Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

USM

PARENTING COMMUNICATION PADA GURU DAN ORANGTUA/WALI


PAUD & TK AISYIAH SAMPANGAN

Oleh :
Retno Ristiasih Utami, S.Psi., M.Si., Psikolog
NIDN. 0603057101

Dibiayai oleh Universitas Semarang dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian


Kepada Masyarakat Dosen Universitas Semarang No 323/USM.H9/N/2015

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEMARANG
Februari 2016
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas guru tidak hanya pada kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi juga

melakukan bimbingan di luar kelas, khususnya mengatasi kesulitan-kesulitan yang

dihadapi siswa, baik kesulitan mengenai pelajaran ataupun masalah psikologi yang

diperolehnya dari luar, seperti keluarga dan teman pergaulan. Perilaku guru merupakan

salah satu faktor yang berperan dalam memotivasi semangat belajar para peserta didik.

Suatu kondisi yang menyenangkan apabila guru dapat menunjukkan sikap yang akrab,

bersahabat dan memahami situasi di dalam kelas saat mengajar dan saat ia di luar kelas.

Perilaku guru seperti itu dapat menunjang motivasi dan prestasi belajar siswa

Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai suatu

usaha untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

lnteraksi tersebut dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga dan sekolah

(Sukmadinata, 1998: 1). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peran

signifikan dalam proses pengajaran. Pendidikan dapat mengubah pandangan hidup,

budaya dan perilaku manusia. Pendidikan juga berfungsi mengantar manusia menguak

tabir kehidupan sekaligus menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam setiap perubahan.

Pendidikan menurut Meier (2002:41) bertujuan menyiapkan manusia untuk menghadapi

berbagai perubahan yang membutuhkan kekuatan pikiran, kesadaran dan kreatifitas.

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi

antara dua unsur manusiawi di mana siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai

pihak yang mengajar. Proses itu sendiri merupakan mata rantai yang menghubungkan

antara guru dan siswa sehingga terbina komunikasi yang memiliki tujuan yaitu tujuan
2

pembelajaran. Idealnya, komunikasi yang terjalin di antara guru dan siswa dapat

terbangun dan terbina secara harmonis sehingga pesan-pesan pendidikan dari guru

kepada siswa dapat tersampaikan secara efektif. Namun pada kenyataannya, jalinan

komunikasi dapat terganggu atau terhambat oleh berbagai faktor, personal maupun

situasional. Kegagalan dalam berkomunikasi berarti tidak berhasil mengembangkan

komunikasi efektif. Komunikasi yang tidak efektif dalam proses belajar mengajar dapat

menjadi penyebab terjadinya kondisi yang tidak diharapkan dalam situasi pendidikan,

khususnya di sekolah. Contohnya, bisa saja terjadi siswa tidak berhasil mencapai

prestasi sesuai potensi yang dimilikinya (under achievement), tidak harmonisnya

hubungan antara guru dan siswa, terjadi kerusuhan antar siswa karena kekeliruan

komunikasi, dan lain-lain.

Berdasarkan informasi yang diberikan dari pihak pengelola sebuah sekolah

(PAUD & TK Aisyiah Sampangan), terjadi kondisi yang kurang menggembirakan bagi

proses belajar mengajar. Banyak guru yang mengaku masih mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dengan siswanya dan merasa siswa menunjukkan seolah-olah siswa

tidak mendengarkan. Di samping itu, pihak orangtua juga seringkali ragu, apakah

caranya dalam berkomunikasi sudah tepat untuk dapat membentuk karakter positif

anak. Kondisi tersebut dapat menjadi hambatan bagi orangtua dan guru dalam

menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengasuh dan pendidik.

B. Tinjauan Pustaka

Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan yang dapat menimbulkan efek tertentu. Guru adalah seorang anggota
3

masyarakat yang berkompeten dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan atau

pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranannya, yakni mengajar,

mendidik dan membimbing serta menuntut siswa dalam belajar atau dengan kata lain

guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia dan sebagainya.Sedangkan Siswa adalah setiap orang yang menerima

pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan

pendidikan.

Keduanya, baik guru maupun siswa, merupakan unsur penting dalam proses

pembelajaran, karena merekalah yang melakukan proses pembelajaran. Proses

pembelajaran tidak akan terjadi jika tidak ada guru atau pun siswa. Dengan melihat

pada pengertian bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari guru yang bertujuan untuk

mengembangkan kualitas siswa, terkandung suatu makna bahwa proses yang

dinamakan pendidikan itu tidak akan pernah berlangsung apabila tidak hadir guru dan

siswa dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa guru dan

siswa merupakan pilar utama terselenggaranya aktivitas pendidikan.

Guru merupakan seorang sosok yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Banyak sekali tugas guru terutama untuk menciptakan suasana yang menyenangkan

bagi siswa. Seorang guru memiliki peranan dalam proses belajar mengajar, yaitu

sebagai:

1. motivator, yaitu memberikan dorongan dan anjuran kepada siswanya agar secara

aktif dan kreatif serta positif dalam berintegrasi dengan lingkungan atau

pengalaman baru berupa pelajaran yang ditawarkan kepadanya.

2. fasilitator, yaitu menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas yang

memungkinkan siswa dapat berinteraksi secara positif dan kreatif dalam proses

belajar mengajar
4

3. organisator, yaitu mengatur, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan

proses belajar mengajar.

4. informatory, yaitu memberikan informasi yang diperlukan siswa baik untuk

kepentingan dan kelancaran kegiatan proses belajar mengajar maupun untuk

kepentingan masa depan siswa.

5. konselor, yaitu memberikan bimbingan dan penyuluhan atau bantuan khusus

kepada siswa yang mempunyai permasalahan dan sebagainya.

Komunikasi Interpersonal

Bentuk komunikasi interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa,

dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya

proses belajar mengajar yang efektif, karena setiap orang diberi kesempatan untuk

terlibat dalam pembelajaran. Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang

menyenangkan pada tiap personal, baik guru maupun siswa dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawab masing-masing. Dalam menciptakan iklim komunikatif guru

hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-beda, yang

memerlukan pelayanan yang berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik yang

unik, memiliki kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan kebebasan

memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif. Untuk itulah

kemampuan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan.

Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru selama mengajar diharapkan

tidak hanya terfokus pada pelajaran semata, tetapi juga berpengaruh pada

pengembangan soft skill mereka. Para guru harus bisa memahami siswa/siswinya,

terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan dengan berbagai macam

pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi antarpribadi guru dengan siswa
5

diharapkan dapat membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih

baik. Selain itu, proses komunikasi seperti ini juga dibutuhkan dalam proses belajar

mengajar, karena dalam komunikasi harus ada timbal balik (feedback) antara

komunikator dengan komunikan. Begitu juga dengan pendidikan membutuhkan

komunikasi yang baik, sehingga apa yang disampaikan, dalam hal ini materi pelajaran,

oleh komunikator (guru) kepada komunikan (siswa) bisa dicerna oleh siswa dengan

optimal, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai bisa terwujud. Tidak mungkin

bila komunikasi dilakukan tidak baik maka hasilnya akan bagus.

Dimana fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab II Pasal 3 berbunyi: “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

Tujuan pendidikan tidak mungkin terwujud bila tidak dibarengi dengan faktor

penunjangnya. Salah satunya adalah komunikasi. Dan dapat disimpulkan bahwa

komunikasi memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar. Agar jalannya

komunikasi berkualitas, maka diperlukan suatu pendekatan komunikasi yaitu;

pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis

(bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk

apa komunikasi itu dilaksanakan). Menurut Santrock (2008), terdapat tiga aspek utama

dari komunikasi dalam pembelajaran, yaitu keterampilan berbicara, mendengar dan

komunikasi nonverbal. Berbicara di hadapan kelas dan di hadapan siswa harus dapat
6

mengkomunikasikan informasi secara jelas. Kejelasan dalam berbicara penting agar

pengajaran yang dilakukan oleh guru dan proses belajar yang diikuti siswa dapat

berjalan responsive.

Guru harus menempatkan usaha memotivasi siswa pada perencanaan

pembelajarannya. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Gagne yang dikutip oleh

Abdul Majid (2008:69) Siswa sadar akan tujuan yang harus dicapai dan bersedia

melibatkan diri. Hal ini sangat berperan karena siswa harus berusaha untuk memeras

otaknya sendiri. Kalau kadar motivasinya rendah siswa akan cenderung membiarkan

permasalahan yang diajukan. Maka peran guru dalam hal ini adalah menimbulkan

motivasi siswa dan menyadarkan siswa akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Sebagai komponen yang secara langsung berhubungan dengan permasalah

rendahnya motivasi belajar siswa, maka guru harus mengetahui beberapa hal yang bisa

dilakukannya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, diantaranya adalah :

1. Memilih cara dan metode mengajar yang tepat termasuk memperhatikan

penampilannya

2. Menginformasilkan dengan jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

3. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran misalnya melalui kerja

kelompok

4. Melakukan evaluasi dan menginformasikan hasilnya, sehingga siswa mendapat

informasi yang tepat tentang keberhasilan dan kegagalan dirinya


7

5. Melakukan improvisasi-improvisasi yang bertujuan untuk menciptakan rasa senang

anak terhadap belajar. Misalnya kegiatan belajar diseling dengan bernyanyi

bersama atau sekedar bertepuk tangan yang meriah.

6. Menanamkan nilai atau pandangan hidup yang positif tentang belajar misalnya

dalam agama islam belajar dipandang sebagi sebuah kegiatan jihad yang akan

mendapatkan nilai amal disisi Allah.

7. Menceritakan keberhasilan para tokoh-tokoh dunia yang dimulai dengan mimpi-

mimpi mereka dan ceritakan juga cara-cara mereka meraih mimpi-mimpi itu.

Ajak siswa untuk bermimpi meraih sukses dalam bidang apa saja seperti

mimpinya para tokoh dunia tersebut.

8. Memberikan respon positif kepada siswa ketika mereka berhasil melakukan sebuah

tahapan kegiatan belajar. Respon positif ini bisa berupa pujian, hadiah, atau

pernyataan-pernyataan positif lainnya serta menghormati siswa yang telah mau

mengungkapkan pendapatnya.

Penciptaan Iklim Komunikatif

Ada beberapa kemampuan komunikasi yang harus dimiliki oleh guru dalam

proses belajar mengajar supaya pembelajaran menjadi menyenangkan, yaitu:

1. Kemampuan guru mengembangkan sikap positif siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan cara menekankan kelebihan-kelebihan siswa bukan

kelemahannya, menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan siswa

lain dan pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih siswa.

2. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan

pembelajaran. Bisa dilakukan dengan menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat


8

siswa dan orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan sikap ramah, penuh

pengertian dan sabar (Ali Imran, 1995). Dengan terjalinnya keterbukaan, masing-

masing pihak merasa bebas bertindak, saling menjaga kejujuran dan saling berguna

bagi pihak lain sehingga merasakan adanya wahana tempat bertemunya kebutuhan

meraka untuk dipenuhi secara bersama-sama

3. Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan cara penyampaian materi di kelas yang menampilkan

kesan tentang penguasaan materi yang menyenangkan. Karena sesuatu yang energik,

antusias, dan bersemangat memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang

seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis, mempertinggi

komunikasi antar guru dengan siswa, menarik perhatian siswa dan menolong

penerimaan materi pelajaran.

4. Kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa dalam kegitan pembelajaran.

Berhubungan dengan komunikasi antar siswa, usaha guru dalam menangani kesulitan

siswa dan siswa yang mengganggu serta mmpertahankan tingkah laku siswa yang baik.

Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara optimal, guru mengelola

interaksi tidak hanya searah saja yaitu dari guru ke siswa atu dua arah dari guru ke siswa

dan sebaliknya, melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru ke

siswa dan dari siswa ke siswa.

5. Kemampuan guru mengondisikan kelas

Berhubungan dengan kapan guru harus serius dan santai di dalam kelas

Jadi semua kemampuan guru diatas mengarah pada penciptaan iklim

komunikatif yang merupakan wahana atau sarana bagi tercapainya tujuan pembelajaran

yang optimal.
9

Komunikasi Positif

Komunikasi positif dalam keluarga menurut Ramadhani (2008) adalah

komunikasi yang dilakukan untuk mendorong setiap anggota keluarga agar dapat

berkembang secara optimal, baik secara fisik maupun psikis, melalui komunikasi yang

empati, responsif, mengandung pesan positif, terbuka dan terpercaya, mendengarkan

secara aktif, mendorong optimisme yang proporsional dan tidak menghakimi.

Komunikasi positif mengandung arti bahwa sebuah pesan dapat dipahami dengan baik

dan tidak mengandung dua arti yang ambigu

Bentuk-bentuk Komunikasi dalam Keluarga

Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (Indriyati, 2007),

antara lain:

a. Komunikasi Orangtua (Suami-Istri)

Komunikasi orangtua (suami-istri) lebih menekankan pada peran penting suami istri

sebagai penentu suasana dalam keluarga, dengan anggota keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu, dan anak.

b. Komunikasi orangtua dan anak

Hubungan komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak bersifat dua arah yang

disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal. Orangtua dan anak berhak

menyampaikan pendapat, pikiran, infomasi atau nasehat. Oleh karena itu, hubungan

yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan yang berpengaruh pada hubungan yang

lebih baik. Hubungan komunikasi yang efektif terjalin karena adanya rasa

keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, serta kesamaan antara orangtua dan

anak
10

c. Komunikasi ayah dan anak

Komunikasi ayah dan anak mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran

ayah adalah memberi informasi dan mengarahkan anak pada pengambilan

keputusan.

d. Komunikasi ibu dan anak

Komunikasi ibu dan anak lebih bersifat pengasuhan. Kecendrungan anak untuk

berhubungan dengan ibu adalah pada saat anak merasa kurang sehat atau sedih,

maka pada saat peran ibu lebih menonjol.

e. Komunikasi anak dan anak yang lainnya.

Komunikasi ini terjadi antara satu anak dengan anak yang lain. Anak yang lebih

tua lebih berperan sebagai pembimbing daripada anak yang masih muda, dan

biasanya karena dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

 Ada tiga pola komunikasi (Arian, 2011) yang dapat digunakan untuk

mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:

1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah.

Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima

aksi misalnya guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah,

sementara siswa mendengarkan keterangan dari guru tersebut.

2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah.

Pada Komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan

penerima aksi sehingga keduanya dapat saling memberi dan menerima. Misalnya
11

setelah guru memberi penjelasan pelajaran kepada siswanya, kemudian guru memberi

pertanyaan kepada siswanya dan siswa menjawab pertanyaan tersebut.

3. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi.

Yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan

siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa

yang lainnya. Misalnya guru mengadakan diskusi dalam kelas.

Berdasarkan penjelasan mengenai bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga

terdiri dari komunikasi yang terjalin antara ayah dan ibu sebagai suami-istri,

komunikasi antara orangtua dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi

antara ibu dan anak, dan komunikasi antara anak dengan anak yang lainnya.

C. Perumusan Masalah

Tujuan pendidikan nasional memiliki tujuan untuk menghasilkan manusia

Indonesia yang seutuhnya. Hasil pendidikan juga turut ditentukan oleh komunikasi

dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan

proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi di mana siswa sebagai pihak yang

belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar serta orangtua di rumah. Proses itu

sendiri merupakan mata rantai yang menghubungkan antara guru dan siswa sehingga

terbina komunikasi yang memiliki tujuan yaitu tujuan pembelajaran. Idealnya,

komunikasi yang terjalin di antara guru, siswa dan orangtua dapat terbangun dan terbina

secara harmonis sehingga pesan-pesan pendidikan dari guru dan orangtua kepada siswa

dapat tersampaikan secara efektif. Namun pada kenyataannya, jalinan komunikasi dapat

terganggu atau terhambat oleh berbagai faktor, personal maupun situasional. Kegagalan

dalam berkomunikasi berarti tidak berhasil mengembangkan komunikasi efektif.


12

Fakta yang terungkap di lapangan yaitu terdapat keluhan guru dan orangtua

bahwa banyak siswanya atau anaknya yang susah diberi nasihat dalam arti sudah

dinasihati berulang kali namun perilaku siswa menunjukkan seolah-olah siswa tidak

pernah dinasihati. Kondisi tersebut dapat menjadi hambatan bagi guru dan oranguta

dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Fenomena tersebut

menimbulkan pertanyaan pada penulis, bagaimanakah komunikasi yang dipraktekkan

oleh para guru di sekolah tersebut? Sudah efektifkah?

Berdasarkan permasalahan yang muncul tersebut, penulis bermaksud

mengadakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan ketrampilan

berkomunikasi antara guru, orangtua dan siswa melalui parenting communication.

D. Tujuan Kegiatan

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan

meningkatkan keterampilan komunikasi pengasuhan orangtua dan guru, sehingga dapat

lebih efektif dalam berkomunikasi dengan atau atau siswa, yang dibutuhkan untuk

menciptakan suasana yang kondusif dalam pembentukan karakter positif anak di rumah

dan proses pembelajaran di sekolah

E. Manfaat Kegiatan

a. Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta tentang komunikasi positif

dalam meningkatkan komunikasi efektif.

b. Diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan dan kemampuan peserta dalam

berkomunikasi secara efektif dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif bagi

keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.


13

BAB II
TARGET LUARAN

Adapun target dan luaran dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Orang tua wali memahami pentingnya komunikasi orang tua dan anak

2. Tim pengabdian dapat memberikan informasi dan pemahaman bagi orang tua/wali dan

guru pentinga komunikasi dengan anak


14

BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan untuk menumbuhkan pemahaman

minat bakat peserta didik , sebagai berikut:

a. Menjelaskan tujuan pemahaman komuniksi antara orang tua guru dan anak

b. Orang tua wali memahami pentingnya komunikasi orang tua dan anak

c. Tim pengabdian dapat memberikan informasi dan pemahaman bagi orang tua/wali

dan guru pentinga komunikasi dengan anak

B. Realisasi pemecahan masalah

Permasalahan yang muncul di PAUD & TK Aisyiah Sampangan adalah kurang

efektifnya komunikasi yang dipraktekkan oleh guru kepada siswanya dan komunikasi

orangtua kepada anaknya. Kelemahan yang mungkin dimiliki para guru dan orangtua

di Sekolah tersebut adalah kurangnya ketrampilan berkomunikasi, termasuk komunikasi

positif. Oleh karena itu tim kegiatan pengabdian ini akan menyelenggarakan suatu

parenting communication untuk meningkatkan efektivitas komunikasi orangtua dan

guru terhadap anak.

C. Khalayak sasaran antara yang strategis

Subjek sasaran : Orangtua dan Guru

Tempat : PAUD & TK Aisyiah Sampangan Semarang

D. Metode Kegiatan
15

Metode yang digunakan berupa ceramah, permainan (games), dan diskusi

tentang berbagai permasalahan atau hambatan komunikasi antara orangtua, guru dan

siswa.

E. Evaluasi Kegiatan

Evaluasi keberhasilan kegiatan dilakukan dengan menyebarkan lembar evaluasi

berupa angket tentang kounikasi kepada para peserta sebelum dan sesudah kegiatan

(pre-test & posttest.

RANCANGAN PENYUSUSNAN ANGKET

KISI-KISI NO PERTANYAAN
Pemahaman tentang Komunikasi 1
Pemahaman tentang Perkembangan 2, 3
Kaitan antara Perilaku dan Komunikasi 4,5
(Keteladanan Orangtua)

Pertanyaan

1. Bagaimana sebaiknya berkomunikasi dengan anak?

2. Apakah gaya kumunikasi dengan anak harus menyesuaian usianya?

3. Sikap yang bagaimana yang harus kita lakukan dalam berkomunikasi dengan anak?

4. Apa yang harus dilakukan orangtua kalau anak melawan apa yang kita katakan?

5. Kalau anak marah bagaimana sikap orangtua?


16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian berupa parenting communication untuk meningkatkan

efektivitas komunikasi orangtua dan guru terhadap anak ini dilaksanakan pada 24

Oktober 2015. Kegiatan pengabdian ini dihadiri oleh 26 orang tua siswa dan 3 orang

guru kelas. Kegiatan pengabdian ini sangat sesuai dan dibutuhkan oleh orang tua wali

siswa PAUD & TK Aisyiah melalui diskusi, sehingga orang tua merasa diperhatikan

dan dihargai usaha merelka selama ini bahkan bisa berbagi pengalaman dengan para

orang tua yang lain.

Kegiatan pengabdian ini diawali dengan pre test kepada peserta yang datang untuk

mengetahui pemahaman tentang komunikasi antara orangtua dengan anak maupun

antara guru dengan siswa. Setelah pretest dilakukan kemudian dilanjutkan dengan

games atau permainan supaya peserta yang hadir lebih mudah nantinya dalam

menerima informasi yang diberikan. Setelah permainan kemudian dilanjutkan dengan

pemaparan yang dilakukan oleh tim pengabdian. Setelah dilakukan pemaparan

dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab dan setelah itu diakhiri dengan posttest

sebagai pembanding apakah kegiatan yang dilakukan memberikan dampak positif bagi

pemahaman orang tua dan guru dalam berkomunikasi dengan anak.

Hasil pretest menyebutkan bahwa orangtua dan guru sudah memahami tentang

komunikasi yang baik hanya saja dalam pelaksanaan hanya sebatas pemahaman namun

masih kurang efektif dan kurang memperhatikan hal lain atau disesuaikan dengan

kebutuhan dan situasi anak. Sedangkan setelah dilakukan posttest baik orang tua dan

guru sudah memiliki pemahaman yang lebih bagaimana berkomunikasi yang efektif

dengan anak.
17

Pada saat kegiatan ini dilaksanakan ada beberapa orang tua yang berhalangan hadir

dan ada beberapa juga yang terlambat hadir. Selama proses kegiatan ini berlangsung

ada beberapa orang tua yang mulai meninggalkan tempat kegiatan karena merasa sudah

melakukan yang baik menurut mereka yang sebenarnya justru merugikan anak.

Kegiatan pengabdian ini membantu orangtua untuk memahami bahwa orang tua

hendaknya membangun komunikasi yang efektif dengan anak yang didahului dengan

menggali informasi sebanyak mungkin sebelum memberikan pengertian yang sesuai

dengan usia dan permasalahan anak. Selain itu memberikan pengertian kepada para

orang tua untuk berkomunikasi dengan anak mereka dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh anak sehingga mampu menciptakan keterbukaan antara anak dengan

orang tua.

Secara garis besar sebenarnya para orang tua sudah paham bahwa mereka harus

berbuat sesuatu ketika anak mereka mengalami permasalahan. Namun terkadang masih

ada beberapa orang tua yang bingung harus berbuat apa. Kegiatan ini sangat membantu

para orang tua dalam menghadapi permasalahan anak-anak mereka dengan saling

berbagi dan diskusi sehingga banyak memberi pengetahuan bagi orang tua lainnnya

manakala menghadapi masalah yang sama.

Melalui kegiatan ini membuat para orangtua PAUD & TK Aisyiah Sampangan

memperoleh informasi dan ketrampilan yang tepat dengan anaknya sehingga

mendukung proses pembentukan karakter positif melalui pengasuhannya. Selain itu

para guru PAUD & TK Aisyiah Sampangan Semarang, memperoleh informasi dan

keterampilan yang tepat mengenai bagaimana cara berkomunikasi positif guna

meningkatkan efektivitas komunikasi antara guru dan siswa.


18

DAFTAR PUSTAKA

Arian. 2011. Komunikasi Yang baik antara Guru dan Murid.


http://ariansahidi.blogspot.com/2011/11/komunikasi-yang-baik-antara-guru-dan.html
Diakses pada tanggal 28 Februari 2016

Imran, Ali. 1995. Pembinaan Guru Di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya

Indriyati 2007. Hubungan antara Komunikasi Orangtua dan Anak dengan Rasa Percaya
Diri Remaja Putri Awal. Semarang: FIP UNNES

Majid. Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru. Jakarta: PT Rosda Karya

Meier, D. 2002. The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa

Ramadhani, N. 2008. Personality and Communication Media. Jurnal Psikologi Vol


34No. 2

Santrock. JW.2008. Adolescence. McGraw-Hill Higer Education

Sukmadinata, NS. 1998. Metode Peneltian Pendidikan. Bandung : Remaja Roskakarya


19

DOKUMENTASI
20
21

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai