Anda di halaman 1dari 5

PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA ANAK USIA DINI

(RA DARUL ISTIQAMAH CILALLANG)

DOSEN PENGAMPUH

NURDIN, M, Pd

DISUSUN OLEH:

NURHALIZAH

191220005

UNIVESITAS MUHAMMADIYAH PALOPO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN GURU DAN PENIDIKAN ANAK USIA DINI TAHUN


AJARAN 2021/2022
Permasalahan yang terjadi pada anak usia dini
Dari hasil pengamatan saya di Ra Darul Istiqamah Cilallang, saya dapat
mengamati anak yang memiliki perkembangan yang belum “berkembang” yaitu
perkembangan nilai agama dan moral, dimana anak didik ini bernama zarah
berusia 6 tahun, Zarah tidak ingin berbagi kepada teman sebayanya, ketika
temannya ingin meminjam alat tulis, penghapus, penggaris, dan peraut dia tidak
mau bagikan walaupun sebentar begitupun dengan makanan tidak ingin mau
berbagi, diperkembangan ini anak didik sangat butuh diperhatikan terutama
perhatian kepada orangtua.
SOLUSI PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA ANAK USIA DINI
Umar menegaskan bahwa menjaga agama, keimanan, dan akhlak seorang
anak merupakan persoalan yang mendasar, yang harus diperhatikan secara utuh
oleh setiap orang tua. Sebab dari pribadi yang baik akan terbentuk suatu keluarga
yang baik, dan keluaga yang baik akan membentuk suatu masyarakat yang baik,
dan dari masyarakat yang baik akan terbentuk suatu bangsa dan negara yang baik.
Begitu besarnya peran orang tua terhadap akhlak dan kepribadian anak-anaknya.
Hal ini di tegaskan dalam firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim yang
artinya:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan (Q.S AtTahrim ayat 6).
Baranjak dari firman diatas, bahwa peran orang tua untuk mendidik anak
dan memberikan pendidikan akhlak sejak dini sangatlah penting. Seorang anak
harus diajarkan bagaimana bertingkah laku yang baik atau ditunjukkan tingkah
laku mana yang salah atau yang kurang baik sesuai dengan apa yang menjadi
norma-norma yang berlaku. Menurut Darmadi, moral yang merupakan salah satu
kemampuan yang harus dikembangkan dalam potensi anak adalah ajaran baik
buruknya perbuatan dan kelakuan
Moralitas pada anak haruslah mulai dibentuk sejak berusia 0-6 tahun.
Anak tidak lagi terus-menerus diterangkan mengapa perbuatan ini salah atau
benar, tetapi anak ditunjukkan bagaimana harus bertingkah laku dan jika tidak
dilakukan maka ia akan dihukum. Anak memperlihatkan sesuatu perbuatan yang
baik tanpa mengetahui mengapa anak harus berbuat demikian. Anak melakukan
hal ini untuk menghindari hukuman yang mungkin akan dialami dari lingkungan
sisial atau untuk memperoleh pujian. Pada umur 5-6 tahun anak sudah harus patuh
terhadap tuntutan atau aturan orang tua dan lingkungan sisoalnya. Penanaman
konsepkonsep moralitas pada anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan oleh
karena sifat-sifat pembangkangan terhadap perintah dan sifat-sifat egoisme.

2
Pengertian Pembiasaan Berbagi
Secara etimologi pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia, “biasa” berarti 1) lazim atau umum, 2) seperti sedia kala,
3) sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan seharihari.
sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang
menjadi terbiasa Dalam kaitannya dengan metode pengajaran, dapat dikatakan
bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak didik berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran islam.
Maka, semakin kecil umur anak, hendaknya semakin banyak latihan dan
pembiasaan agama dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur anak,
maka hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang
agama itu diberikan sesuai dengan tingkat perkembangnnya.
seperti John Locke yang terkenal dengan teori “Tabularasa”nya yang
menyampaikan bahwa manusia lahir itu seperti kertas putih yang masih bersih
sehingga tergantung dari orang tuanya akan menulis apa. Menurutnya segala
sesuatu yang ada dalam pikirannya berasal dari pengalaman inderawi. Artinya
dengan pengalaman panca indera akan mengisi jiwa dengan kesankesan yang
dengan jalan sintesis, analisis, dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan.
Pendidikan menurut John Locke bersifat utilities, yang didasarkan atas dasar
kegunaan. Beliau beranggapan bahwa proses pendidikanlah yang memberi banyak
hal kepada anak.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembiasaan Berbagi
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara kebiasaan yang baik dapat
dilakukan dengan cara:
a) Melatih hingga benar-benar paham dan bisa melakukan tanpa kesulitan.
b) Mengingatkan anak yang lupa melakukan.
c) Apresiasi pada masing-masing anak secara pribadi
d) Hindarkan mencela pada anak
Cara mengajarkan anak untuk berbagi
1. Mengajarkan anak untuk berbagi di usia yang tepat
Anak-anak biasanya belum mengembangkan rasa empati dengan baik ketika
usianya di bawah enam tahun. Mengajarkan anak untuk berbagi tidak boleh
dilakukan tanpa mempertimbangkan usia tersebut Usia yang paling baik untuk
mengajari anak berbagi yakni sekitar 3-4 tahun ketika anak-anak mulai bermain
dan bekerja sama dengan teman sebayanya. Jangan kaget bila di masa awal
mengajarkan anak untuk berbagi ternyata ia tampak sangat mengutamakan
keinginan dan kebutuhannya. Bahkan, si kecil bisa saja marah bila keinginannya,
misalnya untuk bermain mainan, terhalang karena ia harus berbagi dengan
temannya.

3
2. Jelaskan arti berbagi

Sebelum Anda mengajarkan anak untuk berbagi, alangkah baik jika dimulai
lebih dulu dengan memberinya pemahaman yang sederhana. Misalnya, memberi
tahu bahwa berbagi tidak selalu memberikan apa yang si kecil miliki. Akan tetapi,
berbagi juga memiliki arti sebagai meminjamkan suatu benda

3. Jangan memaksa

Mengajarkan anak berbagi memang penting untuk kehidupan anak, tapi Anda
tidak boleh memaksanya. Anda tetap harus menghargai kemauan si kecil,
terutama bila ia cukup selektif. Ambil contohnya, anak hanya mau meminjamkan
bolanya namun tidak ingin meminjamkan bonekanya. Jika memang seperti itu,
jangan paksa si kecil untuk meminjamkan bonekanya. Pada tahap awal, Anda dan
anak mungkin perlu menyortir barang mana yang boleh dipinjamkan atau tidak.

4. Jadilah contoh

Mengajarkan anak untuk berbagi akan lebih efektif jika Anda juga berperilaku
demikian. Supaya bisa menjadi contoh, Anda mungkin perlu melakukan beberapa
hal ini: Coba utarakan niat Anda supaya si kecil paham, “Pisang ini keliatannya
enak, boleh Ayah/Ibu minta sedikit?” Dari percakapan kecil seperti ini, Anda
mengajarkan bahwa berbagi itu bisa membuat orang lain senang

5. Bila anak tidak mau berbagi, tanyakan alasannya

Anda bisa menanyakan alasan anak ketika ia enggan berbagi dengan


temannya. Ambil contohnya saat anak bertengkar dengan temannya karena
memperebutkan mainan lego, sebaiknya lerai sebelum kondisinya semakin rumit.
Setelah keduanya sudah cukup tenang, diskusikan situasinya dengan anak dan
temannya sebijak dan setenang mungkin.

6. Tunjukkan jika berbagi itu menyenangkan

Siapa pun terutama anak-anak sangat menyukai berbagai hal yang


menyenangkan. Supaya anak menganggap bahwa hal itu menyenangkan, Anda
perlu menerapkan permainan ketika mengajarkan anak untuk berbagi. Ini akan
lebih seru jika teman-teman si kecil ikut terlibat. Salah satu permainan yang bisa
melatih anak untuk berbagi adalah menggambar dan mewarnai bersama. Caranya,
sediakan satu buku gambar besar, pensil warna atau alat menggambar lainnya.
Minta anak dan temannya untuk menggambar di buku yang sama dan saling
bertukar alat gambar.

4
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/268759-upaya-meningkatkan-moral-
pada-anak-melal-8e26630a.pdf
https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/perkembangan-
anak/mengajarkan-anak-untuk-berbagi/

Anda mungkin juga menyukai