Anda di halaman 1dari 4

10 Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini

Sponsors Link
Tahukah anda bahwa anak (Baca : Psikologi Anak) dibawah usia 10 tahun memang sudah bisa berpikir
dan menilai hal-hal yang mereka lihat atau mereka dengar. Namun sayangnya mereka belum memiliki
pondasi yang kuat untuk tidak mengikuti hal baik dan buruk, serta menilai apa yang mereka lakukan bisa
bebas diikuti asal mereka senang.
ads

Hal seperti ini yang membuat orang tua dan guru yang membimbing mereka baik dirumah atau sekolah
harus bekerja secara ekstra. Dimana usia dini memang waktunya mereka mengerti apa yang mereka
lihat dan dengar atau yang mereka rasakan, namun mereka masih belum bisa mencerna dengan baik.
Untuk itu pembentukan karakter sangatlah penting, terutama di Indonesia. (Baca juga: kognitif, afektif dan
psikomotorik)

Lalu bagaimana Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini yang efektif sehingga menjadi pribadi yang
berkarakter ?

1. Bersikap Konsisten
Ketika anda menjadi orang tua dan anak cenderung melihat apa yang anda lakukan, pembangunan
karakter bisa dimulai dari sikap konsisten yang anda tunjukan dan lakukan. Dimana anak akan
melakukan apa yang anda perintahkan, seperti jangan memakan benda asing, jangan duduk
sembarangan, atau jangan membuang mainan sembarangan. (Baca juga: psikologi pendidikan)

Namun ada hal yang akan mengganjal mereka dimana anda tidak konsisten dalam mendidik atau
memberikan nasihat dan patahan. Misalnya karena anda malas anda juga membuang sebuah bantal
sembarangan dan mereka melihat, maka pendidikan karakter anda akan gagal. (baca juga: Psikologi
Forensik)

Atau misalnya anda tidak memarahi mereka akan hal yang salah, namun besoknya anda kembali
memarahinya. Hal seperti ini membuat anak bingung dan justru mengganggu konsep dan pola pikir diri
mereka akan hal yang salah dan benar (Baca: Konsep Diri dalam Psikologi).

2. Pendidikan Keagamaan
Dimanapun anda berada dan apapun agama yang dianut, pendidikan aan takut mengenai Tuhan,
bagaimana anda beribadah dan memiliki keyakinan harus ditanaman dari kecil. Mengajak mereka pergi
ke masjid, gereja dan lainnya. (baca juga: cabang – cabang psikologi)

Lalu menyekolahkan mereka dengan sekolah minggu agar atau mengajak mereka mengaji bersama
anak-anak lain. Meskipun mereka belum mengerti hakikat utamanya. Setidaknya mereka sudah
ditanamkan sifat takut akan Tuhan sejak awal.

Semakin dini anda menanaman hal ini pada seorang anak maka akan semakin kuat iman mereka,
terutama ketika mereka sudah mengalami pubertas nantinya. (Baca juga: Psikologi Keluarga)

Baca:
 Ciri- Ciri Pubertas
 Psikologi Islam

3. Input yang Diterima


Kebiasaan merupakan hal yang paling dianggap sepele padahal penting dan juga riskan, dimana anda
harus tahu bahwa anak yang sudah dididik sejak kecil dengan kebiasaan yang baik, ketika besar mereka
akan terbiasa dengan pendidikan tersebut. Jika memang mereka menyimpang dan melakukan perilaku
abnormal (Baca: Perilaku Abnormal ), biasanya alam bawah sadar atau psikologis  mereka merasa ada
yang salah dan tidak sesuai.

Maka, pada akhirnya, mereka akan kembali ke kebiasaan mereka, inilah yang menjadi kunci para orang
tua untuk menerapan kebiasaan sejak dini ke jalur yang baik.

Misalnya dengan makan menggunakan tangan kanan, berbicara sopan dan perlahan, serta duduk
dengan teratur. Hal kecil seperti ini akan mempengaruhi tata krama mereka ketika besar.

4. Anak adalah Peniru yang Baik


Hal yang harus diperhatikan sebelum menerapkan Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini, adalah
memahami anak adalah seorang ahli peniru. Ketika anda mendidik karakter anak sejak dini, secara tidak
langsung anda mengintrospeksi sikap dan perilaku anda kembali. Karena anak-anak sangat mudah
belajar dan juga meniru. Apa yang mereka lihat maka akan ditiru tanpa tahu baik atau buruk. (baca
juga: psikologi remaja)

Untuk orang tua penting memberikan media yang tepat pada anak-anak, apa yang mereka tonton,
bagaimana lingkungan sekolah dan rumahnya. Bisa menjadi cara yang tepat untuk membentuk karakter
yang memang benar sejak awal. (Baca juga: kecerdasan interpersonal)

Apabila sang anak memiliki kakak, sang kakak juga perlu mencontohkan yang baik terhadap adiknya.
karena adik cenderung lebih mengikuti apa yang telah dilakukan sang kakak. Hal ini dikarenakan
pemikiran mereka bahwa sang kakak telah diberi ajaran terlebih dahulu oleh orang tua sehingga apa
yang dilakukan sang kakak dianggap benar.

5. Tidak Memanjakan
Siapa orang tua yang tidak memanjakan anak ? bagi mereka anak adalah harta yang berharga dan
apapun yang mereka inginkan dan membuatnya bahagia bisa membuat anda bahagia. Salahnya teori ini
berdampak pada sikap dan sifat anak-anak baik ketika masih kecil maupun sudah beranjak remaja
hingga (Baca: Psikologi Remaja) dewasa.

Mereka yang hanya tahu merengek dan terkabul keinginannya akan menjadi karakter yang lemah, cepat
putus asa, dan memiliki ego yang besar. Cobalah untuk memikirkan jangka panjang akan sikap dan sifat
mereka, jangan selalu biasakan untuk memberikan mainan atau apa yang mereka inginkan.

Sedih memang sejak awal melihat mereka menangis, namun anda akan tahu bahwa itu baik untuk anak-
anak dalam hal membentuk karakter.

6. Lakukan Hal Kecil


Tahukah anda bahwa hal kecil bagi anda belum tentu kecil bagi mereka. Layaknya terbiasa mengatakan
hallo, terima kasih dan maaf merupakan cara sederhana untuk membentuk karakter sejak dini. Mereka
akan terbisa untuk menggunakan komunikasi ke sesama manusia dengan cara yang benar. (Baca
juga: teori psikososial Erikson)

Bukan seenaknya saja dan jika anda membiarkan maka mereka menganggap anda
memperbolehkannya. Keras bukan berarti galak dan lembut bukan berarti lemah. Seperti yang
diberitahukan di atas bahwa anak adalah peniru yang ulung.

Oleh karena itu, pembiasaan melakukan hal kecil sejak dini akan berdampak kepada anak dalam kurun
waktu yang lama hingga ia beranjak remaja. (baca juga: tipe kepribadian manusia)

7. Berbagi itu Penting


Apakah anda merasa bahwa dengan alasan mereka masih anak-anak anda melalaikan tugas untuk
membentuk karakter yang satu ini ? jawabannya adalah salah. Dimana anak-anak yang dibiasakan untuk
tidak berbagi dan meminta pengalahan dari teman yang lain membuat mereka menjadi pribadi yang pelit
dan tidak menghargai orang lain. Dampaknya ? tentu saja kehidupan dewasa mereka yang akan berisi
dengan karakter negatif.

Kemudian, efek samping dari tidak diterapkannya bagaimana berbagi kepada orang lain adalah anak
tersebut akan tumbuh menjadi mudah meremehkan orang lain, menganggap orang lain tidak selevel
dengannya, bahkan mungkin bisa menjadi anti sosial. Akibatnya, bisa jadi anak tersebut dikucilkan oleh
lingkungannya.

8. Nyatakan Salah Jika Memang Salah


Apa anda tahu bahwa dengan membela anak yang salah anda telah sengaja membuat anak menjadi
seseorang yang pengecut ? apa anda mau ketika besar nanti akan banyak orang yang mengatakan
bahwa anak anda adalah seorang “losser”. Tentu saja tidak, anda pasti merasa sedih jika mendengar
orang lain berkata buruk akan anak anda.

Namun ketika mereka salah dan anda membelanya mati-matian hal tersebutpun salah. Bagaimana anda
ingin membentuk karakter dengan baik, jika anda membenarkan hal yang salah. Untuk itu jika anda
masih melakukannya stop sekarang juga. Hal ini apabila dibiarkan, akan memberikan efek negatif pada
anak yang cenderung membenarkan sesuatu yang salah bahkan setelah ia mulai bersosialisasi di
masyarakat. (baca juga: Psikologi Komparatif)

9. Berkelanjutan
Anak anda sudah tidak lagi dini ? atau anda merasa bahwa ia sudah cukup mengerti apa yang anda
ajarkan. Lantas anda berhenti begitu saja mendidik dan menanamkan karakter pada mereka ?
jawabannya tentu saja salah. Dimana mendidik anak-anak haruslah berkelanjutan hingga mereka
dewasa. (Baca juga: Kode Etik Psikologi)

Mereka sudah mengerti akan salah dan benar saja, pengawasan anda sebagai orang tua tidak pernah
boleh lepas. Hingga mereka menikah dan bertanggung jawab akan hidupnya sendiri. Apalagi jika anak
anda masih tergolong anak usia dini. (Baca juga: Psikologi Abnormal)
Ketika anda memutuskan untuk menjadi orang tua, maka jalankan tanggung jawab tersebut dan jangan
biarkan anak anda lepas dari pengawasan. Mereka akan menjadi karakter yang terbentuk secara tidak
sempurna, mereka bisa menjadi fobia sosial, ambivert dan hal lainnya yang dianggap bermasalah secara
psikologis karena pendidikan karakter yang tanggung.

Baca :

 Fobia Sosial
 Kepribadian Ambivert

10. Tanamkan Pada Semua Anak


Problem ini biasa muncul pada orang tua yang memiliki anak lebih dari dua. Dimana anda harus
mengawasi anak yang berbeda sifat dan karakter namun harus bisa mendidik mereka semua. Hal ini bisa
anda kerjakan sama-sama dengan pasangan anda. Tak jarang pendidikan karakter melibatkan anak
yang lebih dewasa untuk mengajarkan adiknya. Hal ini terjadi agar semua anak terbentuk karakternya
secara merata, meskipun tingkat tantangannya berbeda. (Baca juga:  Perilaku Abnormal )

Misalnya anak sulung yang pendiam, anak kedua yang kritis dan anak ketiga yang tidak suka dikekang.
Terlepas dari seperti apa mereka, ketika mereka melihat peraturan dan pembentukan karakter yang
direalisasikan sama ke semua anak. Maka mereka akan paham dan terbiasa akan cara baru anda
mendidik mereka.

Pendidikan Karakter di Negara Maju


Beberapa negara maju layaknya Jepang sudah menerapkan pendidikan karakter sejak lama. Bagi
mereka mengajarkan anak-anak hitung atau membaca sangat mudah, karena otak mereka yang masih
bisa berkembang dengan baik. Namun karakter merupakan pelajaran yang harus diaplikasikan sejak
lama.

Karena dengan begitu anda mengerti bahwa anak harus dibentuk dan dididik hal yang baik dan
mengenalkan hal yang buruk agar bisa mereka hindari, hal ini termasu dianggap sebagai kecerdasan
emosional dalam psikologi (Baca: Kecerdasan Emosional dalam Psikologi) anak tersebut.

Kesepuluh cara diatas bisa anda terapkan perlahan-lahan dan jangan memaksa. Karena hakikatnya
anak-anak jangan dipaksa dan dibiarkan bebas, selama mereka masih didalam batas anda tidak harus
mengatur dan membatasi kreatifitas dan pikiran mereka.

Hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan pikiran mereka (Baca: Psikologi Perkembangan
Anak Usia Dini)  Cobalah untuk melebur dengan kegiatan dan cara anak anak bersosialisasi untuk
membentuk karakter yang tidak memaksa namun efektif.

Anda mungkin juga menyukai