Anda di halaman 1dari 32

Olivia Dwi Kumala, M.Psi.

, Psikolog
(Psikolog Klinis Dewasa, Perkawinan dan Keluarga)

oliviadwikumala

0877-7888-1734
Hierarki
Kebutuhan
Maslow
Mengenal
Karakter
Laki-laki dan
Perempuan
Laki-laki Perempuan
Kepercayaan Perhatian
Penerimaan Pemahaman
Apresiasi Dihargai
Kekaguman Kesetiaan
Persetujuan Validasi
Dorongan Kepastian
Laki-laki Perempuan
Menyelesaikan permasalahan secara Menginginkan empati, tidak langsung kepada
langsung solusi, mengeluarkan keluhan terlebih dahulu
Jarang berbicara dan bertanya Banyak berbicara, ingin didengarkan,
berbicara untuk mencari jalan keluar dari
masalah
Harus mencapai hasil Harus memiliki hubungan yang kuat
Tidak menyukai dinasehti karna akan Tidak menyukai pembicaraan yang simple,
membuat mereka merasa rendah menyukai pembicaraan yang mengarah
kepada penyelesaian masalah
Memiliki asumsi bahwa “pasanganku tidak Berharap bantuan dari pasangan tanpa harus
memiliki suatu kebutuhan jika dia tidak mengatakan sesuatu
mengatakan kepadaku”
Laki-laki Perempuan
Mencari kekuatan, kompetensi, Mencari hubungan yang harmoni dan
kesuksesan kerjasama, bukan pencapaian
Suka memakai seragam yang Berpakaian sesuai dengan citra diri
“berstatus” sendiri
Memiliki ketertarikan pada berita, Tertarik untuk berkomunikasi,
olahraga dan hal-hal yang berbentuk berkoordinasi dengan orang lain
maskulin
Menang-kalah, mandiri, bukan pemain Menang-menang, saling bergantung,
tim bekerja sama dengan orang lain
Mengidealkan keadilan Mengidealkan cinta tanpa syarat
(kesetiaan)
Laki-laki Perempuan
Merasa bahwa perempuan banyak bicara Merasa bahwa laki-laki tidak ingin berbicara
dan mendengarkan dengan baik

Butuh kepastian akan penerimaan dari Butuh kepastian akan kesetiaan dan
pasangan dukungan pasangan
Menyukai hadiah yang besar meskipun Butuh hadiah kecil setiap hari
sedikit
Ayah mendisiplinkan anak Ibu mengasuh anak-anaknya
1. Words of Affirmation. Individu dengan bahasa cinta ini sangat butuh mendengar
pujian untuk merasa dicintai.
2. Quality Time. Individu dengan bahasa cinta ini, waktu kebersamaan dengan
pasangan merupakan hal yang paling penting untuk membuat kita merasa dicintai.
3. Gifts. Individu dengan bahasa cinta ini, mendapatkan hadiah dari pasangan
membuat kita merasa dicintai.
4. Act of Service. Individu dengan bahasa cinta ini ditunjukkan dengan membantu
atau melakukan tugas dan pekerjaan bersama pasangan.
5. Physical Touch. Bentuk sentuhan fisik seperti genggaman tangan, usapan di
kepala atau punggung, pelukan menjadi hal penting untuk dapat merasa dicintai.
1. The Pleaser
Individu dalam kategori ini sering kali tidak
nyaman dengan konflik dan mengatasi
perbedaan pendapat dengan cara menyerah
atau cepat-cepat minta maaf. Mereka sulit
mengatakan tidak karena selalu ingin
meminimalisir kemungkinan terjadinya
konflik. Bahkan, mereka mungkin tidak akan
benar-benar jujur dan memilih untuk
berbohong untuk menghindari konfrontasi.
2. The Victim
Individu pada kategori ini biasanya merasa
rendah diri. Sering kali pasangan mereka
adalah seorang controller atau yang suka
mengendalikan orang lain, sosok dengan
perilaku yang mirip dengan seseorang yang
harus mereka hadapi di masa kecil,
sehingga dalam menjalani hubungan the
victim cenderung mengikuti arus saja.
3. The Controller
Perasaan seorang anak yang seringkali tak
dianggap membuat ia marah dan akhirnya
ingin melampiaskan kemarahannya dengan
mengatur orang lain. Ketika dewasa
seorang controller akan menjaga kendali
penuh pasangannya. Bahkan controller bisa
mengintimidasi pasangan dengan
kemarahan. Hal ini terjadi akibat emosi yang
diketahui hanyalah marah.
4. The vacillator
Individu dalam kategori ini sering sekali
mengalami konflik internal dan tekanan
secara emosional dalam hubungan yang
dijalani. The vacillator bisa sangat sensitive
sehingga mereka mampu mendeteksi
perubahan sekecil apa pun pada orang lain
terutama pasangannya.
5. The Avoider
Individu dalam kategori ini cenderung
bergantung pada logika daripada emosi atau
perasaan. Mereka merasa tidak nyaman
ketika orang-orang di sekitarnya mengalami
naik-turunnya emosi yang begitu intens. Ia
tak bergantung pada orang lain dan juga
mampu membatasi dirinya meskipun
bersama pasangan.
Perkara yang harus diperhatikan setelah pernikahan adalah mengenal
karakter dan sifat pasangan semampu kita. Tujuannya agar tergambar bagi kita
langkah-langkah yang jelas untuk bermua’amalah dengannya. Syuraih al-Qadhi
menceritakan pengalamannya:
“Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair, aku berkata dalam hati: ‘Aku telah
menikah dengan seorang wanita Arab yang paling keras dan paling kaku tabi’atnya.’
Aku teringat tabi’at wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku pun
ingin menceraikannya.
Suatu hari disaat rumah sudah sepi, Syuraih al-Qadhi mendekati istrinya dan
mengulurkan tangan kepadanya. Tiba-tiba Zainab berkata:’Tahan dulu!’
Dalam hati Syuraih-Qadhi: ‘Sungguh, satu malapetaka telah menimpa diriku’
Kemudian Zainab memuji Allah lalu memanjatkan shalawat atas Nabi, setelah
itu berkata :’Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah
melangkah kecuali pada perkara yang diridhai Allah. Engkau adalah lelaki yang
masih asing bagiku. Aku tidak mengenali watakmu. Beritahulah kepadaku apa saja
yang engkau benci agar aku bisa menghindarinya’
Lembut Tegas Pemalu
seperti Abu Bakar seperti ‘Umar bin Khathab.
seperti ‘Utsman bin
dan ‘Abdullah bin Abi Akan tetapi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam Affan. Rasulullah
Quhafah. Sampai- shallallahu ‘alaihi wa
tidak berusaha mengubah
sampai dikisahkan, sallam menyanjung
ketegasan ‘Umar tetapi
beliau tidaklah menempatkannya sesuai beliau dengan sifat
mendengarkan Al- pada tempatnya, yaitu tegas malu yang terpuji
quran, kecuali beliau dan keras terhadap orang
akan menangis. yang memusuhi agama Islam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu para sahabat bertanya, “wahai
Rasulullah, Anda bercanda dengan kami?” beliau menjawab, “(aku
bercanda, hanya saja) aku tidak berkata selain kebenaran.

Janganlah kita buru-buru sampai ingin memaksakan diri


mengubah sifat/karakter yang dimiliki. Yang terpenting adalah
bagaimana kita menempatkan sifat/karakter tersebut secara bijak.
1. Faktor bawaan
• Beda jenis kelamin : adanya perbedaan kemampuan fisik, beda kebutuhan, kesulitan,
keterampilan yang menyebabkan bedanya prioritas dan pola pikir
• Sifat bawaan : pengaruh kecenderungan sifat bawaan yang tertanam dalam DNA

2. Faktor lingkungan
• Beda pengasuhan : adanya perbedaan aturan dalam keluarga, kondisi sosial ekonomi,
jumlah saudara, serta nilai-nilai yang diyakini
• Beda pengalaman : pengalaman berinteraksi di dunia sosial, pengalaman terkait
keberhasilan, kegagalan, pengalaman mengenai relasi interpersonal, serta stimuli yang
diterima
• Instansi -> jika isinya direktur semua, apakah yang akan terjadi? Sama, tapi tidak bisa
• Instansi -> jika isinya pegawai semua, apakah yang akan terjadi? berjalan

• Kerbau dan burung jalak -> Berbeda tapi saling melengkapi

• Pasutri -> sifat sama -> pemarah -> konflik -> tidak ada yang bisa meredam emosi
• Pasutri -> sifat sama -> pemalu dan pendiam -> tidak ada konflik -> tidak ada yang bisa menjembatani

• Sama persis = belum tentu bagus -> ada fungsi yang sama-sama tidak bisa mereka penuhi
• Beda sifat = belum tentu buruk -> saling membantu, saling melengkapi
Peran-Peran Dalam
Konflik Antar Pasangan
Bagaimana pasangan berhubungan satu sama lainnya selama masa ketidakserasian relasi
diantara mereka, berhubungan dengan bagaimana kedua pasangan mengambil peran dalam
hubungan interpersonal keduanya. Terdapat empat peran yang terdapat dalam konflik antar
pasangan:
1. A mover, yaitu pasangan yang mendefinisikan situasi dan memulai aksi
2. A follower, yaitu pasangan yang menyetujui, mendukung dan melanjutkan aksi
3. A opposer, yaitu pasangan yang menentang dan selalu melawan dalam setiap situasi
4. A bystander, yaitu pasangan yang mengamati apa yang terjadi tetapi tetap tidak merespon
1. Meningkat pengetahuan tentang pasangan. Pelajari, kenali dan gali pengetahuan
tentang pasangan kita. Jika tidak mengenalnya lebih dalam cinta dan kasih sayang
tidak dapat tumbuh dan berkembang.
2. Memahami rasa kagum. Saling menghormati dan memiliki pikiran positif tentang satu
sama lain. Berfokus kepada sifat baik dari pasangan.
3. Saling mendekat, tidak saling menjauhi. Melakukan tindakan pendekatan dengan
obrolan yang ringan sehingga mampu mengurangi stres dalam pernikahan.
4. Menerima pengaruh pasangan. Adanya keterbukaan dari masing-masing pihak untuk
saling menerima pengaruh berupa pendapat, mempertimbangkan perspektif dan
perasaan masing-masing.
5. Memecahkan masalah yang dapat terpecahkan. Saat masalah menyebabkan
ketegangan yang berlebihan, maka suami istri perlu untuk belajar cara yang efektif
untuk mengatasinya yaitu dengan kompromi kedua belah pihak.
6. Keluar dari jalan buntu. Dalam pernikahan terdapat konflik yang terjadi secara terus
menerus. Untuk keluar dari permasalahan ini pasangan suami-istri harus bisa
beradaptasi dengan situasi dengan belajar hidup bersama masalah tersebut.
7. Menciptakan makna bersama. Pasangan suami istri membentuk keluarga baru
berdasarkan dari kebiasaan-kebiasaan keluarga asalanya.

Anda mungkin juga menyukai