1. Kenali penyebabnya
) Ada anak yang tidak menyukai pelajaran tertentu
karena ia tidak menyukai kepribadian pengajarnya
) Akibat masalah rumah tangga orang tua
) Bermain jauh lebih menyenangkan daripada belajar
) Pergaulan oleh teman-temannya
2. Persiapan
Tanyakan terlebih dahulu kepada diri orang tua anak hal-hal
seperti:
) Apakah gaya belajar anak terakomodir dikelasnya?
) Apa yang paling menarik anak Anda lakukan selain belajar
dan memotivasinya?
) Apakah orang tua sang anak sering mengatakan kata-kata
malas kepada anaknya?
) Apa yang membuat anak menjadi malas dan tidak
termotivasi dalam belajar?
3. Memakai kalimat yang positif dan
menghindari kalimat negative
Apabila dalam kesehariannya ia sering
mendengar kata jangan atau tidak boleh
atau nakal kamu, ya! atau anak yang malas
dan kata-kata negatif lainnya, hampir
dipastikan, kata-kata itulah yang selalu didengar
dan ditanamkan dalam hati.
4. Menciptakan perasaan positif dan pikiran
yang positif
5.Menciptakan suasana rumah yang positif
Jika rumah itu harmonis, maka anak akan dapat
berperilaku positif. Misalnya saja dalam kamar
anak diberi ungkapan-ungkapan positif seperti
Aku mau jadi anak pandai atau Aku suka
belajar, atau kata-kata lain yang apabila setiap
dilihat dan dibaca terus menerus maka akan
tersimpan dalam memori anak dan akan masuk
ke dalam pikiran bawah sadar anak.
6. Menumbuhkan sifat persaingan pada anak
Sejak dini anak sudah harus ditumbuhkan sifat
kompetitif. Ini penting karena sifat kompetitif
akan mengarah pada kedisiplinan, konsep mejadi
yang terbaik, konsep unggul, pengembangan diri
yang optimal, dan berprestasi.
Berikan reward dan punishment
7. Menghindari sikap ambivalensi
Yaitu pendapat orang tua yang berbeda, contohnya:
seorang anak ingin bermain game, ibu melarang main
game karena game dapat membuat anak malas belajar.
Sementara ayah beranggapan, tidak apa sekali-sekali.
Besok atau lusa, anak akan selalu memanfaatkan
perbedaan tersebut untuk hal yang lain juga, seperti
menghabiskan waktu dengan bermain, bolos sekolah,
malas berangkat sekolah dan sebagainya.
8. Menekankan hubungan kausalitas
Hukum sebab akibat atau
kausalitas merupakan hal
mendasar yang harus
diajarkan pada anak.
Ini merupakan konsep
konsekuensi tindakan.
9. Lakukan kontak tubuh
Lakukan kontak tubuh secara lembut, berulang
dan monoton (dapat dilakukan saat ia tertidur),
seperti mengusap kepala atau dahi balita,
mengusap punggungnya dengan lembut. Pada
kondisi memungkinkan, kontak tubuh yang
disertai sugesti bisa dilakukan seperti mengajak
anak tos, jabat tangan atau genggam tangan.
10. Menghindari melakukan intervensi
terlalu banyak
Semua orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik
buat buah hatinya. Akan tetapi, terkadang yang
terbaik bukanlah yang paling indah. Demikian juga
dengan mendidik anak. Orang tua sering kali
membesarkan anak dengan kekhawatiran tinggi. Kalau
dia begini, bagaimana dan kalau nanti ada itu, apa
yang terjadi.
Kekhawatiran- kekhawatiran
tersebut akan membuat
orang tua membatasi ruang
gerak anak, ruang gerak
yang seharusnya dia eksplorasi
11. Kalimat Sugesti Afirmasi Positif
Gunakan kata yang membangun atau konstruktif saat
memberikan sugesti. Misalnya:
Sayang, mulai saat ini ketika Mama pegang bahu
kananmu, maka kamu akan bergembira dan
bersemangat.
Saat kamu melihat logo sekolahmu, kamu akan naik
kelas.
Saat kamu melihat video game-mu, kamu akan
merasa sangat bosan.
Mulai saat ini, ketika kamu melihat lambang warna
putih di meja belajarmu, maka kamu ingin sekali
membuka buku pelajaran dan belajar.
Anak manis, mimpilah yang indah dan besok pagi,
bangun segar, bersemangat untuk berangkat sekolah
dan sehat.
12. Pengulangan
Lakukan pengulangan secara konsisten, orang
tuamelakukan hal sama berulang-ulang, hingga
terlihat hasil yang diharapkan. Ulangi semua proses
itu berkali-kali secara konsisten. Sebaiknya beri
waktu dari satu sugesti ke sugesti untuk kasus
berlainan. Misalnya dua bulan ini orangtua
menghipnosis anak agar jangan mengompol, baru
setelah dua bulan itu orangtua menghipnosis agar
anak tidak malas belajar.