Anda di halaman 1dari 103

Panduan Bagi Orang

Tua Dan Guru

MINDFUL PARENTING

Siti Fadjryana Fitroh, S.Psi., M.A


Eka Oktavianingsih, S.Pd., M.Pd
Dinda Rizki Tiara, S.Pd., M.Pd

KATA PENGANTAR
Orangtua merupakan pendidik pertama dan memberi banyak pengaruh dalam
pembentukan pribadi dan karakter. Orangtua dalam perannya sangat strategis
mengantarkan putra-putrinya berhasil dalam lingkungan pendidikan dan sosialnya.
keberhasilan orangtua dalam mendidik sangat bergantung pada kesadaran orangtua
tentang konsep pengasuhan dan kecakapan dalam tiap proses pembentukan karakter
anak. Buku ini akan membahas tentang mindful parenting; positif parenting;
kemampuan mengelola emosi dalam pengasuhan; self compassion; Komunikasi
Positif Dalam Pengasuhan; Negosiasi Penerapan Disiplin Positif Dalam
Pengasuhan; Menghindari Kekerasan Dalam Pengasuhan; Mengenal Karakteristik
Anak dan Antisipasi Munculnya Masalah Perilaku Anak; Menstimulasi Literasi
Anak Dalam Prestasi Akademik; Coping Stress Dalam Pengasuhan; dan Orang Tua
Hebat dan Bahagia Dalam Mengasuh Anak. Besar harapan para penulis dengan
hadirnya buku ini nanti dapat bermanfaat dan menjadi rujukan bagi orangtua dalam
aplikasi langsung saat mengasuh dan mendidik anak baik di rumah, di sekolah dan
di lingkungan masyarakat.

PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bagian 1 : Apa Itu Mindful Parenting
Bagian 2 : Positif Parenting: Siap Menjadi Pendengar yang Penuh Perhatian
Dalam Pengasuhan
Bagian 3 : Kemampuan Mengelola Emosi Dalam Pengasuhan
Bagian 4 : Self Compassion (Welas Asih) Dalam Pengasuhan
Bagian 5 : Komunikasi Positif Dalam Pengasuhan
Bagian 6 : Negosiasi Penerapan Disiplin Positif Dalam Pengasuhan
Bagian 7 : Menghindari Kekerasan Dalam Pengasuhan, Dengan Tidak
Menghakimi Diri Sendiri dan Anak
Bagian 8 : Mengenal Karakteristik Anak dan Antisipasi Munculnya
Masalah Perilaku Anak
Bagian 9 : Menstimulasi Literasi Anak Dalam Prestasi Akademik
Bagian 10 : Coping Stress Dalam Pengasuhan
Bagian 11 : Orang Tua Hebat dan Bahagia Dalam Mengasuh Anak
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAGIAN 1
Apa Itu
MINDFUL PARENTING

PARENTING ?
Parenting adalah pengasuhan untuk anak-anak dengan tujuan prosesnya
dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang unggul dan
mandiri

Dalam pengasuhan, anak dapat tumbuh dan berkembang jika


pengasuhan yang dilakukan menyesuaikan dengan tahapan
perkembangan dan usianya serta prinsip-prinsip pengasuhan

MINDFUL PARENTING

Konsep dalam pengasuhan yang menekankan pada proses


mengasuh dengan penuh kesadaran (eling)
Semakin tingginya kekerasan, penggunaan narkoba, kecanduan game,
pornografi dan lainnya disebabkan karena kurangnya kesadaran orang
tua terlibat penuh dalam pengasuhan
Padahal pentingnya pendidikan keluarga yang fokus pada
(memperbaiki, mengubah, menyelaraskan perilaku yang dapat diterima
lingkungan dengan baik)

MENJADI PENTING UNTUK


MEMAHAMI TOP 10
MINDFUL PARENTING

BAGIAN 2
Positif Parenting: Siap Menjadi
Pendengar Yang Penuh
Perhatian Dalam Pengasuhan
(1)

POSITIF PARENTING
Pengasuhan yang dilakukan secara suportif (perlakuan yang sangat
mendukung perkembangan anak), konstruktif (menghindari kekerasan)
dan dilakukan dengan cara menyenangkan

DIKATAKAN POSITIF PARENTING JIKA


1. Pengasuhan yang didasari oleh sebuah perasaan dan perilaku yang meliputi
kasih sayang, perhatian, peka, saling menghargai, membangun hubungan
yang hangat, saling membangun dan mendukung tumbuh kembang anak
2. Pengasuhan yang mengutamakan penghargaan, pemenuhan dan
perlindungan hak anak
3. Pengasuhan yang selalu mengupayakan pada pelayanan dalam memberikan
lingkungan yang sehat, bersahabat dan ramah sehingga anak dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik

PRINSIP-PRINSIP DALAM POSITIF


PARENTING
Anak diperlakukan dengan Menyediakan lingkungan yang
sehat, aman, nyaman, bersahabat &
 Cinta & kasih sayang menyenangkan bagi tumbuh
 Penghargaan dan saling kembang anak, caranya
memaafkan
 Tidak menyamakan atau  Selalu menjaga keharmonisan keluarga
membeda-bedakan  Utamakan untuk penuhi kebutuhan anak
 Bebas dari tindakan kekerasan  Melakukan stimulasi sesuai tahapan
perkembangan
 Memberi perlindungan dari tindakan
kekerasan fisik dan psikis
DIMANA DAN SIAPA
YANG HARUS TERLIBAT DALAM
POSITIF PARENTING

LINGKUNGAN RUMAH
yang terlibat Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Om, Tante, Sepupu, dan Asisten Rumah
Tangga (Dipastikan semua orang dewasa yang berada di rumah)

LINGKUNGAN SEKOLAH
yang terlibat Guru, Kepala Sekolah, Administrator dan Warga Sekolah

LINGKUNGAN MASYARAKAT
yang terlibat Tetangga dan orang-orang yang ada di sekitar tempat tinggal
ALASAN MENGAPA PENTING
MELAKUKAN POSITIF PARENTING
1. Kualitas interaksi anak dengan orang tua semakin meningkat
2. Semakin optimal tumbuh kembang anak
3. Preventif perilaku menyimpang muncul

CARA MENERAPKAN POSITIF


PARENTING
1. Menjadi tauladan yang baik
2. Melakukan pembiasaan yang baik
3. Melakukan pengasuhan tanpa kekerasan
4. Melakukan pengasuhan secara berkelanjutan
BAGIAN 3

Kemampuan Mengelola Emosi


Dalam Pengasuhan
(2)
APA SIH EMOSI ITU ?
Berbagai bentuk pengungkapan perasaan, yang dalam responnya
muncul secara spontan karena hadirnya sesuatu atau peristiwa

Kadang munculnya emosi juga tidak mudah dijelaskan, namun


seseorang yang dapat mengendalikan emosi adalah individu itu sendiri.
Dengan cara seperti apa? yang jelas tergantung usaha dari individu
tersebut mengenal dan mengendalikan
APA YANG DAPAT MEMPENGARUHI
EMOSI ORANGTUA TERHADAP ANAK

HARAPAN ORANGTUA SIFAT BAWAAN

EMOSI MUNCUL kadang berawal dari MANUSIA DICIPTAKAN


sedikit tantangan dan kesulitan yang MEMBAWA KEUNIKAN SENDIRI-
Dihadapi. SENDIRI maka sadarlah bahwa
adanya perbedaan dan kekhasan itu
Pahamilah setiap orangtua memiliki sesuatu yang wajar dan pastinya akan
cita-cita yang tinggi dan harapan yang mempengaruhi cara individu tersebut
besar terhadap anak, maka perlu menunjukkan emosinya
disadarkan bahwa semua itu harus Maka sebagai orangtua perlu belajar
didasari oleh rasa CINTA maka akan mengenali diri dan sifat anaknya yang
aman berbeda-beda
BENTUK EMOSI APA SAJA
YANG BIASANYA ORANGTUA
RASAKAN SAAT PENGASUHAN
MARAH
Hampir setiap orangtua pernah merasakan emosi marah saat
pengasuhan.
Penyebab salah satunya adalah situasi yang terjadi
tidak sesuai dengan harapan

MERASA BERSALAH
Setiap orangtua dapat menyadari bahwa tidak ada
orangtua yang sempurna. Seperti hal nya perasaan rasa
bersalah kadang dialami saat orangtua merasa kita tidak
dapat memenuhi harapan sebagai orang tua
KHAWATIR/CEMAS
Sejak anak masih dalam kandungan tidak sedikit orang
tua yang mengalami banyak kekhawatiran karena
beberapa komunikasi yang dilakukan bersama orang
lain (sensitif). Sebenarnya rasa khawatir diawali karena
ketidaksiapan diri dan kurangnya pengetahuan

RASA INGIN DIAKUI


Emosi ini merupakan kebutuhan dasar setiap individu
tidak hanya orang tua,
misalnya ingin diakui sebagai ayah yang hebat atau
bunda yang hebat
APA YANG TERJADI SAAT ORANGTUA
MERASAKAN EMOSI
PERILAKU YANG MUNCUL KONDISI TUBUH
 Raut Wajah Sedih  Jantung berdebar
 Terdiam  Gemetar
 Suara meninggi dan melemah  Dahi berkerut
 Keluar keringat dingin
Menangis

MENGAPA ORANGTUA PERLU


MENGENDALIKAN EMOSINYA
Anak akan meniru apa yang dilakukan orangtua.
jika orangtua dapat mengendalikan emosinya dengan baik, maka anak akan belajar
melakukannya. Apabila anak sering mendapatkan perlakuan kasar, mendapatkan
cacian maka nanti anak juga beresiko menjadi pelaku yang sama
TIPS YANG DAPAT DILAKUKAN SAAT
EMOSI MARAH DATANG TIBA-TIBA

 PINDAH RUANGAN, pastikan anak aman dan ada yang


menjaga

 MENENANGKAN DIRI, tarik nafas panjang dan mencoba


rileks

 ATUR NADA, dengan cara hitung 1-10 dalam hati sebelum


bicara guna mengatur nada suara
BAGIAN 4

Self Compassion (Welas Asih)


Dalam Pengasuhan
(3)
APA SIH SELF COMPASSION
(WELAS ASIH) ITU?
Sikap kasih sayang dan baik terhadap diri saat terjadi kemalangan, kegagalan,
kesalahan, tidak bersikap keras dan menghakimi, terhadap berbagai kelemahan dan
kekurangan, dan memahami bahwa pengalaman yang dirasakan terjadi juga pada
manusia lainnya

KARAKTER INDIVIDU YANG MEMILIKI


SELF COMPASSION
 Bersikap tenang,
 Empati,
 Peka,
 Hangat dan sabar
 Terbuka menyelesaikan berbagai masalah yang muncul

DIMENSI SELF COMPASSION

1. Self Kindness : kecenderungan untuk lebih memahami diri


sendiri daripada menghakimi secara berlebihan
2. Common Humanity : mengakui bahwa tiap orang pasti punya
masalah, pernah berbuat salah dan merasa tidak mampu dalam
beberapa hal (sadar bahwa manusia seutuhnya sangat terbatas
dan jauh dari sempurna)
3. Mindfulness : menerima pemikiran dan perasaan yang dirasakan
saat ini, serta tidak bersifat menghakimi, membesar-besarkan,
dan tidak menyangkal aspek-aspek yang tidak disukai baik
dalam diri ataupun dalam kehidupannya
MANFAAT SELF COMPASSION DALAM
PENGASUHAN

 Menghilangkan rasa lelah


 Meningkatkan kepuasan perannya sebagai care giver (dukungan,
kenyamanan, belas kasih) dalam setiap proses pengasuhan
 Menghibur diri saat mengalami kesulitan yang dihadapi sebagai
care giver
 Lebih bahagia dan pikiran yang tenang
Saat menghadapi kegagalan, seseorang tidak akan menyalahkan diri
sendiri, berusaha memperbaiki perilaku salah, sehingga lebih produktif
dan siap menyelesaikan kesulitan yang baru

BAGIAN 5

Komunikasi Efektif
Dalam Pengasuhan
(4)
KOMUNIKASI EFEKTIF

Suatu cara yang dilakukan orangtua untuk memberikan arahan ataupun


menyampaikan sebuah gagasan dalam bentuk pesan dalam suasana
nyaman, agar dapat dipahami dengan baik oleh anak

Komunikasi akan efektif jika orang tua dan anak bersedia


mendengar dan menyampaikan pesan

TUJUAN KOMUNIKASI EFEKTIF


1. Dapat menyampaikan perasaan, pikiran dan perilaku kepada anak secara
jelas
2. Dapat memberikan arahan perilaku dan nilai yang baik kepada anak
3. Mendampingi anak menemukan jalan keluar dari permasalahan

PENTINGNYA KOMUNIKASI EFEKTIF

 Menguatkan kedekatan antara orangtua dan anak

 Anak merasa diperhatikan dan dicintai orangtua

 Keterbukaan anak akan permasalahan pada orangtua

 Meningkatkan kemampuan berbahasa dan berpikir

 Dapat mengembangkan dan mengubah perilaku yang lebih baik


CARA MEMBANGUN KOMUNIKASI
EFEKTIF DENGAN ANAK

 Beri kesempatan anak untuk bicara lebih banyak


 Jadi pendengar aktif
 Berkomunikasi memperhatikan kontak mata dan posisi tubuh
sejajar dengan anak
 Bicaralah dengan jelas dan singkat agar mudah dipahami anak
 Merespon perasaan dan arti yang disampaikan
 Perhatikan bahasa tubuh anak
 Terapkan empati
5 KETRAMPILAN KOMUNIKASI
YANG PERLU DIKUASAI
ORANGTUA DALAM
PENGASUHAN

(1) KETRAMPILAN
BEREMPATI
Kemampuan menempatkan diri pada posisi yang
sedang anak alami

(2) KETRAMPILAN MENYIMAK


Kemampuan orang tua dalam mendengarkan pesan anak sampai
selesai (pendengar aktif). Setelah selesai, orangtua memberikan
respon tanggapan
(3) KETERAMPILAN
BERTANYA
Kemampuan orang tua dalam mengajukan pertanyaan
terbuka (bagaimana dan mengapa) yang mengajak anak
untuk berfikir

(4) KETERAMPILAN BERCERITA


Kemampuan orangtua bercerita dengan bahasa yang mudah
dipahami anak dengan intonasi, tekanan suara yang sesuai
dengan ceritanya
(5) KETERAMPILAN MEMBERIKAN
UMPAN BALIK
Kemampuan orangtua memberi tanggapan sehingga anak dapat
mengungkapkan maksudnya secara jelas

CARA MENGKOMUNIKASIKAN
PERASAAN

Mengenali Dan Menyampaikan Menceritakan Pengalaman


Kebutuhan Diri Masa Kecil Orangtua Sebagai
Bahan Pelajaran
Tujuannya adalah anak merasa senasib
Sampaikan apa yang orang tua butuhkan dan orangtua dapat menyampaikan
(pesan harus jelas dan sederhana) pesan yang menjadi penekanan akan
sehingga anak bisa memahami dan perubahan perilaku sehingga lebih
bahkan memberikan dukungan yang dapat diterima anak
tepat

BEBERAPA UCAPAN YANG BAIK


MENJADIKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
 Bagaimana aktivitasmu hari ini, coba ayah dan ibu ingin
mendengar ceritanya?
 Selamat ya, ayah dan ibu bangga dengan usahamu
 Ayah dan ibu menyanyangimu nak
 Terimakasih kakak/adik sudah membantu ayah dan ibu hari ini
 Maafkan ayah dan ibu ya nak, karena melakukan yang salah
 Ayah dan ibu akan selalu ada untuk kakak dan adik kapanpun
dibutuhkan
 Coba cerita dulu, kenapa wajahnya begitu ?

GAYA KOMUNIKASI YANG BOLEH


DILAKUKAN ORANGTUA
 Membaca bahasa isyarat tubuh  Membiasakan mengucapkan
(perilaku anak) kata terima kasih, permisi,
 Mendengarkan ungkapan maaf, dan minta tolong pada
perasaan anak anak sesuai kondisi
 Mendengarkan aktif  Mengembangkan pertanyaan
terbuka
 Menggunakan pesan sayang
 Menggunakan kata-kata benar
 Menggunakan kata motivasi
Memberikan contoh perbuatan dari
 Menggunakan kalimat dan kata- orangtua
kata positif

GAYA KOMUNIKASI YANG TIDAK


BOLEH DILAKUKAN ORANGTUA
 Menyalahkan  Menyalahkan
 Meremehkan  Meremehkan
 Memerintah  Memerintah
 Mengomel  Mengomel
 Mengancam  Mengancam
 Menyelidik  Menyelidik

Bila hal ini dilakukan oleh orangtua, anak akan tidak percaya diri
terhadap perasaannya sendiri

BAGIAN 6
Negosiasi Penerapan Disiplin
Positif Dalam Pengasuhan
(5)
NEGOSIASI

Suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan antara dua belah


pihak (orang tua dan anak) melalui diskusi untuk mencapai
kesepakatan guna memenuhi kepuasan dan kepentingan bersama

DISIPLIN POSITIF
Membentuk tingkah laku anak secara positif melalui metode
pembiasaan dengan konsep kasih sayang sehingga anak dapat
menjadi individu yang dapat diterima secara sosial sikap dan
perilakunya

PAHAMILAH BAHWA
DISIPLIN POSITIF BUKAN….

 Mengendalikan anak dengan kekerasan atau melarang akan


sesuatu yang diinginkan
 Menghukum anak yang melakukan kesalahan

Disinilah peran negosiasi sebagai media untuk


dapat mencapai kesepakatan
TUJUAN DISIPLIN POSITIF

1. Anak dapat belajar bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya

2. Memberi kesempatan pada anak untuk membangun tingkah laku


sesuai dengan yang diinginkan oleh lingkungannya

3. Mengajarkan bagaimana anak bertingkah laku, hingga


memberikan pemahaman akan mana yang benar dan mana yang
salah
BAGAIMANA BERNEGOSIASI
DENGAN ANAK UNTUK
MENERAPKAN DISIPLIN POSITIF
1. MEMBUAT KESEPAKATAN
BERSAMA dengan cara menyepakati aturan
untuk diberlakukan semua anggota keluarga

2. SABAR DAN PERCAYA DIRI dengan cara


selalu yakin bahwa kita (orangtua) pasti memiliki
kemampuan dalam mendisiplinkan anak, karena kita
(orangtua) adalah orang yang paling mengenal anak

3. TENANG dengan cara diusahakan tetap bisa


kontrol emosi agar pesan yang disampaikan lebih
jelas dan mudah dipahami
4. MEMILIH WAKTU YANG TEPAT
dengan cara jangan menunda-nunda lalu kondisi
saat penyampaian pesan tetap menyenangkan tidak
membuat takut atau tegang, tetapi tetap tegas

5. KONSISTEN dengan cara apapun keputusan


atau aturan yang telah ditetapkan bersama harus
dilakukan secara ajek atau tidak berubah-ubah

6. MEMBERI CONTOH DAN


PENJELASAN dengan cara menerangkan
maksud sehingga anak paham dan mengerti
mengapa harus bertingkah laku sesuai yang
diharapkan

7. TIDAK MUDAH MENYERAH dengan cara


tidak mudah terpancing oleh perilaku anak yang bisa
membuat marah, jika gagal ulangi lagi dan nyakin
bahwa usahamu akan membawa hasil dan anak
mampu belajar disiplin

8. HINDARI KEKERASAN dengan cara tidak


melakukan cacian, mengecam, memukul anak,
karena hal tersebut dapat berdampak pada sikap
anak pada kita yakni anak merasa kesal akhirnya
memiliki perasaan membenci, dendam dan acuh
kepada kita

9. JANGAN MENGUNGKIT-UNGKIT
dengan cara apapun perilaku yang sudah berlalu
maka dapat dijadikan sebagai pembelajaran bersama
fokus pada perubahan perilaku yang lebih baik

BAGIAN 7
Menghindari Kekerasan
Dalam Pengasuhan, Dengan Tidak
Menghakimi Diri Sendiri dan Anak
(6)
KEKERASAN Adalah setiap perbuatan terhadap
anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, seksual dan atau
penelantaran termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum
(Pasal 1 angka 15a, Undang-undang No 35/2014
tentang Perlindungan Anak)

Masih adanya tindak kekerasan dalam pengasuhan disebabkan


masih rendahnya pengetahuan orang tua dalam pola pengasuhan

BENTUK KEKERASAN
1. FISIK yaitu tindakan yang menyebabkan
kerugian fisik, cedera atau penderitaan fisik pada
anak, Misal : memukul, mencubit, menampar,
menendang, merendam dan lain-lain

2. SEKSUAL yaitu tindakan atau upaya ke arah


tindakan seksual atau brnuansa seksual terhadap
anak, Misal : perkosaan, hubungan seksual
(persetubuhan), perabaan organ intim, melibatkan
anak dalam pembuatan video pornografi,
penggunaan kata-kata dan gerakan bernuansa
seksual
3. EMOSIONAL/PSIKIS yaitu penggunaan
ungkapan atau tindakan yang menyebabkan
tekanan emosional atau penderitaan psikis pada
anak, misal : mengecilkan citra diri anak
(mengatakan anak bodoh, tidak tahu diri, berandal,
anak pungut, sampai pada perlakuan diskriminatif),
menimbulkan ketakutan/kecemasan/kesedihan
(memelototi, membentak, mengancam, menakut-
nakuti), menggangu pemahaman anak akan dunia
dan sistem sosial (hambatan akses
pengetahuan/kebenaran, pengekangan pertemanan,
berbohong pada anak)
PERLAKUAN SALAH TERHADAP ANAK
(CHILD ABUSE) ADALAH BENTUK
KEKERASAN TERHADAP ANAK

disebut abuse karena pelaku menyalahgunakan kepercayaan anak


kepada dirinya, kekuasaan atas anak dan atau posisinya lebih kuat
terhadap anak secara fisik, mental maupun sosial

Dilakukan oleh orang terdekat seperti orang tua, kerabat, guru,


pembina kelompok
bentuk kekerasan fisik, psikis maupun seksual
BULLYING (PERUNDUNGAN)
MERUPAKAN BENTUK KEKERASAN
TERHADAP ANAK

pelakunya adalah anak, terjadi di lingkungan sekolah atau


lingkungan bermain anak

Bentuk tindaknya bisa bersifat fisik (memukul, menampar,


menendang, mendorong dan lain-lain) maupun non fisik (kata-
kata yang mempermalukan, mengejek, memberi panggilan tidak
pantas, mengucilkan dan menyebar cerita buruk)
CYBERBULLYING MERUPAKAN BENTUK
KEKERASAN TERHADAP ANAK YANG
DILAKUKAN DI DUNIA MAYA

bentuknya menyebar berita buruk atau gambar atau video untuk


mempermalukan, mengirim ancaman-anacaman, ejekan
DAMPAK KEKERASAN
TERHADAP ANAK

Tergantung pada keparahan/intensitas tindak kekerasan,


frekuensi, durasi, hubungan pelaku engan anak, kondisi anak
(tingkat kematangan, kesehatan, daya tahan mental), pengalaman
anak sebelumnya, dan respon penanganan/dukungan awal

GANGGUAN FISIK DAN KESEHATAN


 Kelelahan fisik dan keluhan somatik/sakit badan
 Sakit kepala dan gangguan keseimbangan
 Gangguan pencernaan
 Gangguan perkembangan otak sehingga kemampuan berbahasa,
intelektual dan motorik terganggu dan tidak dapat diperbaiki
 Insomnia dan gangguan tidur
 Kehilangan atau melemahnya kemampuan organ, kerusakan
indera hingga kecacatan
 Kerusakan fungsi reproduksi, komplikasi akibat kehamilan
beresiko
 Infeksi penyakit berbahaya, penyakit menular seksual,
HIV/AIDS

MASALAH EMOSIONAL/PSIKOLOGIS
 Emosi negatif seperti takut, sedih, marah, tak berdaya, malu,
kecewa, terhina, merasa rendah, frustasi, cemas, bingung, merasa
kotor
 Jika berkelanjutan, anak menjadi pribadi yang rendah diri,
kehilangan kepercayaan diri, sulit merasa aman, mudah marah
dan agresif, sulit konsentrasi dan berfikir, sulit berbagia, mencari
rasa aman semu
 Gangguan kejiwaan seperti depresi, bahkan keinginan bunuh diri
dan gangguan mental lainnya

HAMBATAN SOSIAL
 Tidak bersemangat, mudah menyerah dan putus asa atau cengeng
 Senang menyendiri dan mengindari kontak sosial (tidak memiliki
teman bermain)
 Agresif, suka menipu dan berpura-pura, tidak peduli bisa
mencederai/merugikan orang lain
 Sulit berprestasi, menghindari tantangan
 Takut ditolak keluarga/lingkungan
 Sulit mempercayai orang lain dan menjalin kedekatan hubungan
 Sulit berempati dan memahami kesulitan orang lain
 Pada remaja ada kemungkinan bisa terlibat dalam perilaku
beresiko seperti terlibat narkoba, perilaku seksual beresiko,
vandalisme, kriminal dan radikalisme
PREVENSI TERHADAP
KEKERASAN DALAM
PENGASUHAN

Kesadaran orang tua penting untuk mengetahui bahaya kekerasan


dalam pengasuhan, sebelum terlambat lakukan perubahan yang
lebih baik
 Pemahaman bahwa keluarga sebagai lingkungan terdekat anak,
peran dan fungsi keluarga harus dijalankan
 Menciptakan iklim yang kondusif dalam keluarga berupa
dukungan, komitmen, dan komunikasi anggota keluarga
sehingga memperkuat kapasitas keluarga
 Meningkatkan pengetahuan orang tua dalam hal pengasuhan
anak
 Memperkuat komunikasi dan kerjasama orang tua dengan pihak
sekolah dalam pendampingan
 Lebih memahami pertumbuhan, perkembangan dan perilaku
anak sesuai usianya termasuk apa yang dapat menjadi sumber
gangguan
 Menyadari diri sebagai pihak yang juga berpotensi menjadi
pelaku kekerasan terhadap anak, dan berlatih mengelola emosi
dalam mengasuh anak
 Berupaya belajar cara berinteraksi dan membangun disiplin anak
tanpa kekerasan
 Mengenalkan anak tentang kesehatan reproduksi termasuk
mengenali bagian-bagian tubuhnya serta fungsi bagian tubuh
tersebut.
 Berikan pengertian tentang sentuhan yang harus dihindari oleh
anak-anak.
 Ajarkan anak untuk menolak dan mengatakan TIDAK saat
menerima sentuhan buruk dan tidak nyaman dan mewaspadai
tawaran atau diiming-imingi sesuatu.
 Ajarkan anak untuk berani meminta bantuan, serta untuk tidak
takut memberitahu orangtua atau guru jika terjadi kekerasan
seksual kepadanya.
 Aktif berdiskusi dengan guru untuk mengetahui perkembangan
anak di sekolah.
 Aktif dan terlibat dalam kelas pengasuhan di lingkungan
masyarakat untuk saling belajar dan mendukung antara sesama
orang tua / pengasuh.
 Menjadi contoh / teladan di rumah dalam berkata-kata dan
bertindak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang tanpa
menggunakan kekerasan, baik terhadap anak maupun terhadap
pasangan dan anggota keluarga lainnya

BAGIAN 8
Mengenal Karakteristik Anak
dan Antisipasi Munculnya
Masalah Perilaku Anak
(7)

Tahapan Perkembangan Kognitif


Menurut Jean Piaget
Dapat mengidentifikasi karakteristik Anak
1. Tahap Sensorimotor ( Usia 18-24 bulan) Pemahaman anak tentang dunia
melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan
tindakan motorik (menggapai, menyentuh)
2. Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 tahun) anak mulai berpikir pada tingkat
simbolik tetapi belum menggunakan operasi kognitif, artinya anak tidak
bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan atau
memisahkan ide atau pikiran
3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun) pemikiran anak mulai
terorganisir dan rasional
4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 Tahun ke atas) anak mulai
memperoleh kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan
memanipulasi ide di kepalanya, tanpa tergantung pada manipulasi konkret
KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI
(USIA 0-6)

1. Bersifat Unik
2. Berada Dalam Masa Potensial
3. Relatif Spontan
4. Cenderung Ceroboh dan Kurang Perhitungan
5. Aktif dan Energik
6. Egosentris
7. Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Kuat
8. Petualang
9. Memiliki Imajinasi dan Fantasi Yang Tinggi
10.Cenderung Mudah Frustasi
11.Memiliki Rentang Perhatian Yang Pendek
KARAKTERISTIK ANAK USIA SD
(USIA 6-12 TAHUN)

1. Senang bermain
2. Senang bergerak
3. Senang bekerja dalam kelompok
4. Serta senang merasakan/ melakukan
sesuatu secara langsung
KARAKTERISTIK ANAK USIA SMP
(USIA 12-15 TAHUN)

1. Menunjukkan perubahan fisik


2. Dominan ke peer group
3. Pengakuan diri
4. Kurang percaya diri
5. Mulai tertarik dengan lawan jenis
6. Tidak mau dianggap sebagai anak kecil lagi
7. Mampu memberi alternatif dalam pemecahan masalah
8. Mencari perhatian lingkungan
9. Terpengaruh lingkungan
KARAKTERISTIK ANAK USIA SMA
(USIA 15-18 TAHUN)
1. Menunjukkan perubahan fisik
2. Memiliki rasa ingin tahu dan mencoba yang tinggi
3. Menjaga penampilan
4. Senang berkumpul dengan teman sebaya
5. Kesadaran gender
6. Mulai dapat mengendalikan emosi dan menentukan pilihan
7. Mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah
8. Keinginan mendapatkan pengakuan anak usaha dan
9. Menunjukkan bahwa anak dapat melakukan sendiri
10.Senang terlibat aktivitas di masyarakat
11.Memerlukan penghargaan atas apa yang dilakukan
12.Selayaknya orang dewasa yang diakui
JENIS-JENIS PERMASALAHAN ANAK

1. KEADAAN FISIK 2. KEADAAN PSIKIS


 Gangguan fungsi pancaindera  Gangguan konsentrasi
 Cacat tubuh  Inteligensi (baik tinggi maupun
 Kegemukan (obesitas) rendah)
 Kidal  Berbohong
 Gangguan kesehatan (penyakit)  Emosi (perasaan takut, cemas,
 Hiperaktif marah, sedih dan lain-lain)
 Neuropati
 Ngompol (enuresis)
 Buang air besar di sembarangan
tempat (encopresis)
 Gagap
 Gangguan perkembangan Bahasa
3. KEADAAN SOSIAL 4. KESULITAN BELAJAR
 Agresif Ketidakmampuan anak
 Pemalu mencapai taraf hasil belajar
 Anak Manja
yang sudah ditentukan dalam
 Negativisme
 Perilaku Berkuasa batas waktu yang telah
 Perilaku Merusak ditetapkan dalam program
kegiatan belajar sesuai
potensi yang dimiliki
 Non - Verbal Learning
Disabilities (NLD)
 Dyscalculia
 Auditory and Visual
Processing Disorder (ADP)
 Dyslexia
 Dysgraphia
 Specific Langues Impairment
(SLI)
FAKTOR PENYEBAB PERMASALAHAN
ANAK
1. PEMBAWAAN, merupakan semua keadaan yang ada pada dirinya

2. MASYARAKAT, mencakup pergaulan, norma, adat istiadat, dll

3. LINGKUNGAN KELUARGA, mencakup pola asuh orang tua,


keadaan sosial ekonomi keluarga dll

4. LINGKUNGAN SEKOLAH, meliputi cara mengajar guru, proses


belajar mengajar, alat bantu, kurikulum, dll
CARA ORANG TUA DAN GURU
MENANGANI PERMASALAHAN ANAK

 Kesabaran  Adil
 Penuh kasih sayang  Dapat memahami
 Penuh perhatian perasaan anak
 Ramah  Pemaaf terhadap anak
 Toleransi terhadap anak  Menghargai anak
 Empati  Memberi kebebasan
 Penuh kehangatan terhadap anak secara
 Menerima anak apa adanya terarah
 Peliharalah minat anak  Menciptakan hubungan
yang akrab dengan anak
BAGIAN 9

Menstimulasi Literasi Anak


Dalam Prestasi Akademik
(8)
APAKAH LITERASI ITU?

sebuah kemampuan untuk berbahasa yang dilakukan dengan


menyimak, membaca, memahami konten yang ada hingga
mengungkapkan pemikiran baik secara lisan maupun tertulis.

Literasi tidak hanya terpaku memahami isi buku, namun saat ini pemahaman pada
suatu bidang pun membutuhkan literasi, seperti literasi media artinya memahami
dan mampu menggunakan media dan literasi pembelajaran artinya juga mampu
memahami dan mengimplementasi pembelajaran.
KONDISI LITERASI
ANAK INDONESIA
Literasi di Indonesia sedang menjadi pembicaraan hangat setelah
Indonesia mengikuti beberapa tes secara internasional salah satunya
yaitu PISA (Programme for International Student Assessment), PIRLS
(Progress in International Reading Literacy Study) dan EGRA (Early
Grade Reading Assessment). Hasil tersebut menunjukan literasi anak di
Indonesia menduduki tingkatan yang rendah dibandingkan negara lain.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun menjelaskan bahasa
47.83% pelajar memiliki kemampuan membaca yang kurang.
Hubungan Literasi dengan Prestasi
Akademik Anak
 Literasi awal seorang anak memiliki pengaruh besar pada
prestasi akademik anak
 Membaca meningkatkan hasil belajar
 Anak yang membaca untuk kesenangan mereka sendiri memiliki
nilai yang lebih tinggi pada beberapa mata pelajaran.
 Meski anak tidak memiliki kecintaan dalam membaca, namun
anak yang mengetahui pentingnya membaca cenderung memiliki
nilai yang baik. Hal ini dikarenakan anak tetap berusaha
membaca.
CARA MENINGKATKAN LITERASI ANAK

1. Sediakan Bahan Bacaan Anak Di Rumah Atau Di Sekolah


Jika menginginkan anak memiliki literasi yang tinggi maka orangtua dan
pendidik perlu memberikan aksesnya. Ketersediaan bahan bacaan di
lingkungan anak mendorong mereka terbiasa untuk membaca dan
memberikan beragam informasi. Hal ini menjadikan anak belajar untuk
memahami berbagai informasi dari berbagai sumber.

2. Menciptakan Suasana Yang Mendukung Anak Untuk


Membaca
Ketersediaan sumber literasi perlu didukung dengan adanya suasana yang
tepat untuk membaca. Ciptakan suasana tenang, terang dan kondusif untuk
anak menikmati kegiatan membacanya. Keadaan itu membantu anak untuk
fokus dan mudah memahami bacaan.
3. Membiasakan Anak Untuk Membaca
Budayakan membaca. Meminta anak untuk membaca dan memahami
konteks yang ada akan melatih mereka untuk bisa mencerna informasi
dengan baik. Contohnya saat anak bertanya tentang cara merekit mainannya
ajaklah anak bersama – sama membaca buku panduan yang ada.
4. Mengajak Anak Untuk Mendapatkan Informasi Dari
Berbagai Sumber
Ketika anak sedang mencari jawaban atau informasi dari suatu hal, ajak
anak untuk mencari pada lebih dari satu sumber. Ajak anak untuk berdiskusi
yang ditemukan, membandingkan sehingga anak bisa mendapatkan
informasi tersebut dengan lengkap dan benar.
5. Mengajak Anak Mengunjungi Perpustakaan Untuk Mencari
Berbagai Literatur
Ajaklah anak untuk mengunjungi perpustakaan dimana mereka bisa
menemukan berbagai jenis dan sumber literasi. Mereka akan terbiasa
menerima berbagai informasi dan membentuknya menjadi satu pemahaman.
Mereka akan belajar dan memahami banyak hal.
6. Orangtua Terlibat Dalam Aktivitas Sekolah
Orangtua akan mengetahui kebutuhan literasi anak jika orangtua cukup
terlibat dalam aktivitas sekolah anak. Orangtua bisa mendukung baik
dengan memberikan kesempatan untuk membaca atau memberikan fasilitas
yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan anak.

7. Membuat Sebuah Kebijakan Yang Mendorong Anak Untuk


Membaca
Tidak bisa dipungkiri anak yang tidak terbiasa membaca dari kecil maka
akan sulit untuk diajak berliterasi dengan baik. Maka pemerintah, orangtua,
dan pendidik harus membentuk sebuah kebijakan yang mendorong anak
untuk membaca. Orangtua bisa memberikan peraturan dimana anak diminta
untuk membaca dan selanjutnya diberikan reward. Guru pun bisa
memberikan kegiatan dimana anak akan membaca literatur yang ada.
CARA MENDUKUNG
LITERASI ANAK DI RUMAH

ANAK USIA 1 – 4 TAHUN:

 Membicarakan Lingkungan Rumah Dengan Anak


Anak usia 1 – 4 tahun belum begitu mengenal lingkungan luar rumah,
kembangkanlah literasi tentang lingkungan rumah agar mudah
memahami apa yang dibicarakan. Orangtua bisa mengajak berbicara
tentang nama anggota keluarga, peran anggota keluarga (misalnya ayah,
ibu, adik, kakak), atau orangtua juga bisa berbicara tentang hal yang
berkaitan dengan diri anak sendiri.
 Membaca Buku Dengan Bersuara Bersama – Sama Anak
Ketika anak masih belum lancar membaca orangtua bisa mendengarkan
pelafalan dari kata – kata yang dibaca. Berikan kesempatan anak untuk
mencoba membacanya atau menirukannya, anak akan mulai memahami
cara baca dan pelafalan.

 Bernyanyi, Menggambar Dan Bercerita


Orangtua bisa menyediakan sumber literasi bagi anak seperti lagu agar
mereka mendengar banyak kosa kata. Selain itu orangtua bisa
menyediakan alat menggambar dimana anak bisa mengungkapkan
pemikiran mereka. Orangtua juga bisa bercerita pada anak baik dari
buku cerita maupun kejadian nyata sehingga anak belajar memahami
konteks yang dibacarakan oleh orangtua.
ANAK USIA 5 – 10 TAHUN:

 Bermain Kata
Bermain kata pada anak bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Orangtua bisa menyiapkan buku, poster atau kartu kata yang mudah
dilihat oleh anak. Orangtua bisa menyampaikan cara pelafalannya dan
ejaanya. Orangtua juga bisa bermain dengan menghilangkan satu huruf
dan meminta anak mencari huruf yang hilang. Kegiatan ini dilakukan
untuk meningkatkan rasa senang saat belajar kata.

 Berdiskusi Makna Kata


Saat ini anak sedang banyak menemukan kosa kata baru. Diskusikanlah
makna dari sebuah kata tersebut, artinya apa dan digunakan untuk
mengungkapkan hal apa. Hal ini akan memudahkan anak memahami
sebuah literasi dan membantu anak untuk fokus dalam membaca atau
mendengarkan.
 Fokus Pada Hal Menarik
Membicarakan hal yang menarik pada sebuah literasi seperti hal baru
atau yang membuat anak penasaran menjadikan anak suka untuk
menambah literasi mereka. Orangtua bisa menunjukkan hal – hal yang
baru, mengajak membandingkan dengan yang lainnya dan juga
mengajak mencari hal yang serupa sehingga anak terbiasa untuk
mendalami pemahaman dengan lebih luas.

 Bertanya Tentang Bacaan


Orangtua bisa membangun pemahaman anak dengan bertanya tentang
hal yang anak baca. Orangtua bisa bertanya sebelum anak membaca,
seperti apa yang akan dibaca, mengapa membaca hal tersebut. Pada saat
ini orangtua juga bisa memberikan motivasi pada anak untuk
membacanya. Saat membaca, orangtua bisa bertanya pada anak apakah
menemukan kesulitan, sehingga orangtua bisa membantu. Selain itu
setelah anak membaca, orangtua bisa bertanya tentang hal apa yang
anak baca, hal ini memberikan kesempatan anak untuk mengungkapan
pengetahuan mereka dan pendapat mereka. Orangtua juga bisa
mengukur pemahaman anak dari hasil membacanya.
ANAK USIA 11 – 17 TAHUN:

 Membicarkan Tentang Pelajaran dan Kaitkan ke Sekolah


atau Pendidikan
Orangtua saat ini bisa mulai banyak membicarakan hal pada anak.
Orangtua bisa bertanya tentang pelajaran yang anak dapatkan, atau hal –
hal yang sedang banyak terjadi pada anak sehingga anak bisa belajar
memahami kondisi mereka. Orangtua bisa menanyakan hal – hal yang
mereka sedang pelajari dan mengkaitkannya pada kehidupan anak di
sekolah atau kaitannya dengan prestasi anak.

 Tawarkan Tambahan Sumber Literasi


Saat anak menceritakan hal yang sedang dipelajarinya, maka orangtua
bisa menawarkan sumber tambahan lainnya, seperti buku, akses ke
perpustakaan, atau video dan sumber lainnya. Hal ini dapat menjadikan
anak terbiasa mencari informasi dari banyak sumber dan dapat
meningkatkan pemahaman anak.
 Menjadi Model Dalam Membaca dan Menulis
Anak sudah mulai terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber, baik
buku, internet maupun sumber lainnya. Orangtua sangat penting
mencontohkan dalam membaca, perlihatkan sumber – sumber yang baik
dan valid untuk anak baca dan mungkin cara membaca yang benar dan
lebih efektif. Selain itu orangtua juga perlu menunjukkan cara menulis
yang baik. Usia ini anak sudah mulai bisa menuliskan apa yang mereka
pikirkan, maka tunjukkan cara menyampaikan pendapat tersebut dengan
baik.
BAGIAN 10

Coping Stress Dalam Pengasuhan


(9)
Parenting Stress timbul akibat
ketidaksesuaian antara tuntutan yang
dirasakan orang tua dengan kemampuan
orang tua dalam memenuhi tuntutan
tersebut

MODEL PARENTING STRESS


THE PARENT DISTRESS
(PENGALAMAN STRESS ORANG TUA)
 Feeling of Competence yakni kurangnya perasaan akan
kemampuan dalam merawat anak baik dalam hal pengetahuan
maupun ketrampilan manajemen pengasuhan
 Sosial Isolation yakni merasa terisolasi secara sosial dan kurang
mendapat dukungan emosional sehingga berdamak pada pengabaian
pengasuhan anak
 Restriction Imposed By Parent Role yakni pembatasan pada
kebebasan berindak, merasa diri sebagai orang tua dikendalikan dan
dikuasi anak untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan anak
 Relationship With Spouse Konflik yakni pasangan menjadi sumber
stress (kurang mendapatkan dukungan emosi dan material)
 Parent Depression yakni orang tua yang mengalami rasa bersalah
(kecewa) yang berlebih dapat melemahkan kemampuan akan
tanggung jawab pengasuhan
THE DIFFICULT CHILD
(PERILAKU ANAK YANG SULIT)

 Child Adaptability yakni perilaku anak yang sulit


di atur
 Child Demands yakni anak banyak permintaan
berupa perhatian dan bantuan
 Child Mood yakni perilaku anak yang lebih banyak
menunjukkan perasaan ke arah negative
 Distracbility yakni anaknya menunjukkan perilaku
terlalu aktif dan sulit mengikuti perintah
THE PARENT CHILD DYSFUNCTIONAL
INTERACTION
(KETIDABERFUNGSIAN INTERAKSI
ORANGTUA DAN ANAK)
 Child Reinforced Parent yakni interaksi antara orangtua
dengan anak tidak menghasilkan perasaan yang nyaman
terhadap anak
 Acceptability Of Child To Parent yakni karakteristik anak
seperti intelektual, fisik yang tidak sesuai dengan harapan
orang tua yang mengakibatkan penolakan
 Attachment yakni orang tua tidak memiliki kedekatan
emosional dengan anak sehingga mempengaruhi perasaan
orang tua
DAMPAK PARENTING STRESS

 PADA ORANG TUA :


kelelahan, penurunan kesehatan
fisik, ketidak puasan dalam
menjalankan tugas sebagai orang
tua, merenggangnya hubungan
orangtua dan anak

 PADA ANAK : korban


kekerasan, berkurangnya
Kemampuan sosial dan
emosional serta menurunnya
prestasi akademik
REAKSI PARENTING STRESS
FISIK
 Gangguan tidur, kurang nafsu makan
PSIKOLOGIS
 Fungsi pikiran: sulit membuat keputusan, proses berpikir
melambat, sulit mengingat
 Perasaan : memiliki rasa bersalah jika meninggalkan anak untuk
bekerja , mudah marah
 Perilaku : tidak sabar, sulit percaya orang lain, bingung
SOSIAL
 Hubungan dalam keluarga : kurang harmonis
 Pola kehidupan di dalam masyarakat : kegiatan keagamaan dan
kemasyarakatan sulit untuk berfungsi, HAM dilanggar
 Perekonomian melemah
COPING STRESS

Segala usaha baik sehat maupun tidak sehat, sadar atau tidak sadar,
yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hal yang dapat
menyebabkan stress atau menolerir efek dari stress agar tidak terlalu
menyakitkan

STRATEGI COPING STRESS


1. Fisik meliputi relaksasi, meditasi, pijat, olahraga dan lainnya

2. Berorientasi masalah meliputi


 emotion focused coping (fokus menghilangkan atau merdakan
emosi-emosi yang muncul karena stressor (marah, cemas dll),
 problem focused coping (fokus untuk menyelesaikan masalah
yang menimbulkan stress, intinya saat berhasil menyelesaikan
masalah maka bisa mengurangi tekanan)

3. Kognitif meliputi menilai kembali masalah, belajar dari masalah,


membuat perbandingan social meliputi dukungan teman dan
keluarga, kelompok dukungan, membantu orang lain

BAGIAN 11
Orang Tua Hebat dan Bahagia
Dalam Mengasuh Anak
(10)
Mengasuh anak merupakan hal yang menantang bagi
orangtua. Tidak jarang, proses mengasuh anak dapat
menjadi salah satu penyebab stress pada orangtua. Lalu
bagaimana agar menjadi orangtua yang bahagia dalam
mengasuh anak?

KUNCI MENJADI ORANGTUA BAHAGIA


DALAM MENGASUH ANAK
1. Membangun budaya keluarga yang saling menyayangi,
mempercayai, bekerjasama, menghargai, dan bertanggungjawab.

2. Meluangkan waktu bersama anak, atau sering disebut dengan


“family time”. Hal ini untuk memperkuat hubungan antara
orangtua dan anak serta menciptakan kasih sayang dan perhatian.

3. Mengubah pikiran-pikiran negatif dengan pikiran positif. Misalnya


ketika kita berpikir bahwa “Kita tidak pernah bisa menjadi orangtua
yang baik” diubah menjadi “Kita sedang berusaha menjadi
orangtua yang baik”.

4. Ketika orangtua merasa ragu, sebaiknya menjauh sebentar, terlebih


ketika sedang merasakan emosi negatif dan belum bisa
mengendalikannya,maka lebih baik menenangkan diri terlebih
dahulu.
5. Mencari cara untuk memproses perasaan orangtua ketika ingin
mengeluarkan emosinya agar merasa lega. Misalnya dengan
menuliskan emosi orangtua di buku catatan pribadi atau bercerita
dengan orang lain yang dipercaya.
“Bahagia adalah pilihan”
(Greenberg & Avigdor, 2009)

PENUTUP
Kemampuan mengasuh secara bijaksana sebenarnya dapat dilakukan
siapapun, asal mau belajar dan bersabar. Tantangan dan permasalahan
dalam pengasuhan dapat diminimalisir dengan menerapkan mindful
parenting. Pengasuhan berkesadaran memiliki dimensi-dimensi yang
perlu dipelajari dan diterapkan oleh orangtua. Penerapan mindful
parenting pada balita dan remaja terbukti dapat mengurangi stres,
menurunkan agresi anak, meningkatkan perilaku prososial anak,
meningkatkan kepuasan dalam pengasuhan, meningkatkan kualitas
komunikasi verbal dan nonverbal antara orang tua dan anak, bahkan
secara efektif mampu membantu orangtua dalam mengasuh anak yang
mengalami autis dan ADHD.

TENTANG PENULIS
Siti Fadjryana Fitroh, S.Psi., M.A
 Dosen di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
 Aktif Sebagai Pembicara Kegiatan parenting, Konselor pendidikan, peneliti dan penulis.
 Buku yang penulis sudah terbitkan adalah Entrepreneurship Parenting Untuk Anak Usia Dini;
Mengelola Social Emosional Anak Usia Dini Di Masa Darurat; dan Digital Parenting Upaya
Pencegahan & Penanganan Kekerasan Seksual Pada Anak

Eka Oktavianingsih, S.Pd., M.Pd


 Dosen di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
 Aktif sebagai pembicara dan praktisi PAUD, penulis dan peneliti di bidang PAUD
 Buku yang penulis sudah terbitkan adalah Edukasi Seks untuk Anak Usia Dini: Panduan bagi
Guru dan Orangtua dan Mengelola Social Emosional Anak Usia Dini Di Masa Darurat.

Dinda Rizki Tiara, S.Pd., M.Pd


 Dosen di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Trunojoyo Madura
 Aktif sebagai praktisi PAUD, penulis dan peneliti di bidang PAUD
 Buku yang penulis sudah terbitkan adalah Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Di Era
Milenial.

DAFTAR PUSTAKA
 Bornstein, M., H. 2008. Handbook of Parenting Volume 1. Children and
Parenting. Lawrence Erlbaum Associates, NJ.
 Costa, J. 2016. The Conscious Parent‛s Guide to Positive Discipline. USA:
Adams Media, MA
 Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian
Pendidikan Nasional. 2011. Mengasuh Anak Dengan Bijak
 Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial
Kementerian Sosial. 2020. Pencegahan Kekerasan, Pelantaran, Dan
Eksploitasi Terhadap Anak Penguatan Kapabilitas Anak Dan Keluarga.
 Hurlock, E., B. 2011. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
 Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia. 2016.
Praktik Baik Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga.
 Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia. 2015.
Mindful Parenting
 Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Kenali
Emosi Diri Sebagai Orang Tua.
 Klemencic, E., Mirazchiyski, P., & Sandoval-Hernández, A. (2014).
Parental Involvement in School Activities and Student Reading
Achievement – Theoretical Perspectives and PIRLS 2011 Findings. Šolsko
Polje. Vol 25, No (3–4), hal 117–130.
 Kumalasari, D. & Fourianalistyawati, E. (2020). The role of mindful
parenting to the parenting stress in mothers with children at early age.
Jurnal Psikologi Vol. 19(2), 135-142.
 Kurniawan, H. 2018. Literasi Parenting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
 Lestari, S., & Widyawati, Y. 2016. Gambaran Parenting Stress dan Coping
Stress Pada Ibu Yang Memiliki Anak Kembar. Jurnal Psikogenesis Vol 4
(1)hal 41-57.https://academicjournal.yarsi.ac.id
 Neff, K., D. (2003a). Development and validation of a scale to measure
self-compassion. Self and Identity, 2, 223-250. http://self-
compassion.org
 Neff, K. D. (2003b). Self-compassion: An alternative conceptualization of a
healthy attitude toward oneself. Self and Identity, 2, 85-102. Retrievied
From: http://self-compassion.org
 Padmadewi, N., N & Artini, L., P. 2018. Literasi di Sekolah, dari Teori ke
Praktik. Bali: NILACAKRA.
 Ratnasari, K., A & Kuntoro. 2017. Hubungan Parenting Stress, Pengasuhan
dan Penyesuaian Dalam Keluarga Terhadap Perilaku Kekerasan Anak
Dalam Rumah Tangga. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS Dr.
Soetomo, Vol 3 (1) hal 86-98. https://media.neliti.com
 Reade, A. 2017. Supporting Your Child’s Literacy Development At Home.
Washington, DC: U.S. Department of Education, Office of Elementary and
Secondary Education, Office of Special Education Programs, National
Center on Improving Literacy.
 Santrock, J., W. 2007. Remaja. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
 Sofyan, I. 2018. Mindful Parenting : Strategi Membangun Pengasuhan
Positif Dalam Keluarga. Journal of Early Chilhood Care & EducationVol 1
(2) Hal 41-47.
 Strum, L. 2004. Temperament in Early Childhood: A Primer for The
Perplexed. Washington DC: Zero to Three.
 Tahmidate, L., & Wawan, K. 2020. Permasalahan Budaya Membaca di
Indonesia. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 10 No. 1,
hal 22 – 33.
 Whitten, dkk. 2016. The Impact of Pleasure Reading on Academic Success.
The Journal of Multidisciplinary Graduate Reseacrh. Vol 2, No. 4, hal 48 –
64.

SAMPUL BELAKANG
Buku ini akan membahas tentang mindful parenting; positif parenting; kemampuan
mengelola emosi dalam pengasuhan; self compassion; Komunikasi Positif Dalam
Pengasuhan; Negosiasi Penerapan Disiplin Positif Dalam Pengasuhan;
Menghindari Kekerasan Dalam Pengasuhan; Mengenal Karakteristik Anak dan
Antisipasi Munculnya Masalah Perilaku Anak; Menstimulasi Literasi Anak Dalam
Prestasi Akademik; Coping Stress Dalam Pengasuhan; dan Orang Tua Hebat dan
Bahagia Dalam Mengasuh Anak. Besar harapan para penulis dengan hadirnya buku
ini nanti dapat bermanfaat dan menjadi rujukan bagi orangtua dalam aplikasi
langsung saat mengasuh dan mendidik anak baik di rumah, di sekolah dan di
lingkungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai