Anda di halaman 1dari 7

CIRI-CIRI BUKU BACAAN BAHASA MELAYU YANG SESUAI UNTUK KANAK-KANAK DI

MALAYSIA.
Pemilihan bahan bacaan bagi kanak-kanak adalah mengikut peringkat umur mereka
Menurut Molina S. Nijhar (1979) menegaskan bahawa buku-buku yang bermutu ditulis
dengan persembahan yang menarik, fakta-fakta yang tepat dan sesuai, bahasa yang mudah
dan dalam lingkungan pemahaman peringkat umur kanak-kanak yang ditujukan.
Peringkat usia dua ke empat tahun.
Menurut Wardle (2003), peringkat praoperasi oleh Piaget bermaksud kanak-kanak
belum lagi faham tentang konsep konservasi, akan tetapi kanak-kanak telah berfikir secara
simbolik.
Mereka boleh menyatakan tentang objek, idea, perasaan dan pengalaman dengan
perkataan, bilangan dengan nombor.
Ini termasuklah buku mengenai nombor dan pengiraan, buku ABC, persamaan dan
perbezaan, dan kamus bergambar.
Selain daripada itu, buku-buku yang melibatkan penyebutan nama sesuatu objek dan
aksi sesuatu gambar akan dapat menggalakkan perkembangan bahasa mereka.
Kanak-kanak suka mendengar bunyi perkataan, dan sukakan yang berulang-ulang.
Buku untuk kanak-kanak usia ini perlulah menjurus kepada perkataan-perkataan yang
digunakan dalam kehidupan seharian dan juga mengenai diri dan dunia kanak-kanak.
Kanak-kanak pada peringkat praoperasi ini telah mula memahami gambar sebagai
cerita.
Gambar untuk peringkat usia ini perlulah terang dan jelas supaya dapat menarik minat
kanak-kanak terhadap buku tersebut

Peringkat usia lima ke tujuh tahun.


Kanak-kanak pada usia ini menggunakan intuition atau perasaan mereka dalam
membantu memahami dunia persekitaran mereka.
Walaupun kanak-kanak ini masih menyukai fantasi, realiti sebenar mula memberi makna
kepada mereka dan mula ingin tahu tentang orang lain dan hubungan antara satu sama lain.
Menurut Salleh Daud dan Izzah Abd Aziz (1979), kanak-kanak suka membaca dan
mendengar tentang kanak-kanak lain mengenai masalah mereka. Di antara buku yang sebegini
ialah Lili Lupa, Maafkan Lili dan lain-lain buku.
Menurut Brown dan Tomlinson (1999), buku bergambar masih lagi diminati oleh-kanakkanak berusia empat hingga tjuh tahun.

Mereka memilh buku bergambar sebagai buku kegemarannya, menghafal teks setelah
berulang ulang kali berhibur dengan buku tersebut.
Dalam buku bergambar, panjang cerota sepatutnya tidak melebihi 2000 perkataan bagi
memelihara daya penumpuan kanak-kanak terhadap cerita tersebut.
Menurut Cullinan (1993), kanak-kanak usia ini menggemari cerita yang mempuntai
kuasa ajaib.
Misalnya watak-watak seperti Cinderella, Bawang Putih Bawang Merah dan lain lain
watak dipercayai benar-benar wujud pada zaman dahulu.
Pada usia ini juga, perasaan ingin tahu kanak-kanak amat kuat. Mereka ingin tahu
bagaimana sesuatu terjadi lalu menggunakan buku untuk mencari jawapan. Oleh itu, buku yang
memberi maklumat seperti buku Cantiknya Rama-rama dan Anak Cicak Hilang Ekor.
Kanak-kanak pada usia ini juga berada si peringkat inisiatif lawan rasa bersalah.
Mereka mula sedar terhadap tanggungjawab mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.
Oleh itu, buku-buku yang menunjukkan kanak-kanak seperti mereka melakukan
kesalahan dan berusaha membetulkan kesilapan tersebut dan memberi pengajaran kepada
mereka.
Misalnya buku cerita Maafkan Saya Kakak dan Mari Berdamai.

Kanak-kanak berusia tujuh ke Sembilan tahun


Pada peringkat ini, kanak-kanak telah boleh membuat eksplorasi secara berdikari dan
memahami konsep abstrak dengan lebih baik dan setiap kanak-kanak berbeza dari segi
kebolehan, pencapaian dan minat.
Kanak-kanak telah boleh membuat perkaitan logik dan telah boleh menyelesaikan
masalah.
Kanak-kanak pada usia ini telah memahami cerita-cerita yang kompleks dan berasaskan
realiti kehidupan.
Mereka mula menyukai cerita yang berlaku dalam kehidupan sebenarnya dan bukubuku bersiri yang menggambarkan sekumpulan kanak-kanak sebagai pemegang watak yang
menempuh pelbagai dugaan bersama akan dapat menarik minat mereka.

Misalnya buku Amir Molar dan Keluarga, Keikhlasan dalam Beribadat dan lain-lain.

citation
Buku Bergambar Tanpa Teks.
Buku bergambar tanpa teks(perkataan) dikenali juga sebagai buku ilustrasi tanpa teks
(perkataan). Buku ilustrasi tanpa teks merupakan salah satu jenis sastera kanak-kanak yang
boleh dijadikan aktiviti literasi. Buku jenis ini boleh menggalakkan pertuturan kanak-kanak,
kreativiti dan imaginasi. Kebanyak orang dewasa tidak sedar bahawa ilustrasi merupakan asas
visual untuk mengembangkan komunikasi kanak-kanak. Menerusi aktiviti menggunakan buku
tanpa teks ini memberi peluang kanak-kanak menggunakan perkataan sendiri untuk
menyatakan cerita berdasarkan gambar atau ilustrasi. Buku ilustrasi tanpa teks ini juga dapat
menggalakkan penerokaan yang bermakna termasuk warna, aksi dan pelbagai visual.
Prof. Dr Bustam Kamri, (Ed.D.)

Buku bergambar tanpa perkataan vs. dengan perkataan

Meningkatkan pemahaman kanak'kanak.

kanak'kanak lebih aktif memberikan tumpuan kepada prosespembacaan.

Buku bergambar amat bersesuaian dalam membantuperkembangan a&al literasi kanak'kanak


terutamanya merekayang di a&al usia dan mengalami masalah membaca

Kelebihan membaca buku bergambar

Membacakan cerita bukanlah hal yang sulit. Dengan senang hati anak Anda akan duduk manis
begitu Anda bilang, Waktunya mendengarkan cerita! Namun jangan salah, membacakan cerita
bukanlah kegiatan sampinganyang hanya bisa dilakukan kalau ada waktu luang saja. Berikut ini
sekilas ulasan 12 manfaat membacakan cerita untuk anak.
1. Kemampuan Berbahasa Meningkat
Kemampuan berkomunikasi seseorang dipengaruhi oleh kemampuan berbahasanya sejak kecil.
Oleh karena itu, dengan membacakan cerita kepada anak dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasanya. Saat dibacakan cerita, anak-anak akan mendengar beragam kosakata,
istilah, struktur kalimat, ungkapan dan peribahasa. Terkadang ada beberapa kata di dalam cerita
yang belum dikenal anak. Saat itulah orang tua bisa menjelaskan arti dan penggunaan kata-kata
baru tersebut pada anak. Pengenalan terhadap beragam elemen bahasa inilah yang akan
meningkatkan kemampuan berbahasanya.
2. Kemampuan Mendengar Meningkat
Sebuah penelitian di London, menemukan bahwa dua dari tiga anak berusia dini menginginkan
waktu yang lebih banyak untuk mendengar dongeng sebelum tidur. Penelitian tersebut juga
memperlihatkan lebih dari 75 % anak ingin orang tua mereka yang membacakannya. Saat
dibacakan cerita yang menarik, perhatian anak-anak akan tersedot pada cerita itu. Dengan
mendengarkan, anak belajar bagaimana sebuah kata diucapkan. Ketika mendengar menjadi
sebuah kebiasaan, maka dengan sendirinya anak juga belajar berkonsentrasi dan melatih
kemampuan logikanya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Virginia Walter PhD, seorang profesor bidang studi
pendidikan dan studi informasi di University of California, Los Angeles, Amerika Serikat,
Pertama kali anak-anak diceritakan isi buku, mungkin mereka tidak menangkap segalanya.
Tetapi, saat mereka mendengarnya lagi dan lagi, mereka mulai memperhatikan pola dan urutan
cerita. Jika anak Anda memberikan komentar, pertanyaan atau keesokan harinya anak ingin
membahas, itu tandanya anak Anda mendengarkan cerita dengan baik.
3. Kemampuan Berkomunikasi Verbal Meningkat
Topik yang menarik pada cerita dapat memancing anak untuk membahasnya. Dialog yang terjadi
antara anak dan orang tua saat membacakan cerita merupakan pengalaman anak dalam
berkomunikasi verbal. Dari pengalamannya, ia akan belajar bagaimana bertanya, menanggapi,
dan mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu, saat membacakan cerita, Anda perlu
mengusahakan agar terjadi komunikasi dua arah. Jangan biarkan anak Anda pasif mendengarkan
saja sepanjang Anda membacakan cerita. Selingi dengan pertanyaan-pertanyaan ringan yang

berhubungan dengan alur cerita atau menggantung kalimat untuk sekedar memancing komentar
anak.
4. Kemampuan Konseptual Meningkat
Dongeng dapat memperkenalkan anak pada konsep-konsep baru. Bahkan melalui dongeng,
konsep abstrak seperti hormat, sayang dan tolong-menolong dapat dimengerti oleh anak.
Kemampuan konseptual anak kemudian akan berpengaruh pada kemampuan anak dalam
menyikapi konsep-konsep yang ditemuinya dalam kehidupan nyata. Sebaiknya, Anda memilih
buku-buku cerita yang sesuai dengan usia anak sehingga konsep-konsep yang diajarkan dalam
buku tersebut sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak Anda. Perlu diingat bahwa anak
yang cerdas bukanlah anak yang mengerti segalanya. Anak yang cerdas adalah anak yang
mendapat stimulasi tepat sesuai dengan usianya.
5. Kemampuan Memecahkan Masalah Meningkat
Selain dari pengalaman langsung, anak-anak juga dapat belajar dari cerita. Semakin banyak
cerita yang didengarnya, semakin banyak pengetahuan anak. Cerita yang dituturkan membuat
anak belajar berbagai kejadian, memahami karakter tokoh, mengerti sebab akibat. Hal ini dapat
memperluas pengetahuan dan mempertajam logika anak. Dengan pengetahuan yang luas dan
kemampuan logika yang baik, anak dapat mengatasi masalahnya sendiri sesuai dengan usianya.
6. Daya Imajinasi dan Kreativitas Bertambah
Cerita anak memiliki ruang imajinasi yang lebih luas daripada cerita untuk usia remaja dan
dewasa. Berbagai adegan terasa menegangkan, berbagai karakter dapat saja muncul, berbagai
keajaiban pun bisa datang. Saat cerita dibacakan, imajinasi anak akan berjalan sesuai dengan
jalan cerita. Imajinasiimajinasi dalam cerita inilah yang dapat memancing imajinasi anak.
Imajiansi anak dapat menumbuhkan jiwa petualang, mendorong anak untuk memandang dunia
sebagai tempat yang mengasyikan. Pengembangan daya imajinasi ini penting sebagai dasar
pengembangan kreativitas anak.
7. Kecerdasan Emosi (EQ) Meningkat
Daniel Goleman, seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian mengenai kecerdasan
emosi menyatakan bahwa 80% keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh kecerdasan
emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak.
Karakter di dalam cerita anak dapat membawakan beragam emosi sesuai dengan jalan ceritanya.
Melalui karakter dalam cerita anak dapat mengetahui apa yang dimaksud sedih, gembira, marah,
takut, bingung, dan lain-lain. Bukan hanya dari penampakan visual yang menggambarkan emosi
tersebut tapi juga penyebab mengapa orang merasakan, mengendalikan, mengekspresikan dan
mengenali emosi tertentu.
8. Nilai Moral Bertambah

Buku cerita yang baik bermuatan nilai moral. Bahkan ajaran moral menjadi inti dari cerita yang
disampaikan. Biasanya buku cerita anak menyisipkan nilai moral seperti penghargaan terhadap
teman, penghormatan kepada orang tua, menolong sesama, etika bermasyarakat dan lain-lain.
Tentu saja, nilai-nilai moral tersebut disampaikan sesuai dengan tahapan perkembangan dan
pemahaman anak. Melalui cerita, orang tua dibantu untuk mengajarkan pesan-pesan moral
dengan cara yang menyenangkan, tidak memaksa atau mengintimidasi. Dari beberapa cerita
yang pesan moralnya tidak diungkap secara gamblang, orang tua dapat membantu anak
menemukan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Orang tua juga dapat menyelipkan
beberapa pesan moral lain yang relevan dengan jalan cerita.
9. Wawasan Bertambah
Kelebihan buku cerita disbanding buku kategori lainnya, meskipun sama-sama memiliki muatan
informasi yang berharga, buku cerita mampu menyampaikan informasi tersebut dengan cara
yang menyenangkan, yaitu melalui cerita. Ketika sebuah informasi disampaikan dengan cara
yang menyenangkan, maka informasi tersebut dapat diserap dengan lebih efektif. Dari buku
cerita, anak bisa menyerap berbagai informasi. Anak-anak dapat mengetahui apa yang ada di
angkasa, beragam perbedaan kebudayaan, mengenai makhluk-makhluk yang ada di bumi, dan
lain-lain dengan penyampaian yang lebih mudah dipahami.
10. Pengetahuan Ragam Budaya Bertambah
Anak mungkin saja bingung mendengar temannya yang berbicara dalam bahasa yang berbeda, ia
juga mungkin takjub dengan tarian tradisional yang dilihatnya di televisi, bahkan anak juga bisa
salah mengartikan perilaku orang lain karena budaya yang berbeda. Pentingnya pengenalan
kebudayaan (terutama dalam konteks Indonesia sebagai negara majemuk) sebaiknya dilakukan
sejak dini. Buku cerita adalah media yang tepat bagi anak. Melalui buku cerita, anak-anak dapat
memahami beragam jenis kebudayaandengan cara yang menyenangkan. Semakin banyak ia
membaca buku dari beragam budaya, maka semakin banyak budaya yang dikenalnya.
Pengetahuan budaya yang memadai dapat menjadi bekal anak dalam interaksi sosialnya.
11 Mendapatkan Relaksasi Jiwa dan Raga
Saat sebelum tidur adalah waktu yang tepat untuk membacakan dongeng. Dongeng dan
kenyamanan merupakan kombinasi yang mampu membuat anak mendapatkan relaksasi jiwa dan
raga. Selain itu, anak-anak juga telah dapat mengenali suara orangtuanya sejak dalam
kandungan. Maka, kapanpun anak mendengarkan suara orang tuanya, ia akan merasa lebih
nyaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang dibacakan dongeng sebelum tidur dapat
tidur lebih nyenyak. Kualitas tidur yang baik, termasuk pada anak-anak akan mempengaruhi
kesiapan mental dan kesegaran fisik pada esok paginya ketika bangun.
12 Keakraban Emosi Antara Orang Tua dan Anak Meningkat
Keakraban emosi antara orang tua dan anak dapat meningkat dengan membacakan cerita. Saat
membacakan cerita, orang tua cenderung berada di samping anak, mengadakan kontak fisik
seperti memeluk atau membelai kepala anak. Kontak fisik yang terjadi membuat anak merasa

nyaman dan akrab dengan orang tuanya. Saat membacakan cerita terjadi interaksi, transfer nilai,
pemahaman dan kesepakatan bersama yang membuat anak merasa dekat secara emosional
dengan orangtuanya. Untuk memberikan 12 manfaat membaca cerita di atas, Anda hanya perlu
meluangkan waktu limabelas menit sebelum tidur. Selain itu, Anda juga perlu memilih buku
cerita yang baik untuk anak Anda.

Anda mungkin juga menyukai