Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MUHAMMAD ZAINUL (049822121) PRODI : SISTEM INFORMASI (MALANG)

TUGAS TUTORIAL I

Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik.

1. Jelaskan fungsi bahasa menurut M.A.K. Halliday.


2. Jelaskanlah perkembangan (peningkatan) bahasa Indonesia berdasarkan hasil
kongres VII s.d. XI dengan menggunakan peta konsep (mind mapping).
3. Bacalah artikel berikut dengan menerapkan teknik SQ3R!

Sisi Positif Parenting Budaya Jepang


Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi
putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari.
Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu
protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

1) Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat

Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak
tidur bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak
jarang kita melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti
menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah
melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya
di rumah.
Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat
sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga
beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan
kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak

Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun
anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk
disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-anak
untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun.
Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak,
apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya
sebagai mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan
diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan
siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan
cara Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara

Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan
tidak hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak
didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan
lebih bersifat demokratis.

Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri
dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak
mulai diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang
dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya
diadakan upacara hari kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang
diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun.
4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi

Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial
masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan
menghormati perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal
yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati
anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih
menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk
dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.

Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik.
Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam
mendidik anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang tua
di Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.

Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang

Dimodifikasi dari: https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-


parenting-budaya-jepang?page=all#section2

Setelah Anda membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor 2!
(langkah read)
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada nomor
3! (langkah recite)
5. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)
JAWABAN

Assalamualaikum Wr. Wb

Mohon Izin Berdiskusi,

Minat membaca sangat rendah Bukan hanya du UNY bahkan di Indonesia minat baca sangat rendah, hal
ini bisa di pengaruhi oleh beberapa hal ;

1. Lingkungan Sekitar

Lingkungan hidup di sekitar kita merupakan faktor penting dalam kehidupan, karena secara tidak
langsung lingkungan sekitarlah yang membentuk kebiasaan kita. Lingkungan keluarga misalnya,
lingkungan ini adalah yang paling dekat dengan kita. Jika lingkungan di keluarga kita saja sudah tidak
membudayakan kebiasaan membaca, atau bahkan membeli bukupun tidak diperbolehkan jika begitu
dari mana benih-benih minat membaca dapat tumbuh.

2. Generasi Serba Instan

Dari generasi baby boomers hingga generasi Z sekarang ini, kita dapat melihat perbedaan yang
mendasar dari generasi dulu hingga sekarang. Semakin lama generasi kita ini menginginkan segala
sesuatunya serba cepat atau instant dan mulai tidak menghargai proses.Padahal membaca sebuah buku
baik dari yang tipis sampai yang tebal, semuanya pasti membutuhkan proses membaca. Tiap halaman
per halaman dan bab per bab harus kita lalui dan nikmati. Namun bagian membaca inilah yang sulit
untuk dilalui dan dinikmati para generasi Z jaman sekarang ini.

3. Gadget

Kembali lagi membicarakan generasi milenial, Sekarang ini anak bayi saja sudah mengenal gadget.
Perilaku manusia dari anak bayi sampai orang dewasa jika sedang makan telah berubah karena tidak
bisa terlepas dari gadget, contohnya anak bayi yang tidak bisa makan kalau tayangan kartun
kesukaannya tidak diputar dihadapannya dengan gadget, dan sebenarnya tidak hanya anak bayi, anak
remaja dan dewasapun banyak juga yang melakukan kegiatan makan sambil main gadget sekarang ini

4. Game Online dan Sosial Media

Game online ataupun aplikasi di dalam gadget sekarang ini seperti Instagram, facebook, atau aplikasi
hiburan seperti dubsmash, musically, hingga tiktok, sekarang ini memang sedang marak di dunia maya.
Baik anak kecil sampai orang dewasa bermain game dan menggunakan aplikasi tersebut hampir disetiap
waktu luang yang mereka miliki, dan lebih parahnya banyak dari mereka menjadi kecanduan. Kalau
sudah di tahap kecanduan yang tidak baik, kedua tangan mereka setiap harinya sibuk untuk bermain,
jadi jangankan untuk menyentuh buku untuk membaca, untuk makan ataupun bersosialisasi dengan
sesamanyapun terkadang mereka hampir lupa.

5. Diri Sendiri

Selain lingkungan dan teknologi canggih yang semakin menjauhkan kebiasaan kita dari membaca. Ada
faktor lain yang sebenarnya paling kuat dan menentukan tindakan kita yaitu, niat dalam diri kita sendiri.
Diri kita sendiri adalah faktor terpenting dalam melakukan sesuatu hal. Jika di dalam diri sendiri saja kita
tidak memiliki ketertarikan dalam membaca maka jangankan membaca buku, menyentuh atau
mendengar judul buku saja mungkin rasanya sudah malas dan mengantuk.

Maka dari itu, bibit-bibit minat baca sudah seharusnya ditanamkan sedari kita kecil. Seringkali di sekolah
kita seperti dipaksa untuk membaca buku-buku text book demi mendapatkan nilai yang baik. Padahal,
kalau kita sudah menanamkan dalam diri kita bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik dan
menyenangkan, pasti kita akan lebih mudah membaca buku-buku. baik itu buku novel ataupun buku
pelajaran. Karena sesungguhnya semuanya akan kembali lagi kepada diri sendiri, apakah kita memiliki
niat untuk membaca atau tidak. Karena jika sudah tidak memiliki niat, pasti juga sudah tidak berminat.

Solusi

1.Perpustakaan Lebih Inovatif Menyediakan Bahan Bacaan

2. Membuat Platform membaca yang sangat menarik yang bisa diakses dengan mudah menggunakan
Smartphone

3. Orangtua dan dosen mengambil peran memahamkan mahasiswa/anaknya untuk giat membaca

4. Program Gemar Baca Di Lingkungan Kampus dll

5. Membentuk Forum Dan Komunitas Literasi

sumber Referensi :

1. https://www.ulastopik.com/2019/03/cara-meningkatkan-minat-baca.html

2.https://www.gramedia.com/blog/5-penyebab-kurangnya-minat-baca-di-indonesia/
2.
A. SURVEY

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih
mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya,
atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya
parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah
sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.
1. Hubungan antara orang tua yang dekat yang terjadi di Jepang ada beberapa aspek yang
menjadikan hubungan antara orang tua bisa menjadi dekat sejak dini pada negara jepang,
seperti halnya orang tua merupakan cerminan dari orang tua, Orang tua dan anak setara dan
orang tua selalu memperhatikan emosi anaknya.

JUDUL : SISI PARENTING BUDAYA JEPANG

PEMBUKA

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-
putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis
gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif
PEMBAHASAN
Hubungan antara orang tua yang dekat yang terjadi di Jepang ada beberapa aspek yang menjadikan
hubungan antara orang tua bisa menjadi dekat sejak dini pada negara jepang, seperti halnya orang tua
merupakan cerminan dari orang tua, Orang tua dan anak setara dan orang tua selalu memperhatikan
emosi anaknya.

PENUTUP

Gaya asuh mereka merupakan perpaduan antara sedikit gayapermisif dan gaya authoritative
(berwibawa). Demikian, perbedaangaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang.

B. PERTANYAAN
1. Sebutkan Jenis-jenis parenting di Negara Jepang ?
2. Sebutkan Fase-fase gaya parenting di negara Jepang ?
3. Jenis Gaya asuh apa yang diterapkan di Negara Jepang ?
C. READ
1. Jenis – jenis Parenting ada 4, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa,permisif, dan terlalu
protektif

2. FASE-FASE GAYA PARENTING DI JEPANG

Fase Petama (FASE BALITA)

Fase balita dimulai dari umur 0-5 tahun anak lebih dekat dengan ibunya dan setiap
aktifitas ibu selalu membawanya, seperti menyapu si anak digendong dan diajak untuk
aktifitas. anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga
dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga
beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak
merasakan kasih sayang orangtuanya.

Fase Kedua (FASE Anak-anak)

Pada fase remaja anak di ajarkan terkait kemandirian dan bertanggung jawab pada
dirinya, dalam fase anak-anak juga mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi
melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada fase ini
orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban anak, apa
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Fase Ketiga (FASE REMAJA)

Pada fase ini ank diajarkan tentang kemandirian oleh orang tua dengan mengurangi
batasan-batasan pada fase sebelumnya. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi
menjadi dewasa dengan biasanya. Pada usia 20 tahun keatas anak juga diajarkan
terkait perasaan dan emosi, orang tua juga mengajarkan anaknya untuk melakukan
hal yang tidak mempermalukannnya. Contoh tidak menegur anaknya atau
menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.
Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk
menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling
menghormati orang lain.
D. RECITE

Gaya Asuh anak pada Negara jepang ada beberapa macam, meliputi

1. Otoriter dimana orang tua pada Negara jepang dalam mengasuh anak Memaksakan
kehendaknya tanpa begitu memperhatikan perspektif anak.
2. Berwibawa orang tua merupakaan panutan teladan bagi anak – Anaknya.
3. Permisif orang tua tidak memberikan batasan - batasan pada Anaknya.
4. Protektif orang tua banyak memberikan batasan – batasan pada anaknya.

Fase gaya asuh pada Negara Jepang

1. Fase Balita
2. Fase Anak-anak
3. Fase Dewasa

Anda mungkin juga menyukai