DISUSUN OLEH :
ALIFA WILANDRA PUTRI ( 6121057 )
Pengasuhan merupakan suatu proses atau interaksi Antara ayah, ibu, dan anak-anak mereka serta
lingkungan masyarkatnya. Proses atau interaksi pengasuhan contohnya seperti pekerjaan yang
mengandalkan seni komunikasi, dan pekerjaan yang semua resiko ditanggung tapi semua hasil
dilepas. Pengasuhan orangtua kepada anak dalam kandungan sampai anak tersebut siap menjadi
orang dewasa. Perkembangan anak di pengaruhi oleh 3 hal yaitu latar belakang sejarah dan
psikologi orangtua, konteks sosial yang mendukung dan karakteristik anak.
Menjalankan peran sebagai orang tua terkadang memang bukan hal yang mudah, ada saja
tantangan baru yang muncul dalam mengasuh anak. Apalagi, setiap anak punya karakter yang
berbeda-beda, sehingga pola pengasuhannya pun bisa jadi tak selalu sama. Oleh karena itu, setiap
orang tua umumnya pernah mengalami masa-masa sulit dalam mengasuh anak. Berikut adalah
beberapa masalah pengasuhan anak yang umum dialami orang tua.
Tantrum adalah hal normal yang biasa terjadi pada anak-anak. Ini merupakan ledakan
emosi akibat mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan atau inginkan.
Tidak mendapatkan dalam hal ini dikarenakan mereka masih belum fasih berkomunikasi
atau mengekspresikan keinginannya. Keterbatasan kosakata kerap kali memicu tantrum
terjadi, hingga emosi meledak-ledak. Bayangkan, anak Anda menginginkan sesuatu,
sangat ingin, tapi ia tidak bisa mendapatkannya, bahkan tidak bisa menyampaikan
keinginannya kepada orang dewasa di dekatnya.
Solusi :
- Tetap tenang jangan bereaksi mendadak. Misalnya balik marah atau membentak.
- Kalau si kecil menangis, katakana padanya “ibu baru bisa mendengar apa yang kamu
butuh, kalau kamu berhenti menangis.”
- Coba untuk alihkan perhatiannya.
- Jangan menyerah dengan menyetujui apa yang anak inginkan. Lanjutkan dengan
kegiatan rutin lainnya, sampai dia tenang.
Seiring anak besar, dia mulai merasa sudah bisa mandiri. Konsep ke-aku-annya mulai
muncul. Hal ini mengakibatkan anak tidak kooperatif pada perintah apapun yang kita
sampaikan.
Solusi :
- Hargai opini anak dan tetap tenang. Tanya kenapa dia nggak mau melakukan sesuatu
yang kita sarankan. Dan dengarkan dengan saksama.
- Jelaskan kepada anak, kenapa kita menyarankan hal tertentu kepada dia untuk
dilakukan. Bijak memilih kata-katanya, ya, mommies.
- Sebisa mungkin jangan berteriak. Karena malah makin membuat suasana makin
buruk.
3. Anak bersikap agresif
Beberapa anak kerap menunjukkan sikap agresif ketika marah. Mungkin mereka akan
merasa kesal dan menangis hingga memukul orang lain, baik itu kakak atau adiknya,
bahkan orang tuanya sendiri. Hal ini tentu membuat orang tua merasa stres karena tidak
tahu harus bagaimana menghadapinya.
Alih-alih balik memarahi anak, sebaiknya cari tahu alasan sikap agresif yang
ditimbulkannya. Apabila terjadi luapan kemarahan yang semakin hebat, tidak ada
salahnya untuk membawa anak ke ahli untuk mengetahui kemungkinan kondisi lainnya.
Solusi:
- Coba bicara dengan nada suara rendah, cari tahu apa yang membuat dia marah.
Karena reaksi pasti diawali aksi.
- Jika si kecil marah terkait urusan sekolah. Coba bicara dengan gurunya untuk
menghadirkan solusi paling baik.
4. Berbohong
Adakalanya anak berbohong di kasus tertentu. Segera bahas saat ibu mendapati mereka
berbohong. Karena jika dilakukan pembiaran, makan akan menjadi kebiasaan dan bisa
jadi menyembunyikan hal penting dari anda.
Solusi:
- Hindari marah pada anak (saya akui ini bagian paling sulit *___*), apalagi melakukan
hukuman fisik, ketika kita tahu pertama kali anak berbohong. Supaya tidak kehilangan
momen, anak cerita jujur kenapa dia bohong
- Beri tahu si kecil, kenapa dia tidak boleh berbohong. Utarakan penjelasan yang masuk
akal. Penting memberi tahunya perbedaan mana yang benar, mana yang salah.
5. Sibling rivalry
Sibling rivalry bisa diartikan sebagai kompetisi antar saudara kandung, baik antar saudara
kandung yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda. Kompetisi ini diwarnai oleh rasa
iri, cemburu, dan persaingan. Bersaing untuk mendapatkan sesuatu, seperti perhatian ibu,
mainan baru, dan lain-lain.
Berkelahi, bertengkar, sepertinya sudah menjadi hal yang sering terjadi di setiap keluarga
yang punya anak lebih dari satu. Bahayanya, orangtua seakan-akan menerima begitu saja.
Abai dan pembiaran. Stop sampai di sini, karena lama-lama bisa bermanifestasi menjadi
perkelahian fisik yang lebih buruk.
Solusi:
- Jangan langsung menyalahkan salah satu pihak. Tapi tenangkan kedua pihak.
- Dorong mereka untuk menyelesaikan masalah, tapi tetap saling menghormati. Pancing
mereka untuk mencari jalannya sendiri.
- Buat peraturan, jika hal ini kembali terjadi. Siapapun itu yang memulai pertengkaran,
keduanya akan menerima konsekuensinya. Bentuknya bisa didiskusikan bersama.
6. Anak Ketagihan Gadget
Anak-anak pada zaman ini memiliki ketertarikan yang lebih terhadap gadget. Bahkan,
beberapa dari mereka sampai kecanduan gadget dan terus berada di depan layar, hingga
tak ingin melakukan aktivitas lainnya. Peran orang tua untuk mengontrol waktu yang
dihabiskan anak di depan layar sangatlah penting. Sebaiknya, tetapkan beberapa aturan
disiplin yang harus dipatuhi si kecil.
Solusi:
- Kitanya sebagai orangtua, jangan mengandalkan gadget sebagai media bermain anak.
Buat anak sibuk dengan kegiatan lainnya.
- Kenalkan anak dengan berbagai kegiatan bermain di luar ruangan. Yang jauh lebih
menyenangkan.
- Buat peraturan yang jelas dan konsisten. Misalnya apa saja game yang boleh
dimainkan. Berapa menit dalam sehari, mereka mendapatkan jatah screen time.
Setiap orang tua pasti setuju bahwa pendidikan adalah hal yang penting bagi anak.
Sayangnya, tidak semua anak menikmati momen belajar dan cenderung tidak
menyukainya. Hal ini kerap membuat orang tua bersikap tegas dan terkesan memaksa
anak untuk belajar.
Solusi:
- Jangan menekan anak untuk selalu punya nilai sempurna, atau memang di setiap
kompetisi.
- Coba diskusi, beri penjelasan kenapa belajar itu akan membantunya kelak di masa
depan. Lengkapi dengan contoh.
- Jika ditemukan ternyata si kecil, tidak tertarik dengan metode belajar pada umumnya.
Cari tahu, cara seperti apa yang membuat dia nyaman.
- Pahami kalau semua butuh proses. Biarkan dia memilih apa yang membuat dirinya
nyaman. Hindari mengontrol pilihan-pilihan hidupnya.
Sesekali merengek dan mengeluh di kalangan anak-anak wajar adanya. Tapii, jika
berlanjut terus menerus akan menjadi masalah berat.
Solusi:
Setiap anak adalah pribadi yang unik. Jika si kecil termasuk anak yang tertutup, wajar saja
kalau kita merasa khawatir si kecil jadi pribadi yang menyendiri di sekolah, jarang
berinteraksi, dan lain-lain.
Solusi:
Definisi Gangguan jiwa atau mental menurut ahli adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kesultanan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang
lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Sedangkan menurut UU RI NO.18 Tahun 2014
menjelaskan bahwa Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilakku, dan perasaan termanifestasi dalam bentuk gambar atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
3. Masalah tidur
Perubahan pola tidur yang berkelanjutan juga bisa menjadi tanda seseorang mengalami
penyakit mental. Begitu pula kebalikannya, kebiasaan kurang tidur berisiko sebabkan
penyakit mental.
“Kualitas tidur yang buruk dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan masalah
kesehatan. Di antaranya adalah diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke,
obesitas hingga alami depresi,” ungkap Dr. Andrew McClintock-Greenberg, dokter
spesialis paru dari Sutter East Bay Medical Foundation.
Kombinasi gejala-gejala di atas bisa jadi gejala dari gangguan mental pada wanita. Hal ini
bisa diperparah dengan perubahan nafsu makan yang disertai penurunan berat badan yang
cepat. Seseorang yang alami gangguan mental juga cenderung tergantung pada zat-zat
tertentu, seperti alkohol atau obat-obatan.
1. Gangguan kecemasan
Melansir dari Women’s Health, anxiety disorder atau gangguan kecemasan juga
sering dialami oleh wanita dan bisa menjadi gangguan mental pada wanita.
Gangguan kecemasan ini juga ada banyak jenisnya, di antaranya general anxiety
disorder (GAD), gangguan panik, fobia sosial atau fobia terhadap hal-hal lainnya.
Gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan post-traumatic stress disorder juga bisa
dikatakan masuk ke dalam gangguan kecemasan. Di antaranya seperti peristiwa
traumatis, faktor genetik, dan hormonal. Gangguan kecemasan bukan hanya ditandai
dengan rasa takut saja.
2. Depresi
Depresi adalah gangguan mental pada wanita yang paling umum terjadi. Harvard
Health Publishing mengungkapkan, wanita memiliki risiko dua kali lebih besar untuk
mengalami depresi berat dibandingkan pria.
Wanita juga lebih mungkin mengalami beberapa jenis stres berat, seperti pelecehan
seksual anak, kekerasan seksual orang dewasa, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Faktor lainnya yang juga turut berperan adalah perubahan hormonal terutama saat
hamil dan melahirkan. Ketika wanita hamil dan melahirkan, mereka sangat rentan
mengalami stres.
3. Gangguan makan
Eating disorder atau gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia, dan binge
eating nyatanya lebih sering dialami oleh wanita. Eating disorder nantinya bisa
berhubungan dengan gangguan mental pada wanita lainnya, yaitu borderline
personality disorder atau gangguan kepribadian ambang.
“Wanita lebih rentan mengalami gangguan makan karena mereka lebih rentan
terhadap ketidakpuasan tubuh. Ketika muncul persepsi negatif tentang penampilan
fisik dan ditambah dengan tekanan sosial, maka bisa meningkatkan risiko alami
gangguan makan,” ungkap Dr. Catherine Preston dari Departemen Psikologi di York
University, Inggris.