Anda di halaman 1dari 4

No.

: 138/E/PPHIMPAUDI/III/2021 Jakarta, 6 Maret 2021


Lampiran : 1 (Satu) Berkas
Perihal : Undangan Mengikuti Webinar Hari
Perempuan Internasional

Kepada Yth.
1. Bunda PAUD
2. Dinas Pendidikan
3. Seluruh Guru PAUD
Di Seluruh Indonesia
di
Tempat

Salam Cinta Anak Usia Dini,


Doa dan harapan kami semoga Ibu senantiasa berada dalam keadaan sehat wal’afiat serta
sukses dalam melaksanakan setiap aktivitas sehari- hari, Aamiin.

Seperti dimaklumi bersama bahwa tanggal 8 Maret 2021 di peringati sebagai hari Perempuan
Internasional, sehubungan dengan hal tersebut kami Pengurus Pusat HIMPAUDI bermaksud untuk
menyelenggarakan Webinar Hari Perempuan Internasional dengan tema “Guru PAUD Perempuan
Pelukis Masa Depan Indonesia” yang akan dihadiri oleh Menteri Koordinator Pemberdayaan
Perempuan dan Anak RI, maka bersama ini kami mohon perkenan Ibu/bapak dapat hadir pada acara
ini, yang akan dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal : Senin, 8 Maret 2021
Waktu : Pukul 07.00 – 08.30 WIB (Jadwal Terlampir)
Peserta : Ketua & Pengurus PW/PD/PC HIMPAUDI, Bunda PAUD, Akademisi,
Organisasi Mitra PAUD, Dinas Pendidikan, Pendidik, Tenaga
Kependidikan, Keluarga dan Masyarakat Umum
Media : Zoom meeting – HIMPAUDI TV Youtobe Chanel
ID (255 255 4444) Passcode (210803)
Berkaitan dengan kegiatan tersebut, kami mohon kesediaan Ibu/bapak mengajak seluruh Guru
PAUD di wilayah masing-masing untuk hadir pada acara tersebut baik melalui zoom meeting maupun
kanal Youtube HIMPAUDI TV
Demikian Surat Undangan ini disampaikan, besar harapan kami Ibu/Bapak berkenan hadir
dalam acara ini. Jika memerlukan informasi terkait acara ini dapat menghubungi Hj. Anna Anggraeni,
M.Pd (08122042112), Yuni Herlina M,TPd (081367671311) dan Dr. Betti Nuraini, MM (081272710710).
Atas perhatian Ibu kami ucapkan terimakasih.

PENGURUS PUSAT HIMPAUDI

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, M.Si Dr. Betti Nuraini, MM


SUSUNAN ACARA
WEBINAR HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL
“Guru PAUD Perempuan Pelukis Masa Depan Indonesia”
Senin, 8 Maret 2021

Waktu Kegiatan/Materi Narasumber

06.30 – 06.40 Persiapan Host

06.40 – 07.00 Tayangan Video Host

07.00 – 07.05 Pembaca Berita Yuni Herlina, M.TPd

07.05 – 07.08 Pengantar Oleh Moderator Hj. Anna Anggraeni, M.Pd

07.08 – 07.15 Sambutan Ketua Umum HIMPAUDI Prof. Dr Ir. Netti Herawati, M.Si

07.15 – 07.25 Sambutan Pendiri HIMPAUDI Dr.Gusnawirta Taib, M.Pd

Sambutan Menteri Koordinator Pemberdayaan


07.25 – 07.40 Perempuan dan Perlindungan Anak, Republik I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si
Indonesia
Pengazas dan Pengurusi Kids Campus
Puan Hj. Mahanom
07.40 – 07.50 Group Industry - Expert
(Early Childhood ) Syah Alam Malaysia

07.55 -08.05 Guru PAUD Perempuan Yoyoh Siti Rokayah, S. Pd

Anggia Utami Dewi,S.IP.,M.IS (Master of


Pelajar Perempuan Indonesia yang sedang menuntut
08.05 – 08.15 International Studies )- Kandidat Doktor
Ilmu di Korea
Seoul National University

08.15 – 08.20 Tanya Jawab Hj. Anna Anggraeni, M.Pd

08.20 – 08.25 Foto Bersama sekaligus Penutup Hj. Anna Anggraeni, M.Pd

Ketua Umum PP HIMPAUDI


08.25 – 08.30 Penyerahan Sertifikat Penghargaan
Prof. Dr Ir. Netti Herawati, M.Si
International Women's Day
Sejarah Hari Perempuan Sedunia : Dirintis Kaum Sosialis
Sejarah Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day bermula dari aksi unjuk rasa kaum wanita di
New York yang digalang oleh Partai Sosialis Amerika pada 1909.

Sejarah Hari Perempuan Sedunia bermula dari aksi unjuk rasa pada 8 Maret 1909 dan dirintis oleh kaum sosialis di
Amerika Serikat. Temma Kaplan melalui tulisannya “On the Socialist Origins of International Women's Day”, dimuat
dalam Feminist Studies (1985), mengungkapkan, riwayat perayaan Hari Perempuan Sedunia berawal pada 8 Maret
1857.

Saat itu, tulis Kaplan, terjadi protes dari wanita buruh yang bekerja di pabrik tekstil di New York. Tindakan semena-
mena dan upah rendah menjadi alasan aksi tersebut. Namun, belum ada dampak lanjutan yang signifikan setelah
unjuk rasa itu.

Tepat 50 tahun berselang, tanggal 8 Maret 1907, seperti yang tertulis dalam buku The Feminism Book: Big Ideas Simply
Explained (2019), dikabarkan telah terjadi aksi demonstrasi yang melibatkan lebih dari 15 ribu perempuan buruh
pabrik tekstil di New York.

Ada yang meragukan peristiwa itu, termasuk dari kalangan sejarawan. Tapi, tidak sedikit pula yang percaya. Kaum
feminis Eropa, terutama di Perancis, misalnya, dikutip dari Internationalism in the Labour Movement 1830-1940
(1988), meyakini kejadian tersebut merupakan ide awal tercetusnya Hari Perempuan Internasional.

Dimotori Perempuan Sosialis

Tepat dua tahun kemudian, digelar unjuk rasa besar-besaran oleh Socialist Party of America (SPA) atau Partai Sosialis
Amerika di New York pada 8 Maret 1909. Kaum buruh perempuan yang digalang partai ini menuntut hak berpendapat
dan berpolitik.

Gerakan ini dimotori Theresa Malkiel, aktivis perempuan kelahiran Rusia, tepatnya Ukraina. Sally M. Miller dalam
From Sweatshop Worker to Labor Leader: Theresa Malkiel, A Case Study (1978) menjelaskan, keluarga Malkiel tiba di
AS pada 1891. Malkiel bekerja sebagai buruh pabrik garmen di New York sejak berusia 17 tahun.

Aksi di New York itu memicu gerakan-gerakan serupa di beberapa negara Eropa pada 19 Maret 1909 dengan tujuan
sama, yakni memperjuangkan hak pilih untuk kaum perempuan. Jennifer Trainer Thompson dalam The Joy of Family
Traditions (2011) menyebut aksi-aksi ini melibatkan lebih dari satu juta orang dari seluruh dunia.

Pada bulan yang sama, terjadi kebakaran di New York yang menewaskan 146 orang buruh perempuan. Musibah ini
sontak menjadi sorotan, termasuk kondisi dan perlakuan buruk yang dialami kaum buruh wanita kala itu. Hal ini
semakin menguatkan tekad bahwa kaum perempuan sedunia harus bergerak bersama demi kesetaraan.

Tanggal 26 dan 27 Agustus 1910, diselenggarakan International Socialist Women's Conferences atau Konferensi
Perempuan Sosialis Internasional di Kopenhagen, Denmark, yang dihadiri perwakilan dari puluhan negara di dunia.
Sebelumnya, perhelatan serupa juga pernah dihelat di Stuttgart, Jerman, pada 17 Agustus 1907.

Di Kopenhagen, sosialis Jerman bernama Luise Zietz mengusulkan agar Hari Perempuan Sedunia segera dikukuhkan.
Dikutip dari International Socialist Conferences of Women Workers (1984) karya Alexandra Kollontai, usulan ini
disetujui sebagian besar peserta, namun belum diputuskan tanggal peringatannya.

Antara Tanggal 8 Atau 19 Maret

Masih terjadi perdebatan mengenai kapan tanggal yang paling tepat dijadikan sebagai Hari Perempuan Sedunia. Ada
dua pilihan. Pertama, tanggal 8 Maret, sesuai dengan tanggal dilakukannya unjuk rasa kaum buruh perempuan di New
York pada 1857, 1907, dan 1909.

Sedangkan opsi kedua adalah tanggal 19 Maret. Pilihan ini didasarkan pada digelarnya aksi demonstrasi kaum
perempuan secara serentak di beberapa negara di Eropa tanggal 19 Maret 1909.
Tanggal 19 Maret 1911, lebih dari sejuta orang di Eropa, meliputi sejumlah negara termasuk Austria, Hungaria,
Denmark, Jerman, dan Swiss, menggelar aksi demi mewujudkan hak politik, hak memilih, serta hak jabatan publik
untuk perempuan. Mereka juga memprotes perlakuan diskriminatif, termasuk seks, terhadap buruh
wanita di tempat kerja.

Di sisi lain, para pendukung 8 Maret juga terus bergerak setiap tanggal itu. Di Amerika Serikat, setiap tanggal 8 Maret
sudah diperingati sebagai Hari Perempuan Nasional di negara itu, dan terus dirayakan setiap tahunnya.

Demikian pula di beberapa negara di Eropa, yakni Rusia, Jerman, Inggris, dan lainnya, digelar kegiatan khusus setiap
tanggal 8 Maret, untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan.

Salah satunya pada 8 Maret 1917 di Rusia. Disebutkan dalam Feminism and Antiracism: International Struggles for
Justice (2001) suntingan Kathleen M. Blee dan France Winddance, kaum perempuan di negara itu melakukan protes
Perang Dunia I dengan gerakan “Bread and Peace” atau “Roti dan Perdamaian”. Empat hari kemudian, Tsar Rusia
memberikan hak untuk memilih kepada perempuan.

Proses menuju penetapan tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia masih panjang karena situasi yang masih
sering labil lantaran perang panjang pada masa-masa itu. Meskipun begitu, setiap tanggal 8 Maret selalu dirayakan
dengan berbagai cara oleh kaum perempuan di berbagai negara.

Hingga akhirnya, tanggal 8 Maret 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai memperingatinya walaupun
belum ditetapkan secara resmi. Peresmian tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia terjadi dua tahun
kemudian, tanggal 8 Maret 1977, dan terus diperingati hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai