kabupaten Manokwari. Tesis Program
Marga dan Sumber Daya Air dengan Pascasarjana Institut Teknologi Surabaya.
metode AHP kriteria aspek teknis jalan Surabaya.
dan volume lalu lintas pada validasi Pemerintah Rebuplik Indonesia, (2006),
didapatkan beberapa ruas jalan yang Peraturan pemerintah RI No. 34 Tahun
sama-sama menjadi prioritas penanganan 2006 tentang Jalan, Jakarta.
jalan Pemerintah Republik Indonesia, (2009),
3. Metode AHP ini menghasilkan Undang-Undang RI No.22 Tahun 2009
pembobotan kriteria sosial ekonomi tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
dengan bobot (40,4%) kemudian disusul Jakarta.
kriteria tata guna lahan dengan bobot Rustiadi, E., Saefulhakim, S., dan Panuju,
(39,3%), kriteria teknis jalan dan volume Dyah R. (2011). Perencanaan dan
lalu lintas dengan bobot (22,8%) dan Pengembangan Wilayah. Yayasan
kriteria kebijakan dengan bobot (8,9%). Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
4. Adapun urutan prioritas penanganan jalan Saaty, (1993), Pengambilan Keputusan Bagi
dengan metode AHP ini yaitu Ruas jalan Para Pemimpin Proses Hirarki Analitik
(Martapura – Bincau) - Jalan Menteri untuk Pengambilan Keputusan dalam
Empat - Jalan Pintu Air - Jalan Nilam - Situasi yang Kompleks, PT. Pustaka
Jalan Pangeran Hidayatullah – Binaman Pressindo, Jakarta.
Siregar, Doli D., (2004), Manajemen Aset. PT Soeharto, Iman, (1999), Manajemen Proyek
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. (Dari Konseptual Sampai Operasional).
Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.