Anda di halaman 1dari 40

KESEHATAN MENTAL

DALAM PEMBETUKAN
KARAKTER ANAK
10 Hak Anak yang Wajib
Dipenuhi Orangtua
1. HAK MENDAPATKAN IDENTITAS
2. HAK UNTUK MENDAPATKAN PENDIDIKAN
3. HAK UNTUK BERMAIN
4. HAK UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN
5. HAK UNTUK REKREASI
6. HAK UNTUK MENDAPATKAN MAKANAN
7. HAK UNTUK MENDAPATKAN JAMINAN KESEHATAN
8. HAK UNTUK MENDAPATKAN STATUS KEBANGSAAN
9. HAK UNTUK TURUT BERPERAN DALAM PEMBANGUNAN
10. HAK UNTUK MENDAPATKAN KESAMAAN
1. Hak Mendapatkan Identitas
Ketika si kecil lahir, ia berhak untuk terdaftar dalam kartu keluarga dan memiliki akta
kelahiran. Keduanya menjadi bentuk dokumen legal yang sangat penting untuk
kehidupan anak di kemudian hari.
2. Hak untuk Mendapatkan
Pendidikan
Seorang anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Bahkan, bagi seorang
anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Sebab, negara sudah menjamin haknya
melalui Undang Undang Perlindungan Anak. Dalam UU tersebut, negara bertanggung
jawab untuk memberi biaya bantuan atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus
bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, anak terlantar, serta anak yang
bertempat tinggal di daerah terpencil.
3. Hak untuk Bermain

Bermain juga merupakan salah satu hak anak yang perlu dipenuhi. Sebab,
bermain tak hanya menjadi sarana hiburan semata, tapi juga menjadi cara anak
untuk belajar. Selain itu, jika anak tidak bermain, hal ini justru dapat
meningkatkan kadar stres anak sehingga ia akan rewel sepanjang hari.
4. Hak untuk Mendapatkan
Perlindungan
Perlindungan yang dimaksud merupakan perlindungan dari berbagai macam
ancaman, kekerasan baik fisik maupun psikis, serta hal lain yang membahayakan
anak. Artinya, orangtua wajib memberikan bentuk perlindungan baik pada anak
laki-laki maupun perempuan demi keamanan dirinya.
5. Hak untuk Rekreasi

Perlu diketahui bahwa anak-anak juga rentan untuk mengalami stres. Oleh karena
itu, anak juga berhak mendapatkan hak untuk rekreasi dan menyegarkan
pikirannya. Hal ini penting dilakukan karena anak yang bebas stres akan memiliki
perkembangan yang lebih optimal.
6. Hak untuk Mendapatkan
Makanan
Seorang anak berhak untuk mendapatkan makanan yang bersih, bergizi, dan
sehat. Maka dari itu, orangtua wajib menyediakan makanan bernutrisi setiap
harinya untuk anak. Selain itu, seorang anak juga berhak mendapatkan ASI
eksklusif selama dua tahun awal kehidupannya.
7. Hak untuk Mendapatkan
Jaminan Kesehatan
Anak wajib mendapatkan jaminan kesehatan yang meliputi imunisasi, makanan
sehat, posyandu, pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali, serta pelayanan
kesehatan reproduksi remaja.
8. Hak untuk Mendapatkan
Status Kebangsaan
Anak juga berhak untuk diakui kewarganegaraannya oleh suatu bangsa secara
resmi. Pengakuan ini tertuang dalam penerbitan dokumen kewarganegaraan,
yang meliputi akta kelahiran dan kartu identitas. Dokumen inilah yang nantinya
dapat menjamin anak untuk mendapatkan berbagai pendidikan dan pelayanan
kesehatan dari negara.
9. Hak untuk Turut Berperan
dalam Pembangunan
Meskipun masih berusia dini, tapi anak-anak juga berhak untuk berpartisipasi
dalam pembangunan. Di sinilah dibutuhkan peran dari orang tua untuk
memperjuangkan pendidikan anak sehingga anak dapat menjadi generasi
penerus bangsa.
10. Hak untuk Mendapatkan
Kesamaan
Baik bagi anak laki-laki, perempuan, agama apa pun, suku bangsa manapun, kaya
atau miskin, hingga serta berkebutuhan khusus berhak mendapatkan kesamaan.
Kesamaan tersebut merujuk pada kesempatan yang sama untuk tumbuh dan
berkembang.
Dalam undang-undang kita yang baru, UU No. 17 Tahun
2023 itu sudah dimaknai bahwa kesehatan jiwa merupakan
bagian dari kesehatan. Dan upaya untuk mencapai
kesehatan jiwa yang optimal harus dilakukan secara
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Baik oleh
Pemerintah, Pemda, maupun masyarakat.
Kelainan mental bisa di alami oleh anak-anak, remaja, dan orang pada usia
produktif

Prevelensi gangguan jiwa berat, dalam hal ini adalah skizofrenia mencapai 18%
yaitu sekitar 495 ribu orang. Nah dari data tadi ya ada masalah lain, yaitu
semakin tingginya kesenjangan pengobatan. WHO sendiri mengatakan pada
negara-negara berpendapatan kecil menengah itu 75% penduduk tidak mendapat
terapi. Di Indonesia itu, penderita skizofrenia sebanyak 51% itu tidak rutin
berobat. Padahal kita ketahui, skizofrenia ini penyakit kronis yang pengobatannya
jangka Panjang

Bahkan, kasus bunuh diri dilaporkan sebanyak 826 kasus pada tahun 2022, di
mana jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.
TOXIC PARENTING
PENGERTIAN :
TOXIC PARENTING ADALAH SUATU POLA PENGASUHAN YANG KELIRU DAN
TANPA SADAR BISA MELUKAI PSIKOLOGIS ANAK.

POLA PENGASUHAN INI SERINGKALI DILAKUKAN OLEH ORANG TUA YANG


UMUMNYA KASAR, KURANG DEWASA, ATAU MEMPUNYAI GANGGUAN
MENTAL.

ORANG TUA YANG MELAKUKAN HAL TERSEBUT, BIASANYA DULU JUGA


MENGALAMI TOXIC PARENTING, ATAU POLA PENGASUHAN YANG SALAH
DARI ORANG TUANYA.

AKAN TETAPI, ADA JUGA TOXIC PARENTING YANG DILAKUKAN OLEH ORANG
TUA NORMAL, YANG TANPA SADAR TELAH MENJADI ‘RACUN’ UNTUK
PSIKOLOGI ANAKNYA.
CIRI-CIRI ORANGTUA TOXIC
(toxic parents)
1. Berlebihan dalam membatasi
dan mengontrol anak
Orangtua terkadang lupa bahwa anak berhak memiliki pilihannya sendiri
dengan selalu menganggap kalau diri anak masih kecil. Alhasil, dalam benak
orangtua yang toxic, selalu ada keinginan untuk membatasi dan mengontrol
apa yang dilakukan anak-anaknya.
Meskipun wajar saja bila orangtua merasa khawatir dengan kondisi anaknya,
tapi rasa khawatir yang berlebihan malah justru membuat anak tidak leluasa
dan memicu stres.
Perilaku toxic inilah yang sebaiknya dihindari oleh para orangtua.
2. Sering menyalahkan anak

ciri toxic parents selanjutnya adalah terus-menerus menyalahkan anaknya atas


segala hal buruk yang terjadi dalam keluarga.

Kondisi tersebut bisa berupa hal kecil seperti anak tidak mendapat nilai A di
sekolah atau bertengkar dengan saudara kandungnya.

Akibat perilaku orangtua yang toxic tersebut dapat membuat si Kecil tumbuh
menjadi anak yang penakut karena selalu dibuat merasa bersalah.
3. Mengabaikan anak
Ciri-ciri orangtua yang toxic lainnya yakni memiliki sikap yang acuh tak acuh
bahkan terkesan mengabaikan kehidupan anak.

Kondisi tersebut mungkin terjadi karena orangtua dengan pola asuh


pengabaian memiliki keterlibatan serta respons yang rendah terhadap anak.

Orangtua cenderung mengabaikan atau membiarkan anak berkembang dengan


sendiri. orangtua hanya fokus menangani masalah yang tengah dihadapinya
sehingga kurang memerhatikan dan cenderung mengabaikan anak.
4. Tidak menetapkan
batasan dengan jelas
Kebebasan memang diperlukan si Kecil untuk dapat mendukung
perkembangannya. Namun, jangan sampai orangtua memberikan kebebasan
kepada anak untuk melakukan apa saja tanpa aturan yang tegas.

Pasalnya, orangtua yang membiarkan anak menjalani hidupnya sendiri tanpa


dituntut dan diarahkan bisa menjadi ciri toxic parents.

Pola asuh yang membebaskan anak atau permisif ini sangat identik dengan
memanjakan anak dan menuruti semua kemauannya.
5. Terlalu strict / ketat

Strict parents biasanya ditandai dengan keterlibatan yang berlebihan dalam


setiap aspek kehidupan anak mereka.

Orangtua akan menjadi sangat menuntut atau otoriter, bahkan selalu mendikte
dengan siapa anak itu harus dan tidak boleh bergaul. Pasalnya, sikap orangtua
akan membuat anak-anak merasa tercekik karena tidak memiliki rasa
kebebasan yang dapat menghambat pertumbuhan emosional mereka.

Meskipun cara ini tidak mudah, tapi seiiring berjalannya waktu orangtua bisa
mengubah pola pikirnya dan menjadi lebih terbuka.
FAKTOR PENYEBAB
Toxic parenting dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda,
namun semuanya memiliki dampak yang merugikan pada perkembangan
anak.

Pola asuh toxic parenting ini sering kali dipicu oleh gangguan mental atau
trauma orang tua di masa lalu.

Penyebab yang paling umum adalah pengalaman pribadi yang traumatis


atau masalah pribadi tertentu yang dialami oleh orang tua, seperti
kecemasan, depresi, atau gangguan kepribadian. Orang tua yang
mengalami hal ini mungkin sulit untuk mengelola emosi dan perilaku
mereka dengan efektif, sehingga mereka bisa menjadi orang tua yang toxic.
APA DAMPAK PERILAKU TOKSIK
ORANG TUA BAGI ANAK-ANAK ?
1. Anak Merasa Tidak
Pantas Dicintai

Anak-anak yang tumbuh dari keluarga toxic akan punya perasaan


bahwa mereka tidak pantas dicintai sebab terlalu sering
diabaikan kebutuhan emosionalnya.
2. Self Esteem-nya Rendah

Kritik tajam yang terlalu sering dilontarkan orang tua akan


menurunkan kepercayaan diri seorang anak dan kemudian berdampak
pada rendahnya self esteem mereka serta perasaan tidak berharga.
3. Menjadi Perfeksionis

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua toksik terbiasa


dengan standar tinggi yang diterapkan oleh orang tuanya.
Itulah sebabnya mereka bisa tumbuh menjadi anak
perfeksionis yang terlalu keras dengan dirinya sendiri dan
memaksa dirinya untuk mencapai berbagai standar
bahkan yang tidak masuk akal sekali pun. Mereka
kemudian akan menjadi stres bila standar yang tidak
masuk akal tersebut tidak terpenuhi.
4. Sering Menyalahkan
Diri Sendiri
Anak-anak dari orang tua toksik sudah sering “dikambing
hitamkan”. Oleh karenanya, bila ada sesuatu yang gagal,
maka mereka akan tak segan menyalahkan diri mereka
sendiri.
5. Tidak Mudah Percaya

Lantaran tumbuh di lingkungan yang tidak bisa


memberikan perasaan aman dan nyaman, anak-anak dari
orang tua toksik akan tidak mudah percaya dan mudah
merasa cemas. Ini sebetulnya bisa merugikan mereka.
6. Memiliki Relasi yang
Tidak Sehat

Anak-anak dari orang tua yang toxic berisiko memiliki


hubungan asmara yang tidak sehat lantaran terbiasa
dengan hubungan yang tidak sehat di rumah
7. Bagai Lingkaran Setan

Hal yang paling sering terjadi, anak-anak dari keluarga


toksik akan menjadi orang tua yang toksik juga saat
mereka memiliki anak. Ini bak lingkaran setan yang tak
pernah berhenti.
4 JENIS POLA ASUH PADA ANAK
1. Otoriter
2. Permisif
3. Demokratis
4. Diabaikan
1. Otoriter
Memkasa anak untuk mengikutti apa yang orang tua inginkan.

2. Permisif
Orang tua tidak menetapkan batas-batastingkah laku dan membiarkan
anak mengerjakan sesuatu menurut kengininannya sendiri.

3. Demokratis
Menghargai kepentingan anak, tetapi juga menekankan pada kemampuan
untuk mengikutti aturan sosial.

4. Diabaikan
Mengabaikan keberadaan anak, bahkan menunjukkan ketidakpedulian
terhadap anak
TIPS MENGHADAPPI ORANG
TUA TOXIC PARENTS
1. Tetapkan batasan antara
diri sendiri dan orang tua
Menetapkan batasan dengan toxic parents memang
terlihat cukup sulit, terlebih jika kamu masih tinggal
dalam satu rumah. Untuk menetapkan batasan ini, kamu
harus bersikap asertif, yaitu tegas dan percaya diri dalam
berkomunikasi tanpa memancing respons negatif dari
lawan bicara.
2. Alihkan pembicaraan ke
arah yang positif
Ketika orang tua sedang mengutarakan kemauannya yang
bukan kehendakmu atau mengkritikmu tanpa memberi
dukungan, sebisa mungkin kamu jangan terbawa emosi
dan akhirnya berdebat, ya. Alih-alih menyelesaikan
masalah, berdebat justru hanya akan memperburuk
hubungan dengan orang tuamu.
3. Carilah kesibukan
di luar rumah
Cobalah untuk mencari kesibukan agar pikiranmu
terbebas dari omongan orang tua yang toksik dan
membuatmu merasa rendah diri. Kamu bisa menekuni
hobi atau mempelajari hal yang belum pernah kamu
lakukan sebelumnya. Buatlah orang tuamu bangga,
sehingga mereka bisa mendukung apa yang kamu
lakukan.
4. Sempatkan waktu untuk
me time
Sesekali luangkanlah waktu untuk menyendiri dan
mengisi ulang energimu. Kamu bisa melakukan me time
dengan berbagai cara, misalnya dengan staycation di
hotel, pergi ke pantai, mendaki gunung, atau sekadar
menyendiri di taman dan menikmati suasana yang
tenang.
5. Jangan memaksa untuk
mengubah perilaku orang tua
Meski apa yang orang tuamu lakukan memang salah,
jangan memaksa orang tuamu untuk berubah menjadi
sosok yang ideal ya, apalagi dalam waktu singkat. Hal ini
hanya akan memancing keributan yang bisa membuatmu
sangat frustrasi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai