Anda di halaman 1dari 9

1000 hari pertama dalam kehidupan Anak adalah

banjir rasa ingin tahu pada anak, mari tangani


dengan bijak
O V E R 2 , 0 0 0 H E-ATimothy
LTHY B Wibowo
REAKFAST RECIPES

RASA INGIN TAHU

PADA ANAK :

DATABASE OTAK

BY HILARRY MORRISON
Ebook ini di buat dalam rangka memperlengkapi pengetahuan
siapa saja yang berminat akan pendidikan karakter. Dan materi
ini merupakan sebagian kecil materi yang dipraktekan dan
diajarkan dikelas Building Professional Counselor (BPC) yang
diadakan oleh pendidikankarakter.com.

Bagi yang ingin merasakan langsung:


1. Belajar Tehnik yang Membentuk Anda menjadi Konselor
Profesional & Hebat.
2. Belajar Menangani Masalah Psikologi Anak hingga Dewasa.
3. Mengetahui Akar Masalah LUKA BATIN Anak, remaja dalam
Keluarga
4. Real Studi Kasus terkini (pelecehan, kekerasan, Bully, dll)
5. Penyebab dan Cara atasi Depresi Anak dan Dewasa
6. Pelajaran tentang Psikosomatik dan masih banyak lagi

Program pelatihan ini akan membuat anda menjadi Konselor


Profesional & Hebat, yang mampu menangani masalah
psikologis dari anak hingga orang dewasa.

Lebih dari 25 jam, kita akan belajar serta mengurai masalah


yang terjadi saat-saat ini, konfilk anak,orangtua dan guru.
Kelas ini eksklusif hanya untuk 37 peserta
Contact Person & Info: Obed/Sandy – 082301008877

Untuk mendapatkan info tentang BPC anda bi cek di website


pendidikankarakter.com dimenu BPC.

Melalui pelatihan BPC, kami memberi kesempatan bagi anda


untuk menjadi konselor di komunitas kami
pendidikankarakter.com, yang jumlahnya sudah lebih dari
700.000 anggota. Kunjungi website pendidikankarakter.com
“Ingin tahu tentang dunia di sekitar kita adalah bagian penting
dari proses belajar. Bila anak-anak berminat mengetahui
bagaimana kerjanya sesuatu dan menanyakan mengapa
sesuatu terjadi, itu berarti mereka mengembangkan kecakapan
yang diperlukannya saat sekolah nanti.” Rasa ingin tahu adalah
bagian penting proses belajar; bahkan yang terpenting.

Rasa ingin tahu akan cara kerja suatu benda atau mengapa
terjadi sesuatu akan menjadi pondasi bagi kemudahan
belajarnya di sekolah nanti. Nah, bagaimana cara menyemaikan
rasa ingin tahu di dalam pikiran anak-anak?

Sediakan cukup waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan


anak Anda, kapan pun pertanyaan itu muncul. Jangan sampai
Anda malas menjawabnya, apalagi membentaknya dengan
“Tanya-tanya terus saja. Sudah diam saja!” Bertahun-tahun
kemudian Anda akan menyesalinya karena anak Anda menjadi
orang yang tak peduli dan bahkan tidak berprestasi di sekolah.

Bila Anda tak tahu jawabannya, Anda bisa berkata, ”Wah,


pertanyaanmu bagus sekali. Tapi bapak belum tahu
jawabannya. Yuk kita cari bersama-sama ya.”

Kemudian Anda bisa memberi contoh perihal cara-cara kita


menemukan jawaban mengenai pelbagai hal, seperti:

• Mengunjungi perpustakaan, mencari buku-buku yang memuat


informasi soal itu;
• Menelpon atau bertamu ke seseorang yang mungkin tahu
jawabannya;
• Mencari jawabannya di ensiklopedia, kamus, atau Internet.
Apa yang Terjadi Kalau...
Dorong minat anak Anda pada ilmu pengetahuan dengan
membantu anak-anak membuat prediksi dan mengujinya.
Sebagai contoh:

• Pada saat anak Anda mandi, minta dia menebak mainan mana
yang akan tenggelam dan mana yang akan melayang.
Kemudian buktikan.
• Ketika tengah memasak, ajak anak Anda meramalkan apa
yang akan terjadi kalau Anda mencampur bahan-bahan
makanan, seperti: menambahkan air ke dalam tepung;
mencampurkan bumbu-bumbu dengan tepung; mengocok telur;
memasak makanan seperti telur, beras, atau pasta.

Apa Artinya?

Dorong pula anak belajar perihal simbol-simbol. Anak-anak yang


menunjukkan minat pada tulisan tercetak dan simbol-simbol,
lebih mungkin bersemangat belajar membaca kalau sudah siap.
• Sebutkan dan tunjukkan arti tanda-tanda yang kerap Anda
lewati bersama anak-anak.
• Minta anak Anda memberitahukan kapan lampu lalu lintas
berubah warna dan apa artinya. Misalnya, hijau berarti boleh
jalan dan merah artinya harus berhenti.
• Lihat bersama di buku-buku bergambar dan minta anak
menceritakannya. Kemudian bacakan kata-katanya untuk
melihat bagaimana ceritanya.
Menanamkan rasa cinta membaca dan kecakapan berpikir itu
tidak sama dengan mengajarkan kemampuan membaca.
Untuk menyemaikannya, Anda mesti memulainya sejak mereka
masih bayi, jauh sebelum mereka mampu membaca sendiri. Jika
Anda berhasil menyebarkan benih rasa ingin tahu ini, maka pada
tahap selanjutnya Anda tidak perlu banyak bekerja keras, kecuali
memastikan bahwa anak-anak mendapat akses selebar-lebarnya
pada banyak buku.

Langkah-langkah berikut ini dapat Anda lakukan agar anak-anak


Anda tumbuh besar dengan mengasumsikan bahwa buku dan
membaca adalah bagian integral dari kehidupannya.

Mulailah mendongeng kepada anak Anda sejak mereka masih


bayi. Tak peduli usianya masih beberapa minggu, tidurkan ia
dengan cara mendongeng kepadanya. Dan sejak ia berumur
enam bulan, bacakan buku cerita kepadanya; bisa berupa buku
karton dan tunjukkan beberapa gambar bercerita. Anda juga
boleh menggambar dan mengarang cerita sendiri.

Dua tiga bulan kemudian, beri mereka buku-buku karton yang


dapat dipegang dan dibukanya sendiri, tanpa banyak kerusakan.
Bacakan kepada mereka setiap malam, juga pada siang hari.
Biarkan anak-anak menunjuk gambarnya (“Di mana ya
kucingnya?”) dan biarkan pula mereka yang membuka-buka
halamannya.

Jangan mementingkan kebersihan atau kerapian bukunya


sehingga Anda malah melarang mereka saat membuka-buka
halaman karton itu.
Ketika mereka makin besar, boleh jadi anak Anda akan meminta
Anda membacakan buku yang sama berulang-ulang. Dari sudut
pandang orangtua, hal ini mungkin membosankan dan tidak ada
gunanya, tetapi bagi anak-anak itu sangat penting. Ia sedang
belajar untuk mendapatkan rasa aman.

Segala sesuatu yang rutin dan sudah diakrabinya akan memberi


rasa aman. Anda memang sudah hafal jalan ceritanya, tetapi
bagi anak-anak, setiap kali Anda mengulang cerita itu, mereka
akan terus bertanya-tanya di dalam hatinya apakah belokan dari
tiap kejadiannya akan sama; apakah akhir dari ceritanya akan
tetap sama. Mereka masih harus belajar akan hal itu.

Kesamaan jalan cerita itu membuat mereka merasa aman. Rasa


aman ini memungkinkan mereka untuk belajar banyak hal baru,
kelak.

Setelah ia merasa cukup aman dengan cerita yang diulang-


ulang, mulailah mengajarkannya beradaptasi pada hal baru dan
sekaligus mengajarkannya dasar-dasar berpikir dengan sesekali
membelokkan cerita ke arah yang berbeda dari biasanya.
Biarlah anak mengoreksinya. “Ayah, pangerannya tidak naik
dinosaurus. Pangerannya naik naga!” Atau sambil menunjuk
gambar anjing, Anda berkata, “Nah ini dia, kucingnya,” dan anak
Anda akan membetulkannya, ”Itu bukan kucing, Mama. Itu
anjing!”

Sesekali mengaranglah cerita sendiri. Susunlah cerita dari


pengalaman sehari-hari anak. Mereka akan sangat menyukai
cerita yang ada dirinya di dalam cerita itu, bersama dengan
mainan atau hewan kesukaannya
Ajukan pertanyaan-pertanyaan seputar cerita itu atau dongeng
yang Anda bacakan kepadanya. “Menurutmu, apa ya yang mesti
dilakukan Daud? Apakah ia lebih baik memberitahu si penyihir di
mana si kucing bersembunyi?” Pertanyaan-pertanyaan itu
bertujuan agar anak terlibat di dalam cerita itu dan mulai belajar
memikir sendiri.

Saat anak Anda sudah agak besar dan mampu membaca


sendiri, pastikan mereka memiliki pasokan buku yang cukup
banyak. Ini bukan berarti Anda mesti memanjakan mereka
dengan terus membeli banyak buku; cukup kebutuhan dasarnya.
Anda juga bisa meminjam buku dan mulai mengenalkannya
pada perpustakaan.

Kalau Anda mempunyai lebih dari satu anak, akan lebih hemat
jika Anda membeli beberapa buku yang akan dibaca dan dibaca
ulang. Kalau perpustakaan terlalu jauh dari tempat tinggal Anda;
Anda juga bisa membeli buku-buku bekas; atau saling pinjam-
meminjam dengan teman atau tetangga. Tetapi, dua-tiga kali
pergi ke perpustakaan tetap merupakan pengalaman yang
penting dan perlu serta menarik bagi anak-anak.

Jangan pernah memaksa anak untuk membaca buku yang tidak


disukainya. Juga jangan membacakan buku yang tidak
disukainya. Kalau mereka tetap tidak menyukainya setelah dua-
tiga bab, biarlah jika mereka menutup buku ini. Kalau Anda
memaksanya atau ngotot membacakan cerita yang tak
disukainya, maka membaca bukan lagi sebuah aktivitas yang
menyenangkan, tetapi hanya berupa tugas atau kewajiban.

Bahkan, saya sendiri yang suka membaca cukup sering tak lagi
melanjutkan membaca buku yang tidak menarik. Bukankah
Anda sendiri juga begitu?

Anda mungkin juga menyukai