Anda di halaman 1dari 2

Tips Sehat Parenting Kuat

Hari Imam Wahyudi., S.Psi., Psikolog

Ni Luh Made Ida Hening Sinarsih

Pekan lalu kita sudah membahas dalam artikel sebelumnya tentang gaya parenting yang
umum diterapkan orangtua kepada anak. Pada artikel sebelumnya ada empat gaya parenting yang
disinggung yaitu gaya otoritatif yang suportif, gaya otoritarian yang ketat terhadap aturan, gaya
permisif yang memanjakan, serta gaya pengabaian yang acuh tak acuh pada kebutuhan anak.
Keempat gaya parenting tersebut memiliki ciri-ciri khasnya masing-masing yang bisa memudahkan
Ayah dan Ibu sekalian untuk mengenalinya. Artikel gaya parenting dapat dilihat lagi pada tautan ini
https://psikologrenon.wordpress.com/2023/07/10/parenting-good-treatment-for-better-
generation/

Ayah dan Ibu sekalian, Ketika menjadi orangtua tidak jarang muncul perasaan bingung
bagaimana melakukan parenting terbaik untuk mendukung tumbuh kembang anak. Banyak
informasi yang dapat diakses seperti buku parenting popular, seminar dan talkshow, bahkan dari
media sosial, namun tidak jarang orangtua merasa kewalahan dengan informasi yang diperoleh.
Pada artikel ini kita akan membahas dengan mudah tentang tips praktis melakukan parenting
seputar perilaku yang perlu diperkuat dan perlu dihindari Ayah dan Ibu lakukan.

Hal pertama yang menjadi perhatian Ayah dan Ibu dalam pengasuhan adalah menjaga lisan.
Ayah dan Ibu perlu mengelola emosi sedemikian rupa untuk menghindari mengeluarkan kata kasar
kepada anak. Kata kasar seperti umpatan kotor, atau makian kepada anak akan berdampak buruk
bagi perkembangan anak, baik itu secara mental maupun perilakunya. Selain umpatan dan makian,
lisan buruk yang juga wajib dihindari adalah pemberian label pada anak, misalnya melabel anak
sebagai “anak nakal” atau “anak bodoh”. Kata-kata ini dapat menjadi penguat bagi anak untuk
benar-benar menjadi seperti apa yang Ayah Ibu katakan. Anak menjadi menghayati bahwa benar
dirinya buruk, yang kemudian akan mengarahkan perilaku anak mendekati dengan label tersebut.

Berikutnya masih berkaitan dengan lisan Ayah Ibu kepada anak yaitu soal kata ancaman dan
nada tinggi kepada anak. Ancaman dan terlebih lagi diiringi dengan nada tinggi membentak
membentuk anak menjadi penakut. Anak menjadi takut mengekspresikan dirinya, sulit bergaul
maupun percaya pada orang lain, kepercayaan diri anak juga menjadi terhambat. Ayah Ibu tentu
tidak ingin membuat anak menjadi takut bukan? Oleh karena itu, bicara kepada anak dengan lembut
dan tegas, alih-alih membentak anak atau berteriak kepada anak.

Penting pula Ayah Ibu ingat Ketika memiliki malah pribadi agar tidak menyatakan konflik di
hadapan anak. Anak belum memiliki kemampuan kognitif sematang orang dewasa dalam mengkaji
permasalahan, oleh karena itu kondisi konflik antar Ayah dan Ibu yang ditunjukkan terang-terangan
di hadapan anak akan menjadi suatu hal yang membingungkan bagi anak untuk dicerna. Wajar bila
Ayah dan Ibu memiliki persoalan, namun sebaiknya diupayakan untuk diselesaikan di ruang privat
Ayah dan Ibu tanpa terlihat oleh anak. Anak yang terpapar pertengkaran orangtua yang dikasihinya
rentan menjadi trauma dan kebingungan dengan apa yang terjadi. Anak bisa menjadi salah kaprah
terhadap masalah dan menjadi membenci orangtua.
Orangtua yang menyayangi anak tidak selalu harus dengan memanjakan dan selalu
mengabulkan permintaan anak. Ada kalanya Ayah Ibu perlu menunjukkan ketegasan salah satunya
dengan menegakkan aturan yang disepakati Bersama. Anak perlu memiliki kewajiban sesuai dengan
kemampuan usianya, dengan aturan, dan arahan dari Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu tidak perlu
khawatir bahwa anak tidak bisa. Anak akan selalu menemukan cara untuk bisa melakukan sesuatu
yang baru dengan pendampingan dan pengarahan terbaik yang Ayah Ibu berikan. Berikan anak
keleluasaan untuk mencoba menerapkan aturan yang sudah disepakati Bersama. Hal ini baik untuk
membentuk karakter bertanggung jawab dan melatih disiplin anak.

Terakhir, Ayah Ibu hindarilah berperilaku acuh tak acuh kepada anak. Ayah Ibu tentu
memiliki kesibukan masing-masing yang menjadi prioritas hari demi hari, namun tumbuh kembang
anak tidak akan bisa terulang Kembali jika Ayah Ibu melewatkannya. Ayah Ibu sekalian, pengasuhan
kepada anak bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan saja,
melainkan juga Ayah Ibu perlu memenuhi kebutuhan psikologis anak, seperti kebutuhan akan kasih
sayang, menikmati waktu berkualitas bersama-sama, anak mendapat perhatian yang cukup, dan
mendapat perlindungan dan rasa aman secara mental.

Itulah beberapa tips sehat yang Ayah Ibu perlu terapkan untuk mewujudkan parenting kuat.
Ingat, Ayah Ibu mrupakan dua orang pertama yang ada di kehidupan anak sebelum mereka
mengenal orang-orang lainnya, jadi Ayah dan Ibu merupakan figur paling penting dan berkesan bagi
perkembangan anak. Oleh karena itu, Ayah Ibu perlu mewujudkan parenting sehat dan kuat untuk
membentuk karakter berkualitas pada diri anak sejak dini.

Referensi bacaan:

Brooks, J. (2001). The process of parenting. Yogyakarta: Pustaka belajar.


Singgih, D.G. (1992). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Kadir, A. (2020). Pola asuh orang tua (factor eksternal terhadap prestasi belajar siswa). Jurnal
Alasma: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah, 2(2),153-160.
Senowarsito, S., Nugrahani, D., & Chandra, A. (2012). Parenting untuk anak usia dini. E-dimas: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2). 52-57.

Dipublikasikan pada 20 Juli 2023 melalui tautan


https://psikologrenon.wordpress.com/2023/07/20/tips-sehat-parenting-kuat/

Anda mungkin juga menyukai