Anda di halaman 1dari 32

issapoenjaa

foto dan tulisan issa

Category Archives: Kulwap


Parenting

Konsekuensi Logis : Hukuman yg


bermanfaat dan pas untuk anak
August 26, 2016 Kulwap Parenting, Pengasuhan
Notulensi Diskusi Tema Harian HSMN Depok

Resume Kulwap External – HSMN Depok

  Jum’at / 20 Mei 2016


  Jam: 16.00-17.30
  Ibu Innu Virgiani
  Mengajarkan Disiplin  Pada Anak

  Moderator: Bunda Sekar


  Notulen: Bunda Kiki
  Whatsapp Group HSMN Depok

Biodata Narsum:

Nama: Innu Virgiani


Pendidikan: Lulusan Magister Psikolog Klinis Dewasa Fakultas Psikologi Universi-
tas Indonesia
Domisili: Selama 4 tahun terakhir ini berdomisili di Delaware, USA.
Pengalaman Organisasi: Pernah bekerja sebagai HRD dan Psikolog di salah satu RS
Islam di Jakarta, menjadi Guru & Kepala salah satu TK di Depok, dan mengajar di
salah satu sekolah (MTS dan MAN) gratis di Cileungsi.
Aktivitas saat ini: Saat ini berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga dengan (baru) 1
orang putri. Bersama dengan beberapa teman se-almamater, mendirikan Grup Fb dan
WA Bunda Bermain dan Belajar, dan blog jendelaummahat.blogspot.com
Materi:

Beberapa Metode Mendisiplinkan Anak dan Trik Berbicara dengan Anak

1. KONSEKUENSI NATURAL

Konsekuensi natural merupakan hasil dari tindakan anak secara alami. 

Konsekuensi natural akan memberikan pengalaman sebab-akibat dari tindakan anak


sendiri dan mereka belajar untuk
bertanggung jawab.

Orang tua yang menggunakan konsekuensi natural memungkinkan anak anaknya un-
tuk
menemukan keuntungan dari perintah dan peraturan.

Tanpa ancaman dan debat dengan orang tua, anak anak yang mengalami konsekuensi
natural akan terbangun rasa disiplin pada diri sendiri dan kekuatan internal, dan bela-
jar mematuhi perintah bukan karena takut akan hukuman, akan tetapi karena mereka
mengetahui bahwa dengan mematuhi perintah akan
membuat hidup lebih baik.

Contoh penggunaan konsekuensi natural adalah membiarkan anak menghadap gu-


runya dan menjelaskan bahwa dia tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya karena dia
lebih memilih bermain dibandingkan mengerjakan PR. Jika orang tua ‘menolongnya’
dengan membuatkan
surat izin, maka anak akan belajar bahwa tidak mengapa tidak mengerjakan tugasnya,
karena akan ada ‘dewa penolong’ yang akan menyelamatkannya dari hukuman yang
tidak diinginkan.

KAPAN KONSEKUENSI NATURAL TIDAKto BERLAKU?

Orang tua sebaiknya tidak menggunakan konsekuensi natural bila konsekuensi yang
akan timbul berbahaya untuk anak anak atau tidak menyebabkan rasa tidak nyaman
bagi anak-anak.

2. KONSEKUENSI LOGIS

Ketika konsekuensi natural tidak berfungsi, orang tua harus membuat konsekuensi
logis.

Konsekuensi logis berupa hukuman dan praktis, dapat dilaksanakan dan berkaitan
dengan perilaku anak.
Orang tua harus memberikan penjelasan mengenai konsekuensi ini kepada anak
anaknya pada saat tenang dengan jelas dan tegas. Sangat penting bagi orang tua un-
tuk memberitahukan terlebih dahulu alasan mengapa mereka harus berperilaku baik
dan hasil keluaran yang diinginkan.

Berikut adalah contoh konsekuensi logis:


Anak yang pulang larut melewati jam malam akan dimajukan jam malamnya untuk be-
berapa malam kedepan, atau akan kehilangan haknya menggunakan mobil.
Anak yang bermain secara ceroboh dan memecahkan kaca jendela tetangga harus
menggunakan uang tabungannya sendiri untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Seperti konsekuensi natural, konsekuensi logis harus sesuai dengan perilaku mereka
dan tanpa ancaman atau hukuman �sik untuk anak anak. Orang tua sebaiknya mem-
biarkan anaknya bertindak sesuai dengan keinginannya, bila ia melanggar aturan
maka bersiap menghadapi konsekuensinya. Hasilnya adalah anak akan berperilaku
baik karena mereka mengetahui bahwa semuanya akan menjadi baik bila mengikuti
aturan yang ada. Sebaliknya,
hukuman akan membuat anak berperilaku baik hanya jika mereka takut ketahuan
orang
tuanya, dan akan membuat mereka bersikap ‘nakal’ saat tidak ada orang tua.

Yang perlu diperhatikan: waktu mengkomunikasikan, dan konsisten menerapkan kon-


sekuensi tersebut.

3. Reward dan Punishment melalui reinforcement negatif

Cara yang terbaik dalam menerapkan reward dan punishment adalah penerapan rein-
forcement negatif, yaitu:

Memberikan reward ketika anak melakukan hal yang diharapkan dengan MENGU-
RANGI hal yang TIDAK DISUKAInya.

Memberikan punishment ketika anak melakukan hal yang tidak diharapkan dengan
MENGURANGI hal yang DISUKAInya.

4. Time Out

Time out adalah suatu cara untuk mengendalikan marah dan menghentikan perilaku
buruk anak, dengan memberikannya kesempatan untuk menenangkan diri dan
berpikir kembali atas perbuatan yang dilakukannya.

Time out bukanlah sebuah hukuman.

Time out adalah sebuah teknik yang dilakukan orangtua untuk membantu anak bere-
laksasi. Anak diberikan jeda untuk sendiri, berusaha merenung, serta tanpa diganggu
dan tanpa mengganggu orang lain.
Time out menjadi hukuman ketika orangtua memprak-tekkannya dengan tidak tepat.

Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan time out dinilai sebagai hukuman oleh
anak:

Time out dilakukan oleh orangtua dengan marah.

Orangtua mengatakan bahwa time out merupakan hukuman atas perilaku anak yang
tidak sesuai arahannya.

Tempat time out yang menakutkan dan berkesan tempat penghukuman, seperti ka-
mar mandi dan ruang tertutup.

Tempat time out yang memungkinkan orang-orang dapat melihat anak seperti di-
hukum.

Langkah dalam Menerapkan Time Out:


Penerapan time out harus didahului beberapa tahapan lain, yaitu:

1. Pembentukan ikatan (bonding) antara orangtua dan anak


2. Pemberian pemahaman  bahwa time out ditujukan untuk menenangkan diri karena
anak marah-marah ataupun berperilaku buruk.
3. Pembuatan kesepakatan bersama tentang pelaksanaan time out. Hal ini akan mem-
berikan hasil yang berbeda dibandingkan bila peraturan ditetapkan oleh satu pihak
saja (orangtua).
4. Sosialisasi bila teknik tersebut akan mulai diterapkan dalam keluarga.

Bagian utama dari disiplin adalah belajar bagaimana berbicara dengan anak-anak.

Cara berbicara orang tua kepada anak akan sangat dipelajari dan ditiru oleh anak.

Berikut adalah beberapa tips agar anak-anak kita mendengarkan kita:

1. Perhatikan Anak Sebelum Memberi Instruksi dan Panggil Menggunakan Namanya.


Sebelum mengarahkan anak Anda, posisikan tubuh selevel dengan mata anak Anda
dan beri ia kontak mata-ke-mata untuk mendapatkan perhatiannya. Ajari anak untuk
fokus: “Adel, lihat Bunda..”
Jaga kontak mata dengan pandangan biasa agar anak tidak akan merasa terkontrol
dan kurang dianggap.

2. Bicara Sesingkat dan Sesimple Mungkin, Minta Anak Mengulangi Kata-kata Orang
tua

Gunakan satu kalimat saja: Mulai pembicaraan dengan inti dari perkataan Anda. Se-
makin lama Anda mengoceh, semakin besar kemungkinan anak Anda untuk tidak
mendengarkan.

3. Tawarkan Sesuatu yang Tidak Bisa Ditolak Oleh Anak.


Beri alasan yang menguntungkan dari sudut pandang anak dan yang sulit ia tolak. Hal
ini akan membuatnya menurut pada Anda.

4. Beri Instruksi Positif 

5. Bertindak Dulu Baru Berbicara


Anda menunjukkan bahwa Anda serius tentang permintaan Anda. Kalau tidak anak
akan menafsirkan ini sebagai pilihan saja.

6. Beri Anak Pilihan


“Mau ganti baju atau sikat gigi dulu?”
“Baju merah atau biru?”

7. Bicara Sesuai Perkembangan Anak


Semakin muda anak Anda, instruksi Anda harus sesingkat dan sesederhana mungkin.
Pertimbangkan tingkat pemahaman anak Anda.

8. Bicara dengan Kata-kata yang Baik dan Suara halus.


Ancaman dan perkataan yang menghakimi cenderung membuat anak bersikap defen-
sif.

9. Pastikan Anak Tenang


Sebelum memberikan perintah, pastikan anak tidak sedang emosional. Kalau tidak,
Anda hanya membuang-buang waktu saja. Anak tidak akan mendengarkan Anda jika
ia sedang emosional.

10. Ulangi Perkataan Anda


Balita perlu diberitahu berkali-kali karena mereka masih sering mengalami kesulitan
menginternalisasi arahan orang tua. Mereka baru belajar memahami perintah.

11. Biarkan Anak Berpendapat

12. Gugah emosi anak dalam berkata-kata, Berikan hadiah kepada anak berupa benda
yang disukainya sewaktu-waktu, ungkapkan rasa cinta secara verbal, , berikan pujian
setiap kali anak melakukan hal yang diharapkan, dan ingat untuk mencintai anak SEU-
TUHNYA, SETIAP WAKTU…! Tidak hanya ketika anak berperilaku yang diharapkan,
tapi juga ketika anak melakukan hal yang sebaliknya =))

TANYA JAWAB
Tanya
1. Bunda Sekar
Bagaimana mendisiplinkan anak untuk tidur malam lebih awal sementara anak selalu
menunggu ayahnya pulang larut malam? Sementara jadwal pulang ayahnya tidak bisa
dipastikan. Si anak tidak bisa merem dan tidur kalau belum lihat ayahnya. Ini berlang-
sung sejak kecil. Saya khawatir ini berlangsung sampai dia masuk SD..

Sebenarnya ini menunjukkan kelekatan emosional yang sangat baik antara anak den-
gan ayahnya. Atau minimal sekali, menunjukkan kebutuhan anak untuk berinteraksi
dengan ayahnya. Tidak masalah jika anak ingin seperti itu. Hanya harus disepakati di
awal jam berapa maksimal paling malam dia dapat menunggu ayahnya pulang kerja.
Untuk Indonesia, sekitar jam 8 – 9 malam.
Bagaimana mendisiplinkannya? Bisa dimulai dengan melakukan ritual tidur 1 jam se-
belumnya. Misalnya ajak anak bersih – bersih diri, lakukan aktivitas yang tenang,
Tidak banyak aktivitas �sik, tidak melibatkan aktivitas layar ( hp, iPad, TV, laptop
dlsb).
Baca buku, berbagi cerita, hafalan quran, hadits, doa, dlsb.
Yang paling penting, pahamkan pada anak, bahwa ayah sangat sayang padanya,
meskipun pulang larut malam. Kalau perlu, telp ayah atau video call sebelum anak
tidur.

2. Bunda Widi
Yang lagi rame dibahas tentang pemberian iming2 hadiah di awal itu sama saja den-
gan “menyogok” anak. Sebatas mana anak2 diberikan rewards atas hal2 positif yang
dilakukannya?
Jika akan memberikan rewards, apakah sebaiknya disampaikan di awal atau
diberikan di akhir sebagai surprise untuk anak? akan rewards akan berdampak besar
pada sikap si anak di masa depan menjadi mudah disogok dan menyogok?

Menurut saya, iming2 pada awal itu sangat logis, merupakan salah satu bentuk kasih
sayang ortu yang paham bagaimana karakteristik anak2 sebenarnya.
Di dalam ilmu psikologi sndiri, banyak teori tentang iming2 ini. Rewards & punish-
ment, token economy dlsb.
Pada dasarnya, pemberian iming2 tsb, disertai pemahaman kepada anak. Jadi tidak
sekedar langsung ngasih begitu saja. Mengenai waktunya, mau disampaikan di awal
atau di akhir, disesuaikan dengan sikonnya saja.

3. Bunda Hani
Bagaimana cara membuat kesepakatan dengan anak usia 2 tahun? Misalnya tentang
nonton video di hp.

Untuk usia 2 tahun, jika memang belum lancar bicara, cara yang lebih mudah adalah
langsung mengalihkan pwrhatiannya ke hal yang lain yang lebih menarik. Atau meli-
batkan pergerakan �sik, perubahan tempat dlsb.
Khusus masalah hp, harus lebih spesial lagi. Karena hp benar2 membuat seseorang
sangat fokus dan lupa pada dunia luarnya. Itulah sebabnya, swbisa mungkin untuk
anak usia di bawah 3 tahun, tidak dikenalkan dulu.
Kalau susah stop hp, langsung hilangkan saja dari kehidupan anak. Jangan ditun-
jukkan ke anak sama sekali. Beri anak aktivitas, mainan, buku, dlsb. InsyaAllah Kalau
anak belum kecanduan, sangat mudah dialihkan. Caranya jangan ditunjukkan hpnya.
Yang artinya, ortu pun jangan pakai hp dulu kalau lagi sama anak2.

4. Bunda ietoh
a. Bagaimana dengan anak tertua ( pr, 8 tahun) yang sudah bisa disiplin, tapi adiknya (
pr 6 dan 5 tahun, lk 4 tahun) belum disiplin? Si kk suka merasa terbebani dengan adik-
adiknya yang tidak disiplin.
b. Saya masih belum jelas tentang memberikan punishment ketika anak melakukan
hal yang tidak diharapkan, dengan mengurangi hal yang disukainya. Apa saja con-
tohnya?

Tiap anak punya hak dan kewajiban masing-masing.


Jika kk sudah melaksanakan kewajibannya, tidak perlu melakukan kewajiban adik-
adiknya. Kecuali, ingin membantu ortu. Atau sebagai bentuk menyayangi adik. Den-
gan senang hati dan ikhlas melakukannya, tanpa dipaksa siapapun. Sesekali mem-
bantu boleh, walaupum dengan berat hati, asalkan jangan keseringan, lama-lama si kk
akan muncul perasaan sebel ke adiknya, iri dlsb.
b. Mengurangi hal yang disukai sebagai punishment, Misalnya anak suka makan cok-
lat dan jatahnya 2 bungkus sehari.
Ketika anak melakukan hal yang tidak diharapkan, jatah coklatnya itu yang dikurangi.
Atau jatah nonton TV, mainan, jajan dlsb, yang disukai anak. Bukan malah menam-
bahkan hal yang baru yang tidak disukai anak. Seperti mencubit —> memberikan hal
baru yaitu cubitan.

Mengurangi hal yang tidak disukai sebagai hadiah. Misalnya anak berperilaku baik
tertentu, jadi hadiahnya anak ga usah cuci piring ( biasanya itu tugas hariannya) —>
itu yang dikurangi. Jadi bukan memberi hal yang baru, seperti ngasih uang, boleh
makan coklat sepuasnya dlsb.

5. Bunda Alisha
Bisakah cara mendisiplinkan anak tanpa rewards & punishment?

Bisa.
Rewards & punishment hanyalah salah satu cara mendisiplinkan anak.
Yang paling penting, perhatikan cara berkomunikasi dengan anak yang efektif.

6. Bunda Widi
Bagaimana cara mendisiplinkan anak yang sejak kecil tidak dibiasakan adanya peratu-
ran, konsekuensi dll?
Bertahap, Bunda. Pilih 1 perilaku disiplin dulu yang ingin diubah dalam jangka waktu
tertentu.
Misalnya selama 2 minggu disiplin membereskan tempat tidur sendiri. Itu dulu yang
diberi fokus. Setellah itu baru beralih ke satu perilaku disiplin lainnya.
Penerapan konsekuensi natural dan logis sebenarnya juga dengan Sesekali biarkan
anak yang langsung merasakan dampaknya. Dengan catatan, ortu harus kompak. Dan
tentunya, dalam menerapkan standard, sesuaikan dengan kemampuan anak.

7. Bunda Yanti
Berkaitan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berpendapat.
Bagaimana jika anak selalu mencari pembenaran / beralasan atas kesalahannya?

Jika anak selalu mencari pembenaran, bisa kita lihat dari sisi positif :
– anak punya alasan kuat dan mampu menyampaikan pendapatnya
– anak kritis, tidak langsung menerima penjelasan orang lain begitu saja
– anak percaya pada ortunya, bahwa ortu dapat menjadi partner komunikasi yang
baik yang mau mendengarkan opininya. Nah, tingggal yang perlu diperhatikan dan
terus dipahamkan pada anak :
1. Adab berbicara yang baik kepada ortu.
2. Cara menyampaikan pendapat yang baik dan benar.
3.  Bagaimana empati dan cara menghargai orang lain.
4.  Bagaimana berbesar hati menerima pendapat orang lain.
5. Bagaimana rendah hati dalam menerima ilmu yang benar
Sehingga mereka tahu kapan harus memberi alasan. Bagaimana memulainya,
bagaiman mengakhirinya.

8. Bunda Yuli
Bagaimana mendisiplinkan anak yang diasuh sama neneknya? Kata ibu ga boleh, kata
neneknya boleh. Akhirnya anak jadi lebih nurut sama neneknya ( kedua ortu bekerja).

Salah satu resiko ortu bekerja dan menitipkan anak pada neneknya atau orang lain
memang begitu. Anak bisa jadi lebih dekat dengan pengasuhnya. Oleh karena itu,
pastikan punya waktu yang berkualitas dengan anak setiap harinya. Jika ortu pulang,
minta nenek beristirahat. Jika ada yang tidak sesuai dengan nenek, ajak anak bicara
baik-baik di tempat yang privat, hanya ortu dan anak. Ortu harus lebih ekspresif lagi
menyampaikan kasih sayang dan perhatian kepada anak, jangan malu-malu. Sehingga
anak benar2 merasa disayang dan diperhatikan oleh ortunya. Luangkan waktu di tem-
pat kerja untuk menghubungi anak, jika bisa. Siapkan keperluan anak sebelum be-
rangkat kerja. Sesekali beri anak kejutan, mengajak jalan – jalan, dlsb. Atau bawakan
oleh-oleh tiap pulang kerja.

Penutup :
Alhamdulillah kulwap hari ini sudah selesai, semoga pertemuan hari ini bermanfaat
dan semoga Allah mudahkan dan berkahi kita dalam mendisiplinkan anak2 kita..
Aamiin..

Mari kita tutup kulwap kita dengan doa kafaratul majlis


Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu ala ilaha illa anta astagh�ruka wa atubu
ilaik..

Terimakasih bunda2 semuanya.. Jazakumullah khoiron khoiron katsiro…


Wassalamu ‘alaikum wr w

hsmn

facebook.com/hsmuslimnusantara
FB: HSMuslimNusantara Pusat
instagram: @hsmuslimnusantara
twitter: @hs_muslim_n
web:
hsmuslimnusantara.org

ByBundKay
Advertisements

Report this ad

Report this ad

Catatan Sarah Risman : mengajak


anak untuk sholat di masjid
August 26, 2016 Kulwap Parenting, Pengasuhan
Karena ayah saya tidak bs posting weekend ini, maka sy berinisiatif menggantikannya
untuk hari ini saja. Kebetulan akhir2 ini banyak yg nanya ttg membuat anak cinta
masjid. Mrk mau anaknya ikut ke masjid, tp lgs di bawa untuk tarawih. Gk msk akal.

Anak2 sy udh di ‘gotong’ ke masjid sjk 2.5th. Kl ayahnya gk bs, kakeknya. Anak2 di bw
ke masjid di saat wkt shlt yg ‘lengang’ dulu, spt dzuhur dan ashr. Stelah sukses tdk
lari2, tenang dan tdk mengganggu jamaah lain, br di bawa ke wkt shlt yg lbh ‘ramai’…
maghrb dan isya. Setelah berminggu dan berbulan2 sdh tenang, br di bw ke wkt shlt
yg sdikit relatif lbh panjang,  yaitu jumatan. Knp jumatan dulu sebelum tarawih, krn ju-
matan kan stiap minggu, sedangkan praktek tarawih kan kudu nunggu moment se-
tahun sekali. Lagipula kan kl jumatan, yg bikin agak lama itu khutbahnya. Walaupun
tdk blh bicara, tp ayah/kakek/Om bs menahan dg tangan agar anak yg di bawa nya tdk
lari dan bercanda2. Sedangkan kl tarawih, org dewasa nya akn terus shlt.. Sehingga
anak yg di bawa akan lbh susah di kontrol.

Stelah si abang tk, kakek nya yg menjemput ke skolah, dan dr situ lgs ke masjid. Dia
dibiasakan dg atmosfer masjid sebelum wkt shlt tiba, jd gk dtg pas shlt. Sambil me-
nunggu adzan, kakeknya bs menjelaskan atau cerita macem2 yg berhubungan dg
masjid. Misalnya sejarah bgmn adzan di kumandangkan, cerita ttg bilal bin rabah, atau
apalah. Br shlt. Jd ada prolog yg menyenangkan dan child-friendly. Belum kalau pu-
lang nya hujan, mrk akan bersama2 menunggu reda atau menembusnya sambil main
hujan.

Pengalaman ke masjid beragam rupa, mulai dr anaknya ketiduran saking khutbahnya


kelewat panjang jd si kakek gk bs pulang2. sampai anaknya pipis di karpet mushalla.
Kakeknya smp malu dan Hrs membayar biaya pencucian karpet ke marbotnya. Krn
kejadian ini, anak kedua kadang di paksa pake pampers kl msh dlm jangka wkt bbrp
bulan dr toilet training nya, khwtr mengikuti jejak abangnya. Juga kejadian kakek2 yg
sk marah2 kl ada anak yg tdk khusyuk shalatnya. Sampe si adik ketakutan ke masjid
krn ada kakek yg suka nyelepetin anak yg berisik dg sajadah nya. Walau yg berisik bkn
anak saya, smp skrg nama masjid itu jd masjid ‘kakek keprek2’ untuk anak sy, bkn
masjid alhuda.

Kini, krn sdh tinggal jauh dr kakek, dan ayahnya kerja smp jm 5, ibunya yg kena. Sepu-
lang skolah stop dulu di masjid, nunggu ashr berjamaah. Si adik jd ‘terpaksa’ di boyong
jg. Semakin usia besar.. ‘instalan sblm adzan’ nya tambah kompleks dan berbeda. Kini
setelah SD, dikenalkan tahiyatul masjid dan rawatib sblm shlt wajibnya. Dijelaskan
bhw anak muda yg mengikat hatinya di masjid dijanjikan naungan allah di akhirat
sana. Saya jg bercerita kepada mereka bagaimana wkt sy balita, istiqlal adlh taman
bermain sy. Smp besar, sy tetap ‘di geret’ ke masjid yg jarak nya 20km di gelapnya
musim dingin Florida bagian utara. Dan itu satu2nya masjid di kota itu, dan sy SMP
kelas 3! Pdhl kami tiga bersaudara perempuan semua. Belum kalo ramadhan, kami
brgkt ke masjid dr ba’da ashr smp tarawih stiap harinya, berbuka disana krn ibu sy
bergantian dengan ibu2 lain utk masak makanan berbuka.

Cinta masjid adlh proses yg panjang, ibu, bapak. Gk bs instant dan segera. Bkn hanya
anak laki2, tp anak perempuan juga. Krn walau kl anak perempuan saya tau utama
nya di rumah, tp kelak kan mereka diharapkan pny anak laki2 pula.belum tentu
suaminya sempat membawa anak laki2 nya ke masjid walau hanya sekedar solat isya.
Kl dulu ibunya tidak dibawa2 ke masjid, mana kepikiran harus berinisiatif membawak
anak laki2 nya kesana? Andaikan ayah sy tdk menggeret sy dulu, bgmn sy bs cerita?

Kita masya allah tinggal di negara yang adzannya bersahut2an, dan jarak masjid dr
rmh tidak seberapa. Seharusnya mengajarkan anak-anak kita cinta masjid, jauh lebih
mudah dr apa yg di lalui ayah dan ibu sy.
Tp jgn demi anak cinta masjid, jd mengganggu org lain ibadah. Itu kenapa ga bs anak di
bawa tarawih serta merta. Ada setahun ke dpn utk latihan agar di ramadhan berikut
nya anak bs tenang di bw ke masjid, kl skrg blm bs. Tp hanya orgtua yg cinta masjid yg
bs menurunkan cinta itu kepada anak2 mereka. Jd sblm anda sibuk membuat anak
anda cinta masjid, pastikan anda dulu yg cinta.

#sarrarisman

ByBundKay

Catatan tentang Tantrum


August 26, 2016 Kulwap Parenting, Pengasuhan
“`TANTRUM DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI HOME EDUCATION“`

Kamis 14 Juli 2016


Grup Bdg1 HEbAT on CBE

Notulen: Rasi Yuga�ati

Kalo anak usia kurang dari 2 tahun atau yg kemampuan komunikasinya belum lan-
car, yg pertama dilakukan anaknya dipeluk. Kalo ga mau dipeluk, ditemenin aja dis-
ampingnya sambil ttp diajak ngobrol sambil cari ide buat mengalihkan perhatian ke
hal yg disukai. Nanti kalo udah tenang atau si anak udah teralihkan, bisa diajak cerita
lagi ttg kejadian yg tadi bikin tantrum. Kalo anaknya sudah lancar bicara, udah bisa di-
ajak ngobrol,. Kalo pas tantrum, ya tetep aja diajakin ngobrol, ditanya baik2, sedihnya
kenapa.

Berusaha sebisa mungkin ga jadi ikutan emosi ya hehe . Kalo yg saya pahami,
anak2 tantrum itu salah satunya karena ya memang itu cara yg mereka baru bisa un-
tuk mengekspresikan kemarahan, kekecewaan. Jadi cara handlenya ya secara berta-
hap berusaha membantu anak melogiskan kejadian yg dialami, lewat dialog, jaga in-
tonasi, jaga emosi. Anak itu sensitif banget trhdp perubahan intonasi, meskipun pesan
yg disampaikan baik atau tidak memarahi. Anak kan mencontoh kita. Kalo kita mere-
spon kemarahan dg emosional, ngebanting barang, ya anak juga makin mencontoh.
Dan percayalah…ini mesti sabar, karena anak belajarnya ga instant. Oh iya jangan
lupa apresiasi anak kalo ada perkembangan dlm menghandle emosinya. Misal se-
belumnya nangis sambil guling2, yg berikutnya cuma nangis aja..nah ini kasih pujian
ke anak. Punten itu aja yg bisa dishare…ini juga masih perlu banyak belajar. #ba-
pak1anak.

Sedikit nambahin, mereka anak anak sebenarnya ingin mengungkapkan sesu-


atu,ingin berkomunikasi dg kita, tapi belum tahu atau tidak tahu caranya bagaimana,
sehingga yg keluar ya spt itu, dan ortunya memang harus extra sabar dan mencoba
mengerti maunya anak apa:). Pelukan, Usapan lembut ke kepala atau punggung,
bisikan dg kata kata bujukan, adalah beberapa cara yg kami terapkan ketika si.bungsu
tantrum. Dan biasanya diakhiri dg minum air putih.

Saya dulu pertama juga begitu, ketika anak menyapih anak bungsu, si anak klo nangis
dah heboh, tetangga ampe dateng nanyain, bwlum kalo tengah malam sering banget
bangun dan nangis. Pikir kena apa gitu ampe dibaca bacain, lha ora ngepek .
Akhirnya setelah tau ilmunya, pelan pelan mulai bisa “menguasai” keadaan ketika hal
tsb terjadi. “Komunikasi Produktif”, “Bahasa bunda/ibu?”, “Ilmu memeluk anak”, 3
buku yg bagus untuk dibaca:)

tantrum adalah cara bagaimana balita mengekspresikan luapan emosinya.. Tugas


kita mendampingi & membantunya malabeli & meluapkan emosinya dengan bijak..
Children see children do, bagaimana orangtua meluapkan emosinya, itulah yg akan
anak tiru dalam meluapkan emosinya..

Anak saya Usia 3 th, menurut teori sedang masa threenager yg emosinya meledak2.
Alhamdulillah sependek pengamatan,  anak Kami termasuk kategori minim tantrum.
Sependek ini, saya & suami mempraktekan konsep dasar menangani tantrum dr pak
Angga Setiawan.
Ada 2 jenis tantrum:
1. Emosi (karena sakit, kecewa, lapar, capek dll)
Jika tantrum karna emosi, maka bantu melabeli emosinya & kita terima lalu salurkan..
Jika tantrum karena stra
2. Strategi (karena menginginkan sesuatu)
Maka ortu sebaiknya abaikan agar anak faham bahwa itu bukan cara yang tepat un-
tuk meminta & tidak jadi kebiasaan..
Sebagai ikhtiar meminimalisir tantrum, Kami mengedepankan negosiasi sebagaimana
disarankan bu Elly Risman & bu Septi.. Karena anak Kami masih 3 tahun maka Kami
membuat Deal Board..

Deal board berisi poin2 kesepakatan antara kami & Lulu. Diawali dengan dialog “why”
kenapa hal2 tsb perlu disepakati.. Lalu dibuatkan gambar sebagai ilustrasi (karna
belum bisa baca), lalu di cap jempol tanda sepakat.. Hehe.  Seru2an karena dunia anak
adalah bermain..

Salah satu kesepakatannya, jika lulu berbicara dengan berteriak/menangis maka


bunda/Ayah tidak merespon..

1. Setelah mandi & sarapan boleh main sepeda diluar


2. Berbicara sambil berteriak atau menangis maka bunda/Ayah tidak merespon
3. Uang jajan sehari 2.000
4. Muraja’ah sebelum dibacakan cerita

Poinnya disesuaikan dgn situasi & karakteristik keunikan anak kami..

Anak sy sebulan kmrn (lg ramadhan) sering bangun tiap malam dan nangis kenceng
awalnya kaget tp spt halnya pak muji elmu meluk, bahasa bunda & komunikasi pro-
duktif jd solusi,

Wl sesekali ttp ngamuk & di pagi harinya fatimah anteng watados kyk g ada kejadian
apa2 mlmnya

Tantrum istilah yg baru sy kenal krg lebih 2-3 thn kebelakang, sdgkan anak yg su-
lung sdh 10thn jd sy tdk menggunakan kiat2 mengatasi tantrum scra khusus klau
anak2 emosinya sdg tdk stabil.

Sy menggunakan pola asuh orangtua (terutana mama) yg bliau terapkan kpd 5


anaknya. Orangtua sy cenderung “Minim Aturan”. Beliau banyak memberi kebebasan
pd anak2nya utk bermain, bereksplorasi, berelasi, berekspresi. Supportnya luar biasa
jika anak2nya mau dan berani menampilkan apa yg disukai.

Ingat betul masa kanak2 km dipenuhi bunga2 keceriaan. Mama srg menceritakan
masa2 kecilnya di kampung, sering menyanyikan lagu2 melayu dan daerah, klau mlm
rame2 kami mendengarkan sandiwara radio. Mama jg rajin menginspirasi kgtn di
rumah; bikin boneka kain, menyulam, bikin bunga2 dr kertas krep, bikin kue kering,
dsb.

Eksplorasi di luar apalagi. Main di kebun rambutan, main di dlm got, main di sekitar
kuburan masjid, eksplorasi di pinggir sungai yg ada buayanya. Bermain dg anak supir
bajaj, anak warung, anak pak lurah, anak pak polisi, dll. Kuncinya, ortu berpesan agar
kami saling menjaga.

Oya, ingat jg. Masa 0-2 thn kami berlima alhamdulillah full ASI, bhkn ada yg lebih. Al-
hamdulillah km berlima tdk ada yg tantrum (istilah sekarang), jd bisa dikatakan masa
individualitas km tuntas.

Nah pola asuh tsb teh yg km terapkan pd anak2 saat ini, dg penyesuaian2 tentunya.

Di mulai sebelum nikah, benih2 �trah orangtua sdh mulai ditanam.

Sy cuplik dr buku Prophetic Parenting, hal 67-75:


*Karakter Pendidik Sukses*
1. Tenang dan Tidak terburu buru
2. Lembut dan tidak kasar
3. Hati yang penyayang
4. Memilih yang termudah selama bukan dosa
5. Toleransi
6. Menjauhkan diri dari marah
7. Seimbang dan proporsional
8. Selingan dalam memberi nasehat.

Happy sharing
ByBundKay

Pacaran pada Anak : persiapan


orangtua untuk menghadapinya
August 26, 2016 Kulwap Parenting, Pengasuhan
Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, pemerhati pendidikan anak dan keluarga, bermukim di Sidoarjo

Edisi Pendidikan Anak

Selasa, 9 Agustus 2016

Fenomena Anak Pacaran (2)

Pak Setya kebakaran jenggot, tak sengaja dalam perjalanan pulang kantor, ketemu
anak perempuannya yang masih kelas 1 SMP bergandengan tangan dengan anak laki-
laki, dan waktu itu jam 7 malam, mrela berdua masih pakai seragam sekolah.

Sampai di rumah, si anak perempuan langsung dapat ‘sajian makan malam’ super
pedas berupa ceramah bernada perintah dan ancaman.

Siapa itu anak laki, haaah….pacar kamu? bisa-bisanya ya….pokoknya papa nggak mau
lihat kamu jalan sama dia. kalo kamu pacaran harus putus…malu-maluin papa aja.
Hape mana….sini papa sita. Kalo sampai kejadian begini lagi, papa kirim kamu ke
rumah nenek. pagi sekolah malem diniyah, gak ada main pokoknya.

Teman….sikap frontal seperti ini tentunya tidak cocok. Lho bu ani….bukannya Al


Quran juga memberi peringatan keras, pake perintah dan ancam juga….ya memang..li-
hat sikon lah…

Anak yg langsung divonis salah karena dia mencoba pacaran…kemudian dilarang-


larang…malah berpotensi pacaran secara sembunyi-sembunyi.
Bu Inez takut anakn pacaran secara sembunyi-sembunyi maka dia bikin deklarasi :
Boleh pacaran, asalkan pacarbya dikenalin mama…boleh pergi dengan pacar tapi
harus ijin mama, atau mama temenin kemana. Pokoknya harus curhat sama mama..

Huuh….akhirnya terjadilah…dengan nyaman anaknya duduk-duduk berdua di teras


rumah….alamaaak…dikasi minum dan camulan segala sama mamanya….bisa berjam-
jam mreka berdua….

Teman, tipe yang begini bahaya juga…karena ‘hukum aktivitas �sik dlam pacaran’
akan berlaku. Dimulai dari pegang tangan….biasanya sudah deg2 gmna gtu….lama2
pegang tangan gak ada rasanya. trus pegang bahu..awalnya kikuk, lama-lama…biasa
aja…lalu cium tangan, cium pipi, dst…tidak akan terasa peningkatannya…tahu-tahu bu
inez teriak ketika kali pertama memergoki mereka cium bibir…

Stres lah bu inez…padahal dia merasa sudah sering wanti-wanti. Boleh pacaran tapi
gak boleh ini dan itu….

Lalu kalo anak kita mulai terlihat tanda jatuh cinta diapakan? Ya tentu saja diajak
berdialog dulu…sebagaimana saran umum untuk segala kasus pada anak usia baligh.

Lalu dialog tentang apa? saya pernah tuliskan dlam episode mendampingi anak baligh
bahwa saat anak jatuh cinta adalah saat tepat untuk mengajaknya berpikir tentang
kriteria pasangan hidup.

Nanti kalau sudah besar, ingin punya suami kayak gimana….pengen istri seperti apa…
nah, stelah itu bisa dilanjut pertanyaan, apakah orang yang kamu sukai ini adalah
orang yang ‘layak’?

Lho…kak kok cwek yang kamu suka gak jilbaban?


Lho mbak…cowok yang kamu suka kok gak ikut sholat?
Whaa…cewek yang kamu suka, santun dan lembut..cocok jadi calon ibu…
Wow..itu cowok yang kamu suka bisa ya main sama anak kecil…calon ayah yang baik.

dan seterusnya…

Setelah diajak berdialog, diskusin batas ekspresi rasa suka itu bagaimana. Apa yang
boleh dan tidak boleh…

Boleh suka sama seseorang, tapi….

Tapi apa hayoooo? hehehe…lanjut edisi berikutny. Saya insyaAllah akan share tata at-
uran hubungan lawan jenis yang pernah saya jelaskan sebelumnya

ByBundKay

Pendidikan seksual untuk anak –


saduran dari Tarbiatul Aulad
October 8, 2015 Kulwap Parenting, Pengasuhan anak, anich, keluarga,
kulwap, parenting, pendidikan, seksual
Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, penulis buku & pemerhati pendidikan keluarga

Friday Edition for Book Review

Teman, edisi jumat insyaAllah akan mengajak kita untuk mengkaji buku-buku
berkualitas. Inilah salah satu buku yang amat berkesan dari segi kualitas dan menjadi
buku pertama yang disajikan. Tarbiyatul Aulad, adalah salah satu kitab luar biasa ten-
tang pendidikan anak, disusun sedemikian terstruktur oleh Abdullah Nashih Ulwan,
ulama kelahiran Suriah lulusan Al Azhar University. Semoga kita dapat pencerahan.

Jumat, 9 Oktober 2015

Serial Ringkasan Buku


Tarbiyatul Aulad (28)

Dodit pergi ke warnet utk mencari informasi yg dia butuhkan, barusan dia dimarahi
kakaknya krn bertanya : onani itu apa sih? Dan diberikan ancaman : Kalau Abah atau
Umi tahu tanya beginian, kamu bakal dimarahi.

Padahal, dia sudah menanggung malu akibat cemoohan teman2nya, “sudah SMP ng-
gak tahu, dasar kuper”

Sekarang bayangkan jika anak ini, benar2 ke warnet, mengetik di search engine ttg
onani, apa yg akan dia dapat? Informasi yg dia butuhkan? Tidak..dia akan dapat ben-
cana berupa artikel, gambar, lengkap dg video praktiknya.

Apakah kita ingin hal ini terjadi pd anak2 kita? Tentu saja tidak. Jadi mari kita belajar,
dan simak sama2 ulasan berikut ini.

Bab 2 Pasal 7
Tanggung Jawab
Pendidikan Seksual
(Bagian 1)

Apakah orangtua atau guru boleh menjelaskan tentang hal2 berbau seksualitas pada
anak? Syaikh Ulwan menyatakan bahwa ini boleh, bahkan harus, krn merupakan
bagian dari tanggung jawab pendidikan.

Mengapa harus? Dasar pedoman utama dalam beragama yaitu Al Qur’an berbicara je-
las ttg bagaimana orang harus memlihara kemaluan, tentang hubungan suami istri,
tentang penciptaan manusia dr pencampuran air mani, tentang rahim tempat tum-
buhnya janin, juga tentang kejahatan zina.
“Dan orang2 yang menjaga kemaluaannya, kecuali thd istri2 mereka, atau buday yg
mereka miliki, maka sesungguhnya hal ini tiada tercela” (QS Al Mukminun : 5-6)
“Istri2 adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok tanam itu bagaimana kamu kehendaki” (QS Al Baqoroh 223)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dr setets mani yg bercampur yang
Kami mengujinya (dg perintah & larangan)? Karena itu Kami jadikan dia mendengar
dan melihat” (QS Al Insan : 2)
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
keji dan suatu jalan yg buruk” (QS Al Isra : 32)

Bagaimana anak2 akan memahami pedoman hidup ini, jika orangtua tidak menyam-
paikannya secara terbuka kepada anak. Sebab jika terbuka, atau ada usaha menutupi
pembahasan seksual ini, maka makna hakikinya tidak akan sampai kepada anak.

Hikmah dr menjelaskan persoalan seksual kepada anak adalah bahwa anak2 akan
mengetahui masalah halal dan haram, ttg hal2 yg berhubungan dg cara penyaluran
syahwat. Sehingga ketika anak2 kita mencapai usia baligh, mereka akan tahu apa yg
boleh dan tidak boleh dilakukan. Secara khusus, pendidikan seksual ini sangat dibu-
tuhkan oleh anak2 kita yg akan memasuki gerbang pernikahan.

Hikmah berikutnya dr penjelasan masalah seksual pd anak adalah munculnya rasa


syukur krn mengkaji ttg proses penciptaan manusia. Sesungguhnya anggapan hina ttg
persoalan seksual adalah salah, sebab ini sebenarnya adalah bahasan mulia ttg pen-
ciptaan manusia, jika kita bisa mengolah proses komunikasinya.

Pendidikan seksual pada anak juga akan membawa hikmah ttg kesadaran bahwa Is-
lam adalah ajaran yg menyentuh seluruh aspek kehidupan & kemaslahatan manusia,
sampai memberikan tuntunan dlm urusan biologis manusia.

Namun, tentu saja ada batasannya. Syaikh Ulwan menyatakan bahwa 2 hal yg perlu
kita perhatikan,
Kita mengajarkan persoslan seksual sesuai dg tingkat usia. Jika masih kanak2 tentu
saja belum perlu penjelasan detil.
Keutamaan orangtua yg menjelaskan sendiri kepada anak, anak perempuan oleh
ibunya dan anak laki2 oleh ayahnya.

Berikut ini pembagian tahapan pendidikan seksual menurut Syaikh Ulwan


Usia 7-10 tahun, anak diajari etika dalam meminta ijin dana dalam memendang
segala sesuatu
Usia 10-14 tahun, anak dihindarkan dari berbgai rangsangan seksual.
Usia 14-16 tahun, anak dijelaskan ttg hal2 dasar ttg tanggung jawab usia baligh dan
pengertian seksualitas.
Pada usia 16 tahun ke atas, anak yg siap menikah diajari ttg adab hubungan seksual
dan yg belum akan menikah dijarkan ttg cara menjaga diri dari perbuatan tercela dlm
mengelola syahwatnya.

Luar biasa…yg hina, malah jadi mulia jika kita ‘tahu’ titik persoalannya…

Semoga membuat orangtua tidak ragu dlm mengemban tanggung jawab mendidikan
aspek seksual pd anaknya masing2, sebagaimana arti dr tanggung jawab yg lain…jika
kita lalai soal ini pula..catatan dosa pun siap ditorehkan di buku kita..

For web version, please visit http://www.psychocoffeemorning.com

For feedbacks, questions, requests, and further discussions please email to : psy-
chocoffeemorning@gmail.com

Kulwap- Bullying (bagian 2)


October 8, 2015 Kulwap Parenting anak, anich, bullying, child
development, emotional control
Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, penulis buku & pemerhati pendidikan keluarga

Weekday Edition for Parents

Teman, edisi selasa-kamis akan mengajak kita untuk merenungi tema pendidikan
anak, kita semua punya kewajiban untuk mendidik bukan? Minimal mendidik anak-
anak kita sendiri, juga anak-anak yg ada di lingkungan kita sendiri, dan tentunya un-
tuk anak-anak bangsa ini, generasi penerus kita.

Kamis, 24 September 2015

Mendampingi Anak Korban Bully (bagian 3)

Rana, 5th. Dia punya kebiasaan mungutin daun buat dikumpulin buat kompos.
Katanya, “sayang ya, bu, daun2 ini dibiarin gitu aja. Ini kan bisa dijadiin kompos.”
Kebiasaan itu didapet dari Sweden, tempat tinggalnya slama setaun yg lalu, ikut ayah-
nya yg kerja di sana. Saat ini tinggal di Jkt, krn kontrak kerja ayahnya lagi abis. Selama
sekolah di Jkt trnyata dia clash-culture. Pola pendidikan yang lebih berbasis akhlak
dan perilaku di Sweden (semacam munguti daun  karena anak2 diajarin untuk meng-
hargai bumi, tempat tinggal mereka) tidak sama dengan sekolahnya skrg yg sudah be-
lajar calistung. Rana ketinggalan, dia banyak diejek tmn2nya. “Wah, dr luar negeri kok
gak bisa baca sih? Hahaha.” Dan segudang ejekan lain dari teman2nya. Untungnya
sikap Rana malah cenderung cuek.
Sering dikerjain temen2nya krn dia suka menolong, dgn cara disuruh2. Pendidikan
akhlak dan etika yg dipelajari selama kurang dr setaun bisa sangat melekat di anak
balita. Tanpa peduli cemooh, Rana ttp ngerjain apa yg udah diajarin secara baik di
Sweden. Walaupun dia dicemooh “anak tukang sampah” jg krn kmana bawa plastik
kecil bwt naro sampah.

Teman, inilah mental yg justru dibutuhin anak2 generasi skrg justru jd cemoohan.
Anak yg harusnya jadi teladan malah dibully. Apa yg harus kita lakukan dg kasus bully
semacam ini?
Jika mendapati anak2 kita dibully krn melakukan ‘kebenaran’ yg oleh anak2 lain
belum jadi budaya, maka yg perlu kita lakukan adalah mendukung anak kita..agar
tetap teguh dg prinsipnya, dan berusaha mengabaikan teman2 yg membully, menga-
jrinya membalas akan malah ‘merusak citra’ anak2 kita, menjauh bisa jadi pilihan..

Saya pernah dapati kasus semacam ini pd anak yg dibully temannya krn ‘tidak mau
ikut contekan’ krn dianggap sok suci. Pernah juga saya dapati anak yg dibully krn ‘ter-
lalu alim’ kerjaannya ketika istirahat hanya sholat dhuha & baca quran, bbrp anak kecil
telah berani berprinsip & mengambil ‘langkah beda’, dan kita harus menghargai pili-
han tersebut…juga terus mendukungnya.

Bentuk dukungan kita adalah dengan ‘menampung perasaan’ nya setiap saat dan
meyakinkannya utk tetap teguh pendirian, juga bersikap cuek thd lingkungan sekitar.
“Sayang…klo kamu cuek ketika diganggu, mereka akan lelah, dan tdk akan menggang-
gumu lagi”

Lho…nanti anakku gak punya teman bu ani….jangan pernah takut, menjadi asing
tidaklah terlalu menyeramkan, apalagi utk anak2 yg sudah punya prinsip. Yakinkah
dia bisa mandiri mengurus dirinya di tengah teman2 yg tdk menyukainya..

Secara perlahan, kemudian, mari kita ajari mencari teman, sedikit tp cukup utk kebu-
tuhan interaksi sosial mereka. Saya rasa, sbg pemenuhan kebutuhan sosialisasi awal,
mereka hanya perlu menemukan 1, 2, 3 sahabat yg bisa menerima anak kita apa
adanya. Walaupun ‘satu sekolah’ akan tetap menganggap ‘aneh’ anak kita..tapi 123 sa-
habatnya ini..bisa berteman dg anak kita.

Selanjutnya, anak2 kita yg ‘unik’ ini malah perlu diajak untuk ‘berdakwah’ agar te-
man2nya yg ‘tidak aneh tapi tidak benar’ bisa meneladani anak kita yg ‘aneh tapi be-
nar’, maka kita akan butuh MOMEN WOW, agak susah utk dibayangkan..tp ada con-
toh berikut ini..

Saya pernah mencoba sebuah momen wow sederhana ketika menjadi guru, anak yg
awalnya dianggap ‘pecundang’ satau saat sengaja saya ‘pergok’i’ melakukan kebaikan,
dan kemudian saya beri penghargaan pujian di depan semua temannya, dan alham-
dulillah ‘bully’ berkurang sejak itu.

Pernah juga saya dapati kasus, seorang anak korban bully didorong ikut sebuah kom-
petisi di luar sekolah, dan ketika dia ‘menang’, dilakukanlah prosesi penghargaan di
depan umum krn ‘prestasi’nya, dan sejak saat itu bully menghilang..bahkan bbrp anak
yg dulu mengganggu malah mencoba mendekat utk jadi teman..

Pada intinya, anak diarahkan untuk “berprestasi” dan diberi penghargaan di muka
umum, inilah Momen Wow yg diciptakan utk membasmi pembullyan, spt nya memang
sangat butuh pihak sekolah..

Teman, anak2 bully bisa jadi adalah anak yg dasarnya baik..hanya saja mereka berada
di tempat yg tidak tepat, sehingga mengalami bully..tetap jadikan anak ini ‘anak baik’,
tidak perlu merubah pendirian demi diterima secara sosial dan agar tdk dibully, jan-
gan sampai keluar nasehat, ‘Sudahlah kak..contekin aja temenmu…drpd kamu di-
ganggu terus’ atau ‘Mulai sekarang gak usa bawa kantong sampah, nanti kamu dihina
temanmu’

Jangan sampai ini terjadi..

Kita harus berikan dukungan pada yg benar..

For web version, please visit www.psychocoffeemorning.com

For feedbacks, questions, requests, and further discussions please email to :  psy-
chocoffeemorning@gmail.com

Kulwap- Bullying
October 8, 2015 Kulwap Parenting anak, anich, bullying, child
development, emotional control, keluarga, kulwap

Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, penulis buku & pemerhati pendidikan keluarga

Weekday Edition for Parents

Teman, edisi selasa-kamis akan mengajak kita untuk merenungi tema pendidikan
anak, kita semua punya kewajiban untuk mendidik bukan? Minimal mendidik anak-
anak kita sendiri, juga anak-anak yg ada di lingkungan kita sendiri, dan tentunya un-
tuk anak-anak bangsa ini, generasi penerus kita.

Rabu, 23 September 2015

Mendampingi Anak Korban Bully (bagian 2)

Marsha selalu saja menangis waktu istirahat…hampir tiap hari ada aja kejadian dia di-
jahili teman. Sepatunya disembunyikan..kerudungnya ditarik, bajunya disiram air, dan
selalu dikata2i…anak mama…anak mama…krn setiap kali Marsha digoda dia selalu
manggil mamanya..uuuuhhh, kasihan…

Teman…perhatikanlah anak2 yg suka dibully…rata2 anak2 yg ‘nggak tangguh’ bukan…


nggak mandiri, manja mungkin, sehingga setiap kali mendapatkan intimidasi ‘tak ada
utk melawan’. Tidak semua memang…tapi sebagian besar anak2 yg dibully memang
‘tidak tangguh’

Maka solusi jangka panjang utk anak korban bully..agar dia tdk dibully lagi..agar bully
tdk merusak karakternya jd rendah diri, maka misi utama kita adalah “membuat dia
tangguh”.

Apakah agar tangguh kita suruh lawan balik..eeeeiittts…tunggu dulu…suka main han-
tam aja nie…anak yg melawan memang ‘nampak tangguh’…tp bukan ‘tangguh’ ini yg
saya maksud…

Kita punya misi membuat anak kita ‘tangguh’ dlm menghadapi masalah…nah
loe..something bigger…dan ketangguhan ini hanya mudah dilakukan dg pembiasaan
sehari2..

Lihat Marsha..apa2 “mama”…apa2 “mama”..sangat mungkin ini anak ketika di rumah…


mau makan…”mama”, pengen pipis “mama” jatuh waktu lari2 “mama”, semua hal “me-
nunggu” bantuan mama…andaikan Marsha dilatih utk mengerjakan segala sesuatu
sendiri, tidak ‘menunggu bantuan’ sangat mungkin dia akan lebih punya pengalaman
‘mengatasi masalah’, maka dia akan lebih tangguh..saat punya masalah..saat dibully
juga termasuk…

Maka, bagi yg punya anak sering dibully..alih menyalahkan si pelaku bully lalu
melabraknya…kita sebaiknya evaluasi diri, mengapa anak kita ‘tidak tangguh’ ketika
dibully..melatih ‘ketangguhan’ di rumah? Kena’ deeeh..hehe..anak yg dibully…kita juga
yg salah..apa yg bisa kita usahakan, ini bbrp alternatifnya..

Menahan diri utk tdk turun tangan membantu anak saat kesulitan (gak bisa

nali sepatu…gak bisa markir sepeda..gak ngerjain PR,dll)

Melatih anak mandiri melakukan hal2 yg bisa dikerjakan sendiri (jangan ban-

tuin kalo dia sudah bisa)

Membiarkan anak menyelesaikan masalah

Memotivasi anak yg mengeluh utk terus mencoba

Bahkan diperlukan saat kita malah ‘menciptakan’ masalah2 dg sengaja agar

anak belajar (kita tahu sepatunya dimana..tapi dia mencari tdk ketemu..biarakan men-
cari..jangan diberitahu dimana…hayooo tega nggak? Mungkin kita buru2 tapi ‘proses
yg makan waktu’ ini akan jadi pengalaman anak ‘tangguh’ menyelesaikan masalahnya)

Tentu saja yg di atas adlh pekerjaan panjang..menjadikan ‘anak tdk tangguh’ jadi lebih
‘tangguh’ ya butuh waktu…berbulan..mungkin juga setahun..anak keburu babak belur
dihajar temannya, bu ani…bu ani…yak apa ini terus? Deremak? Pripun? Halaaah…

Okeh…hehehe..kita lihat contoh kejadian berikut

Bu Dyah sudah gemes banget…tiap Kay, anaknya pulang sekolah selalu mengeluh…
Makanya, Bu Dyah pesen, “kalo adik diganggu…langsung bilang bu guru ya, pokoknya
lari cari bu guru” dan Kay menurut pd mamanya, apa yg terjadi? Kay dpat julukan baru
“tukang ngadu…tukang ngadu…”

Teman, meminta anak kita menghindar boleh saja..menghindar adalah mekanisme


pertahanan diri paling mendasar, perlu diajarkan juga, jangan ada kata “selalu bilang
bu guru”, ini agak fatal akibatnya..anak2 kita makin dinilai ‘tidak tangguh’. Dan untuk
diperhatikan..arahan jenis ini hanya cocok utk anak 7 tahun ke bawah..Jangan minta
anak2 umur 7 tahun ke atas untuk melakukan hal ini, dia harus mengenl ‘cara lain’
menghadapi masalah.

Mari kita lihat kejadian berikut,

Pak Emil sudah tidak tahan, gara2 anak ini terlalu deket ama mamanya jadi lem-
bek..Andre selalu menangis ketika pulang sekolah..maka Pak Emil berpesan..”Kalo
kamu besok diganggu lagi…jangan takut…tonjok aja temanmu itu. Ayo latihan sama
Papa” maka apa yg terjadi selanjutnya..Andre jadi suka memukul akhir2 ini..
Teman, mengajari anak untuk melawan ketidakadilan memang boleh, mngajri anak
agar tidak mudah diintimidasi sangat boleh..tapi tidak lalu mendorong mereka jadi
agresif, semoga masih ingat bahasan ttg bahayanya agresivitas bbrp waktu yg lalu..

Sebenarnya..sah saja anak kita ‘melawan balik’ kpd teman yg mengitimidasi dia..tetapi
ini tidak boleh “atas suruhan” kita tetapi lahir dr inisiatif anak, sbg pilihan anak. Maka
adegannya akan berganti begini..

P Emil : Kamu tadi kata mama pulang sekolah, nangis ya..kenapa?


Andre : Toni dorong2 aku pa..soalnya aku nggak pinjemi mainan baru aku. Jadi dia re-
but, trus gak dikembalikan.
P Emil : jadi kamu nangis karena kesel ya..
Andre : iya…Toni nyebelin..
P Emil : Trus kalo besok Toni gitu lagi, kamu mau gimana?
Andre : Nggak tahu..Toni jahat pa..
P Emil : Iya papa tahu..Toni jahat..trus diapain..ayoo anak papa kan hebat
Andre : Kalo Toni aku pukul gimana pa?
P Emil : Boleh aja..kamu berani?
Andre : Hmmm..Toni badannya gede sie..ntar aku dipukul balik..kalah aku..
P Emil : Lha terus, masak kamu mau terima aja diganggu terus
Andre : Aku teriakin aja ya, Pa..soalnya pernah aku bentak dia langsung pergi..Jangan
ganggu aku! Gitu pa…
P Emil : Boleh juga, tapi kalo dia diteriakin tetep nggak pergi gimana
Andre : Ya udah, kalo dia maksa..ya aku dorong aja biar pergi..kalo dia gak terima trus
mukul aku..ya aku pukul balik..
P Emil : Katanya Toni besar..kamu takut..
Andre : Nggak..aku gak takut kok..
P Emil : Sip deh..gitu ya..jangan sampe kamu keliatan takut ya..harus keliatan be-
rani..oke? Yg teges kalo diganggu

Huuuuuh, mau ngajri gitu aja lama banget bu ani…saya ngetiknya juga panjang te-
man…dan saya bersabar…hehehe…

Poinnya adalah, ‘anak mengambil keputusan sendiri’ ttg apa yg dia lakukan..’tidak atas
suruhan kita’, ketika sebuah pilihan dilakukan atas inisiatif anak..maka anak ‘akan
mengukur sendiri’ kekuatan yg dimilikinya..dan jika melawan ataupun menghindar
adalah pilihannya, maka ‘proses problem solving’ berjalan sesuai proses yg memfasili-
tasi terbentuknya ‘ketangguhan’. Ketika semua pilihan ‘atas suruhan orangtua’ maka
‘ketangguhan’ akan sulit terbentuk juga..

Enough for today..bahasan hari ini adalah penanganan umum terhadap korban
bully..bbrp kasus butuh penanganan khusu, insya Allah kita bahas besok
For web version, please visit www.psychocoffeemorning.com

For feedbacks, questions, requests, and further discussions please email to :  psy-
chocoffeemorning@gmail.com

Kulwap- Tradisi Unik Keluarga


October 8, 2015 Kulwap Parenting anak, anich, child development,
kulwap, menjamutamu

Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, penulis buku & pemerhati pendidikan keluarga

Weekend Edition for Families

Teman, edisi sabtu-minggu akan mengajak kita untuk memaknai serba serbi peristiwa
yang terjadi di dalam keluarga kita. Mengapa keluarga? Karena harta yang paling
berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga, puisi yang paling
bermakna adalah keluarga, dan mutiara tiada tara adalah keluarga.

Sabtu, 5 September 2015

Tradisi Unik Keluarga (bagian 2)

Dalam sebuah agenda kunjungan rumah yg lain…saya & suami diminta datang di se-
buah resto..agak aneh, bukan kunjungan rumah ini namanya…kunjungan resto..apa
kluarga ini gak mau dilihat privasi ya? Kataku dlm hati…lha klo tdk mau diurusi pri-
vasinya, jangan pilih sekolah macam ini. Ini sekolah yg ngurus akhlaq, bukan hanya
akademik..sekolah ini akan ngurus privasi, gimana anak dirumah, sholat apa enggak,
prilakunya di luar sekolah bgmana..orangtua mendidik bgmana..lha kok berkunjung di
rumah, malah dibawa ke resto..

Aaahhh, suudzon ani…kan bisa jadi ada alasan lain laaah..nit not nit not…inilah terny-
ata sebabnya..

Kami masuk resto, bapak ibu si anak sudah berdiri menyambut kami, mengantar ke
tempat duduk, senyumnya raamaah sekali, sampaoi sedikit membungkuk, dan lang-
sung terucap kata maaaf tiada henti terucap sampai kami berempat pada posisi
duduk..di meja sudah ada bbrp sajian, dan kami lgsung disodori buku
menu…”monggo2, mau pesan apa”, eluuuuuk, bak menjamu rekan bisnis biar menang
tander aja..

“Kami minta maaaf sekali, kami tidak bisa menjamu di rumah. Rumah kami lagi direno-
vasi…belum layak utk menjamu tamu” naaah tuh kan..suudzon kamu an..

Oke…lanjut…akhirnya basa basi panjang lebar..setelah basi basi..bicara serius juga, ttg
perkembangan anak mereka di sekolah..lalu bicara ttg kondisi anak di rumah juga…
intinya, udah sip semuanya…tidak ada masalah..anak berkembang dinamis dan
matang..

Mendekati akhir pertemuan, sudah 2 jam ngobrol sambil makan ini..si Bapak berujar,
“Kami akan senang sekali..kalao panjenengan berdua bisa datang ke rumah kali..in-
syaAllah sebentar sudah siap untuk menerima tamu…kami sendiri juga sudah kan-
gen..lama gak ada tamu, takut nggak berkah rumahnya”

Whaaats…luar biasa, cara pikir bapak ini..ternyata, keluarga punya kebiasaan untuk
menerima tamu “menginap” secara berkala..bahkan jika tdk ada tamu yg datang,
mereka akan berinisiatif “menelepon” keluarga atai rekenan untuk datang menginap
di rumah mereka, pokoknya minimal 1 bulan ada 1 kali tamu menginap di rumah, lebih
sering lebih baik katanya, tiap hari juga tidak masalah…

Waduuuuw…segitunya..kenapa kluarga ini melakukan hal ini? “Rumah2 yg bisa men-


jamu tamu dg baik insyaAllah akan jadi rumah yg berkah. Menjamu tamu ini juga jadi
latihan buat anak2 kami..krn setiap ada tamu datang, kami sekeluarga punya aturan
untuk bergotong royong melayani tamu. Misalnya, ibu nyiapin makanan, saya nyiapin
kamar, si kakak nyiapin perlengkapan mandi, si adik ngantr teh tiap pagi…pokoknya
harus mirip layanan para OB di hotel lah…hahahha” cerita si Bapak dg santainya, dan
kebiasaan ini sudah mereka lakukan selama bbrp tahun..

“Dg menjamu tamu, anak2 kami jadi belajar mengenal karakter orang..krn tamu kan
macam2 orangnya, belajar juga mendahulukan kepentingan orang lain dg “melayani”
mereka, dan belajar mengatur waktu serta rapi dalam bekerja. Alhamdulillah anak2
saya dapat diandalkan, nanti kalau lepas SMA dia mau kemana aja…kami tidak
khawatir, bahkan di luar negeri sekalipun..saya yakin dia akan survive, kemandirian,
tanggung jawab sudah oke ini…”

Waaaa luar biasa ya..

Teman, sungguh saya tidak menyangka bahwa sunnah “menjamu tamu” ini berdampak
luar biasa. Dg melibatkan anak dlm kegiatan ini ternyata melahirkan anak2 yg adaptif
, mandiri, bertangung jawab..Maukah kita mencobanya?

For web version, please visit www.psychocoffeemorning.com

Kulwap- Tradisi Unik Keluarga


October 8, 2015 Kulwap Parenting anak, anich, keluarga, kulwap,
tanggungjawab, tradisi

Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, penulis buku & pemerhati pendidikan keluarga

Weekend Edition for Families

Teman, edisi akhir pekan akan mengajak kita untuk memaknai serba serbi peristiwa
yang terjadi di dalam keluarga kita. Mengapa keluarga? Karena harta yang paling
berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga, puisi yang paling
bermakna adalah keluarga, dan mutiara tiada tara adalah keluarga.
Sabtu, 29 Agustus 2015

Tradisi Unik Keluarga (bagian 1)

Beberapa kali, saya menemani suami untuk program ‘home visit’, yaitu kunjungan
guru kelas ke rumah siswa dlm rangka silaturahim & jembatan komunikasi orangtua-
sekolah agar selaras dlm mendidik anak.

Suau kali, kami dapati sharing tentang orangtua yg suka membagikan tugas pd
anak2nya, kebetulan…anak yg sdg kami bicarakan. Dapat tugas utk “memastikan
ketersediaan listrik” di rumah dg cara rutin melihat sisa “pulsa token listrik” dan
segera mengisi pulsa listrik ketika akan mendekati batas habis, dg dana yg uda di stok,
yg dipegang si anak. Namanya anak, kdg kalo sudah sibuk hang out teman2nya, lupa
lah pd suatu ketika…listrik di rumah padam jam 11 malam..si anak yg lg di rumah te-
man, ditelpon orang rumah. Waaaah, ini masalah besar…ada nyawa terancam…ada
ikan2 hias peliharaan di rumah, itu kalo oksigennya mati..bisa gawat..maka si anak
berkeliling cari swalayan 24 jam yg jual token listrik…begitu sialnya sampai tidak
ketemu, sampai dia ganti haluan..cr atm utk beli token..jam 12 malam dia selesaikan
tugas tsb…nafasss lega dia.

Uniknya…tak satupun anggota kluarga berinisiatif membantu..ya, di rumah si anak se-


mua tugas dibagi antar penghuni rumah, ada aturan tdk boleh digantikan..jika lalai dg
tugasnya, sengaja atau tidak..siap2 merugikan org satu rumah.

Hal serupa saya dapati dr bos saya di kantor, beliau punya ‘terapi khusus’ yg
dipesankan temannya yg ahli pendidikan yaitu memberi tugas anak ‘mengisi sumber
air minum’ dispnser plus botol air dingin di kulkas. Kalo dia lupa, dampaknya orang
satu rumah tidak akan bisa minum. Maka, sering terjadilah tengah malam si anak ban-
gun, turun dari lantai 2 ke lantai 1 untuk mengisi air minum. Atau dini hari sblm semua
bangun dia sedang ngisi air minum, krn malam harinya dia lupa menuang air.

Teman..mungkin ini contoh tradisi sederhana, tapi efeknya luar biasa. Anak belajar
tentang tanggung jawab. Suatu karakter yg akan dibutuhkan sepanjang hayat.

For web version, please visit www.psychocoffeemorning.com


Kulwap Mengajarkan Anak tentang
Manajemen Kamar
October 8, 2015 Kulwap Parenting anak, anich, kamar, kulwap,
manajemen, pendidikan

Psycho Coffee Morning

Oleh : Ani Ch, penulis buku & praktisi pendidikan keluarga

Rabu, 15 April 2015

Maintainance Tools (Part 2)

Vino masih tidur, ketika maminya masuk ke kamar kostnya, Vino tak bangun sama
sekali..

“Aduuh…ini pintu nggak dikunci, kamar berantakan, ini buku2 pada berserakan di lan-
tai..mangkuk mie..bungkus makanan…aduuuh..ini pasti abis begadang” gumam si
mami.

Akhirnya mami beresin kamar Vino, mami sampe tutup hidung, ada sisa maknan bau,
handuk basah tidak dijemur, baju kotor numpuk di gantungan belakang pintu. Bahkan
di kamar mandi, pasta gigi berceceran krn tdk ditutup, sampo tumpah, lantai licin krn
tdk dibersihkan..2 jam lebih mami bersih2, dan akhirnya Vino terbangun…

“Woooaaahh…lho, mami…kapan dateng? Woooww, kamarku bersih sekali, mami abis


bersih2 ya?”

“Kamu itu..sudah kost..harusnya latihan hidup mandiri, lebih rapi..sama aja, gak
berubah..sampe kapan kamu begini? Kalo gak ada mami, mau berantakan terus..nanti
kalau kamu sudah menikah, rumahmu akan berantakan begini juga?” Kata mami nye-
rocos.

“Ya nggak lah mi…ntar kalo aku nikah, kan ada istriku yg beres2 rumah” sahut Vino
asal njawab aja…

Vino..oh vino…malang nian istrimu kelak…


Teman, kenapa malang nasib istrinya kelak? Karena dia harus mengambil peran domi-
nan dlm mengurus rumah, akan sulit melakukan pembagian tugas rumah tangga dg
Vino..karena sejak kecil, Vino telah terbiasa dibantu maminya mengatur tetek bengek
kamarnya. Kemandirian �siknya tdk tuntas krn ‘terlalu banyak dibantu’, sehingga cen-
derung tdk bisa dlm mengatur kamrnya sendiri, tidak rapi, tdk ada yg pada tempatnya,
bahkan tdk peduli dg kekotoran yg mengganggu.

Teman, inilah satu lagi hal kecil yg perlu secara serius kita latih pd anak2, agar tdk jadi
kebiasaan buruk yg terbawa hingga besar, yaitu pembiasaan mengelola barang di ka-
mar. Kita sebut saja latihan pembiasaan Manajemen Kamar.

Manajemen Kamar artinya mengelola segala sesuatu yg ada di dalam kamar. Berikut
inilah beberapa aspek kamar yg perlu dikelola,

Membiasakan anak utk meletakkan setiap benda di tempatnya. Buku di rak

buku, segala alat tulis di meja belajar, baju bersih di lemari, baju kotor di tempatnya,
gunting, hanger, tissue, sabun sampo di tempatnya, pasta gigi sikat gigi di tempatnya,
dll.

Membiasakan anak utk merawat kebersihan & kerapian kamar, meny-

ingkirkan sampah & membuang di tempatnya, membuka jendela setiap pagi, menu-
tupnya ketika malam, menata selimut, bantal, guling & sprei ketika bangun di pagi hari
& merapikan barang2 di kamar setiap kali akan meninggalkan kamar.

Membiasakan anak untuk memiliki pembagian waktu ketika di kamar, kapan

bangun, berapa lama mandi, berdandan, beres2, kapan belajar, kapan tidur, berapa
lama nonton tv, sampai jam brp boleh akses hp, internet, & gadget2. Dan diskusi dg
anak, tentang bagaimana ortu perlu mengingatkan anak jika tdk tepat jadwal.

Membiasakan anak utk siap menerima siapa saja di kamarnya walaupun dia

tetep boleh punya privasi. Jika ortu ingin mengobrol, bisa masuk. Jika ada adik/kakak
minta tolong maka siap membantu, jika ada tamu siap berbagitempat tidur dengan-
nya.

Teman..membiasakan anak mengelola kamar dg baik adalah sebuah simulasi baginya


agar kelak bisa “mengelola rumah”, tdk peduli laki2 atau perempuan..akan berumah
tangga kan..latihan mengelola rumag dg mengelola kamarnya sendiri, dan bayangkan
jika aspek2 kamar di atas bisa dilatihkan pada anak, akan sangat dahsyat dlm mem-
bentuk karakternya..

Anak akan belajar meletakkan segala sesuatu di tempatnya, bukan hanya utk

barang2 tapi utk segala urusan..artinya dia akan mudah mencari barangnya, juga mu-
dah menata pikiran dlm memandang urusan yg ditangani..gak mudah bingung.

Anak akan belajar utk menjaga & merawat, bukan hanya barang2 tapi juga

menjaga orang2 yg kelak jadi tanggung jawabnya.

Anak akan belajar utk punya jadwal, untuk membagi waktunya, utk melak-

sakan jadwalnya, utk punya komitmen dg rencana yg dibuat sendiri.

Anak akan belajar menerima orang lain, bahkan bisa melayani kebutuhan org

lain, bisa jadi org yg memuliakan tamu jika nanti sudah punya rumah sendiri.

Weeew, Agak lebay? Tidak teman…sungguh bahwa perubahan sikap, pembangunan


karakter anak harus dimulai dari hal2 yg kecil ini..sukses utk yg kecil, mudah utk men-
capai yg besar.

Older posts

Anda mungkin juga menyukai