tersebut
dan
kehilangan
kesempatan
untuk
mengekspresikan diri.
Jangan lupa bahwa anak memiliki kepribadian, sifat, minat,
dan pikiran tersendiri. Menjadikan anak seakan akan fotokopian
orang tua hanya akan membatasi ruang gerak mereka. Bisa saja
sebenarnya si anak punya potensi melejit di bidang lain yang
berbeda dengan orang tuanya, yang bahkan mungkin orang tua
tidak punya pengetahuan tentang hal itu. Sayang sekali jika hal
ini terjadi hanya karena orang tua menganggap menjadi seperti
dirinya adalah yang terbaik. Tugas orang tua bukan mencetak
anak-anak seperti dirinya dalam versi kecil tetapi membimbing
agar mereka bisa mendapatkan pilihan yang paling tepat untuk
hidupnya dengan cara yang paling sesuai bagi pribadi masingmasing anak.
Pelajaran
kedua
ada
penelitian
yang
mengungkapkan
bisa
berpengaruh
buruk
pada
anak-anak,
agresif
dan
memarahi
rekannya.
Padahal
4. Anak
akan
memiliki
pribadi
yang
tertutup
dan
suka
selanjutnya
tentang
hal-hal
yang
sering
saat kita
ikut.
Apa
kita
lakukan?
Apakah
kita
kita
lain,
setelah
itu
kita
buru-buru
pergi?
Atau
kita
merupakan
suatu
ancaman.
Terlebih
ada
kalimat
kamu
tidak
mau
meminjamkannya,
Papa/Mama
akan
Mainan
akan
Papa/Mama
keluarkan,
bila
kamu
mau
mereka
berbalik
untuk
dengan
sengaja
Kebiasaan 5:
Menekankan Pada Hal-hal yang Salah
Kita selaku orang tua sering mengeluhkan perilaku anakanak kita yang tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Apa
yang kita lakukan? Melerai atau memarahi semua pihak. Lalu kita
ingat-ingat lagi, apa yang kita lakukan bila mereka bermain
dengan akur atau tidak bertengkar? Seringkali kita mendiamkan
mereka bukan? Tidak menyapa mereka karena beranggapan
tidak perlu dan mereka sudah bermain dengan baik dan tidak
bertengkar.
Apa akibatnya?
Dengan menganggap tidak perlu itulah yang membuat
mereka terpicu untuk kembali bertengkar, karena dengan
bertengkar, mereka mendapat perhatian dari orang tuanya.
Dengan mendiamkan mereka karena tidak bertengkar, membuat
mereka juga tidak tahu bila kita senang dengan kerukunan itu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain dengan asyik dan
rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan
kalimat sederhana dan mudah dipahami, misalnya :Nah, gitu
dong kalau main. Yang rukun dan mau saling meminjamkan.
Papa/Mama senang dan tambah sayang. Lalu peluklah mereka
sebagai ungkapan senang dan sayang.
Kebiasaan 6:
Merendahkan Diri Sendiri
Bila anak anda terlalu asyik bermain play station sehingga
mengalahkan jam belajar, apa yang anda lakukan? Mungkin kita
sering mengatakan :Ayo, matikan play station-mu itu. Awas ya,
nanti dimarahi sama papa kalo pulang dari kerja. Kita selalu
menggunakan ancaman dengan figur yang ditakuti oleh si anak.
Apa akibatnya?
Dengan menggunakan ancaman, kita tidak sadar telah
mengajarkan kepada anak bahwa mereka akan menurut jika
mereka ditakut-takuti dahulu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkan aturan main sebelum kita bicara, setelah siap,
dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius
bahwa kita ingin ia berhenti bermain sekarang atau berikan
pilihan, misal : Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu
mau mandi sekarang atau lima menit lagi? Bila jawabannya,
lima menit lagi pa/ma. Kita jawab kembali, Baik, kita sepakat
setelah lima menit, kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti
setelah lima menit, dengan terpaksa Papa/Mama simpan hingga
lusa. Setelah persis lima menit, dekati si anak, tatap matanya
dan katakan sudah lima menit, tanpa kompromi dan tawar
menawar lagi. Jika dia tidak menepati pilihannya, langsung
laksanakan konsekuensinya segera.
Kebiasaan 7:
Orangtua Tidak Kompak
Seorang ibu meminta anaknya yang menonton televisi terus
menerus untuk mengerjakan tugas sekolahnya, tapi pada saat
yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan mengatakan
bahwa tidak masalah bila menonton televisi terus, dengan alasan
supaya anaknya tidak stres.
Apa akibatnya?
pernyataan
ancaman
atau
menakut-nakuti,
atau
takut
dengan
figur
dokter/satpam.
Pernyataan
memberi
pengertian
kepada
orang
dewasa
karena
akhir
dapat
strategis.
Anak
mempelajari
bahwa
apa
pun
menghabiskan
waktunya
di
kantor/
tempat
kerja
memberikan
yang
terbaik.
Jadi,
jangan
pernah
memang
keras
betulsaya
tidak
sanggup
lagi
untuk
ini
juga
sering
kita
ganti
dengan
memberikan
kita
selalu
memaklumi
tindakan
keliru
yang
Akan
berdampak
lebih
buruk
lagi,
bila
perilaku
ini
apa
yang
masuk
kategori
macam-macam.
Selain
waktu
untuk
tahapan-tahapan
perubahan
yang
Bahkan
setiap
anak
hendak
bicara,
kita
selalu
seorang
raja
kecil,
semakin
hari
tuntutannya
sayangnya
kita
pada
anak
jangan
pernah
Seberapa
banyak
kita
jumpai
orang
tua
yang
ingin
dengan
cara
menyakiti
diri,
dengan
perlawanan
memberikan
penjelasan
dan
segera
menentukan
buat
kita
semua
dan
mulai
besok
kamu
yang
yang luar biasa. Tentu saja tak seorang pun mau mendengarkan
nasihat orang yang sombong.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Seringkali
usia
orang
tua
dijadikan
acuan
tentang
tindakan
buruknya
bukan
karena
kesalahannya,
saling
menyalahkan
sekarang
juga!
Ambilah
pendidikan
ada
di
tangan
kita
berdua
dan
orang
lain
dan
membangkang.
Pada
saat
ia
pernah
sekalipun
menggunakan
hukuman
fisik
pukulan
lebih
cocok
kepada
binatang
daripada
atau
sangsi,
tetapi
kita
menunda
atau
bahkan
selalu
melanggar
kesepakatan
karena
sangsi
atau
Apa akibatnya?
Bila kita terpancing, anak kitalah yang merasa menang,
sehingga anak kita merasa bisa mengendalikan orang tuanya.
Jika ini terjadi maka ia akan terus berusaha untuk mengulanginya
pada kesempatan lain dengan pancingan emosi yang lebih besar
lagi.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Yang
terbaik
adalah
diam,
tidak
bicara
dan
tidak
terkadang
orang
tua
mengungkapkan
Kebiasaan 34:
Memberikan Julukan yang Buruk
Kita dengan begitu mudahnya sering memberikan julukan
yang buruk, seperti si gendut, si lemot, si cengeng, biang kerok,
pemalas, nakal dsb.
Apa akibatnya?
Kebiasaan memberikan julukan yang buruk pada anak akan
mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri/minder,
kebencian dan perlawanan. Adakalanya anak ingin membuktikan
kehebatan julukan tersebut pada orang tuanya. Misal, anak yang
diberi julukan biang kerok, ia akan berpikir bahwa apa yang
diperbuatnya tidaklah keliru, karena memang dia adalah biang
kerok.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Gantilah segera julukan yang buruk dengan yang baik,
seperti anak baik, anak hebat, anak bijaksana atau panggil dia
dengan nama panggilan yang disukainya saja. Cobalah tanya
pada anak kita, panggilan apa yang disukainya. Anak pasti akan
lebih menyukai kita.
Kebiasaan 35:
Mengumpan Anak Yang Rewel
Kita sering mengalihkan perhatian anak kepada hal/barang
lain pada saat anak kita marah, merengek, menangis atau
meminta sesuatu dengan memaksa. Contohnya, Tuh lihat tuh
ada kakak pake baju warna apa tuh? atau Lihat ini lihat,
gambar apa ya lucu banget?.
Apa akibatnya?
Pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkan,
ia akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan
menjadi sensitif. Ia tidak ingin dialihkan ke hal lain jika masalah
ini belum ada kata sepakat penyelesainnya. Semakin kita
berusaha mengalihkannya, semakin marah anak kita.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Selesaikan
apa
yang
diinginkan
anak
kita
dengan
mainan
itu
sekarang.
Jika
kamu
mau
harus
Jika
kita
membiarkan
anak
kita
berlama-lama
program
TV
di
rumah
dengan
film-film
atau
pertanyaan
yang
terlalu
mendetail
karena
itu
akan
padahal
bagi
orang
seperti
beliau
film
itu
sangat
namun
anak-anaknya
masih
sering
berkunjung
ke
rumah