ORGANISASIONAL
A. Pengertian Sosio-emosional
Perkembangan sosio-emosional pada anak merupakan proses belajar
anak dalam menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan
ketika berinteraksi dengan orang disekitarnya, mendengarkan, mengamati,
dan meniru apa yang mereka lihat.
Pendekatan Sosio Emosional menurut Nurmalasi (2019:9) pendekatan
ini dibangun atas dasar bahwa pembelajaran yang efektif tergantung
hubungan yang positif antara sesama peserta didik maupun guru dengan
peserta didik. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas
adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan
iklim sosio emosional yang positif pula
Indrawati (2014:7) mengatakan Pendekatan Sosio-Emosional dalam
pengelolaan kelas berakar pada psikologis penyuluhan klinis dan konseling.
Karena itu sangat memberi arti yang penting pada hubungan antar pribadi.
Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa pengelolaan kelas yang
efektif sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dengan
siswa.
Pendekatan Sosio-emosional dalam pembelajaran menurut Jannah
(2013:1) adalah suasana perasaan dan suasana sosial (social-
emostionalclimate approach) di dalam kelas sebagai sekelompok individu
cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan).
Pendekatan sosial emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada
hubungan yang baik yang positif antara guru dengan anak didik,atau antara
anak didik dengan anak didik lainnya.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang baik adalah terciptanya hubungan
yang baik antar semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu
pendidik dengan peeserta didik dan antara peserta didik. Tidak dibenarkan
proses pembelajaran yang dapat memunculkan suasana emosional yang tidak
baik, baik yang dilakukan pendidik maupun peserta didik.
B. Karakteristik Pendekatan Sosio-Emosional
Sebagaimana diulas pada definisi pendekatan sosio-emosional yang
menginginkan suasana pembelajaran dengan menekankan hubungan yang
baik antara pendidik dan peserta didik, maka penting untuk diketahui
karakteristik pendekatan ini.
Munawir (2018:3) hubungan guru dan siswa dikatakan memiliki
iklim sosio-emosional yang baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat
seperti berikut :
1. Adanya keterbukaan antara pendidik dan peserta didik. Sifat ini
menghendaki antara pendidik dan peserta didik saling bersikap jujur dan
terbuka diri satu sama lain.
2. Adanya sikap responsif. Sifat ini meghendaki adanya kepekaan antara
pendidik dan peserta didik, terutama dari pihak pendidik. Sikap ini harus
ada dalam iklim sosio-emosinal, karena interaksi sosial dapat dipastikan
akan banyak memunculkan penilaian antara satu individu terhadap
individu yang lain.
3. Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain. Pendekatan sosio-
emosional sejatinya memang memupuk sifat merasa saling
membutuhkan satu sama lain. Bertolak dari sifat inilah diharapkanakan
muncul hubungan yang baik di antara elemen yang terlibat dalam
pembelajaran, khususnya keeratan hubungan pendidik dan peserta didik.
4. Adanya kebebasan. Kebebasan di sini artinya adanya penghargaan dan
penghormatan akan terhadap berbagai keberagaman yang ada dalam
peserta didik. Peserta didikdiberikan ruang yang cukup untuk dapat
tumbuh dan berdasar keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya
masing-masing.
5. Saling memenuhi kebutuhan. Dengan adanya sikap ini, maka hubungan
yang terjalin di dalam kelas melalui kegiatan pembelajaran adalah rasa
saling melengkapi. Dan adanya keyakinan bahwa tidak mungkin satu
individu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian akan
terbangun keutuhan hubungan dalam pembelejaran di kelas.
Selanjutnya Shaifudin (2020:21-22) juga menjelaskan, bahwa
pendekatan sosio-emosional akan terjadi apabila dalam proses pembelajaran
mencerminkan sikap-sikap berikut :
1. Memiliki keterbukaan (Opennes or Tranperency) sehingga
masingmasing pihak merasa bebas dalam bertindak dan saling menjaga
kejujuran.
2. Mengandung rasa saling menjaga, saling mernbutuhkan serta saling
berguna bagi pihak lain.
3. Diwarnai oleh rasa saling tergantung satu sama lain.
4. Masing-masing pihak merasakan terpisah satu sama lain, sehingga saling
memberikan kesempatan untuk mengembangkan keunikan,
kreatifitasnya dan individualisasinya.
5. Dirasakan masing-masing pihak sebagai tempat bertemunya kebutuhan-
kebutuhan, sehingga kebutuhan satu sama lain dapat terpenuhi bersama-
sama dengan melalui terpenuhinya kebutuhan pihak lain.
Disamping itu Rohani (2020:22-23) berpendapat, pendekatan Sosio-
Emosional yang baik adalah adanya sikap :
1. Guru bersikap “hangat” dalam membina sikap persahabatan dengan
semua siswa, menghargai siswa dan menerima siswa dengan berbagai
keterbatasannya.
2. Guru bersikap adil, sehingga siswa diperlakukan sama tanpa tumbuh
rasa dianak tirikan atau disisihkan.
3. Guru bersikap obyektif terhadap kesalahan siswa dengan melakukan
sanksi sesuai dengan tata tertib bila siswa melanggar disiplin yang telah
disetuji bersama.
4. Guru tidak menghukum siswa didepan teman-temannya, sehingga
menyebabkan siswa kehilangan harga dirinya.
5. Guru tidak menuntut siswa untuk mengikuti aturan-aturan yang diluar
kemampuan siswa untuk mengikutinya.
6. Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi siswa
yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku
sebagai suri tauldan yang baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berjalannya pendekatan sosio-
emosional dalam kelas dengan baik apabila adanya sikap keterbukaan antara
guru dan siswa, saling mnejaga hubungan baik, adil, obyektif, tidak
menuntut siswa. Pendekatan sosio-emosional adalah pendekatan yang
mengedepankan interaksi yang mengutamakan rasa empati yang tinggi dan
berorientasi pada hubungan social yang baik antara pendidik dan peserta
didik,serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.
C. Tujuan Pendekatan Sosio-Emosional
Secara umum tujuan penerapan pendekatan Sosio-Emosional sama
dengan tujuan penerapan pendekatan yang lain, yakni untuk menciptakan
suasana belajar yang efektif dan kondusif. Tapi perbedan pendekatan Sosio-
Emosional menurut Indrawati (2014:8) yaitu menekankan pada terciptanya
iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas,
artinya ada hungan yang baik, yang positif antara guru dengan siswa atau
antara siswa dengan siswa.
Sementara itu Maulida (2020:6) menyatakan bahwa pendekatan
Sosio-Emosional dapat membina rasa tanggung jawab, sosial dan harga diri
siswa dengan cara mengarahkan siswa untuk mendeskripsikan masalah
yang dihadapinya.
Selanjutnya Suharyati (2014:9) mengemukakan Pendekatan Sosio-
Emosional dapat menciptakan suasana pembelajaran dalam kelas yang
demokrasi, yang mana siswa diperlakukan sebagai manusia secara bijaksana
dalam mengambil keputusan, disamping diberikan kesempatan untuk
menanggung konsekuensi atas perbuatan siswa itu sendiri.
Jadi tujuan dari Pendekatan Sosio-Emosional adalah untuk
menciptakan suasana belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina rasa
tanggung jawab sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin hubungan
yang positif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
D. Pentingnya Pendekatan Sosio-Emosional dalam Pembelajaran
Seorang guru perlu memahami siswanya, tanpa memahami siswa
akan sulit bagi guru untuk menyesuaikan pembelajaran pada perbedaan
individual yang ada diantara siswa, akan sulit membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa, akan sukar membina
interaksi belajar mengajar dengan siswa dan sulit membimbing
perkembangan potensi siswa.
Maka dari itu sudah selayaknya seorang guru mengenal aspek-aspek
pribadi siswa diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Indrawati
(2014: 14-17) :
1. Latar Belakang Masyarakat
Menurut Dirawati (2011:20) Masyarakat dapat mempengaruhi
perkembangan seorang anak baik positif maupun negatif itu semua
karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Kultur dimana siswa
tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap siswa. Latar belakang kultur
ini menyebabkan siswa memiliki sikap yang berbeda-beda tentang
agama, politik, masyarakat lain, dan cara bertingkah lakunya.
2. Latar Belakang Keluarga
Situasi dalam keluarga, besar pengaruhnya terhadap emosi,
penyesuaian sosial, rninat, sikap, tujuan, disiplin, dan perbuatan siswa di
sekolah. Humanainah dan Fatchuroji (2020:3) mengatakan dukungan
orangtua dan kecerdasan emosional anak yang tinggi terhadap anaknya
dibuktikan dengan memberikan motivasi kepada anak untuk giat belajar
dan meraih prestasi. Namun apabila di rumah siswa sering mengalami
tekanan, merasa tidak aman, frustasi, maka siswa juga akan merasakan
ha1 yang sama di Sekolah.
3. Tingkat Intelegensi
Indrawati (2014:15) Hasil tes intelegensi juga menjadi sumber
yang menggambarkan tentang abilitas belajar siswa. Tingkat intelegensi
(IQ) adalah terdiri dari usia mental. Mental age = MA dibagi dengan usia
kronologis (CA). Tingkat intelegensi dapat digunakan untuk
memperkirakan keberhasilan seorang siswa.
4. Hasil Belajar
Menurut Setiawati (2018:32) mengungkapkan bahwa guru perlu
mengetahui hasil belajar dan kemajuan siswa yang telah diperoleh
sebelumnya, misalnya dari sekolah lain, sebelum siswa memasuki
sekolahnya sekarang. Pengenalan dalam ha1 ini penting artinya bagi
guru, karena dalam pengenalan ini guru dapat membantul mendiagnosa
kesulitan siswa dalam belajar, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan
belajar selanjutnya.
5. Kesehatan Badan
Rusyan (2020:18) mengatakan guru perlu secara berkala
mengetahui tentang keadaan dan pertunlbuhan siswa. Keadaan kesehatan
ini besar pengaruhnya terhadap hasil pendidikan dan penyesuaian sosial
siswa. Kalau guru mengenal data yang lengkap tentang kesehatan dan
pertumbuhan jasmani siswa maka guru dapat memikirkan dan
mengusahakan pemberian bantuan kepada siswa seperti : memperbaiki
prosedur belajar, mengatur tempat duduk, memberikan bantuan
seperlunya.
6. Hubungan Antar Pribadi
Hungan antar pribadi menurut Setiawan,dkk (2022 : 17) siswa
yang saling aksi mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok,
kerjasama dengan siswa yang lain dalam satu kelompok akan
menentukan perasaan puas dan rasa yang aman di Sekolah. Hal ini sangat
berpengaruh pada kelakuan dan motivasi
belajar siswa.
7. Kebutuhan Emosional
Menurut Indrawati (2014:17) Diantara kebutuhan emosional
yang penting dikalangan siswa pada umumnya, ialah ingin diterima
(acceptance), bertemad mencintai (affection), dan rasa aman (security).
Kebutuhan ini perlu mendapatkan kepuasan, dan apabila tidak berhasil
memberikan kepuasan atas kebutuhan tersebut maka siswa akan frustasi,
bertingkah laku pemalu, kelakuan yang agresif, dan bertingkah laku
submissive (terlalu bergantung pada orang lain). Dengan mengenal
kondisi emosional siswa, guru dapat memberikan bimbingan yang
diperlukan oleh siswa dan berusahan memberikan sifat pribadi yang baik,
guna menjamin stabilitas emosional siswa.
8. Minat Belajar
Alam (2018:557) Mendefinisikan minat berperan dan berfungsi
dalam proses belajar,karena apabila siswa memiliki minat terhadap
pembelajaran maka ia akan belajar sungguh-sungguh. Guru perlu
mengenal minat siswa, karena ha1 ini penting bagi guru untuk memilih
bahan belajar, menuntun siswa kearah pengetahuan, dan untuk
mendorong motivasi belajar siswa.
Dari berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
sosio-emosional dalam pembelajaran memiliki peran penting dalam
menciptakan iklim sosio-emosional yang positif dikelas. Proses belajar
mengajar yang efektif mensyaratkan adanya iklim sosio-emosional yang
baik antar pendidik dan peserta didik, serta antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya.
E. Cara dan Alat Untuk Mengenal Siswa dalam Penerapan Pendekatan
Sosio- Emosional
Untuk mengenal siswa, guru dapat menerapkan bermacam- macam
alat dan cara-cara tertentu, berikut cara dan alat untuk mengenal siswa yang
dikemukakan oleh Indrawati (2014:21) :
1. Alat yang dapat dipergunakan dalam penerapan Pendekatan Sosio-
Emosional.
a. Anecdotal Record
Anecdotas Record ialah catatan tentang satu atau lebih
observasi guru terhadap kelakuan dan reaksi murid dalam berbagai
situasi. Catatan ini dibuat sekali atau dua kali dalam seminggu selama
setahun, baru dapat menggambarkan perkembangan siswa selama itu.
b. Angket (Questionnaire)
Angket terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis yang
disampaikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban tertulis.
Melalui angket, guru dapat menanyai tentang minat, masalah
kebutuhan, kecemasan, ambisi dan sebagainhya.
c. Tes
Tes tertulis menurut baik yang dibuat oleh guru maupun tes
yang telah disusun oleh para ahli atau lembaga tertentu, guru dapat
mengetahui tentang hasil pendidikan siswa, tingkat intelegensi, sifat-
sifat kepribadian, sikap dan abilitas tiap siswa.
2. Cara yang dapat digunakan dalam Pendekatan Sosio- Emosional
1. Percakapan dan Wawancara Informasi
Dalam percakapan informal dengan siswa, guru dapat
mengarahkan pokok pembicaraan untuk mengungkapkan minat,
reaksinya terhadap sekolah, pengalaman yang didapat diluar sekolah,
motivasi, dan aspirasi siswa. Selain itu, gum juga dapat mengadakan
wawancara secara informal dengan setiap siswa guna mengetahui
segala
sesuatu tentang pribadi siswa.
2. Observasi
Guru dapat menggunakan kesempatan yang ada setiap hari
untuk mengetahui tingkah laku siswa. Melalui observasi secara terus-
meneius, guru dapat memperoleh tentang abilitas, sikap sisura
terhadap kegiatan-kegiatan sekolah, partisipasi siswa terhadap
berbagai kegiatan, hubungan antara siswa dalam berbagai kelompok.
3. Konferensi Antara Orang Tua dan Guru
Dalam kesempatan mengunjungi orang tua siswa (home
visit) dan mengadakan pertemuan (konferensi) dengan orang tua
siswa tersebut untuk melaporkan kemajuan belajar siswa maka guru
sebaiknya menggunakan kesempatan itu untuk mempelajari situasi
keluarga siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedekatan emosional dapat
membantu guru untuk memahami karakteristik siswa. Dengan adanya
kedekatan emosional,guru dapat lebih mudah memahami kebutuhan dan
keinginan siswa, serta dapat membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan sosioal dan emosional mereka.
F. Implikasi Teori Perkembangan Sosio-emosional dalam Pembelajaran
Teori perkembangan sosio-emosional memiliki esensi penting
dalam pembelajaran. Guru harus memperhatikan aspek sosial dan
emosional peserta didik dalam proses belajar mengajar. Menurut Naldi
(2018:13) ada 3 implikasi dalam mendidik anak, sebagai berikut:
1. Pandanglah anak sebagai sosk yang terlibat dalam berbagai sistem
lingkungan seerti sekolah, guru, orang tua, sodara kandung, tetangga,
teman sebaya, media, agama, kultur, dan anak akan diengaruhi sistem-
sitem tersebut.
2. Memperhatikan hubungan antara sekolah dan keluarga, baik secara
formal mauun informal.
3. Menyadari pentingnya arti komunikasi, status sosial ekonomi dan kultur
dalam perkembangan anak.
Implikasi dalam pembelajaran terkait dengan perkembangan diri
dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran pengaturan diri.
Pendekatan ini menganggap bahwa siswa mempunyai pengetahuan tentang
strategi pembelajaran yang efektif, bagaimana dan kapan menggunakannya.
Beberapa hal penting terkait dengan pembelajaran pengaturan diri dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Identifikasi penyebab rendah diri dan area kompetensi yang penting bagi
diri. Apakah karena konflik keluarga, prestasi buruk atau lainnya.
Penerimaan sosial dari teman dan dukungan guru merupakan hal penting
bagi rasa harga diri siswa.
2. Memberi dukungan emosional dan penerimaan sosial. Bila dilakukan
oleh konselor, guru BK, dukungan orang tua, dan teman sebaya.
3. Membantu anak mencapai tujuan atau berprestsi dengan cara membantu
mengembangkan keahlian, keterampilan, dan prestasi siswa.
4. Mengembangkan keteramilan mengatasi masalah. Ketika anak
menghadapi problem bagaimana bisa mengatasinya bukan
menghindarinya, maka rasa harga diri akan naik selain perkembangan
diri, perkembangan moral juga berkaitan dengan kognitif, behavioral,
dan emosional.
Langkah-langkah dalam menerapkan pendekatan sosio-emosional
dalam pembelajaran menurut Shaifudin (2020:24:25) dapat dilakukan
dengan melaksanakan dua hal, yaitu : menjaga komunikasi secara efektif
dan memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa untuk mengubah
perilaku yang menyimpang. Kegiatan yang dapat dilakukan seorang
pendidik dalam melaksanakan dua komponen tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Secara pibadi melibatkan diri dengan peserta didik, menghargai peserta
didik, dan memperlihatkan kesediaan membantu peserta didik
memecahkan berbagai masalah.
2. Memberikan pernyataan tentang perilaku siswa, merespon masalah
dengan tidak menghakimi peserta didik yang dapat mengakibatkan
peserta didik menjadi lemah semangatnya.
3. Mengekspresikan perasaan yang sejujurnya, sehingga peserta didik
dapat menerimanya.
4. Memberikan penjelasan secara singkat dan menghindari penjelasan
yang tidak memotivasi peserta didik.
5. Selalu berhati-hati dalam mengucapkan segala hal kepada peserta didik.
6. Memberikan pujian yang bersifat produktif dan menghindari penilaian
yang bersifat destruktif.
7. Menghindari sikap yang menunjukkan perlawanan yang dapat memicu
respon defensif dari peserta didik.
8. Pendidik harus selalu membuka diri terhadap peserta didik, sehingga
mereka berani untuk mengungkapkan semua perasaannya.
Melihat beberapa sikap atau langkah yang harus dilakukan oleh
pendidik dengan menggunakan pendekatan iklim sosio-emosional ini
nampak bahwa hal utama yang harus muncul dalam proses pembelajaran
adalah keterbukaan dan penerimaan yang berlanjut pada penyelesaian
masalah. Keharmonisan antara pendidik dan peserta didik seperti menjadi
hal mutlak yang harus dilakukan dalam setiap bentuk pembelajaran. Dengan
demikian tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan akan dapat dicapai
secara efektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori perkembangan sosio-
emosional ini menekankan pentingnya aspek-aspek sosial dan emosional
dalam proses belajar. Teori ini menekankan bawa perkembangan kognitif
akan memacu perkembangan sosio-emosional anak, dan pemahaman
terhadap perkembangan kognitif dan sosio-emosional siswa dapat membuat
pembelajaran lebih bermakna.
KESIMPULAN
1. Pembelajaran yang baik adalah terciptanya hubungan yang baik antar semua
pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu pendidik dengan
peeserta didik dan antara peserta didik. Tidak dibenarkan proses
pembelajaran yang dapat memunculkan suasana emosional yang tidak baik,
baik yang dilakukan pendidik maupun peserta didik.
2. Berjalannya pendekatan sosio-emosional dalam kelas dengan baik apabila
adanya sikap keterbukaan antara guru dan siswa, saling mnejaga hubungan
baik, adil, obyektif, tidak menuntut siswa. Pendekatan sosio-emosional
adalah pendekatan yang mengedepankan interaksi yang mengutamakan rasa
empati yang tinggi dan berorientasi pada hubungan social yang baik antara
pendidik dan peserta didik,serta antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya.
3. Tujuan dari Pendekatan Sosio-Emosional adalah untuk menciptakan
suasana belajar yang demokrasi, sehingga dapat membina rasa tanggung
jawab sosial, dan harga diri siswa, dan akhirnya terjalin hubungan yang
positif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
4. Teori perkembangan sosio-emosional ini menekankan pentingnya aspek-
aspek sosial dan emosional dalam proses belajar. Teori ini menekankan
bawa perkembangan kognitif akan memacu perkembangan sosio-emosional
anak, dan pemahaman terhadap perkembangan kognitif dan sosio-
emosional siswa dapat membuat pembelajaran lebih bermakna
REFERENSI