Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INTERVENSI DALAM LINGKUP PENDIDIKAN

Peran Konselor Sekolah dalam Mengatasi Konflik Antar Siswa: Pendekatan


Mediasi dan Intervensi Psikologis

Dosen Pengampu : Erika Desvianti, M. Psi, Psikolog

Oleh :

ALIFIO REZKI AL RAHIM (208110187)

PROGRAM STUDI ILMU PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

FAKULTAS PSIKOLOGI

PEKANBARU

2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konselor di sekolah memberikan layanan secara menyeluruh dalam membuat
program pada pendidikan, karir, pribadi, dan pengembangan sosial untuk seluruh
siswa. Pembahasan ini berisi tentang konselor sekolah dengan memfokuskan pada
tanggung jawab untuk merancang dan memberikan pelayanan dalam memberikan
pendekatan mediasi untuk intervensi psikologis permasalahan antar siswa. Untuk
memahami aspek ini secara menyeluruh, yang pertama kita harus mengetahui tentang
bagaimana penggunaan istilah bimbingan dan konseling. Walaupun keahlian dan
keterampilan yang serupa dari konselor di berbagai latar, konselor sekolah,
menggunakan pengetahuan mereka di luar lingkup yang terbatas dari layanan yang
tunggal karena mereka melakukan program yang menyeluruh dari aktivitas dan
layanan yang saling berhubungan. Bimbingan merupakan suatu konsep yang penting
sebab merupakan bagian dari kurikulum sekolah, bagian yang terintegrasi dalam
keseluruhan kurikulum dan tidak terisolasi dalam suatu program yang terpisah.

Istilah konselor sekolah menggambarkan kegiatan dan layanan yang


dirancang untuk membantu para siswa memusatkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mengembangkan tujuan hidup yang sehat dan memperoleh perilaku untuk
mencapai tujuan sesuai untuk mengembangkan siswa ataupun siswi. Di sekolah
dasar, menengah, dan menengah atas, pengembangan layanan ini lebih diarahkan
pada membantu siswa untuk memusatkan tugas dan masalah di usia mereka dan
langkah hidupnya untuk menjadi lebih baik. Konseling meliputi hubungan dimana
konselor sekolah sebagai pengembang siswa, guru, dan profesional yang lain untuk
kepentingan identitas siswa dan memilih layanan yang sewajarnya. Adakalanya,
konselor menentukan cara yang jauh lebih baik untuk membantu siswa dalam
memberikan informasi kepada orangtua atau guru. Konselor juga berkonsultasi
dengan para siswa secara individu dan sesi kelompok untuk memberikan informasi
atau instruksi tentang topik tertentu. Bimbingan sekolah yang lebih luas salah satunya
adalah mengidentifikasi rencana kegiatan yang membantu semua siswa memusatkan
pada masalah dan topik tertentu. Contoh dari tipe ini pada aktivitas “Career Day”
untuk siswa menengah atas, “Develop a New Friedship Week” untuk tingkat
menengah dan “Most Improved” buletin untuk anak-anak di tingkat dasar.

Selanjutnya layanan kelompok siswa adalah suatu kelompok profesional yang


khusus dalam memberikan konseling, konsultasi, pengukuran, dan layanan lainnya
yang berhubungan untuk memastikan secara emosional, pendidikan, sosial, dan
pengembangan yang sehat dari semua siswa. Khususnya, layanan kelompok siswa
tetap pada konselor sekolah, pekerja sosial, psikolog, perawat, dan profesional
lainnya. Pusat konseling terdiri atas kantor dan fasilitas dari konselor sekolah.
Fasilitas ini terdiri dari ruang kantor, perabotan, peralatan, dan bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk mendukung program secara keseluruhan untuk mengatasi suatu
permasalahan yang sedang dialami oleh siswa.

Pada makalah ini membahas mengenai hubungan pertemanan, yang dimana


hubungan tersebut diartikan sebagai pertemuan antara dua individu atau siswa untuk
menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi dan saling
memberikan dukungan emosional (Robert, 2005). Hal tersebut akan tercipta dengan
adanya sebuah interaksi yang baik antara individu satu dengan yang lainnya untuk
saling memberikan hal-hal yang positif bagi individu yang membutuhkannya. Oleh
karena itu sebuah hubungan pertemanan akan mengajarkan seorang individu mampu
dalam membantu, mampu untuk mengasihi sesama individu lainnya serta
membangun hubungan yang baik.

Namun pada kenyataannya tidak semua pertemanan yang terjalin antar siswa
dapat menghasilkan sebuah hubungan yang baik-baik saja, akan tetapi sebuah konflik
yang hadir ditengah-tengah sebuah hubungan yang terjalin antar siswa, sehingga
membuat sebuah hubungan pertemanan yang sudah terjalin menjadi renggang.
Konflik diartikan sebagai pertentangan ataupun kesalahpahaman yang terjadi antara
individu satu dengan individu lainnya, baik dari sebuah pendapat masing-masing
maupun dari sebuah keinginan yang tidak sejalan dari hubungan tersebut. Konflik
inilah yang nantinya akan menimbulkan sebuah pertentangan antara individu satu
dengan individu lainnya yang memiliki kepentingan yang berbeda sehingga dari diri
individu satu dengan individu lainnya merasa akan saling dirugikan.

Konflik perselisihan, pertentangan antara dua orang/dua kelompok dimana


perbuatan yang satu berlawanan dengan yang lainnya sehingga salah satu atau
keduanya saling terganggu. Bentuk konflik antar siswa di sekolah antara lain seperti,
terdapat perbedaan pendapat atau pertentangan antar individu atau kelompok,
terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya perbedaan
persepsi dalam menafsirkan sesuatu, terdapat pertentangan norma, dan nilai-nilai
individu maupun kelompok, adanya sikap dan perilaku saling meniadakan,
menghalangi pihak lain untuk memperoleh kemenangan dalam memperebutkan
sumberdaya yang terbatas, adanya perdebatan dan pertentangan sebagai akibat
munculnya kreatifitas, inisiatif, atau gagasan-gagasan baru (Wahyudi, 2008)

Kepentingan berbeda tersebut juga berasal setiap individu dapat terjadi


dikarenakan adanya sebuah perbedaan pendirian, perasaan, maupun latar belakang
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda yang mampu menimbulkan
sebuah pertentangan dari sebuah hubungan pertemanan yang terjalin antar siswa.
Terjadinya sebuah konflik dalam setiap pelajar merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindarkan, hal ini dikarenakan terjadi dari sudut sisi orang-orang berbeda dimulai
dari karakteristik, tujuan dan gaya siswa yang berbeda-beda. Pada umumnya konflik
sering terjadi dari sebuah kesalahpahaman dari sebuah komunikasi, sering
membicarakan teman satu dengan yang lainnya, iri, dengki dan lain sebagainya.
Pada permasalahan tersebut peran dari konselor sekolah mengharuskan untuk
memberikan rencana kegiatan penyelesaian studi, membangun hubungan antar
sesama siswa yang baik serta membangun lingkungan antar siswa untuk dapat
nyaman antara individu dengan lainnya, serta membuat siswa untuk mampu
beradaptasi di lingkungan yang didudukinya dalam menyelesaikan suatu
permasalahan pada dirinya (Walgito, 2004). Peran konselor sekolah adalah
menjalankan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa dalam menyelesaikan
masalahnya.

Pemberian bantuan yang dilakukan konselor bertujuan agar siswa terbebas


dari masalah serta siswa mampu memahami sebab timbulnya konflik yang terjadi
(Khasanah, 2018). Penyelesaian dari konflik tersebut, seorang konselor menggunakan
layanan mediasi. Layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan
konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan saling tidak
menemukan kecocokan. Ketidakcocokan itu menjadikan mereka saling berhadapan,
saling bertentangan dan saling bermusuhan (Prayitno, 2017). Layanan mediasi ini
dipilih karena dapat mempertemukan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya
dalam menyelesaikan masalahnya dan seorang konselor sebagai mediator didalam
proses layanan mediasi tersebut berlangsung. Penerapan layanan mediasi merupakan
salah satu strategi dalam mengatasi konflik interpersonal atau konflik didalam
hubungan pertemanan antar siswa. Menurut E. Mulyasa dalam Utami bahwa
penyelesaian konflik dengan layanan mediasi dikatakan efektif jika terdapat hasil
nyata atau keberhasilan dari perencanaan tujuan yang hendak dicapai. Hasil dari
layanan mediasi yang telah dilaksanakan menunjukkan sikap siswa yang menerima
dan saling memaafkan (Rahmawati, 2013).

Sebagai hasilnya, memahami dan mengatasi permasalahan antar siswa di


suatu sekolah ada peran dari konselor sekolah dalam mengembangkan sesama siswa
untuk saling menemukan tujuan yang tepat dan membangun hubungan yang baik
antar sesama. Serta peran konselor memberikan layanan dalam mempertemukan antar
siswa untuk menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan layanan mediasi.

Makalah ini akan membahas peran konselor sekolah dalam menggunakan


pendekatan mediasi dan pelaksanaan intervensi psikologis dalam mengatasi
permasalahan antar siswa dengan memahami dan mengimplementasikan intervensi
ini, diharapkan siswa pada sekolah dapat menciptakan lingkungan yang lebih
mendukung antar sesama sehingga tidak menyebabkan suatu tekanan pada akademis,
emosional dan mental.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan, rumusan masalah dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

A. Bagaimana peran konselor sekolah dalam mengatasi konflik antar siswa?


B. Bagaimana pendekatan mediasi yang digunakan dalam mengatasi konflik
antar siswa?
C. Intervensi psikologis apa yang diberikan oleh konselor sekolah dalam
mengatasi konflik antar siswa?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan bagaimana peran konselor sekolah dalam mengtasi konflik antar
siswa
2. Menganalisis pendekatan mediasi yang digunakan oleh konselor sekolah
dalam mengatasi konflik antar siswa
3. Menjelaskan intervensi psikologis apa yang diberikan oleh konselor dalam
mengatasi konflik antar siswa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peran Konselor


Profesi konseling sekolah dimulai di sekolah tingkat kedua, sekarang konselor
dipersiapkan dan dipekerjakan untuk melayani para siswa yang ada pada semua
tingkatan pendidikan. Pada bagian abad kedua puluh yang lalu dan permulaan dari
abad kedua puluh yang pertama melihat peningkatan jumlah dari konselor yang
dipekerjakan pada tingkat menengah dan sekolah dasar. Pada berbagai peristiwa,
konselor sekolah menggunakan beberapa dasar proses pemberian bantuan yaitu
konseling, konsultasi, koordinasi, dan penilaian silang pada setiap tahun ajaran.
Sebab anak-anak di sekolah dasar dan menengah mempunyai perbedaan kebutuhan
dalam perkembangannya dari siswa di sekolah menengah atas, kesimpulannya ialah
layanan yang spesifik diberikan secara berganti-ganti sesuai dengan kebutuhan dari
para siswa di sekolah yang tertentu. Oleh karena itu, peran dan fungsi dari konselor
sekolah yang dipengaruhi oleh kedua-duanya pada tingkatan yang spesifik dari
praktek dan kebutuhan dari populasi sekolah tertentu yang dilayani (Trisnowati,
2016).

Konselor sekolah merancang program pertama yang menyeluruh dengan


memperkirakan kebutuhan dari para siswa, orangtua, dan guru yang mereka layani.
Variasi kebutuhan ini dari satu sekolah adalah suatu peran yang penting dalam
membantu konselor menentukan layanan dan kegiatan yang paling sesuai untuk
sekolah mereka secara individual (Trisnowati, 2016).

Konselor sekolah sebagai konsultan/mediator dimana tugas dan tanggung


jawab konselor berperan sebagai patner untuk menjalankan konseling. Di samping
itu, di mungkinkan juga konselor sekolah bertindak sebagai mediator dalam rangka
penyelesaian permasalahan yang dihadapi para siswa (Afni, 2018).

2.2 Pendekatan Mediasi


Menurut Afni (2018) istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang
berasal dari kata “medium” yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah
“mediasi” sama dengan “wasilah” yang juga berarti perantara. Berdasarkan arti
diatas, mediasi bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengantarai atau menjadi
wasilah atau menghubungkan yang semula terpisah. Juga bermakna menjalin
hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak sehingga dua
pihak yang semula terpisah menjadi saling terkait
Menurut Prayitno (dalam Tohirin, 2013) layanan mediasi merupakan layanan
konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang
dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan
mediasi juga berarti layanan atau bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang
dalam kondisi bermusuhan Dengan adanya perantaraan atau perhubungan, kedua hal
yang tadinya terpisah itu menjadi saling terkait, saling mengurangi jarak, saling
memperkecil perbedaan dan memperbesar persamaan, jarak keduanya menjadi dekat.
Kedua hal yang semula berbeda itu saling mengambil manfaat dari adanya
perantaraan atau perhubungan untuk keuntungan keduanya (Prayitno, 2017).

2.3 Intervensi Psikologis


Intervensi atau intervening merupakan kata yang berasal bahasa Latin yang
berarti “coming between” artinya yang datang di antara. Intervensi berarti mengacu
pada usaha untuk mengubah kehidupan yang sedang berjalan dengan cara tertentu.
Perubahan itu bisa kecil atau besar, negatif atau positif. Orang-orang yang
bekerjadalam profesi-profesi pemberi bantuan mememiliki intensi etik yang sama,
yaitu melakukan segala hal yang dapat dilakukan demi keuntungan klien tanpa
menimbulkan kerugian(Sundberg, Winebarger, & Taplin, 2007).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Data Awal dan Intervensi


Data awal mengenai permasalahan antar siswa adalah ditemukannya suatu
konflik pada int

penyebab stres akademik pada mahasiswa memberikan gambaran yang


menyeluruh terhadap kondisi mereka. Ditemukan bahwa beban tugas akademis yang
tinggi menjadi salah satu penyebab utama stres, dengan mahasiswa sering kali
dihadapkan pada jumlah tugas dan pekerjaan rumah yang tinggi, disertai dengan
tenggat waktu yang ketat. Intervensi yang diusulkan untuk mengatasi hal ini
melibatkan peningkatan kesadaran mahasiswa akan manajemen waktu dan teknik
studi yang efektif, termasuk pembuatan jadwal belajar yang realistis dan pembagian
tugas secara proporsional. Mahasiswa perlu diberikan pemahaman yang lebih baik
tentang cara mengatur waktu secara efisien dan memprioritaskan tugas-tugas
akademis mereka (Hamaideh, 2011). Dengan meningkatkan keterampilan ini,
diharapkan mahasiswa dapat mengurangi beban tugas dan meningkatkan efisiensi
studi mereka.
Selain itu, tekanan untuk berprestasi juga menjadi faktor signifikan yang
memicu stres. Mahasiswa merasa terbebani oleh harapan tinggi terkait prestasi
akademis, sehingga diperlukan intervensi berupa sesi konseling atau workshop untuk
membantu mereka mengelola ekspektasi diri, menetapkan tujuan yang realistis, dan
membangun toleransi terhadap kegagalan. sesi konseling individual dapat menjadi
strategi yang efektif untuk membantu mahasiswa mengatasi tekanan untuk
berprestasi. Dalam sesi ini, mahasiswa dapat berbicara tentang ekspektasi mereka
sendiri dan dari lingkungan akademis, serta menetapkan tujuan yang realistis untuk
mengurangi stres yang terkait dengan pencapaian akademis (Beiter et al., 2015).
Faktor sosial juga memainkan peran penting dalam menyebabkan stres
akademik, termasuk masalah interpersonal dan isolasi sosial. Oleh karena itu,
intervensi berupa program dukungan sosial, seperti kelompok diskusi atau konseling,
diusulkan untuk membantu mahasiswa mengatasi masalah ini dan meningkatkan
kesejahteraan emosional mereka. Sejalan dengan pendapat Misra et al., mahasiswa
dapat merasa didukung dan memiliki wadah untuk berbagi pengalaman dengan
orang lain yang mungkin mengalami situasi serupa (Misra & McKean, 2000).
Selanjutnya, ketidakpastian mengenai pekerjaan masa depan juga menjadi
sumber stres yang signifikan. Mahasiswa merasa cemas dan tidak pasti mengenai
peluang pekerjaan setelah lulus. Oleh karena itu, intervensi perlu difokuskan pada
penyediaan sesi orientasi karir, pelatihan keterampilan pekerjaan, dan bimbingan
karir untuk membantu mahasiswa merencanakan masa depan mereka dengan lebih
jelas. Mahasiswa perlu diberikan informasi yang jelas tentang berbagai pilihan karir
dan dibimbing untuk merencanakan langkah-langkah konkrit menuju karir yang
diinginkan (Yusoff et al., 2013).
Akhirnya, kurangnya dukungan sosial dari teman sebaya, keluarga, atau
lingkungan akademis juga menjadi faktor penyebab stres. Intervensi yang
direkomendasikan mencakup peningkatan akses ke sumber daya dukungan, seperti
kelompok dukungan, konseling, dan program mentoring, untuk memperkuat
jaringan sosial mahasiswa.
Dalam menyusun strategi intervensi ini, penting untuk mempertimbangkan
konteks budaya dan institusional perguruan tinggi. Upaya kolaboratif dengan dosen,
karyawan pendidikan, dan pihak administrasi institusi juga dapat meningkatkan
efektivitas intervensi psikologi di perguruan tinggi (Misra & McKean, 2000).
Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan keberlanjutan serta efektivitas
intervensi tersebut.
3.2 Faktor-Faktor Konselor dalam Mengatasi Permasalahan pada Sekolah
Antar Siswa
1) Beban Tugas Akademis yang Tinggi
Beban tugas akademis yang tinggi, seperti jumlah pekerjaan rumah,
tugas, dan ujian, dapat menciptakan tekanan signifikan pada mahasiswa.
Hamaideh (2011) mencatat bahwa mahasiswa yang merasa overwhelmed
oleh tugas-tugas ini cenderung mengalami tingkat stres akademik yang lebih
tinggi.
2) Tekanan untuk Berprestasi
Ekspektasi yang tinggi untuk mencapai tingkat prestasi tertentu dapat
memberikan kontribusi besar terhadap stres akademik. Studi oleh Beiter et al.
(2015) menunjukkan bahwa mahasiswa yang merasa terbebani oleh harapan
untuk berhasil akademis cenderung mengalami tingkat stres yang lebih
tinggi.
3) Tekanan Sosial dan Kesejahteraan Emosional
Masalah sosial, seperti konflik interpersonal, isolasi sosial, atau
kurangnya dukungan emosional, dapat menjadi faktor yang memicu stres
akademik (Misra & McKean, 2000). Gangguan hubungan sosial dapat
memperburuk keadaan kesejahteraan emosional mahasiswa.
4) Ketidakpastian Pekerjaan Masa Depan
Mahasiswa seringkali merasa tertekan oleh ketidakpastian mengenai
pekerjaan masa depan. Studi oleh Yusoff et al. (2013) menyoroti bagaimana
faktor ini dapat menjadi sumber stres yang signifikan di antara mahasiswa.
5) Kurangnya Dukungan Sosial
Kurangnya dukungan sosial dari teman sebaya, keluarga, atau
lingkungan akademis dapat meningkatkan tingkat stres akademik. Hamaideh
(2011) menekankan bahwa mahasiswa yang merasa kurang didukung sosial
cenderung lebih rentan terhadap stres akademik.
Dengan memperdalam pemahaman terhadap faktor-faktor ini, institusi
pendidikan dapat merancang strategi pendukung dan intervensi yang lebih efektif
untuk membantu mahasiswa mengelola dan mengatasi stres akademik.

BAB IV

DISKUSI

4.1 Kesimpulan
Pada peran konselor sekolah dalam mengatasi suatu permasalahan antar
sesama siswa dengan pendekatan mediasi dan intervensi psikologis melibatkan
ataupun mempertemukan antara sesama siswa untuk bertemu selama proses konseling
berlangsung dimana untuk menemukan adanya ketidakcocokan pada karakteristik,
tujuan dan latar belakang yang mereka miliki. Berdasarkan hal ini konselor sekolah
memberikan layanan mediasi pada siswa yang mengalami masalah permusuhan
ataupun pertentangan dengan mempertemukan untuk saling mengambil manfaat dan
keuntungan dari kedua dengan membangun hubungan yang baik dan saling
mendukung antar sesama dengan program konseling.
Pendekatan mediasi tersebut memberikan intervensi psikologis yang
mengarahkan individu dapat beradaptasi sesuai dengan lingkungan yang didudukinya,
dapat mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya serta dapat meningkatkan
kesejahteraan lingkungan sekolah. Adapun evaluasi juga diperlukan untuk
memastikan keberlanjutan dan keberhasilan dari strategi intervensi yang dilakukan
dan memperbaiki kekurangan dari program yang sedang dijalankan yaitu konseling.
4.2 Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari hasil pembahasan mengenai peran konselor sekolah
dalam mengatasi permasalahan antar siswa dengan pendekatan mediasi dan intervensi
psikologi yang diimplementasikan dengan beberapa langkah praktis:
1) Perencanaan
 Yaitu adanya identifikasi siswa, mengungkapkan permasalahan
sebenarnya, mengatur pertemuan, menyediakan fasilitas, dan menyiapkan
perlengkapan layanan agar memudahkan konselor dapat memahami siswa
dan memberikan intervensi yang tepat.
2) Pelaksanaan
 Menerima dengan baik pihak yang berkonflik, menjelaskan proses layanan
mediasi, membahas permasalahan, penyelenggaraan perubahan tingkah
laku, melakukan komitmen untuk membina hubungan baik, dan
melakukan penilaian segera.
3) Evaluasi
 Yaitu melakukan penilaian terhadap hasil layanan. Fokus tahap evaluasi
adalah pemahaman, perasaan nyaman, dan kegiatan yang akan dilakukan.
4) Analisis Hasil Evaluasi
 Menafsirkan hasil evaluasi dan melihat ketuntasan permasalahan.
5) Tindak Lanjut
 Tindak Lanjut, yaitu menyelenggarakan layanan mediasi lanjutan dan
memantapkan upaya perdamaian di antara kedua belah pihak.
6) Laporan Rutin
 Laporan, yaitu membicarakan laporan yang diperlukan dan
mendokumentasikan laporan layanan mediasi.

Implementasi langkah-langkah ini dapat digunakan oleh konselor sekolah


dalam menggunakan pendekatan mediasi dalam mengatasi permasalahan antar siswa.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Afni, N., Hastati, S., Wahid, A. (2018). Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar.
Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI).

Bimo Walgito, (2004), Bimbingan + Konseling (Studi & Karir), Yogyakarta: C.V
ANDI OFFSET

Khasanah, Z. N. (2018). Metode Konseling Individu Dalam Mengatasi Konflik


Pertemanan Antar Siswa Kelas X Man 2 Sleman (Studi Kasus Terhadap 2
Siswa). Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling Dan Dakwah Islam, 15(2), 18–36.
https://doi.org/10.14421/hisbah.2018.152-02

Prayitno, (2017), Konseling Profesional Yang Berhasil: Layanan dan Kegiatan


Pendukung, Jakarta: Rajawali

Rahmawati, E. W., Purwoko, B., Muis, T., & Lukitaningsih, R. (2013). Penerapan
Layanan Mediasi Untuk Membantu Menyelesaikan Konflik Interpersonal Siswa
Kelas Viii-2 Smp Negeri 1 Larangan Pamekasan. Jurnal BK UNESA, 03, No. 01,
380–387.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/
3615/6215

Robert A. Baron, Donn Byrne, (2005), Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga

Sundberg, D.N., Winebarger, A.A., Taplin, J.R. (2007). Psikologi Klinis, Edisi
keempat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tohirin, (2013), Bimbingan Dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi), Jakarta: Rajawali

Trisnowati. (2016). PERAN KONSELOR DI BERBAGAI SETTING SEKOLAH.


Jurnal Konseling GUSJIGANG, 2(2), 165–172.

Anda mungkin juga menyukai