Anda di halaman 1dari 3

Buku adalah jendela dunia. Demikian pepatah yang sering kita dengar.

Tak ada
yang salah dengan kalimat tersebut karena dengan buku (dan bahan bacaan lain)
kita jadi tahu dan mengenal informasi baru. Untuk mengetahui dan mendapat
banyak informasi tersebut kita harus membaca. Di jaman modern ini tidak hanya
buku yang dapat kita baca tapi media informasi elektronik banyak mendukung,
seperti internet misalnya. Tapi semua media tersebut tak akan memberi manfaat
bagi kita kalau tidak kita baca.
Membaca merupakan aktivitas mental yang amat bermanfaat. Kemampuan
dan minat baca yang tinggi akan menambah dan memperluas wawasan. Konon,
membaca juga dapat mencegah seseorang dari kepikunan. Seseorang yang ingin
mempelajari sesuatu hal dapat melakukannya secara otodidak dengan banyak
membaca. Misalnya kita ingin mempelajari sejarah, bisa kita lakukan dengan
banyak membaca literatur yang berkaitan dengan hal tersebut. Begitu banyak
bahan bacaan yang tersedia dewasa ini mengenai berbagai macam hal sehingga
kita bisa mendapat banyak informasi dengan membaca. Sebagai aktivitas mental,
membaca amat bermanfaat untuk merangsang perkembangan kognitif, imajinasi
dan kreativitas. Bila kita pernah membaca sebuah buku dan kemudian melihat
visualisasi dari buku tersebut (novel yang difilmkan misalnya) kita tidak akan
pernah merasakan sensasi yang sama. Membaca lebih mengembangkan imajinasi
kita karena ada hal-hal tertentu yang dapat kita imajinasikan namun punya
keterbatasan ketika divisualisasikan atau dituangkan dalam film. Itulah seni
mambaca !
Belajar membaca sudah mulai dilakukan sejak usia kanak-kanak. Belajar
membaca pada anak adalah suatu proses yang timbul karena dukungan
lingkungan. Orangtua tidak perlu memaksakan kehendak pada anak. Unsur
bermain, kesenangan dan kesiapan anak memegang peranan penting dalam
mengajar anak membaca. Ada tahapan-tahapan untuk menggiring minat ke arah
sana.
Pada dasarnya tidak ada patokan usia kapan seorang anak harus
dirangsang belajar membaca, yang penting adalah kesiapan anak. Kesiapan
tersebut muncul dari dalam diri anak sendiri. Biasanya ditandai dengan pertanyaan
atau permintaan anak ‘Ini apa?’ “Bacain dong !’ atau “Kenapa begitu ?’ Itu
menunjukkan kesiapan awal anak belajar membaca. Minat baca pada anak sangat
ditentukan oleh lingkungan. Oleh karena itulah menjadi tugas orangtua untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung. Caranya bisa dengan memperlihatkan
berbagai macam buku yang berisi gambar-gambar menarik lalu menceritakan isi
buku itu. Misalnya anak dipangku sementara orangtua bercerita mengenai isi
buku. Bisa juga dengan menyimpan buku-buku di tempat yang mudah dijangkau
anak. Pada saat membacakan cerita orangtua juga hanyut dalam bacaan
sehingga muncul rasa ingintahu pada anak apa yang menarik di balik tulisan itu
sehingga membuat orangtua asyik membaca. Rasa ingin tahu itu merangsang
anak melakukan hal yang sama.
Usia dini ideal untuk merangsang minat baca. Bahkan sejak dalam
kandungan anak sudah diajak bicara, dibacakan cerita dsb. Hal itu merupakan
rangsangan yang bermanfaat bagi emampuan komunikasi anak kelak. Menurut
Glenn Doman dalam buku Mengajar Bayi Anda Membaca, kemampuan membaca
pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh tingkat intelegensi. Semakin dini anak
membaca semakin baik ia membaca. Ketika usia 2-3 tahun kemampuan anak
menerap informasi berada pada puncaknya dan tidak akan pernah terulang lagi.
Memang tidak ada aturan khusus mana yang terlebih dulu harus diperkenalkan
kepada anak, huruf dulu atau kata per kata. Namun disarankan untuk tidak
mengajarkan abjad terlebih dahulu karena cenderung akan membuat anak lambat
membaca sebab satuan dasar bahasa adalah kata, bukan huruf. Lagipula kalau
sejak dini orangtua rajin membacakan cerita anak akan langsung mengenali
‘bunyi’ kata, bukan bunyi abjad. Itulah sebabnya orangtua perlu memperhatikan
perkembangan visual dan pendengaran anak sejak dini sehingga anak akan
mampu merasakan perbedaan dan persamaan bunyi.
Pengenalan anak pada kata sebaiknya lewat lingkungan, misalnya
meletakkn tulisan-tulisan abjad di sekitar tempat bermain, bisa berupa gambar dan
teks, misalnya di bawah gambar kucing ditulis kata ‘kucing’. Pilih sesuatu yang
dilihat anak sehari-hari. Bisa juga dengan menempelkan tulisan nama benda yang
ada di sekitar, misalnya menuliskan kata ‘pintu’ pada karton dan menempelkannya
di pintu.
Bacaan bergambar seperti komik dapat menjadi salah satu alternatif untuk
‘pintu masuk’ kesenangan membaca. Namun demikian orangtua perlu selektif
untuk memilih buku komik aman yang sesuai dengan perkembangan anak.
Orangtua sebaiknya memperkenalkan pada anak berbagai macam bacaan
sehingga komik bukan satu-satunya bacaan yang tersedia di rumah.
Begitu besar manfaat membaca. Kebiasaan ini harus ditanamkan sejak dini
dan didukung oleh lingkungan. Sambil menunggu, daripada kita tidak melakukan
apa-apa, akan lebih baik kalau ditemani bahan bacaan. Sebaiknya sisihkan waktu
secara rutin untuk membaca sehingga kita merasa ada yang kurang bila dalam
satu hari kita lalui tanpa membaca. Banyak hal baru terbentang luas di sana,
mengapa kita tidak meraihnya ?

Retno Ristiasih Utami, MSi


Dosen Fak Psikologi Universitas Semarang

Anda mungkin juga menyukai