Biodata Narsum:
1. KONSEKUENSI NATURAL
Orang tua yang menggunakan konsekuensi natural memungkinkan anak anaknya un-
tuk
menemukan keuntungan dari perintah dan peraturan.
Tanpa ancaman dan debat dengan orang tua, anak anak yang mengalami konsekuensi
natural akan terbangun rasa disiplin pada diri sendiri dan kekuatan internal, dan bela-
jar mematuhi perintah bukan karena takut akan hukuman, akan tetapi karena mereka
mengetahui bahwa dengan mematuhi perintah akan
membuat hidup lebih baik.
Orang tua sebaiknya tidak menggunakan konsekuensi natural bila konsekuensi yang
akan timbul berbahaya untuk anak anak atau tidak menyebabkan rasa tidak nyaman
bagi anak-anak.
2. KONSEKUENSI LOGIS
Ketika konsekuensi natural tidak berfungsi, orang tua harus membuat konsekuensi
logis.
Konsekuensi logis berupa hukuman dan praktis, dapat dilaksanakan dan berkaitan
dengan perilaku anak.
Orang tua harus memberikan penjelasan mengenai konsekuensi ini kepada anak
anaknya pada saat tenang dengan jelas dan tegas. Sangat penting bagi orang tua un-
tuk memberitahukan terlebih dahulu alasan mengapa mereka harus berperilaku baik
dan hasil keluaran yang diinginkan.
Seperti konsekuensi natural, konsekuensi logis harus sesuai dengan perilaku mereka
dan tanpa ancaman atau hukuman �sik untuk anak anak. Orang tua sebaiknya mem-
biarkan anaknya bertindak sesuai dengan keinginannya, bila ia melanggar aturan
maka bersiap menghadapi konsekuensinya. Hasilnya adalah anak akan berperilaku
baik karena mereka mengetahui bahwa semuanya akan menjadi baik bila mengikuti
aturan yang ada. Sebaliknya,
hukuman akan membuat anak berperilaku baik hanya jika mereka takut ketahuan
orang
tuanya, dan akan membuat mereka bersikap ‘nakal’ saat tidak ada orang tua.
Cara yang terbaik dalam menerapkan reward dan punishment adalah penerapan rein-
forcement negatif, yaitu:
Memberikan reward ketika anak melakukan hal yang diharapkan dengan MENGU-
RANGI hal yang TIDAK DISUKAInya.
Memberikan punishment ketika anak melakukan hal yang tidak diharapkan dengan
MENGURANGI hal yang DISUKAInya.
4. Time Out
Time out adalah suatu cara untuk mengendalikan marah dan menghentikan perilaku
buruk anak, dengan memberikannya kesempatan untuk menenangkan diri dan
berpikir kembali atas perbuatan yang dilakukannya.
Time out adalah sebuah teknik yang dilakukan orangtua untuk membantu anak bere-
laksasi. Anak diberikan jeda untuk sendiri, berusaha merenung, serta tanpa diganggu
dan tanpa mengganggu orang lain.
Time out menjadi hukuman ketika orangtua memprak-tekkannya dengan tidak tepat.
Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan time out dinilai sebagai hukuman oleh
anak:
Orangtua mengatakan bahwa time out merupakan hukuman atas perilaku anak yang
tidak sesuai arahannya.
Tempat time out yang menakutkan dan berkesan tempat penghukuman, seperti ka-
mar mandi dan ruang tertutup.
Tempat time out yang memungkinkan orang-orang dapat melihat anak seperti di-
hukum.
Bagian utama dari disiplin adalah belajar bagaimana berbicara dengan anak-anak.
Cara berbicara orang tua kepada anak akan sangat dipelajari dan ditiru oleh anak.
2. Bicara Sesingkat dan Sesimple Mungkin, Minta Anak Mengulangi Kata-kata Orang
tua
Gunakan satu kalimat saja: Mulai pembicaraan dengan inti dari perkataan Anda. Se-
makin lama Anda mengoceh, semakin besar kemungkinan anak Anda untuk tidak
mendengarkan.
12. Gugah emosi anak dalam berkata-kata, Berikan hadiah kepada anak berupa benda
yang disukainya sewaktu-waktu, ungkapkan rasa cinta secara verbal, , berikan pujian
setiap kali anak melakukan hal yang diharapkan, dan ingat untuk mencintai anak SEU-
TUHNYA, SETIAP WAKTU…! Tidak hanya ketika anak berperilaku yang diharapkan,
tapi juga ketika anak melakukan hal yang sebaliknya =))
TANYA JAWAB
Tanya
1. Bunda Sekar
Bagaimana mendisiplinkan anak untuk tidur malam lebih awal sementara anak selalu
menunggu ayahnya pulang larut malam? Sementara jadwal pulang ayahnya tidak bisa
dipastikan. Si anak tidak bisa merem dan tidur kalau belum lihat ayahnya. Ini berlang-
sung sejak kecil. Saya khawatir ini berlangsung sampai dia masuk SD..
Sebenarnya ini menunjukkan kelekatan emosional yang sangat baik antara anak den-
gan ayahnya. Atau minimal sekali, menunjukkan kebutuhan anak untuk berinteraksi
dengan ayahnya. Tidak masalah jika anak ingin seperti itu. Hanya harus disepakati di
awal jam berapa maksimal paling malam dia dapat menunggu ayahnya pulang kerja.
Untuk Indonesia, sekitar jam 8 – 9 malam.
Bagaimana mendisiplinkannya? Bisa dimulai dengan melakukan ritual tidur 1 jam se-
belumnya. Misalnya ajak anak bersih – bersih diri, lakukan aktivitas yang tenang,
Tidak banyak aktivitas �sik, tidak melibatkan aktivitas layar ( hp, iPad, TV, laptop
dlsb).
Baca buku, berbagi cerita, hafalan quran, hadits, doa, dlsb.
Yang paling penting, pahamkan pada anak, bahwa ayah sangat sayang padanya,
meskipun pulang larut malam. Kalau perlu, telp ayah atau video call sebelum anak
tidur.
2. Bunda Widi
Yang lagi rame dibahas tentang pemberian iming2 hadiah di awal itu sama saja den-
gan “menyogok” anak. Sebatas mana anak2 diberikan rewards atas hal2 positif yang
dilakukannya?
Jika akan memberikan rewards, apakah sebaiknya disampaikan di awal atau
diberikan di akhir sebagai surprise untuk anak? akan rewards akan berdampak besar
pada sikap si anak di masa depan menjadi mudah disogok dan menyogok?
Menurut saya, iming2 pada awal itu sangat logis, merupakan salah satu bentuk kasih
sayang ortu yang paham bagaimana karakteristik anak2 sebenarnya.
Di dalam ilmu psikologi sndiri, banyak teori tentang iming2 ini. Rewards & punish-
ment, token economy dlsb.
Pada dasarnya, pemberian iming2 tsb, disertai pemahaman kepada anak. Jadi tidak
sekedar langsung ngasih begitu saja. Mengenai waktunya, mau disampaikan di awal
atau di akhir, disesuaikan dengan sikonnya saja.
3. Bunda Hani
Bagaimana cara membuat kesepakatan dengan anak usia 2 tahun? Misalnya tentang
nonton video di hp.
Untuk usia 2 tahun, jika memang belum lancar bicara, cara yang lebih mudah adalah
langsung mengalihkan pwrhatiannya ke hal yang lain yang lebih menarik. Atau meli-
batkan pergerakan �sik, perubahan tempat dlsb.
Khusus masalah hp, harus lebih spesial lagi. Karena hp benar2 membuat seseorang
sangat fokus dan lupa pada dunia luarnya. Itulah sebabnya, swbisa mungkin untuk
anak usia di bawah 3 tahun, tidak dikenalkan dulu.
Kalau susah stop hp, langsung hilangkan saja dari kehidupan anak. Jangan ditun-
jukkan ke anak sama sekali. Beri anak aktivitas, mainan, buku, dlsb. InsyaAllah Kalau
anak belum kecanduan, sangat mudah dialihkan. Caranya jangan ditunjukkan hpnya.
Yang artinya, ortu pun jangan pakai hp dulu kalau lagi sama anak2.
4. Bunda ietoh
a. Bagaimana dengan anak tertua ( pr, 8 tahun) yang sudah bisa disiplin, tapi adiknya (
pr 6 dan 5 tahun, lk 4 tahun) belum disiplin? Si kk suka merasa terbebani dengan adik-
adiknya yang tidak disiplin.
b. Saya masih belum jelas tentang memberikan punishment ketika anak melakukan
hal yang tidak diharapkan, dengan mengurangi hal yang disukainya. Apa saja con-
tohnya?
Mengurangi hal yang tidak disukai sebagai hadiah. Misalnya anak berperilaku baik
tertentu, jadi hadiahnya anak ga usah cuci piring ( biasanya itu tugas hariannya) —>
itu yang dikurangi. Jadi bukan memberi hal yang baru, seperti ngasih uang, boleh
makan coklat sepuasnya dlsb.
5. Bunda Alisha
Bisakah cara mendisiplinkan anak tanpa rewards & punishment?
Bisa.
Rewards & punishment hanyalah salah satu cara mendisiplinkan anak.
Yang paling penting, perhatikan cara berkomunikasi dengan anak yang efektif.
6. Bunda Widi
Bagaimana cara mendisiplinkan anak yang sejak kecil tidak dibiasakan adanya peratu-
ran, konsekuensi dll?
Bertahap, Bunda. Pilih 1 perilaku disiplin dulu yang ingin diubah dalam jangka waktu
tertentu.
Misalnya selama 2 minggu disiplin membereskan tempat tidur sendiri. Itu dulu yang
diberi fokus. Setellah itu baru beralih ke satu perilaku disiplin lainnya.
Penerapan konsekuensi natural dan logis sebenarnya juga dengan Sesekali biarkan
anak yang langsung merasakan dampaknya. Dengan catatan, ortu harus kompak. Dan
tentunya, dalam menerapkan standard, sesuaikan dengan kemampuan anak.
7. Bunda Yanti
Berkaitan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berpendapat.
Bagaimana jika anak selalu mencari pembenaran / beralasan atas kesalahannya?
Jika anak selalu mencari pembenaran, bisa kita lihat dari sisi positif :
– anak punya alasan kuat dan mampu menyampaikan pendapatnya
– anak kritis, tidak langsung menerima penjelasan orang lain begitu saja
– anak percaya pada ortunya, bahwa ortu dapat menjadi partner komunikasi yang
baik yang mau mendengarkan opininya. Nah, tingggal yang perlu diperhatikan dan
terus dipahamkan pada anak :
1. Adab berbicara yang baik kepada ortu.
2. Cara menyampaikan pendapat yang baik dan benar.
3. Bagaimana empati dan cara menghargai orang lain.
4. Bagaimana berbesar hati menerima pendapat orang lain.
5. Bagaimana rendah hati dalam menerima ilmu yang benar
Sehingga mereka tahu kapan harus memberi alasan. Bagaimana memulainya,
bagaiman mengakhirinya.
8. Bunda Yuli
Bagaimana mendisiplinkan anak yang diasuh sama neneknya? Kata ibu ga boleh, kata
neneknya boleh. Akhirnya anak jadi lebih nurut sama neneknya ( kedua ortu bekerja).
Salah satu resiko ortu bekerja dan menitipkan anak pada neneknya atau orang lain
memang begitu. Anak bisa jadi lebih dekat dengan pengasuhnya. Oleh karena itu,
pastikan punya waktu yang berkualitas dengan anak setiap harinya. Jika ortu pulang,
minta nenek beristirahat. Jika ada yang tidak sesuai dengan nenek, ajak anak bicara
baik-baik di tempat yang privat, hanya ortu dan anak. Ortu harus lebih ekspresif lagi
menyampaikan kasih sayang dan perhatian kepada anak, jangan malu-malu. Sehingga
anak benar2 merasa disayang dan diperhatikan oleh ortunya. Luangkan waktu di tem-
pat kerja untuk menghubungi anak, jika bisa. Siapkan keperluan anak sebelum be-
rangkat kerja. Sesekali beri anak kejutan, mengajak jalan – jalan, dlsb. Atau bawakan
oleh-oleh tiap pulang kerja.
Penutup :
Alhamdulillah kulwap hari ini sudah selesai, semoga pertemuan hari ini bermanfaat
dan semoga Allah mudahkan dan berkahi kita dalam mendisiplinkan anak2 kita..
Aamiin..
hsmn
facebook.com/hsmuslimnusantara
FB: HSMuslimNusantara Pusat
instagram: @hsmuslimnusantara
twitter: @hs_muslim_n
web:
hsmuslimnusantara.org
ByBundKay
Advertisements
Report this ad
Report this ad
Anak2 sy udh di ‘gotong’ ke masjid sjk 2.5th. Kl ayahnya gk bs, kakeknya. Anak2 di bw
ke masjid di saat wkt shlt yg ‘lengang’ dulu, spt dzuhur dan ashr. Stelah sukses tdk
lari2, tenang dan tdk mengganggu jamaah lain, br di bawa ke wkt shlt yg lbh ‘ramai’…
maghrb dan isya. Setelah berminggu dan berbulan2 sdh tenang, br di bw ke wkt shlt
yg sdikit relatif lbh panjang, yaitu jumatan. Knp jumatan dulu sebelum tarawih, krn ju-
matan kan stiap minggu, sedangkan praktek tarawih kan kudu nunggu moment se-
tahun sekali. Lagipula kan kl jumatan, yg bikin agak lama itu khutbahnya. Walaupun
tdk blh bicara, tp ayah/kakek/Om bs menahan dg tangan agar anak yg di bawa nya tdk
lari dan bercanda2. Sedangkan kl tarawih, org dewasa nya akn terus shlt.. Sehingga
anak yg di bawa akan lbh susah di kontrol.
Stelah si abang tk, kakek nya yg menjemput ke skolah, dan dr situ lgs ke masjid. Dia
dibiasakan dg atmosfer masjid sebelum wkt shlt tiba, jd gk dtg pas shlt. Sambil me-
nunggu adzan, kakeknya bs menjelaskan atau cerita macem2 yg berhubungan dg
masjid. Misalnya sejarah bgmn adzan di kumandangkan, cerita ttg bilal bin rabah, atau
apalah. Br shlt. Jd ada prolog yg menyenangkan dan child-friendly. Belum kalau pu-
lang nya hujan, mrk akan bersama2 menunggu reda atau menembusnya sambil main
hujan.
Kini, krn sdh tinggal jauh dr kakek, dan ayahnya kerja smp jm 5, ibunya yg kena. Sepu-
lang skolah stop dulu di masjid, nunggu ashr berjamaah. Si adik jd ‘terpaksa’ di boyong
jg. Semakin usia besar.. ‘instalan sblm adzan’ nya tambah kompleks dan berbeda. Kini
setelah SD, dikenalkan tahiyatul masjid dan rawatib sblm shlt wajibnya. Dijelaskan
bhw anak muda yg mengikat hatinya di masjid dijanjikan naungan allah di akhirat
sana. Saya jg bercerita kepada mereka bagaimana wkt sy balita, istiqlal adlh taman
bermain sy. Smp besar, sy tetap ‘di geret’ ke masjid yg jarak nya 20km di gelapnya
musim dingin Florida bagian utara. Dan itu satu2nya masjid di kota itu, dan sy SMP
kelas 3! Pdhl kami tiga bersaudara perempuan semua. Belum kalo ramadhan, kami
brgkt ke masjid dr ba’da ashr smp tarawih stiap harinya, berbuka disana krn ibu sy
bergantian dengan ibu2 lain utk masak makanan berbuka.
Cinta masjid adlh proses yg panjang, ibu, bapak. Gk bs instant dan segera. Bkn hanya
anak laki2, tp anak perempuan juga. Krn walau kl anak perempuan saya tau utama
nya di rumah, tp kelak kan mereka diharapkan pny anak laki2 pula.belum tentu
suaminya sempat membawa anak laki2 nya ke masjid walau hanya sekedar solat isya.
Kl dulu ibunya tidak dibawa2 ke masjid, mana kepikiran harus berinisiatif membawak
anak laki2 nya kesana? Andaikan ayah sy tdk menggeret sy dulu, bgmn sy bs cerita?
Kita masya allah tinggal di negara yang adzannya bersahut2an, dan jarak masjid dr
rmh tidak seberapa. Seharusnya mengajarkan anak-anak kita cinta masjid, jauh lebih
mudah dr apa yg di lalui ayah dan ibu sy.
Tp jgn demi anak cinta masjid, jd mengganggu org lain ibadah. Itu kenapa ga bs anak di
bawa tarawih serta merta. Ada setahun ke dpn utk latihan agar di ramadhan berikut
nya anak bs tenang di bw ke masjid, kl skrg blm bs. Tp hanya orgtua yg cinta masjid yg
bs menurunkan cinta itu kepada anak2 mereka. Jd sblm anda sibuk membuat anak
anda cinta masjid, pastikan anda dulu yg cinta.
#sarrarisman
ByBundKay
Kalo anak usia kurang dari 2 tahun atau yg kemampuan komunikasinya belum lan-
car, yg pertama dilakukan anaknya dipeluk. Kalo ga mau dipeluk, ditemenin aja dis-
ampingnya sambil ttp diajak ngobrol sambil cari ide buat mengalihkan perhatian ke
hal yg disukai. Nanti kalo udah tenang atau si anak udah teralihkan, bisa diajak cerita
lagi ttg kejadian yg tadi bikin tantrum. Kalo anaknya sudah lancar bicara, udah bisa di-
ajak ngobrol,. Kalo pas tantrum, ya tetep aja diajakin ngobrol, ditanya baik2, sedihnya
kenapa.
Berusaha sebisa mungkin ga jadi ikutan emosi ya hehe . Kalo yg saya pahami,
anak2 tantrum itu salah satunya karena ya memang itu cara yg mereka baru bisa un-
tuk mengekspresikan kemarahan, kekecewaan. Jadi cara handlenya ya secara berta-
hap berusaha membantu anak melogiskan kejadian yg dialami, lewat dialog, jaga in-
tonasi, jaga emosi. Anak itu sensitif banget trhdp perubahan intonasi, meskipun pesan
yg disampaikan baik atau tidak memarahi. Anak kan mencontoh kita. Kalo kita mere-
spon kemarahan dg emosional, ngebanting barang, ya anak juga makin mencontoh.
Dan percayalah…ini mesti sabar, karena anak belajarnya ga instant. Oh iya jangan
lupa apresiasi anak kalo ada perkembangan dlm menghandle emosinya. Misal se-
belumnya nangis sambil guling2, yg berikutnya cuma nangis aja..nah ini kasih pujian
ke anak. Punten itu aja yg bisa dishare…ini juga masih perlu banyak belajar. #ba-
pak1anak.
Saya dulu pertama juga begitu, ketika anak menyapih anak bungsu, si anak klo nangis
dah heboh, tetangga ampe dateng nanyain, bwlum kalo tengah malam sering banget
bangun dan nangis. Pikir kena apa gitu ampe dibaca bacain, lha ora ngepek .
Akhirnya setelah tau ilmunya, pelan pelan mulai bisa “menguasai” keadaan ketika hal
tsb terjadi. “Komunikasi Produktif”, “Bahasa bunda/ibu?”, “Ilmu memeluk anak”, 3
buku yg bagus untuk dibaca:)
Anak saya Usia 3 th, menurut teori sedang masa threenager yg emosinya meledak2.
Alhamdulillah sependek pengamatan, anak Kami termasuk kategori minim tantrum.
Sependek ini, saya & suami mempraktekan konsep dasar menangani tantrum dr pak
Angga Setiawan.
Ada 2 jenis tantrum:
1. Emosi (karena sakit, kecewa, lapar, capek dll)
Jika tantrum karna emosi, maka bantu melabeli emosinya & kita terima lalu salurkan..
Jika tantrum karena stra
2. Strategi (karena menginginkan sesuatu)
Maka ortu sebaiknya abaikan agar anak faham bahwa itu bukan cara yang tepat un-
tuk meminta & tidak jadi kebiasaan..
Sebagai ikhtiar meminimalisir tantrum, Kami mengedepankan negosiasi sebagaimana
disarankan bu Elly Risman & bu Septi.. Karena anak Kami masih 3 tahun maka Kami
membuat Deal Board..
Deal board berisi poin2 kesepakatan antara kami & Lulu. Diawali dengan dialog “why”
kenapa hal2 tsb perlu disepakati.. Lalu dibuatkan gambar sebagai ilustrasi (karna
belum bisa baca), lalu di cap jempol tanda sepakat.. Hehe. Seru2an karena dunia anak
adalah bermain..
Anak sy sebulan kmrn (lg ramadhan) sering bangun tiap malam dan nangis kenceng
awalnya kaget tp spt halnya pak muji elmu meluk, bahasa bunda & komunikasi pro-
duktif jd solusi,
Wl sesekali ttp ngamuk & di pagi harinya fatimah anteng watados kyk g ada kejadian
apa2 mlmnya
Tantrum istilah yg baru sy kenal krg lebih 2-3 thn kebelakang, sdgkan anak yg su-
lung sdh 10thn jd sy tdk menggunakan kiat2 mengatasi tantrum scra khusus klau
anak2 emosinya sdg tdk stabil.
Ingat betul masa kanak2 km dipenuhi bunga2 keceriaan. Mama srg menceritakan
masa2 kecilnya di kampung, sering menyanyikan lagu2 melayu dan daerah, klau mlm
rame2 kami mendengarkan sandiwara radio. Mama jg rajin menginspirasi kgtn di
rumah; bikin boneka kain, menyulam, bikin bunga2 dr kertas krep, bikin kue kering,
dsb.
Eksplorasi di luar apalagi. Main di kebun rambutan, main di dlm got, main di sekitar
kuburan masjid, eksplorasi di pinggir sungai yg ada buayanya. Bermain dg anak supir
bajaj, anak warung, anak pak lurah, anak pak polisi, dll. Kuncinya, ortu berpesan agar
kami saling menjaga.
Oya, ingat jg. Masa 0-2 thn kami berlima alhamdulillah full ASI, bhkn ada yg lebih. Al-
hamdulillah km berlima tdk ada yg tantrum (istilah sekarang), jd bisa dikatakan masa
individualitas km tuntas.
Nah pola asuh tsb teh yg km terapkan pd anak2 saat ini, dg penyesuaian2 tentunya.
Happy sharing
ByBundKay
Oleh : Ani Ch, pemerhati pendidikan anak dan keluarga, bermukim di Sidoarjo
Pak Setya kebakaran jenggot, tak sengaja dalam perjalanan pulang kantor, ketemu
anak perempuannya yang masih kelas 1 SMP bergandengan tangan dengan anak laki-
laki, dan waktu itu jam 7 malam, mrela berdua masih pakai seragam sekolah.
Sampai di rumah, si anak perempuan langsung dapat ‘sajian makan malam’ super
pedas berupa ceramah bernada perintah dan ancaman.
Siapa itu anak laki, haaah….pacar kamu? bisa-bisanya ya….pokoknya papa nggak mau
lihat kamu jalan sama dia. kalo kamu pacaran harus putus…malu-maluin papa aja.
Hape mana….sini papa sita. Kalo sampai kejadian begini lagi, papa kirim kamu ke
rumah nenek. pagi sekolah malem diniyah, gak ada main pokoknya.
Teman, tipe yang begini bahaya juga…karena ‘hukum aktivitas �sik dlam pacaran’
akan berlaku. Dimulai dari pegang tangan….biasanya sudah deg2 gmna gtu….lama2
pegang tangan gak ada rasanya. trus pegang bahu..awalnya kikuk, lama-lama…biasa
aja…lalu cium tangan, cium pipi, dst…tidak akan terasa peningkatannya…tahu-tahu bu
inez teriak ketika kali pertama memergoki mereka cium bibir…
Stres lah bu inez…padahal dia merasa sudah sering wanti-wanti. Boleh pacaran tapi
gak boleh ini dan itu….
Lalu kalo anak kita mulai terlihat tanda jatuh cinta diapakan? Ya tentu saja diajak
berdialog dulu…sebagaimana saran umum untuk segala kasus pada anak usia baligh.
Lalu dialog tentang apa? saya pernah tuliskan dlam episode mendampingi anak baligh
bahwa saat anak jatuh cinta adalah saat tepat untuk mengajaknya berpikir tentang
kriteria pasangan hidup.
Nanti kalau sudah besar, ingin punya suami kayak gimana….pengen istri seperti apa…
nah, stelah itu bisa dilanjut pertanyaan, apakah orang yang kamu sukai ini adalah
orang yang ‘layak’?
dan seterusnya…
Setelah diajak berdialog, diskusin batas ekspresi rasa suka itu bagaimana. Apa yang
boleh dan tidak boleh…
Tapi apa hayoooo? hehehe…lanjut edisi berikutny. Saya insyaAllah akan share tata at-
uran hubungan lawan jenis yang pernah saya jelaskan sebelumnya
ByBundKay
Teman, edisi jumat insyaAllah akan mengajak kita untuk mengkaji buku-buku
berkualitas. Inilah salah satu buku yang amat berkesan dari segi kualitas dan menjadi
buku pertama yang disajikan. Tarbiyatul Aulad, adalah salah satu kitab luar biasa ten-
tang pendidikan anak, disusun sedemikian terstruktur oleh Abdullah Nashih Ulwan,
ulama kelahiran Suriah lulusan Al Azhar University. Semoga kita dapat pencerahan.
Dodit pergi ke warnet utk mencari informasi yg dia butuhkan, barusan dia dimarahi
kakaknya krn bertanya : onani itu apa sih? Dan diberikan ancaman : Kalau Abah atau
Umi tahu tanya beginian, kamu bakal dimarahi.
Padahal, dia sudah menanggung malu akibat cemoohan teman2nya, “sudah SMP ng-
gak tahu, dasar kuper”
Sekarang bayangkan jika anak ini, benar2 ke warnet, mengetik di search engine ttg
onani, apa yg akan dia dapat? Informasi yg dia butuhkan? Tidak..dia akan dapat ben-
cana berupa artikel, gambar, lengkap dg video praktiknya.
Apakah kita ingin hal ini terjadi pd anak2 kita? Tentu saja tidak. Jadi mari kita belajar,
dan simak sama2 ulasan berikut ini.
Bab 2 Pasal 7
Tanggung Jawab
Pendidikan Seksual
(Bagian 1)
Apakah orangtua atau guru boleh menjelaskan tentang hal2 berbau seksualitas pada
anak? Syaikh Ulwan menyatakan bahwa ini boleh, bahkan harus, krn merupakan
bagian dari tanggung jawab pendidikan.
Mengapa harus? Dasar pedoman utama dalam beragama yaitu Al Qur’an berbicara je-
las ttg bagaimana orang harus memlihara kemaluan, tentang hubungan suami istri,
tentang penciptaan manusia dr pencampuran air mani, tentang rahim tempat tum-
buhnya janin, juga tentang kejahatan zina.
“Dan orang2 yang menjaga kemaluaannya, kecuali thd istri2 mereka, atau buday yg
mereka miliki, maka sesungguhnya hal ini tiada tercela” (QS Al Mukminun : 5-6)
“Istri2 adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok tanam itu bagaimana kamu kehendaki” (QS Al Baqoroh 223)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dr setets mani yg bercampur yang
Kami mengujinya (dg perintah & larangan)? Karena itu Kami jadikan dia mendengar
dan melihat” (QS Al Insan : 2)
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
keji dan suatu jalan yg buruk” (QS Al Isra : 32)
Bagaimana anak2 akan memahami pedoman hidup ini, jika orangtua tidak menyam-
paikannya secara terbuka kepada anak. Sebab jika terbuka, atau ada usaha menutupi
pembahasan seksual ini, maka makna hakikinya tidak akan sampai kepada anak.
Hikmah dr menjelaskan persoalan seksual kepada anak adalah bahwa anak2 akan
mengetahui masalah halal dan haram, ttg hal2 yg berhubungan dg cara penyaluran
syahwat. Sehingga ketika anak2 kita mencapai usia baligh, mereka akan tahu apa yg
boleh dan tidak boleh dilakukan. Secara khusus, pendidikan seksual ini sangat dibu-
tuhkan oleh anak2 kita yg akan memasuki gerbang pernikahan.
Pendidikan seksual pada anak juga akan membawa hikmah ttg kesadaran bahwa Is-
lam adalah ajaran yg menyentuh seluruh aspek kehidupan & kemaslahatan manusia,
sampai memberikan tuntunan dlm urusan biologis manusia.
Namun, tentu saja ada batasannya. Syaikh Ulwan menyatakan bahwa 2 hal yg perlu
kita perhatikan,
Kita mengajarkan persoslan seksual sesuai dg tingkat usia. Jika masih kanak2 tentu
saja belum perlu penjelasan detil.
Keutamaan orangtua yg menjelaskan sendiri kepada anak, anak perempuan oleh
ibunya dan anak laki2 oleh ayahnya.
Luar biasa…yg hina, malah jadi mulia jika kita ‘tahu’ titik persoalannya…
Semoga membuat orangtua tidak ragu dlm mengemban tanggung jawab mendidikan
aspek seksual pd anaknya masing2, sebagaimana arti dr tanggung jawab yg lain…jika
kita lalai soal ini pula..catatan dosa pun siap ditorehkan di buku kita..
For feedbacks, questions, requests, and further discussions please email to : psy-
chocoffeemorning@gmail.com
Teman, edisi selasa-kamis akan mengajak kita untuk merenungi tema pendidikan
anak, kita semua punya kewajiban untuk mendidik bukan? Minimal mendidik anak-
anak kita sendiri, juga anak-anak yg ada di lingkungan kita sendiri, dan tentunya un-
tuk anak-anak bangsa ini, generasi penerus kita.
Rana, 5th. Dia punya kebiasaan mungutin daun buat dikumpulin buat kompos.
Katanya, “sayang ya, bu, daun2 ini dibiarin gitu aja. Ini kan bisa dijadiin kompos.”
Kebiasaan itu didapet dari Sweden, tempat tinggalnya slama setaun yg lalu, ikut ayah-
nya yg kerja di sana. Saat ini tinggal di Jkt, krn kontrak kerja ayahnya lagi abis. Selama
sekolah di Jkt trnyata dia clash-culture. Pola pendidikan yang lebih berbasis akhlak
dan perilaku di Sweden (semacam munguti daun karena anak2 diajarin untuk meng-
hargai bumi, tempat tinggal mereka) tidak sama dengan sekolahnya skrg yg sudah be-
lajar calistung. Rana ketinggalan, dia banyak diejek tmn2nya. “Wah, dr luar negeri kok
gak bisa baca sih? Hahaha.” Dan segudang ejekan lain dari teman2nya. Untungnya
sikap Rana malah cenderung cuek.
Sering dikerjain temen2nya krn dia suka menolong, dgn cara disuruh2. Pendidikan
akhlak dan etika yg dipelajari selama kurang dr setaun bisa sangat melekat di anak
balita. Tanpa peduli cemooh, Rana ttp ngerjain apa yg udah diajarin secara baik di
Sweden. Walaupun dia dicemooh “anak tukang sampah” jg krn kmana bawa plastik
kecil bwt naro sampah.
Teman, inilah mental yg justru dibutuhin anak2 generasi skrg justru jd cemoohan.
Anak yg harusnya jadi teladan malah dibully. Apa yg harus kita lakukan dg kasus bully
semacam ini?
Jika mendapati anak2 kita dibully krn melakukan ‘kebenaran’ yg oleh anak2 lain
belum jadi budaya, maka yg perlu kita lakukan adalah mendukung anak kita..agar
tetap teguh dg prinsipnya, dan berusaha mengabaikan teman2 yg membully, menga-
jrinya membalas akan malah ‘merusak citra’ anak2 kita, menjauh bisa jadi pilihan..
Saya pernah dapati kasus semacam ini pd anak yg dibully temannya krn ‘tidak mau
ikut contekan’ krn dianggap sok suci. Pernah juga saya dapati anak yg dibully krn ‘ter-
lalu alim’ kerjaannya ketika istirahat hanya sholat dhuha & baca quran, bbrp anak kecil
telah berani berprinsip & mengambil ‘langkah beda’, dan kita harus menghargai pili-
han tersebut…juga terus mendukungnya.
Bentuk dukungan kita adalah dengan ‘menampung perasaan’ nya setiap saat dan
meyakinkannya utk tetap teguh pendirian, juga bersikap cuek thd lingkungan sekitar.
“Sayang…klo kamu cuek ketika diganggu, mereka akan lelah, dan tdk akan menggang-
gumu lagi”
Lho…nanti anakku gak punya teman bu ani….jangan pernah takut, menjadi asing
tidaklah terlalu menyeramkan, apalagi utk anak2 yg sudah punya prinsip. Yakinkah
dia bisa mandiri mengurus dirinya di tengah teman2 yg tdk menyukainya..
Secara perlahan, kemudian, mari kita ajari mencari teman, sedikit tp cukup utk kebu-
tuhan interaksi sosial mereka. Saya rasa, sbg pemenuhan kebutuhan sosialisasi awal,
mereka hanya perlu menemukan 1, 2, 3 sahabat yg bisa menerima anak kita apa
adanya. Walaupun ‘satu sekolah’ akan tetap menganggap ‘aneh’ anak kita..tapi 123 sa-
habatnya ini..bisa berteman dg anak kita.
Selanjutnya, anak2 kita yg ‘unik’ ini malah perlu diajak untuk ‘berdakwah’ agar te-
man2nya yg ‘tidak aneh tapi tidak benar’ bisa meneladani anak kita yg ‘aneh tapi be-
nar’, maka kita akan butuh MOMEN WOW, agak susah utk dibayangkan..tp ada con-
toh berikut ini..
Saya pernah mencoba sebuah momen wow sederhana ketika menjadi guru, anak yg
awalnya dianggap ‘pecundang’ satau saat sengaja saya ‘pergok’i’ melakukan kebaikan,
dan kemudian saya beri penghargaan pujian di depan semua temannya, dan alham-
dulillah ‘bully’ berkurang sejak itu.
Pernah juga saya dapati kasus, seorang anak korban bully didorong ikut sebuah kom-
petisi di luar sekolah, dan ketika dia ‘menang’, dilakukanlah prosesi penghargaan di
depan umum krn ‘prestasi’nya, dan sejak saat itu bully menghilang..bahkan bbrp anak
yg dulu mengganggu malah mencoba mendekat utk jadi teman..
Pada intinya, anak diarahkan untuk “berprestasi” dan diberi penghargaan di muka
umum, inilah Momen Wow yg diciptakan utk membasmi pembullyan, spt nya memang
sangat butuh pihak sekolah..
Teman, anak2 bully bisa jadi adalah anak yg dasarnya baik..hanya saja mereka berada
di tempat yg tidak tepat, sehingga mengalami bully..tetap jadikan anak ini ‘anak baik’,
tidak perlu merubah pendirian demi diterima secara sosial dan agar tdk dibully, jan-
gan sampai keluar nasehat, ‘Sudahlah kak..contekin aja temenmu…drpd kamu di-
ganggu terus’ atau ‘Mulai sekarang gak usa bawa kantong sampah, nanti kamu dihina
temanmu’
For feedbacks, questions, requests, and further discussions please email to : psy-
chocoffeemorning@gmail.com
Kulwap- Bullying
October 8, 2015 Kulwap Parenting anak, anich, bullying, child
development, emotional control, keluarga, kulwap
Teman, edisi selasa-kamis akan mengajak kita untuk merenungi tema pendidikan
anak, kita semua punya kewajiban untuk mendidik bukan? Minimal mendidik anak-
anak kita sendiri, juga anak-anak yg ada di lingkungan kita sendiri, dan tentunya un-
tuk anak-anak bangsa ini, generasi penerus kita.
Marsha selalu saja menangis waktu istirahat…hampir tiap hari ada aja kejadian dia di-
jahili teman. Sepatunya disembunyikan..kerudungnya ditarik, bajunya disiram air, dan
selalu dikata2i…anak mama…anak mama…krn setiap kali Marsha digoda dia selalu
manggil mamanya..uuuuhhh, kasihan…
Maka solusi jangka panjang utk anak korban bully..agar dia tdk dibully lagi..agar bully
tdk merusak karakternya jd rendah diri, maka misi utama kita adalah “membuat dia
tangguh”.
Apakah agar tangguh kita suruh lawan balik..eeeeiittts…tunggu dulu…suka main han-
tam aja nie…anak yg melawan memang ‘nampak tangguh’…tp bukan ‘tangguh’ ini yg
saya maksud…
Kita punya misi membuat anak kita ‘tangguh’ dlm menghadapi masalah…nah
loe..something bigger…dan ketangguhan ini hanya mudah dilakukan dg pembiasaan
sehari2..
Maka, bagi yg punya anak sering dibully..alih menyalahkan si pelaku bully lalu
melabraknya…kita sebaiknya evaluasi diri, mengapa anak kita ‘tidak tangguh’ ketika
dibully..melatih ‘ketangguhan’ di rumah? Kena’ deeeh..hehe..anak yg dibully…kita juga
yg salah..apa yg bisa kita usahakan, ini bbrp alternatifnya..
Menahan diri utk tdk turun tangan membantu anak saat kesulitan (gak bisa
Melatih anak mandiri melakukan hal2 yg bisa dikerjakan sendiri (jangan ban-
anak belajar (kita tahu sepatunya dimana..tapi dia mencari tdk ketemu..biarakan men-
cari..jangan diberitahu dimana…hayooo tega nggak? Mungkin kita buru2 tapi ‘proses
yg makan waktu’ ini akan jadi pengalaman anak ‘tangguh’ menyelesaikan masalahnya)
Tentu saja yg di atas adlh pekerjaan panjang..menjadikan ‘anak tdk tangguh’ jadi lebih
‘tangguh’ ya butuh waktu…berbulan..mungkin juga setahun..anak keburu babak belur
dihajar temannya, bu ani…bu ani…yak apa ini terus? Deremak? Pripun? Halaaah…
Bu Dyah sudah gemes banget…tiap Kay, anaknya pulang sekolah selalu mengeluh…
Makanya, Bu Dyah pesen, “kalo adik diganggu…langsung bilang bu guru ya, pokoknya
lari cari bu guru” dan Kay menurut pd mamanya, apa yg terjadi? Kay dpat julukan baru
“tukang ngadu…tukang ngadu…”
Pak Emil sudah tidak tahan, gara2 anak ini terlalu deket ama mamanya jadi lem-
bek..Andre selalu menangis ketika pulang sekolah..maka Pak Emil berpesan..”Kalo
kamu besok diganggu lagi…jangan takut…tonjok aja temanmu itu. Ayo latihan sama
Papa” maka apa yg terjadi selanjutnya..Andre jadi suka memukul akhir2 ini..
Teman, mengajari anak untuk melawan ketidakadilan memang boleh, mngajri anak
agar tidak mudah diintimidasi sangat boleh..tapi tidak lalu mendorong mereka jadi
agresif, semoga masih ingat bahasan ttg bahayanya agresivitas bbrp waktu yg lalu..
Sebenarnya..sah saja anak kita ‘melawan balik’ kpd teman yg mengitimidasi dia..tetapi
ini tidak boleh “atas suruhan” kita tetapi lahir dr inisiatif anak, sbg pilihan anak. Maka
adegannya akan berganti begini..
Huuuuuh, mau ngajri gitu aja lama banget bu ani…saya ngetiknya juga panjang te-
man…dan saya bersabar…hehehe…
Poinnya adalah, ‘anak mengambil keputusan sendiri’ ttg apa yg dia lakukan..’tidak atas
suruhan kita’, ketika sebuah pilihan dilakukan atas inisiatif anak..maka anak ‘akan
mengukur sendiri’ kekuatan yg dimilikinya..dan jika melawan ataupun menghindar
adalah pilihannya, maka ‘proses problem solving’ berjalan sesuai proses yg memfasili-
tasi terbentuknya ‘ketangguhan’. Ketika semua pilihan ‘atas suruhan orangtua’ maka
‘ketangguhan’ akan sulit terbentuk juga..
Enough for today..bahasan hari ini adalah penanganan umum terhadap korban
bully..bbrp kasus butuh penanganan khusu, insya Allah kita bahas besok
For web version, please visit www.psychocoffeemorning.com
For feedbacks, questions, requests, and further discussions please email to : psy-
chocoffeemorning@gmail.com
Teman, edisi sabtu-minggu akan mengajak kita untuk memaknai serba serbi peristiwa
yang terjadi di dalam keluarga kita. Mengapa keluarga? Karena harta yang paling
berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga, puisi yang paling
bermakna adalah keluarga, dan mutiara tiada tara adalah keluarga.
Dalam sebuah agenda kunjungan rumah yg lain…saya & suami diminta datang di se-
buah resto..agak aneh, bukan kunjungan rumah ini namanya…kunjungan resto..apa
kluarga ini gak mau dilihat privasi ya? Kataku dlm hati…lha klo tdk mau diurusi pri-
vasinya, jangan pilih sekolah macam ini. Ini sekolah yg ngurus akhlaq, bukan hanya
akademik..sekolah ini akan ngurus privasi, gimana anak dirumah, sholat apa enggak,
prilakunya di luar sekolah bgmana..orangtua mendidik bgmana..lha kok berkunjung di
rumah, malah dibawa ke resto..
Aaahhh, suudzon ani…kan bisa jadi ada alasan lain laaah..nit not nit not…inilah terny-
ata sebabnya..
Kami masuk resto, bapak ibu si anak sudah berdiri menyambut kami, mengantar ke
tempat duduk, senyumnya raamaah sekali, sampaoi sedikit membungkuk, dan lang-
sung terucap kata maaaf tiada henti terucap sampai kami berempat pada posisi
duduk..di meja sudah ada bbrp sajian, dan kami lgsung disodori buku
menu…”monggo2, mau pesan apa”, eluuuuuk, bak menjamu rekan bisnis biar menang
tander aja..
“Kami minta maaaf sekali, kami tidak bisa menjamu di rumah. Rumah kami lagi direno-
vasi…belum layak utk menjamu tamu” naaah tuh kan..suudzon kamu an..
Oke…lanjut…akhirnya basa basi panjang lebar..setelah basi basi..bicara serius juga, ttg
perkembangan anak mereka di sekolah..lalu bicara ttg kondisi anak di rumah juga…
intinya, udah sip semuanya…tidak ada masalah..anak berkembang dinamis dan
matang..
Mendekati akhir pertemuan, sudah 2 jam ngobrol sambil makan ini..si Bapak berujar,
“Kami akan senang sekali..kalao panjenengan berdua bisa datang ke rumah kali..in-
syaAllah sebentar sudah siap untuk menerima tamu…kami sendiri juga sudah kan-
gen..lama gak ada tamu, takut nggak berkah rumahnya”
Whaaats…luar biasa, cara pikir bapak ini..ternyata, keluarga punya kebiasaan untuk
menerima tamu “menginap” secara berkala..bahkan jika tdk ada tamu yg datang,
mereka akan berinisiatif “menelepon” keluarga atai rekenan untuk datang menginap
di rumah mereka, pokoknya minimal 1 bulan ada 1 kali tamu menginap di rumah, lebih
sering lebih baik katanya, tiap hari juga tidak masalah…
“Dg menjamu tamu, anak2 kami jadi belajar mengenal karakter orang..krn tamu kan
macam2 orangnya, belajar juga mendahulukan kepentingan orang lain dg “melayani”
mereka, dan belajar mengatur waktu serta rapi dalam bekerja. Alhamdulillah anak2
saya dapat diandalkan, nanti kalau lepas SMA dia mau kemana aja…kami tidak
khawatir, bahkan di luar negeri sekalipun..saya yakin dia akan survive, kemandirian,
tanggung jawab sudah oke ini…”
Teman, sungguh saya tidak menyangka bahwa sunnah “menjamu tamu” ini berdampak
luar biasa. Dg melibatkan anak dlm kegiatan ini ternyata melahirkan anak2 yg adaptif
, mandiri, bertangung jawab..Maukah kita mencobanya?
Teman, edisi akhir pekan akan mengajak kita untuk memaknai serba serbi peristiwa
yang terjadi di dalam keluarga kita. Mengapa keluarga? Karena harta yang paling
berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga, puisi yang paling
bermakna adalah keluarga, dan mutiara tiada tara adalah keluarga.
Sabtu, 29 Agustus 2015
Beberapa kali, saya menemani suami untuk program ‘home visit’, yaitu kunjungan
guru kelas ke rumah siswa dlm rangka silaturahim & jembatan komunikasi orangtua-
sekolah agar selaras dlm mendidik anak.
Suau kali, kami dapati sharing tentang orangtua yg suka membagikan tugas pd
anak2nya, kebetulan…anak yg sdg kami bicarakan. Dapat tugas utk “memastikan
ketersediaan listrik” di rumah dg cara rutin melihat sisa “pulsa token listrik” dan
segera mengisi pulsa listrik ketika akan mendekati batas habis, dg dana yg uda di stok,
yg dipegang si anak. Namanya anak, kdg kalo sudah sibuk hang out teman2nya, lupa
lah pd suatu ketika…listrik di rumah padam jam 11 malam..si anak yg lg di rumah te-
man, ditelpon orang rumah. Waaaah, ini masalah besar…ada nyawa terancam…ada
ikan2 hias peliharaan di rumah, itu kalo oksigennya mati..bisa gawat..maka si anak
berkeliling cari swalayan 24 jam yg jual token listrik…begitu sialnya sampai tidak
ketemu, sampai dia ganti haluan..cr atm utk beli token..jam 12 malam dia selesaikan
tugas tsb…nafasss lega dia.
Hal serupa saya dapati dr bos saya di kantor, beliau punya ‘terapi khusus’ yg
dipesankan temannya yg ahli pendidikan yaitu memberi tugas anak ‘mengisi sumber
air minum’ dispnser plus botol air dingin di kulkas. Kalo dia lupa, dampaknya orang
satu rumah tidak akan bisa minum. Maka, sering terjadilah tengah malam si anak ban-
gun, turun dari lantai 2 ke lantai 1 untuk mengisi air minum. Atau dini hari sblm semua
bangun dia sedang ngisi air minum, krn malam harinya dia lupa menuang air.
Teman..mungkin ini contoh tradisi sederhana, tapi efeknya luar biasa. Anak belajar
tentang tanggung jawab. Suatu karakter yg akan dibutuhkan sepanjang hayat.
Vino masih tidur, ketika maminya masuk ke kamar kostnya, Vino tak bangun sama
sekali..
“Aduuh…ini pintu nggak dikunci, kamar berantakan, ini buku2 pada berserakan di lan-
tai..mangkuk mie..bungkus makanan…aduuuh..ini pasti abis begadang” gumam si
mami.
Akhirnya mami beresin kamar Vino, mami sampe tutup hidung, ada sisa maknan bau,
handuk basah tidak dijemur, baju kotor numpuk di gantungan belakang pintu. Bahkan
di kamar mandi, pasta gigi berceceran krn tdk ditutup, sampo tumpah, lantai licin krn
tdk dibersihkan..2 jam lebih mami bersih2, dan akhirnya Vino terbangun…
“Kamu itu..sudah kost..harusnya latihan hidup mandiri, lebih rapi..sama aja, gak
berubah..sampe kapan kamu begini? Kalo gak ada mami, mau berantakan terus..nanti
kalau kamu sudah menikah, rumahmu akan berantakan begini juga?” Kata mami nye-
rocos.
“Ya nggak lah mi…ntar kalo aku nikah, kan ada istriku yg beres2 rumah” sahut Vino
asal njawab aja…
Teman, inilah satu lagi hal kecil yg perlu secara serius kita latih pd anak2, agar tdk jadi
kebiasaan buruk yg terbawa hingga besar, yaitu pembiasaan mengelola barang di ka-
mar. Kita sebut saja latihan pembiasaan Manajemen Kamar.
Manajemen Kamar artinya mengelola segala sesuatu yg ada di dalam kamar. Berikut
inilah beberapa aspek kamar yg perlu dikelola,
buku, segala alat tulis di meja belajar, baju bersih di lemari, baju kotor di tempatnya,
gunting, hanger, tissue, sabun sampo di tempatnya, pasta gigi sikat gigi di tempatnya,
dll.
ingkirkan sampah & membuang di tempatnya, membuka jendela setiap pagi, menu-
tupnya ketika malam, menata selimut, bantal, guling & sprei ketika bangun di pagi hari
& merapikan barang2 di kamar setiap kali akan meninggalkan kamar.
bangun, berapa lama mandi, berdandan, beres2, kapan belajar, kapan tidur, berapa
lama nonton tv, sampai jam brp boleh akses hp, internet, & gadget2. Dan diskusi dg
anak, tentang bagaimana ortu perlu mengingatkan anak jika tdk tepat jadwal.
Membiasakan anak utk siap menerima siapa saja di kamarnya walaupun dia
tetep boleh punya privasi. Jika ortu ingin mengobrol, bisa masuk. Jika ada adik/kakak
minta tolong maka siap membantu, jika ada tamu siap berbagitempat tidur dengan-
nya.
Anak akan belajar meletakkan segala sesuatu di tempatnya, bukan hanya utk
barang2 tapi utk segala urusan..artinya dia akan mudah mencari barangnya, juga mu-
dah menata pikiran dlm memandang urusan yg ditangani..gak mudah bingung.
Anak akan belajar utk menjaga & merawat, bukan hanya barang2 tapi juga
Anak akan belajar utk punya jadwal, untuk membagi waktunya, utk melak-
Anak akan belajar menerima orang lain, bahkan bisa melayani kebutuhan org
lain, bisa jadi org yg memuliakan tamu jika nanti sudah punya rumah sendiri.
Older posts