Anda di halaman 1dari 18

Persiapan Mental Sebelum

Menikah
Olivia Dwi Kumala, M.Psi., Psikolog
(Psikolog Klinis Dewasa, Perkawinan dan Keluarga)

oliviadwikumala

0877-7888-1734
Mengapa Perlu Mental Yang Sehat
Sebelum Menikah?

Kondisi psikologis yang buruk akan


mempengaruhi segala aspek baik kognitif,
perilaku, sampai keadaan fisiologis individu.
Individu perlu sekali menyelesaikan dirinya
sendiri untuk penyeimbangan pada kondisi
psikologisnya. Permasalahan traumatis,
kenangan dan kejadian yang buruk dalam
hidupnya harus diselesaikan terlebih dahulu
sebelum mencapai ke tahap pemeliharaan.
Permasalahan yang terjadi pada individu terkadang berperang
dengan penyangkalan dan menyalahkan diri, semakin kuat
menolak maka semakin lama untuk bisa menerima dan proses
untuk berdamai dengan diri sendiri akan begitu sulit.
Mental Yang Siap Untuk Menikah

Dalam kaitannya dengan pernikahan, mental yang siap untuk menikah


adalah siap menanggung semua keuntungan dan resiko dari sebuah
hubungan yang bersifat menetap, baik secara biologis dan psikologis.
Persiapan mental yang dibutuhkan:

Berkembang Mampu
kearah merespon Mampu
kemandirian Mampu dengan Berempati
menerima tepat
Kapasitas Mampu
kenyataan untuk Mengendali-
Seimbang kan Amarah
Kapan Dikatakan Kita Belum Siap
Menikah?

Disaat kita tidak memiliki potensi untuk


terus belajar dan berkembang. Karna
potensi ini sangat penting dimiliki individu
dalam menjalani kehidupan pernikahan.
Apakah kita sudah memiliki kematangan
berpikir agar kita mampu untuk terus
belajar? Jika kita memahami bahwa kita
belum memiliki potensi untuk berkembang,
artinya kita belum mempunyai kapasitas diri
untuk berusaha menjadi lebih baik.
Kapan Dikatakan Kita Belum Siap
Menikah?

Disaat kita tidak memiliki potensi untuk terus belajar


dan berkembang. Karna potensi ini sangat penting
dimiliki individu dalam menjalani kehidupan
pernikahan. Apakah kita sudah memiliki kematangan
berpikir agar kita mampu untuk terus belajar? Jika
kita memahami bahwa kita belum memiliki potensi
untuk berkembang, artinya kita belum mempunyai
kapasitas diri untuk berusaha menjadi lebih baik.
Selain itu, tanda yang paling dominan bahwa kita
belum siap untuk menikah adalah disaat kita memiliki
ketakutan yang berlebihan akan pernikahan.
Bagaimana Cara Menghadapi Ketakutan Berlebihan
Untuk Menikah?

Ketakutan akan pernikahan merupakan suatu hal yang wajar dirasakan.


Akan tetapi ada ketakutan yang tidak wajar yaitu disaat kita benar-benar
tidak memiliki niat untuk menikah atau bahkan disaat kita memikirkan
pernikahan membuat reaksi tubuh menjadi tidak stabil. Ketakutan ini
biasanya disebut dengan gamophobia..
Akan tetapi gamophobia bukan hanya ketakutan akan pernikahan saja
lebih kompleks dari pada itu. Ketakutan ini mencakup takut akan
komitmen, tanggung jawab, serta adanya ketidakmampuan menjalani
peran setelah menikah.
Gamophobia

Gejala ketakutan untuk menikah tidak dirasakan secara tiba-tiba, semua memiliki
penyebabnya dan cenderung sudah berlangsung lama di dalam diri kita. Akan tetapi
kondisi ini kembali muncul disaat kita berhadapan dengan stimulus yang ada.
Beberapa tanda yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami gamophobia:
• Merasa takut berlebihan dengan pernikahan
• Ketakutan muncul disaat melihat orang terdekat menikah
• Menghindari pembicaraan tentang pernikahan
• Panik agresif ketika menanggapi orang lain yang mempersiapkan pernikahan
• Minimnya percaya diri
• Adanya gejala fisik yang mengikuti seperti gemetar, pusing, menangis, jantung
berdetak kencang, sesak nafas hingga pingsan
Penyebab • Pengalaman negatif
Terjadinya • Gaya kelekatan yang tidak aman dengan orangtua
Ketakutan • Gen dan pengaruh yang diberikan oleh keluarga
• Paradox of choice
Untuk Menikah
Menjadikan Mental Lebih Siap
Untuk Menikah
1.Meningkatkan Self
Awareness
Suatu keberhasilan seseorang memahami hal-
hal pokok dan penting tentang realitas dirinya,
baik dari segi fisik maupun psikis. Kesadaran
diri dimulai dari menjadi
PENGAMAT/OBSERVER terhadap diri sendiri.
Lalu MEMPERTANYAKAN hal-hal tentang diri
dan MENCARI JAWABANNYA.
Mengapa self awareness penting?
• Memudahkan untuk penerimaan diri
• Meningkatkan harga diri, memandang dan bersikap positif
terhadap diri sendiri
• Mengetahui lebih jelas tujuan dan peran- peran hidupnya
• Melatih diri lebih cerdas mengelola emosi diri
• Membantu diri memahami orang lain dengan lebih baik
Bagaimana Cara Meningkatkan Self
Awareness?

1. Mengenali perasaan dan perilaku diri sendiri


2. Mengenali kelebihan dan kekurangan diri
3. Mempunyai sikap mandiri
4. Dapat membuat keputusan dengan tepat
5. Terampil dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, dan keyakinan
6. Dapat mengevaluasi diri
2. Ekspektasi vs Intropeksi
Faktanya tidak semua orang mendapatkan pasangan seperti yang
diinginkan. Pasangan juga manusia yang memiliki kekurangan dan
kelebihan. Maka pemahaman dan penerimaan diri terhadap
semua sifatnya sangat dibutuhkan untuk kelanggengan hubungan.
Marriage Not Just Taking
But Giving
Taking : ekspektasi pada orang lain, meminta dan
menuntut orang lain, melihat ke luar
Giving : introspeksi diri, memberi yang terbaik pada orang
lain, melihat ke dalam

Dalam pernikahan, terapkan prinsip pertanian:


Tanam dulu baru tuai, Giving dulu baru taking
3. Mengembangkan Growth
Mindset
Growth mindset merupakan cara berpikir yang
berkembang dan memahami bahwa kemampuan diri
dapat terus ditingkatkan serta dikembangkan melalui
belajar, memahami, serta berproses. Growth mindset
sangat penting dikembangkan agar kita bisa fokus
kepada proses daripada hasil akhir.
Bagaimana cara
mengembangkan
growth mindset?
• Menghargai proses
• Menerima ketidaksempurnaan
• Mampu mengambil hikmah dari
pengalaman diri dan orang lain
• Berikan jangka waktu untuk berkembang
• Berani menghadapi tantangan
• Berani menerima kritikan
Fixed Mindset vs Growth Mindset
• Aku tidak akan bisa menjadi • Aku akan terus belajar untuk
suami/istri yang baik menjalankan peranku sebagai
• Sebelumnya aku pernah gagal suami/istri meskipun banyak
dalam ta’aruf, pasti besok aku kurangnya
gagal lagi • Meskipun sebelumnya aku pernah
• Kedua orangtuaku bercerai, gagal dalam melakukan ta’aruf,
rumah tanggaku pasti akan aku akan belajar dari kegagalan itu
mengalami hal yang sama juga • Pengalaman perceraian kedua
orangtuaku akan aku jadikan
sebagai bahan evaluasi dalam
membentuk keluarga di masa
depan

Anda mungkin juga menyukai