Anda di halaman 1dari 65

Mendidik Anak Laki-Laki

Elly Risman, Psikolog Anak


Bendri Jaisyurrahman, Pegiat Parenting
Febria Indra Hastati, Psikolog
Irwan Rinaldi, Pegiat Parenting
Harry Santosa, Pegiat Parenting
dan lain-lain

Kumpulan Tulisan
dari berbagai sumber
Tantangan Mendidik Anak Laki-Laki Zaman
Now
Febria Indra Hastati, Psikolog

Nantinya anak laki-laki akan menjadi kepala


keluarga, akan menjadi pemimpin di masyarakat,
meskipun perempuan juga bisa tapi biasanya
anak laki-lakilah yang akan jadi kepala keluarga.

Pertama, jika kita ingin mendidik anak laki-laki,


kita ajarkan dia untuk bertanggung jawab, untuk
bisa bersikap jujur. Nah bagaimana caranya?
Tentunya kita sebagai orang tua harus
meneladaninya. Kemudian, yang kedua , kita
harus memberikan contoh sosok yang maskulin.
Hal ini karena itulah letak pengasuhan seorang
pria,kalau pria itu bisa menjalankan peran
sebagai ayah secara proporsional maka anak itu
akan punya role model yang maskulin

2
Jika orang tua nggak bertanggungjawab, pergi
atau melakukan kekerasan kepada anak, maka
anak ini nantinya tidak akan melakukan sebuah
afiliasi peran atau memberi contoh peran
sebagai ayah, akhirnya dia akan menjadi kurang
maskulin misalnya. Atau misalnya apa yang
dinasihatkan nggak sesuai dengan yang
dilakukan oleh orang tua. Sehingga anak bisa saja
menilai 'ini kok ada kesan munafik ya? Mengapa
saya dengar?' Akhirnya ia menjadi sosok yang
nggak jujur dan bertanggungjawab

Ada peran-peran lain seperti leadership,


misalnya dalam Islam diajak untuk menjadi imam
salat, lalu bisa juga diajak unutk membantu
mengasuh adiknya tapi lebih yang menjaga
adiknya supaya nggak digangguin orang.
Kemudian diajak membantu yang membutuhkan
kekuatan fisik

Jadi di sini memang orang tua memiliki peran


yang cukup krusial. Orang tua yang
membebaskan dan nggak proporsional dalam
pola asuh anaknya antara laki-laki dan
perempuan bisa membingungkan anak dalam
menentukan panutannya.

3
Mendidik Anak Lelaki Agar Tidak Kasar
Dengan Perempuan
Elly Risman, Psikolog Anak

1. Memberikan contoh yang baik melalui


bagaimana papa memperlakukan mama
anak usia dini mudah sekali menyerap informasi
dan menjadikan yang dilihat, dirasa, dan ia
dengar dari orang terdekat sebagai suatu
kebenaran. Ketika anak melihat papah
memperlakukan mamah. dengan hormat, begitu
pula pria dewasa di sekitarnya berlaku sopan
kepada wanita, maka anak akan mencontoh
perilaku tersebut dan secara tak langsung akan
membangun karakternya sendiri.

3. Lakukanlah percakapan antara mama dengan


anak laki-laki tentang bagaimana cara
seharusnya memperlakukan anak perempuan.
perempuan memiliki perasaan yang lebih halus
dan semestinya anak laki-laki memperlakukan
teman perempuannya lebih hati-hati bila
dibandingkan dengan teman laki-lakinya.

4
3. Jangan bertengkar di hadapan anak.

Apabila papah memang sedang dalam keadaan


'tidak akur' dengan mamah, usahakan tidak
cekcok di depan anak. Apalagi papah sampai
mengumpat atau keluar kata-kata kasar kepada
mamah hingga memukul. Karena hal tersebut
bisa terekam dalam ingatan anak. Bahkan, bukan
tak mungkin anak akan menganggap normal cara
pria berlaku kasar kepada wanita.

4. Sebisa mungkin usahakan untuk menjauhkan


anak dari tontonan yang bersifat kekerasan,
apalagi kekerasan seorang pria terhadap wanita.
Walau pada akhirnya anak tidak sengaja melihat
tontonan tersebut, maka orangtua berkewajiban
untuk mengarahkan anak bahwa yang dilihat dan
didengarnya bukan sesuatu yang baik untuk
dilakukan.

5
5. Memberikan anak pemahaman tentang
gender.

Berikan pemahaman bahwa anak laki-laki dan


anak perempuan itu berbeda baik dari segi fisik
maupun emosi. Adanya perbedaan fisik dan
emosi tersebut bukan untuk memperlakukannya
dengan tidak hormat. Justru perbedaan fisik dan
emosi dengan anak perempuan membuat anak
laki-laki harus memperlakukannya lebih hormat,
sama seperti kepada mamah dan saudara
perempuannya.

6. Memberikan pemahaman kepada anak laki-


laki tentang bagaimana bersikap kepada anak
perempuan yaitu dimulai saat usia 5 tahun.
Idealnya sejak usia 5 tahun dan terus-menerus
dilakukan, supaya anak laki-laki mendapat
pemahaman yang benar mengenai cara
memperlakukan anak perempuan.

6
Mendidik Anak Laki-Laki Bertanggungjawab
Elly Risman, Psikolog Anak

Mengapa sangat penting mendidik anak laki-laki


agar tumbuh menjadi pria yang bertanggung
jawab?

Salah satu alasannya adalah karena anak laki-laki


kelak akan menjadi kepala keluarga.

1. Bantu anak mengelola emosinya

stereotip yang beredar tentang pria adalah sosok


yang tegar, terkendali serta tidak pernah
memperlihatkan perasaan.

Sehingga kebanyakan orang tua lebih sering


bertanya kepada anak perempuan,tentang apa
yang dirasakan dibanding kepada anak laki-laki.

7
Hasilnya anak laki-laki akan cenderung malu
memperlihatkan emosinya.

Ia pun akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak


bisa berkomunikasi dengan baik, sehingga sulit
menjalin relasi dengan orang lain.

Yang perlu orang tua lakukan : Ajarkan anak laki-


laki untuk mengekspresikan perasaannya dengan
baik dan tepat serta berikan dukungan saat anak
melakukannya.

Ajak anak untuk mencari solusi dalam


menyelesaikan masalahnya, sehingga bisa
membuat perasaannya lebih baik.

2. Ajarkan empati

Memiliki empati yang besar membuat anak laki-


laki dapat memahami orang lain dengan lebih
baik, sehingga pada akhirnya mereka akan
menjadi teman, suami dan ayah yang baik di
masa depan.

8
Yang perlu orang tua lakukan : Ajarkan anak
untuk merasakan empati dengan mendorongnya
untuk menempatkan dirinya dalam posisi orang
lain.

Misalkan ketika ada temannya terkena musibah,


orang tua bisa berkata kepadanya : Bayangkan
kalau kamu yang terkena musibah itu, apa yang
kamu rasakan ?

Kuatkan keyakinan akan kemampuan yang


dimiliki anak. Seorang pria yang yakin akan
kemampuan dan kualitas dirinya, bukan berarti
dia akan menjadi sombong.

Namun itu menunjukkan ia merasa percaya diri


dan berharga dimata orang lain.

Yang perlu orang tua lakukan : Jangan berikan


pujian palsu atau melebih-lebihkan, tidak sesuai
dengan pencapaian yang ia raih.

9
3.Tanamkan rasa hormat kepada orang lain

Seorang anak laki-laki yang tumbuh dengan


didampingi oleh seorang tua yang tegas,
mematuhi aturan, dan berinteraksi dengan cara
yang baik, akan belajar bagaimana
memperlakukan orang lain dengan hormat.

Yang perlu orang tua lakukan : Terapkan aturan


di rumah mengenai cara bicara atau berperilaku
yang baik dan terapkan juga konsekuensinya
dengan tegas.

Hindari memanjakan anak berlebihan dan tidak


tega menegur anak bila berperilaku kurang
sopan.

Karena hal ini akan membuat anak meremehkan


aturan yang telah ditetapkan.

4. Perlihatkan rasa sayang dari orang tua

Saat anak masih kecil, mungkin anak laki-laki


masih senang jika dipeluk dan dicium.

10
Tapi saat beranjak besar ia mungkin tidak senang
diperlakukan seperti itu lagi.

Cobalah cari cara kreatif lainnya untuk


mengungkapkan rasa sayang orang tua kepada
anak.

Yang perlu orang tua lakukan : Bila anak mulai


merasa malu ketika orang tua mencium dan
memeluk nya di depan teman-teman,

Cobalah ganti dengan membelai kepalanya


sebelum anak tidur atau beri pelukan sejenak
saat anak kecewa.

Menanam benih kebaikan kepada anak memang


perlu diupayakan oleh orang tua sejak dini, agar
sang anak bisa tumbuh dengan karakter
positifnya yang bisa terus dia bawa sampai
dewasa kelak

11
Sehari Bersama Ayah
Irawati Istadi, Pegiat Parenting

Ketika ditanya berapa kali kah dalam setahun


para Ayah meluangkan waktunya barang sehari
bersama anak-anaknya? Beragam jawabannya.
Ada yang satu-dua hari dalam sebulan. Ada
beberapa kali dalam setahun. Ada yang hanya
sesekali sepanjang hidupnya ketika istrinya
sedang melahirkan saja. Dan ada pula yang
sangat sering sehingga tiada hari tanpa bicara
dengan anak-anaknya

Tak Banyak Bicara, Tapi Menarik

Beragam tipe kepribadian Ayah, ada yg pasif,


kurang bisa berkomunikasi. Lebih banyak diam,
hanya menjawab sekedarnya. Solusi praktis
untuk type ayah pasif adalah memperpanjang
waktu kebersamaan bersama anak-anak. Pilih
kegiatan seperti memotong rumput di kebun
bersama-sama, membuat kandang ayam, dll, dan
bisa dilakukan sekali dalam sebulan. Upayakan
kegiatan bervariasi sehingga kesannya tertanam
kuat dalam memori anak

12
Sepuluh Menit Cukup

Bagi ayah yang jadwalnya padat, akan lebih


efektif bila mau menyisihkan waktu barang 10
menit hingga 15 menit dalam sehari untuk
berkomunikasi secara efektif dengan anak.
Mengajak anak balita jalan2 di pagi hari, lomba
lari keliling taman, dsb, dengan penuh canda.
Atau bisa juga membacakan buku sebelum tidur.
Jika tidak ada kesempatan setiap hari, sabtu -
ahad bisa juga dimanfaatkan sebaik mungkin.
Tentu dengan bobot kualitas pertemuan yg lebih
dibanding yg rutin harian tadi

Yang Dibutuhkan Anak dari Ayahnya

Figur Ayah, itulah hal utama yg paling dibutuhkan


anak thd keberadaan ayahnya. Konsep mereka
ttg sosok ayah, perannya dalam keluarga,
interaksi sosialnya kepada Ibu dan kepada anak-
anaknya akan terbentuk melalui figur laki-laki
dewasa yang dekat dengan kehidupan anak.
Terlebih bagi anak laki-laki, dirinya harus dapat
contoh terbaik dari figur ayah karena kelak
secara sadar atau tidak akan meneladani
karakter sang figur dlm menjalin kehidupan
bersama istri dan anak-anaknya

13
Yang Tak Diperoleh dari Ibu

Akan lebih efektif jika seorang Ayah mampu


memberikan kepada anak2nya apa yg belum
diberikan Ibu pada mereka. Maksudnya,
melengkapi kekurangan Ibu. Permainan fisik
panjat memanjat pohon, misalnya. Atau lomba
lari, sepakbola, dsb.

Ayah juga bisa melibatkan diri utk turut


membimbing belajar anak meski hanya sekali
dlm sepekan, misalnya pelajaran bahasa arab /
bahasa Inggris yg mungkin Ibu tdk seberapa
menguasainya. Dengan cara ini akan terjalin
kerjasama yg baik antara Ayah & Ibu

Sabar, Ayah

Bekal yang harus dibawa jika Ayah berniat


menyertai anak seharian adalah kesabaran.
Untuk yang satu ini, lebih baik menyediakannya
dengan sebanyak mungkin. Sebuah resep bagus
untuk bersabar adalah kemauan ayah untuk
masuk ke dalam dunia anak-anak secara
totalitas.

14
Tinggalkan semua beban pikiran pekerjaan atau
kumpulkan tugas kantor yang harus diselesaikan
esok hari. Niatkan untuk meluangkan waktu
seutuhnya untuk anak-anak. Nikmati gaya lucu
dan kocaknya mereka

15
Mendidik Anak Laki-Laki
Irwan Rinaldi, Pegiat Parenting

Tujuan mendidik anak laki-laki, yaitu menjadikan


ia menjadi laki-laki sejati yg bahagia, percaya diri
dan mandiri. Bahagia, karena ia akan
membahagiakan, minimal anak & istrinya.
Percaya diri, karena ia akan menjadi pemimpin,
yg akan mengemban tanggungjawab & amanah
di keluarganya. Mandiri, karena ia akan bekerja &
bertahan dgn kekuatan ia sendiri.

3 Fase Perkembangan Anak Laki-Laki adalah


sebagai berikut :

Pada tahap 0-7 thn itu anak butuh kehangatan,


keamanan, kenyamanan, yg terbaik itu
didapatkan dari Ibu. Tapi, bukan Ayah tidak
terlibat, Ayah tetap berperan besar, tapi Ibu yg
paling depan.

Tahap 7- 4 thn, anak laki-laki mulai tumbuh


kelelakian-nya. Dimana bagian2 tubuhnya mulai
tumbuh, maka pada fase ini kehadiran Ayah yg
diperlukan. Ayahlah yg mulai membangun
fondasi bgmn mjd laki-laki itu.

16
Pada tahap 15-21 thn, Ayah-Ibu agak mundur
sedikit, anak butuh mentor, yg dipilihkan oleh
Ayah-Ibunya. Karena anak hrs mulai merasakan
rasa sakit, kecewa, marah, memimpin secara
langsung baik secara pikiran mau pun fisik.

5 Peran Ayah untuk laki-laki

Ayah harus benar2 TERLIBAT mendampinginya


sejak usia dini. Walau pada tahap pertama yg
terdepan adalah Bundanya, tapi bukan berarti
Ayah tdk terlibat sama sekali. Hadir ketika anak
menangis, menggendongnya, mengganti popok,
dst. Ini adalah cara utk membangun emotional
bonding dgn anak shg Ayah benar2 dekat
dengannya

17
Ayah hrs buat PRIORITAS bersama anak laki-laki
pada tahap 7-14 thn dan 15-21 thn. Jika tidak
nanti Ayah kesulitan ketika usia 15 tahun ke atas.
Ayah harus mulai mengatur pekerjaan, bisnis,
dan kapan waktu2 berkualitas bersamanya
(bermain bola, pergi berdua, dst). Pilihan Ayah
cuman 2 yaitu take it atau leave it. Jika take it,
Ayah akan mendapatkan anak laki-lakinya, dan
menjadi lelaki sejati. Atau leave it, Ayah melewati
tahap ini, dan Ayah melepaskan anak laki-laki
atau tidak mendapatkannya ketika usia 15 tahun
ke atas.

Ayah NIKMATILAH kebersamaan dgn anak laki-


laki. Jgn bersamanya sekedar pelepas
tanggungjawab saja shg tidak bisa menikmati
karena percayalah anak laki-laki akan tahu &
merasakan itu.

Ayah harus DEMONSTRATIF di depan anak laki-


laki. Ayah memeluknya, bergulat, ekspresikan
semuanya baik secara fisik, suara, dst, tampilkan
semuanya pada anak agar anak tahu betapa
dekatnya, melindunginya, rindu nya, dan
perhatian Ayah padanya

18
Ayah harus TURUN TANGAN baik anak dlm
keadaan suka maupun duka. Jangan sampai Ayah
hanya hadir pas anak senang, tapi tak hadir
ketika ia mengalami masalah, sedih dan kecewa.

Bagaimana peran Ibu untuk anak laki-laki,


ditakdirkan mengasuh sendiri?

Pertama, katakanlah pada anak laki-laki bahwa


kamu tidak punya Ayah, kamu sekarang hanya
punya Ibu saja. Jika ada kegiatan2 yang harusnya
dilakukan Ayah kamu tidak akan dapatkan, kamu
hanya punya Ibu. Ini perlu dijelaskan pada anak
sesuai dengan tahap perkembangannya.

Kedua, ambil alih peran Ayah. Ada pekerjaan yg


membutuhkan kemaskulinan ambil alih oleh
Bunda. Persoalannya bukan bunda berhasil atau
tidak, tapi anak laki-laki butuh tahu prosesnya
seperti apa bunda melakukannya.

19
Ketiga, Bunda cari bantuan, yg lebih
memerankan secara psikologis, kalau secara fisik
mungkin tidak tergantikan, utk menghebatkan
karakter dan akhlak anak, menumbuhkan spirit
anak laki-laki, bgmn agar ia percaya diri, Kepada
siapa? Sudah tentu kepada karib kerabat yg
paling dekat, mulai dari ring pertama karib
kerabat, berikutnya di sekolah (guru), dan
di luar itu.

InsyaAllah bunda mampu melakukannya

20
Peran ayah dalam mendidik anak laki laki
menjadi lebih gentle
Source : nakita.id

Dalam pengasuhan anak, peran ayah diharapkan


bisa mengimbangi gaya pengasuhan yang dimiliki
Ibu. Dalam hal pengasuhan anak laki-laki,
kesamaan gender membuatnya mengidentifikasi
diri seperti ayahnya. Berikut beberapa aspek
yang perlu dipahami agar Ayah bisa memainkan
peran positif yang layak ditiru oleh anak laki-
lakinya :

1. Gaya bicara. Anak memang peniru yang sangat


baik. Maka, anak akan dengan mudah meniru
kata-kata yang sering ia dengar. Anak laki-laki
akan mulai belajar pada Ayah bagaimana cara
berbicara dengan lawan jenisnya, salah satunya
Ibu. Jadi, agar ia punya gaya bicara yang penuh
empati, Ayah juga harus menerapkannya pada
ibu dan anaknya sejak anak berusia dini.

21
2. Perilaku. Sosok ayah yang lebih luwes dan
berani membuat anak laki-laki belajar bagaimana
seharusnya seorang laki-laki berperilaku. Anak
akan mulai melihat berbagai aspek perilaku yang
Ayah lakukan mulai dari keberanian, tanggung
jawab, hingga bagaimana bertindak terhadap
orang sekitarnya. Jika Ayah ingin anak lebih
berani, ajak si kecil bermain permainan yang
menantang. Mau punya anak yang bertanggung
jawab? Cobalah melatihnya melakukan pekerjaan
yang sederhana.

3. Pola pikir. Meski masih terbilang terlalu dini


untuk bebicara pola pikir, Ayah tetap harus
menanamkan pola pikir yang tepat terhadap
anaknya. Pola pikir rasional, tidak mudah
terbawa emosi dan tegar dalam menghadapi
sesuatu adalah yang perlu ditanamkan pada
anak. Cobalah untuk mendengarkan apa yang
anak rasakan selama seharian agar Ayah bisa
mengajarkan apa yang seharusnya ia lakukan.

22
4. Emosi. Ayah merupakan kunci dari
pengelolaan emosi yang baik pada anak. Kasih
sayang ayah sangat berkontribusi kepada tingkat
kedisiplinan anak. Selain itu, kasih sayang juga
meningkatkan rasa percaya diri anak serta
tingkat kebahagiaannya. “Tak hanya soal
emosinya, anak yang dekat dengan ayah juga
memiliki perkembangan otak yang lebih baik
sehingga berpengaruh pada prestasi
akademisnya.

23
Sudah Laki-Lakikah Anak Kita?
Bendri Jaisyurrahman, Pegiat Parenting

Seorang anak laki-laki hendaknya ‘dilaki-lakikan’


oleh laki-laki. idealnya kelaki-lakian memang
harus dilatihkan oleh lelaki. Karena tahap usia
delapan sampai lima belas tahun adalah proses
untuk simulasi, melihat, dan melakukan.
Sedangkan hal-hal tersebut paling bagus
dipegang oleh lelaki. karena pertama, fitrah
perkembangan. Dimana secara biologis, hormon,
struktur otak, perkembangan, spiritual,
emosional, juga sosial, semua itu harus
distimulasikan kelaki-lakiannya. Kedua,
kecenderungan anak laki-laki berbeda dengan
perempuan, seperti tingkah laku, emosi, dan
lainnya.

Jika melaki-lakikan anak kita tidak dilakukan,


maka kita akan dicap sebagai orangtua
pengkhianat. kita akan dicap sebagai orang yang
tidak amanah dengan firman Allah SWT, potensi
dari-Nya, kehilangan momen tumbuh kembang
anak, serta hal itu akan menciptakan embrio
bencana dunia.

24
Dalam hal ini anak akan mengalami kesulitan di
masa depannya baik dalam hal kepemimpinan,
mengambil keputusan, watak yang keras, dan
lain-lain, sehingga bisa menciptakan banyak
kerusakan dan bencana yang berdampak luas
bagi semua yang ada di sekitarnya.

Maka, orangtua harus lebih memahami akan


pentingnya peran seorang ayah dalam mendidik
anak laki-lakinya. Karena tidak semua anak laki-
laki di dunia ini berhasil tumbuh besar dengan
jiwa dan sikap kelaki-lakiannya.

25
Nilai Penting yang harus Diajarkan Pada Anak
Laki-Laki
Denrich Suryadi, Psikolog

Dalam mendidik anak laki-laki ada beberapa nilai


yang perlu ayah bunda tanamkan pada mereka
sejak dini, nilai-nilai tersebut ialah :

1. nilai peran sebagai laki-laki, anak laki-laki harus


menyadari perannya sebagai laki-laki jadi orang
tua harus mengajarkan pada anak laki-laki kita
agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab,
mampu membuat keputusan dan bisa
mengambil bagian dalam segala hal karena
mereka ketika dewasa akan menjadi seorang
pemimpin terutama dalam keluarganya maka
dalam mengajarkan nilai ini dibutuhkan peran
dari seorang ayah sebab anak-anak akan meniru
dan melihat apa yang ayahnya lakukan di
kesehariannya.

26
2. nilai sosial, meskipun anak laki-laki dikenal
cenderung menggunakan logika dalam bertindak
ketimbang perasaan, bukan berarti mereka tidak
bisa berbaur dengan lingkungannya. Maka
sebagai orang tua kita harus menanamkan nilai-
nilai sosial ini sejak dini. Ajarkan mereka agar
menjadi pribadi yang mudah berempati pada
sekelilingnya. Ketika mereka telah bisa
memahami kebutuhan sosialnya mereka dengan
sendirinya akan merespon dengan inisiatif misal
jika orang tuanya, teman atau gurunya
kesusahan mereka akan langsung membantu.

3. nilai-nilai menghargai lawan jenis, anak laki-laki


juga harus diajarkan mengenai nilai-nilai
menghargai lawan jenisnya agar ketika kelak
mereka dewasa, mereka tidak mudah
merendahkan teman-temannya yang
perempuan, atau nantinya ketika mereka telah
berkeluarga mereka tidak mudah meremehkan
istrinya. Dalam penanaman nilai ini maka anak
laki-laki membutuhkan peran dari seorang ibu,
maka berilah contoh yang baik pada mereka.

27
5 Hal Penting yang Diajarkan Ayah Pada Anak
Laki-Lakinya
Source : orami.co.id

Kita semua tahu betapa pentingnya peran ibu


dalam kehidupan anak laki-laki. Tapi, jangan
lupakan juga peran ayah. Konon, peran ayah bisa
membantu anak laki-laki menjadi pria sejati
ketika dewasa nanti. Dikutip dari
Powerfulmothering.com, ada beberapa nilai
penting yang diajarkan sosok ayah kepada anak
laki-lakinya. Apa saja? Berikut daftarnya!

1. Bagaimana Memperlakukan dan Memandang


Perempuan
Perlakuan seorang ayah terhadap perempuan
berperan sangat penting pada pandangan dan
perlakuan anak laki-laki terhadap perempuan di
masa yang akan datang. Sebagai ayah,
waspadalah saat memperlakukan saudara, istri,
pelayanan, dan rekan kerja perempuan. Bersikap
dan berbicaralah dengan penuh kesopanan. Ini
akan mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap
kepada perempuan.

28
2. Bagaimana Memimpin Keluarga
Anak laki-laki tidak lahir dengan pengetahuan
tentang bagaimana membangun dan memimpin
keluarga. Dia akan belajar dari ayah yang
memberikannya contoh. Anak laki-laki akan
belajar bagaimana ayah menghabiskan waktu
dengan keluarga, mengajarkan berbagai hal,
bergaul dengan orang lain, beribadah, dan
menghargai serta memperlakukan pasangan.

3. Menemukan Kekuatan dan Kemampuan Unik


Ayah akan membantu mengarahkan minat dan
bakal anak laki-lakinya. Ayah juga tidak ragu
untuk turun langsung memberikan bimbingan,
terutama untuk minat dan bakal yang sama
dengan ayah. Ayah akan membantu untuk
menemukan kekuatan dan kemampuan anaknya.

4. Pandangan Hidup
Anak laki-laki akan melihat ayahnya dalam
berbagai pandangan di berbagai situasi tanpa
ayah harus memberitahukannya. Dia akan
melihat bagaimana ayah mengatasi
permasalahan pekerjaan, keuangan, keluarga,
kesehatan, dan yang lainnya. Dia akan belajar
dari situ.

29
5. Menemukan Jati Diri
Mengenal dan menemukan jati diri sangat
penting untuk anak laki-laki, terutama di usia
remaja. Memiliki ayah yang mendampinginya
akan membuat anak laki-laki punya kesempatan
lebih besar untuk melihat seberapa jauh
kemampuannya dan kekuatannya. Ayah juga bisa
membantu anak laki-laki untuk menyadari bahwa
dirinya berharga.

30
Mendidik Anak Laki-laki agar Mandiri dan
Bertanggung Jawab
Source : Kumparan

Mama pernah diberi tahu, kalau ada perbedaan


antara cara mendidik anak laki-laki dan anak
perempuan. Awalnya Mama kira cara mendidik
anak itu pada dasarnya sama saja. Ternyata,
karakter dan sifat anak laki-laki dan perempuan
juga bisa jadi faktor yang berpengaruh.

Banyak yang bilang, sifat yang harus dimiliki laki-


laki adalah mandiri dan bertanggung jawab. Agar
anak memiliki sifat ini tentu butuh proses yang
dimulai dari bagaimana cara kamu mendidiknya.

Saat anak masih kecil, kamu bisa memulai


mengenalkan konsep tanggung jawab pada hal-
hal yang sederhana.

31
Misalnya meminta mereka bertanggung jawab
untuk selalu membereskan mainan setelah
selesai bermain, merapikan tempat tidur setelah
bangun, atau belajar makan sendiri tanpa harus
disuapi. Dengan begitu, pada saat yang sama
anak mulai lebih mandiri dan mungkin suka
membuat keputusan untuk dirinya sendiri.

Cara Mendidik Anak Laki-laki agar Mandiri dan


Bertanggung Jawab

Untuk mengetahui cara mendidik anak laki-laki


agar mandiri dan bertanggung jawab, berikut
beberapa tips yang bisa diterapkan seperti yang
Mama baca dari BabyCentre.

1. Tetapkan Tugas sesuai Usia

Memberikan beberapa tugas pada anak memang


jadi cara yang efektif untuk mengenalkan anak
pada konsep mandiri dan bertanggung jawab.
Namun pastikan tugas yang diberikan sesuai
dengan usia anak ya, Ma.

32
2. Biasakan Anak Merapikan Mainan
Kamu bisa meminta anak untuk selalu
menyelesaikan tugas yang sedang ia kerjakan
sebelum bermain. Misalnya seperti mengatakan
pada anak "Kamu boleh main di luar, tapi rapikan
dulu mainan yang tadi kamu pakai ya," atau
"Bereskan dulu tugas sekolah kamu baru boleh
main."

Minta anak untuk menyelesaikan tugasnya


dengan sikap yang ramah ya, Ma. Tunjukkan
padanya bahwa kamu tidak suka memerintah,
hanya mengharapkan dia untuk bertanggung
jawab.

3. Buat Tugas Jadi Menyenangkan


Semua orang termasuk anak-anak akan lebih
semangat untuk menyelesaikan tugas jika
suasana dan kegiatannya menjadi
menyenangkan. Kamu bisa meminta mereka
melakukan tugas sambil bermain peran atau
berlomba.

Misalnya kamu bisa berperan sebagai ibu guru


dan meminta anak mengerjakan PR. Kamu juga
bisa mengajak anak berlomba untuk melihat
siapa yang paling banyak merapikan mainan ke
tempatnya.

33
4. Hindari Ancaman

Jelaskan kepada anak bahwa ia harus mengikuti


aturan tertentu, tetapi jelaskan dengan cara yang
positif, tanpa ancaman atau ultimatum. Jika anak
berkata, "Saya ingin biskuit," jawab dengan, "Saat
kamu duduk di meja, kamu bisa makan biskuit."

5. Berikan Contoh yang Baik

Tunjukkan pada anak apa tanggung jawab itu


dengan merawat barang-barangmu sendiri.
Misalnya dengan meletakkan kunci mobil di
pengait tempatnya, bukan di atas meja, dan
menyimpan pakaian kotor di keranjang bukan
dilempar begitu saja.

Jelaskan mengapa kamu melakukannya juga


sehingga anak belajar mengapa penting untuk
bertanggung jawab. Misalnya, "Mama
menyimpan kunci mobil di tempat yang tepat,
jadi Mama enggak akan kesulitan
menemukannya kalau kita mau pergi."

34
6. Fokus pada Usaha, Bukan Hasil

Menerapkan perilaku seperti ini tentu tidak


instan. Tetapi latihan terus menerus membuat
hasil menjadi lebih baik. Jadi fokuslah pada upaya
yang anak lakukan, bahkan jika dia tidak
melakukannya dengan benar. Jangan
mengkritiknya karena ini dapat menurunkan
kepercayaan dirinya dan mengurangi
keinginannya untuk membantumu.

Sebagai gantinya, coba bagi tugas menjadi


beberapa bagian yang dapat diatasi. Kamu dapat
membantunya dengan bagian yang sulit, lalu
biarkan anak mengerjakan pekerjaan yang
mudah. Ini akan memberinya perasaan puas
yang luar biasa ketika dapat mencapai sesuatu
dan dia akan senang untuk mencoba lagi lain kali.

35
Mendidik Anak Laki-laki agar Memperlakukan
Perempuan dengan Baik
Source : Popmama

Rumah adalah ruang kelas pertama dan yang


paling berpengaruh bagi anak mempelajari soal
sikap menghormati. Semakin dini orangtua
mengajarkannya, semakin baik anak
menerapkan perilaku hormat, komunikatif dan
ramah ini seagai standar caranya berinteraksi
pada dunia.

Sebagai orangtua, cara terbaik untuk


mengajarkannya adalah dengan memberikan
contoh langsung dan memperbanyak diskusi.
Orangtua harus memperbaiki pemikiran-
pemikiran kuno tentang apa yang 'tidak jantan'
dan 'tidak keren' dilakukan anak laki-laki.
Sebaliknya, orangtua harus memastikan anak
laki-laki juga memiliki keterampilan sosial dan
emosional yang sama baiknya dengan anak
perempuan.

Dilansir dari health.usnews.com, berikut tips


mendidik anak laki-laki agar memperlakukan
perempuan di sekitarnya dengan baik:

36
1. Melatih keterampilan sosial dan emosional
Masih banyak anggapan masyarakat yang
melabeli sebuah perilaku sebagai 'feminin' dan
'maskulin'. Misalnya, mengungkapkan perasaan
dan menangis sebagai perilaku yang feminin,
sehingga anak laki-laki seharusnya tidak
melakukan itu. Tetapi, sebetulnya tidak ada
perilaku yang bisa dikategorikan berdasarkan
stereotip gender seperti itu.

Anak laki-laki harus memahami pula bahwa tidak


apa-apa mengkomunikasikan perasaan kita, dan
ia harus dibekali keterampilan tersebut karena
akan berguna untuk mengelola hubungan di
masa depan, baik itu dalam romansa,
pertemanan hingga profesional.

2. Belajar memberi label perasaan


Alih-alih menyembunyikan perasaan mereka,
dorong anak laki-laki memberi label perasaan
mereka dan berani mengungkapkannya. Para
ahli menemukan bahwa keterampilan mengenal
perasaan, menunjukkannya emosi dengan tepat
dan mengkomunikasikannya kepada orang lain,
sangat membantu mencegah ledakan emosi dan
kekerasan oleh pria. Begitu pula dampak
sebaliknya.

37
Dorong anak laki-laki Mama untuk lebih terbuka
menunjukkan perasaan mereka, ketika malu,
sedih atau pun kesal. Menahan perasaan-
perasaan ini justru akan mengurangi
kemampuan mereka merasakan empati
terhadap sekitarnya. Jika anak laki-laki kita
memiliki keterampilan mengelola perasaannya
sendiri, mereka dapat mengidentifikasi perasaan
orang lain di sekitarnya dengan lebih baik.

3. Hindari stereotip
Dunia yang sekarang ini, maskulinitas tak lagi
ditelan mentah-mentah dengan stereotip bahwa
"laki-laki dilarang keras menangis" atau "jadi
cowok itu nggak boleh kelihatan lemah".
Pernyataan-pernyataan itu tidak sehat dan hanya
akan membuat anak laki-laki dibesarkan dengan
pola pikir bahwa karena mereka adalah seorang
laki-laki, mereka tak boleh mengungkapkan
perasaannya dan mengurung emosinya.
Akibatnya, anak laki-laki akan tumbuh dan
menangani perasaannya dengan cara negatif.

38
Selain itu, penting bagi orangtua untuk berhenti
menggunakan kata-kata seperti, "Jangan nangis,
kayak anak perempuan!" atau "Anak laki-laki
harus berani dan kuat, jangan kayak anak
perempuan yang lemah," dan sebagainya untuk
mendeskripsikan hal yang rentan.

4. Berbicara terbuka tentang bagaimana


harusnya anak laki-laki memperlakukan
perempuan

Alih-alih mengkomunikasikan rasa tidak nyaman


di hati, dengan cara didik yang tak tepat, anak
laki-laki bisa tumbuh dengan persepsi bahwa
tidak apa bagi laki-laki untuk melampiaskan
kemarahan mereka pada wanita, atau wajar bagi
pria untuk marah jika perempuan tidak
memberikan perhatian sesuai yang
diinginkannya. Diam-diam, anak laki-laki
membentuk kebencian dan merendahkan
perempuan tanpa disadarinya.

39
Ajak anak laki-laki mama berdiskusi tentang
suatu kasus di mana ada laki-laki yang bersikap
tidak pantas kepada perempuan. Dengarkan
pendapatnya. Tanyakan padanya apa yang
seharusnya dilakukan oleh laki-laki menghadapi
situasi tersebut. Bantu mereka melihat tentang
stereotip dalam situasi tersebut dan berikan
pemahaman tentang pentingnya menghormati
perempuan dan semua orang.

5. Dorong anak berteman dengan anak


perempuan

Di masa remaja, anak laki-laki mungkin merasa


gengsi dan merasa tidak jantan bila berteman
dengan anak perempuan. Namun, pertemanan
yang heterogen dengan anak perempuan
sangatlah penting untuk mengasah rasa hormat
dan sikap yang baik terhadap lawan jenis.

Berteman dengan anak perempuan akan


mengajarkan anak laki-laki soal betapa
kompleksnya emosi manusia, sehingga mereka
bisa belajar seperti apa itu rasa kecewa,
canggung, gelisah, galau, kesal dan sebagainya.
Bukan hanya sekadar 'sedih' dan 'senang' saja.

40
Dengan berteman dengan anak perempuan,
anak laki-laki juga belajar untuk membela teman-
temannya yang direndahkan. Belajar peduli
terhadap anak perempuan akan sangat
membantu anak laki-laki mama mengembangkan
empati dan tumbuh menjadi laki-laki
memandang perempuan setara.

Sebagai orangtua, tentunya Mama ingin si Anak


laki-laki tumbuh sebagai anak yang percaya diri,
berani dan berkarakter.

Tetapi, jangan lupakan, di atas semua


keistimewaan itu, membesarkan anak laki-laki
yang memiliki rasa hormat terhadap perempuan
juga tak kalah pentingnya. Semoga artikel ini
menginspirasi ya, Ma.

41
Fitrah Seksualitas Anak Laki-Laki [1]
Oleh : Harry Santosa

Punya suami yang kasar? Garing dan susah


memahami perasaan istrinya? Coba tanyakan,
beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa
anak sebelum aqilbaligh.

Punya suami yang "sangat tergantung" pada


istrinya? Bingung membuat misi keluarga bahkan
galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti
tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.
Kok sebegitunya?

Ya karena sosok ayah dan ibu harus ada


sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir
sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas
anak tumbuh indah paripurna. Pendidikan fitrah
seksualitas berbeda dengan pendidikan seks.
Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi
lahir.

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana


seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai
fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai
perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini
banyak tergantung pada kehadiran dan
kedekatan pada Ayah dan Ibu.

42
Riset banyak membuktikan bahwa anak anak
yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini
baik karena perang, bencana alam, perceraian,
boarding school dll akan banyak mengalami
gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing
(anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau
attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika
dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas
seperti homoseksual, membenci perempuan,
curiga pada hubungan dekat dsbnya.

Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, sosok


ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir
sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses
pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah
seksualitas ini memerlukan kedekatan yang
berbeda beda untuk tiap tahap.

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan


didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di
usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan
harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki
keseimbangan emosional dan rasional apalagi
anak sudah harus memastikan identitas
seksualitasnya sejak usia 3 tahun.

43
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji
mampu membedakan sosok lelaki dan
perempuan, sehingga mereka secara alamiah
paham menempatkan dirinya sesuai
seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian
maupun cara merasa, berfikir dan bertindak
sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan
jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan
identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di
usia 3 tahun dengan jelas mengatakan "saya
perempuan" atau "saya lelaki"

Bila anak masih belum atau tidak jelas


menyatakan identitas gender di usia ini
(umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu
dalam mendidik) maka potensi awal homo
seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya
sudah dimulai.

Hati hati memasukkan anak kita ke PAUD yang


gurunya tidak sepasang, karena bisa
mengganggu keseimbangan emosional dan
rasional. Anak lelaki yang gurunya lebih banyak
perempuan berpotensi "melambai", sementara
anak perempuan gurunya lebih banyak lelaki
cenderung tomboy dsbnya.

44
Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih
didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego
sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris,
mereka sudah punya tanggungjawab moral,
kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk


memahami peran sosialnya, diantaranya adalah
sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai
aspek pembelajaran untuk bersikap dan
bersosial kelak, serta menghayati peran
kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial
lainnya.

Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti


dalam narasi kepemimpinan dan cinta,
jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan
kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki
pertama yang dikenang anak anak lelakinya
dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula
yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara
mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma
bagi seorang lelaki.

45
Begitupula anak perempuan didekatkan ke
ibunya agar peran keperempuanan dan peran
keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu
jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan
melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam
urusan keperempuanan dan keibuan.

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang


dikenang anak anak perempuannya dalam peran
seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang
pertama yang harus menjelaskan makna
konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap
dibuahi bagi anak perempuan.

Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini,


maka inilah pertanda potensi homoseksual dan
kerentanan penyimpangan seksual semakin
menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia


10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana
puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju
peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

46
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi
dimunculkan oleh Tuhan secara alamiah, anak
lelaki mengalami mimpi basah dan anak
perempuan mengalami menstruasi pada tahap
ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik
dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan


pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta
memberikan warning keras apabila masih tidak
mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10
tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua
karena inilah masa terberat dalam kehidupan
anak, yaitu masa transisi anak menuju
kedewasaan termasuk menuju peran lelaki
dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran
perempuan dewasa dan keibuan bagi anak
perempuan.

Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di


tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke
ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah.
Apa maknanya?

47
Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki
yang di masa balighnya sudah mengenal
ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang
sama harus memahami secara empati langsung
dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya,
bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan,
dipahami dan diperlakukan dari kacamata
perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak
lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal
pertama baginya sekaligus tempat curhat
baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di


tahap ini, tidak akan pernah memahami
bagaimana memahami perasaan, fikiran dan
pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya.
Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki dewasa
atau suami yang kasar, egois dsbnya.

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan


menerapkannya dalam pendidikan fitrah
seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki
kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati

48
dan agar anak anak perempuan kita tumbuh
menjadi perempuan dan ibu sejati.

Agar para propagandis homo seksualitas tidak


lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas
anak anak kita daripada kepandaian kita
menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita.
Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa,
karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik
fitrah anak anak kita.

49
Fitrah Seksualitas Anak Laki-Laki [1]
Oleh : Harry Santosa

"Inti mendidik fitrah seksualitas adalah


terbangunnya attachment (kelekatan) serta
suplai ke-ayahan dan suplai keibuan"

Usia 0-2 tahun – merawat kelekatan (attachment)


awal. Anak lelaki didekatkan kepada ibunya
karena ada masa menyusui. Ini tahap
membangun kelekatan dan cinta.

Usia 3-6 tahun – menguatkan konsep diri berupa


identitas gender. Anak lelaki di dekatkan kepada
ayah dan ibunya secara bersama. Usia 3 tahun,
anak harus dengan jelas mengatakan identitas
gendernya. Misalnya anak laki-laki harus berkata
“bunda, aku laki-laki

Jika sampai usia 3 tahun masih “bingung”


identitas gendernya, ada kemungkinan sosok
ayah atau sosok ibu tidak hadir. Inilah tahap
penguatan konsep identitas gender pada diri
anak. Pada tahap ini praktek “toileting”, dapat
dijadikan juga sarana menumbuhkan fitrah
seksualitas berupa penguatan konsep diri atau
identitas gendernya

50
Usia 7-10 tahun – menumbuhkan dan
menyadarkan potensi gendernya
Ini tahap menumbuhkan identitas menjadi
potensi. Dari konsepsi identitas gender menjadi
potensi gender. Dari keyakinan konsep diri
sebagai lelaki, menjadi aktualisasi potensi diri
sebagai lelaki pada sosialnya. Karenanya di tahap
ini, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah,
agar mendapat suplai “kelelakian” atau
maskulintas, melalui interaksi aktifitas dengan
peran peran sosial kelelakian, misalnya diajak ke
masjid, diajak naik gunung, diajak olahraga yang
macho, dll.

Para ayah sebaiknya mulai berusaha menjadi


idola anak lelakinya, dengan beragam kegiatan
maskulin bersama, sampai anak lelakinya
berkata aku ingin menjadi seperti “ayah”. Lisan
dan telinga ayah harus nampak sakti bagi anak
lelakinya. Ayah harus menjadi penutur hebat bagi
anak lelakinya. Ayah juga yang harus
menjelaskan tentang “mimpi basah” dan fiqh
kelelakian, seperti mandi wajib, peran lelaki
dalam masyarakat, konsep tanggungjawab
aqilbaligh, dstnya ketika anak lelakinya
menjelang usia 10 tahun

51
Usia 11-14 Tahun – Mengokohkan Fitrah
Seksualitas

Setelah fitrah seksualitas kelelakian dari anak


lelaki dianggap tuntas bersama ayahnya, kini
saatnya anak lelaki lebih didekatkan kepada
ibunya, agar dapat memahami perempuan dari
cara pandang seorang perempuan atau ibunya.
Anak lelaki harus memahami “bahasa cinta”
perempuan lebih dalam, karena kelak dia akan
menjadi suami dari seorang perempuan yang
juga menjadi ibu bagi anak anaknya. Anak lelaki
yang tidak lekat dengan ibunya pada tahap ini,
berpotensi untuk menjadi “playboy”, dan kelak
menjadi suami yang berpotensi kasar, kurang
empati dstnya

Usia > 15 tahun


Ini masa dimana fitrah seksualitas kelelakian
matang menjadi fitrah peran keayahan sejati,
dan fitrah seksualitas keperempuanan matang
menjadi peran keibuan sejati. Wujudnya adalah
kesiapan untuk memikul beban rumahtangga
melalui pernikahan, membangun keluarga,
menjalani peran dalam keluarga yang beradab
pada pasangan dan keturunannya.

52
Tips Mendidik Anak Laki-laki Untuk Ibu
Tunggal
Roslina Verauli, Psikolog

Menjalani peran sebagai single mom atau ibu


tunggal memang bukan perkara yang mudah.
Bukan hanya harus mengambil peran ayah
sebagai pencari nafkah, tetapi juga bagaimana
menanamkan nilai-nilai yg biasanya ditanamkan
oleh figur ayah kepada anak laki-lakinya.

Bila hal ini terabaikan, kelak si anak bisa memiliki


orientasi seksual yang menyimpang. Dari
beberapa kasus homoseksual yang pernah
ditangani, sebagian besar penyebabnya adalah
karena hubungan yang terlalu dekat dengan
ibunya akibat tidak adanya figur ayah, sehingga
kemudian si anak mengidentifikasikan dirinya
lewat ibunya, atau karena hubungan yang tidak
harmonis dengan sang ayah.

Tanpa kehadiran seorang ayah, ada peran2 yg


tidak diterima anak, misalnya tentang peran
identitas gender. Karena tidak ada figur ayah,
akhirnya dia gagal melihat peran dari tiap-tiap
jenis kelamin, shg penghayatannya tidak tepat
tentang dia sebagai laki-laki

53
Lalu secara emosional, anak tersebut juga tidak
mendapat sentuhan dari seorang ayah.
Akibatnya ketika menginjak masa pubertas, dia
akan merindukan peran ayah yang tidak pernah
didapatkannya tersebut.

Ketika menginjak pubertas dan punya teman laki-


laki yang kebetulan sangat dekat dan
membuatnya nyaman, dia bisa mempersepsikan
itu seperti cinta. Makanya orientasi seksual dia
jadi berbeda.

Bila tidak ada ayah, ajak dia melihat bagaimana


seharusnya figur seorang laki-laki dari sosok
paman atau laki-laki dewasa lain dalam keluarga,
sehingga dia tidak hanya mencontoh figur
ibunya.

Pada dasarnya, ibu tunggal harus mengambil alih


peran yang seharusnya bisa dibagi seperti
mencari nafkah. Hal tersebut mempengaruhi
sistem keseluruhan keluarga di mana dari sisi
finansial dan waktu si ibu untuk anaknya akan
berkurang.

54
Apalagi kalau single mom ini nggak punya
pendamping, secara emosional dia bisa tidak
happy sementara pusat emosi dalam sistem
keluarga adalah ibu. Jadi kalau secara emosinal
ibunya nggak sehat, anaknya juga terpengaruh

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar anak


tumbuh sehat dan optimal yakni dengan menjadi
single mom yang sehat. Bagaimana caranya?

Pertama, pastikan dia punya waktu untuk anak


juga untuk dirinya supaya secara emosional dia
sehat. Tak lupa pula, ibu perlu mengenalkan
peran gender ke anak bahwasanya apa yang
dilakukan sang ibu mati-matian kerja bukan satu-
satunya peran seorang ibu. Anak perlu diberi
tahu peran ibu yang lain, bisa melalui contoh
figur tertentu misalnya sang tante atau nenek
yang melakukan tugas ibu lainnya.

Perlu juga memberi tahu pada anak figur


seorang laki-laki seperti apa. Oleh karena itu
anak perlu figur laki-laki dewasa lain contohnya
om, kakek, atau bahkan lelaki yang sedang dekat
dengan sang ibu.

55
Ketika orang tua memutuskan akan berpisah,
pastikan perpisahan itu terjadi dengan baik-baik
sehingga si anak bisa melihat bahwa ayah dan
ibunya saling mencintai tetapi tidak ada
kecocokan lagi. Dengan begitu, anak akan
mendapatkan kedamaian.

Makin konflik orang tua, anak juga makin


menghadapi konflik. Nah kalau yang ayahnya
meninggal, sebaiknya ibu nggak mengalami duka
berkepanjangan sampai membuat post-trauma
yang bikin dia stres pasca meninggalnya si suami

Selain itu, ibu juga perlu membantu memberi


pengertian pada anak bahwa ada proses
seseorang lahir dan meninggal. Dengan kata lain
ada konsep religi yang diajarkan bahwa hidup
hanya bersifat sementara sehingga anak tidak
terlalu sedih berkepanjangan.

56
Mendidik Anak Laki-laki Bersikap Gentleman
Ratih Ibrahim, Psikolog

Laki-laki itu harus gentle. Kalimat ini sering kali


diucapkan para mama, oleh karena itu banyak
mama yang mulai "mendisiplinkan" anaknya agar
kelak menjadi gentleman.

Masalah etiket klasik, seperti membukakan pintu


atau menarik kursi, memang sering kali kita
harapkan dilakukan oleh para laki-laki. Benarkah
hal ini masih berlaku?

Hal ini sangat tergantung pada edukasi yang dia


terima sebelumnya dari orang tuanya. Ya, ini
memang masalah parenting. Tidak terjadi dalam
sekejap.

Selain itu, kalau kita tidak menemukan lagi laki-


laki yang menyediakan kursi, membukakan pintu
atau menempatkan kita sebagai lady, jangan lupa
introspeksi diri. Bukankah kita yang ingin
diperlakukan sama dengan laki-laki melalui
gerakan emansipasi? Jadi, kita bukan makhluk
lemah lagi, lho

57
Meski begitu, saya tetap memilih mendidik
anaknya menjadi gentlemen. Saya bilang sama
suami, ‘Ini soal etiket alias sopan santun dalam
pergaulan.’ Sementara itu, saya bilang sama
anak, ‘Kamu membukakan pintu bukan karena
dia lemah atau tidak bisa, namun karena kamu
adalah laki-laki. So be a gentlemen.’ Anak saya
komplain, ‘Kenapa papa nggak begitu sama
mama?’ Saya jawab saja, ‘Karena dia bukan anak
saya. Kamu anak saya, makanya kamu saya
ajarin.’ ‘Do you blame Oma untuk mengajari Papa
begitu?’ ‘No, Mama terima Papa apa adanya

58
Anak Laki-Laki Boleh Nangis Koq...
Rose Mini, Psikolog

Orang tua mungkin pernah mengatakan, anak


laki-lakinya pantang menangis karena akan
membuat ia kurang maskulin dan seperti
perempuan. Padahal, anak laki-laki pun perlu
mengungkapkan perasaannya.

Laki-laki juga punya perasaan


Profesor Niobe Way, pakar ilmu psikologi terapan
di New York University, AS, berpendapat, budaya
yang selama ini berkembang di masyarakat, yang
mengatakan anak laki-laki tidak boleh sensitif
dan emosional seperti anak perempuan, adalah
salah. Sama seperti anak perempuan, anak laki-
laki juga penuh perasaan dan emosional, namun
mereka tidak mengerti bahwa hal tersebut
penting diungkapkan. Saat tumbuh dewasa,
mereka akan menganggap tidak pantas memiliki
perasaan seperti itu, yang justru akan
mendorong mereka kehilangan bahasa
emosional mereka saat dewasa nanti. Akibatnya,
anak laki-laki cenderung memendam sendiri
perasaannya, yang dapat memicu timbulnya
depresi.

59
Menangis bukan hal tabu
Mendidik anak laki-laki untuk tidak menangis
demi menunjukkan sosok kelaki-lakian si anak
adalah salah. Anda sebaiknya menjelaskan
kepada anak bahwa menangis bukan hal tabu.
Sifat laki-laki sejati bukan masalah boleh
menangis atau tidak. Yang disebut laki-laki sejati
adalah yang bertanggung jawab, peduli,
mengayomi, dan melindungi perempuan. Itu
justru yang jarang diajarkan. Jika anak dididik
sejak dini bahwa ia harus memiliki kualitas
tersebut untuk menjadi laki-laki sejati, maka bibit
sifat kekerasan dapat dihilangkan. Perilaku
kekerasan biasanya terjadi agar dianggap
sebagai laki-laki sejati.

Jangan menyebut cengeng


Jika si kecil menangis, hindari kalimat perintah
untuk menghentikan tangis karena itu takkan
berhasil. Apalagi, sampai menyebut ia cengeng.
Tempatkan diri Anda sejajar dengan anak, tatap
matanya, letakkan tangan di bahunya, minta ia
tenang dahulu, kemudian tanyakan kenapa ia
menangis.

60
Jika ada temannya atau sanak famili mengatakan
si kecil cengeng, beri pengertian kepada mereka
bahwa anak laki-laki juga boleh menangis.
Namun, jika anak Anda terlalu sering menangis,
Anda bisa berkonsultasi kepada ahli
perkembangan anak.

Kakak-adik laki-laki
Di rumah Anda memiliki dua anak laki-laki? Anda
mungkin sering melihat mereka bertengkar
memperebutkan mainan atau makanan, dan
biasanya berakhir dengan si adik yang menangis.
Jika Anda melihat itu, sebaiknya Anda tidak
memarahi si kakak saat adiknya menangis. Selain
akan membuat si kakak menjadi jengkel kepada
adiknya, hal itu juga akan membuat si adik
berpikir bahwa ia dibela, dan nanti akan
menangis kembali saat bertengkar dengan
kakaknya untuk mendapatkan pembelaan.

61
Latih anak laki-laki menunjukkan perasaannya
Hindari membuat stereotipe bahwa anak laki-
laki yang sudah besar tidak boleh menangis.
Luangkan waktu Anda untuk mengecek
keadaan si kecil, misalnya saat makan malam.
Minta ia menceritakan tentang apa yang ia
alami, serta rasakan, hari itu.
Jadilah orang yang siap mendengarkan, tanpa
mengajukan banyak pertanyaan atau saran.
Anak akan lebih suka membuka dirinya ketika
Anda tidak terkesan mengintimidasi ia.

62
Mendidik Anak Laki-Laki dari Perspektif
Neurosains
dr. Aisah Dahlan, C.Ht

Mendidik anak adalah kewajiban dari setiap


orang tua. Namun, cara mendidik anak laki-laki
itu berbeda dengan cara mendidik anak
perempuan.

Oleh sebab itu, setiap orang tua harus


menyesuaikan cara mendidik dengan gender dan
usia anak. Dengan metode yang tepat, maka
anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik dan
penurut.

Berikut beberapa hal penting yang perlu


dipahami dalam mendidik anak laki-laki :

1. Karakteristik Anak Laki-Laki


Anak laki-laki biasanya suka melihat benda, suka
melihat benda yang bergerak serta
menggerakkan benda. Itulah sebabnya mengapa
anak laki-laki suka memainkan kelereng dengan
menggerakkannya.Menerbangkan layang layang
dan melihatnya dari bawah dalam waktu yang
lama.

63
Suka bermain mobil mobilan dengan
menggerakkannya bersama teman teman
sebayanya. Jadi, tugas orang tua adalah
mengawasi dan menjaganya selama bermain.

2. Jaga Durasi Bermain dan Awasi yang


Dimainkannya
Sebenarnya, tidak masalah anak laki-laki itu mau
bermain apapun, asal bukan sesuatu yang
berbahaya.

Tapi, seringkali anak suka lupa waktu ketika


bermain. Maka, menjadi tugas orang tua untuk
mengingatkannya.

Itulah sebabnya, orang tua zaman dahulu suka


memarahi anak laki-lakinya saat mereka bermain
apapun karena terlalu lama, bukan karena apa
yang dimainkan.

Hal ini bisa diemplementasikan pada era digital


sekarang. Jaga durasi anak bermain gadget atau
bermain game jika memang mereka sudah
mengenalnya.

64
Jangan sampai anak bermain gadget atau game
terlalu lama. Jangan terlalu memanjakan anak
usia dini dengan gadget karena dampaknya
bahaya. Selain itu, awasi juga apa yang mereka
mainkan dalam gadget. Pastikan mereka tidak
melihat sesuatu yang dilarang atau berbahaya.
Pasitikan juga game yang dimainkan sesuai
dengan usianya.

3. Jangan Menasehati atau Memarahi Anak Saat


Lapar
Anak laki laki punya hipotalamus (nama bagian
otak) yang lebih besar dari anak perempuan. Hal
itu menyebabkan anak laki laki menjadi lebih
mudah atau lebih cepat lapar dibanding anak
perempuan.

Oleh sebab itu, pantang bagi orang tua untuk


menasehati anak laki laki pada saat dia lapar. Hal
tersebut akan percuma karena apa yang
dikatakan orang tua tidak dapat dipahami
dengan baik oleh anak disebabkan karena lapar.
Oleh sebab itu, sebelum menasehati, tanyakan
dahulu apakah dia sudah makan atau belum.
Ajak makan jika dia belum makan dan beri
nasehat selama dia makan. Cara itu akan lebih
efektif dibanding langsung menasehati.

65

Anda mungkin juga menyukai