Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PENULISAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sebagai Mahasiswa Berprestasi 2022


Dengan Dosen Pengampu Ibu Silva Dwi Rahmizani, S.S.T., M. K.M

DISUSUN OLEH :
ALIFA WILANDRA PUTRI ( 6121057 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2022
MASALAH MASALAH DALAM PENGASUHAN DI KELUARGA MAUPUN
LINGKUNGAN SEKITAR

Pengasuhan merupakan suatu proses atau interaksi Antara ayah, ibu, dan anak-anak mereka serta
lingkungan masyarkatnya. Proses atau interaksi pengasuhan contohnya seperti pekerjaan yang
mengandalkan seni komunikasi, dan pekerjaan yang semua resiko ditanggung tapi semua hasil
dilepas. Pengasuhan orangtua kepada anak dalam kandungan sampai anak tersebut siap menjadi
orang dewasa. Perkembangan anak di pengaruhi oleh 3 hal yaitu latar belakang sejarah dan
psikologi orangtua, konteks sosial yang mendukung dan karakteristik anak.

Menjalankan peran sebagai orang tua terkadang memang bukan hal yang mudah, ada saja
tantangan baru yang muncul dalam mengasuh anak. Apalagi, setiap anak punya karakter yang
berbeda-beda, sehingga pola pengasuhannya pun bisa jadi tak selalu sama. Oleh karena itu, setiap
orang tua umumnya pernah mengalami masa-masa sulit dalam mengasuh anak. Berikut adalah
beberapa masalah pengasuhan anak yang umum dialami orang tua.

1. Anak sering tantrum

Tantrum adalah hal normal yang biasa terjadi pada anak-anak. Ini merupakan ledakan
emosi akibat mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan atau inginkan.
Tidak mendapatkan dalam hal ini dikarenakan mereka masih belum fasih berkomunikasi
atau mengekspresikan keinginannya. Keterbatasan kosakata kerap kali memicu tantrum
terjadi, hingga emosi meledak-ledak. Bayangkan, anak Anda menginginkan sesuatu,
sangat ingin, tapi ia tidak bisa mendapatkannya, bahkan tidak bisa menyampaikan
keinginannya kepada orang dewasa di dekatnya.

Solusi :

- Tetap tenang jangan bereaksi mendadak. Misalnya balik marah atau membentak.
- Kalau si kecil menangis, katakana padanya “ibu baru bisa mendengar apa yang kamu
butuh, kalau kamu berhenti menangis.”
- Coba untuk alihkan perhatiannya.
- Jangan menyerah dengan menyetujui apa yang anak inginkan. Lanjutkan dengan
kegiatan rutin lainnya, sampai dia tenang.

2. Anak tidak patuh

Seiring anak besar, dia mulai merasa sudah bisa mandiri. Konsep ke-aku-annya mulai
muncul. Hal ini mengakibatkan anak tidak kooperatif pada perintah apapun yang kita
sampaikan.

Solusi :

- Hargai opini anak dan tetap tenang. Tanya kenapa dia nggak mau melakukan sesuatu
yang kita sarankan. Dan dengarkan dengan saksama.
- Jelaskan kepada anak, kenapa kita menyarankan hal tertentu kepada dia untuk
dilakukan. Bijak memilih kata-katanya, ya, mommies.
- Sebisa mungkin jangan berteriak. Karena malah makin membuat suasana makin
buruk.
3. Anak bersikap agresif

Beberapa anak kerap menunjukkan sikap agresif ketika marah. Mungkin mereka akan
merasa kesal dan menangis hingga memukul orang lain, baik itu kakak atau adiknya,
bahkan orang tuanya sendiri. Hal ini tentu membuat orang tua merasa stres karena tidak
tahu harus bagaimana menghadapinya.
Alih-alih balik memarahi anak, sebaiknya cari tahu alasan sikap agresif yang
ditimbulkannya. Apabila terjadi luapan kemarahan yang semakin hebat, tidak ada
salahnya untuk membawa anak ke ahli untuk mengetahui kemungkinan kondisi lainnya.

Solusi:

- Coba bicara dengan nada suara rendah, cari tahu apa yang membuat dia marah.
Karena reaksi pasti diawali aksi.
- Jika si kecil marah terkait urusan sekolah. Coba bicara dengan gurunya untuk
menghadirkan solusi paling baik.

4. Berbohong

Adakalanya anak berbohong di kasus tertentu. Segera bahas saat ibu mendapati mereka
berbohong. Karena jika dilakukan pembiaran, makan akan menjadi kebiasaan dan bisa
jadi menyembunyikan hal penting dari anda.

Solusi:

- Hindari marah pada anak (saya akui ini bagian paling sulit *___*), apalagi melakukan
hukuman fisik, ketika kita tahu pertama kali anak berbohong. Supaya tidak kehilangan
momen, anak cerita jujur kenapa dia bohong
- Beri tahu si kecil, kenapa dia tidak boleh berbohong. Utarakan penjelasan yang masuk
akal. Penting memberi tahunya perbedaan mana yang benar, mana yang salah.

5. Sibling rivalry
Sibling rivalry bisa diartikan sebagai kompetisi antar saudara kandung, baik antar saudara
kandung yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda. Kompetisi ini diwarnai oleh rasa
iri, cemburu, dan persaingan. Bersaing untuk mendapatkan sesuatu, seperti perhatian ibu,
mainan baru, dan lain-lain.
Berkelahi, bertengkar, sepertinya sudah menjadi hal yang sering terjadi di setiap keluarga
yang punya anak lebih dari satu. Bahayanya, orangtua seakan-akan menerima begitu saja.
Abai dan pembiaran. Stop sampai di sini, karena lama-lama bisa bermanifestasi menjadi
perkelahian fisik yang lebih buruk.

Solusi:

- Jangan langsung menyalahkan salah satu pihak. Tapi tenangkan kedua pihak.
- Dorong mereka untuk menyelesaikan masalah, tapi tetap saling menghormati. Pancing
mereka untuk mencari jalannya sendiri.
- Buat peraturan, jika hal ini kembali terjadi. Siapapun itu yang memulai pertengkaran,
keduanya akan menerima konsekuensinya. Bentuknya bisa didiskusikan bersama.
6. Anak Ketagihan Gadget

Anak-anak pada zaman ini memiliki ketertarikan yang lebih terhadap gadget. Bahkan,
beberapa dari mereka sampai kecanduan gadget dan terus berada di depan layar, hingga
tak ingin melakukan aktivitas lainnya. Peran orang tua untuk mengontrol waktu yang
dihabiskan anak di depan layar sangatlah penting. Sebaiknya, tetapkan beberapa aturan
disiplin yang harus dipatuhi si kecil.

Solusi:

- Kitanya sebagai orangtua, jangan mengandalkan gadget sebagai media bermain anak.
Buat anak sibuk dengan kegiatan lainnya.
- Kenalkan anak dengan berbagai kegiatan bermain di luar ruangan. Yang jauh lebih
menyenangkan.
- Buat peraturan yang jelas dan konsisten. Misalnya apa saja game yang boleh
dimainkan. Berapa menit dalam sehari, mereka mendapatkan jatah screen time.

7. Anak tidak suka belajar

Setiap orang tua pasti setuju bahwa pendidikan adalah hal yang penting bagi anak.
Sayangnya, tidak semua anak menikmati momen belajar dan cenderung tidak
menyukainya. Hal ini kerap membuat orang tua bersikap tegas dan terkesan memaksa
anak untuk belajar.

Solusi:

- Jangan menekan anak untuk selalu punya nilai sempurna, atau memang di setiap
kompetisi.
- Coba diskusi, beri penjelasan kenapa belajar itu akan membantunya kelak di masa
depan. Lengkapi dengan contoh.
- Jika ditemukan ternyata si kecil, tidak tertarik dengan metode belajar pada umumnya.
Cari tahu, cara seperti apa yang membuat dia nyaman.
- Pahami kalau semua butuh proses. Biarkan dia memilih apa yang membuat dirinya
nyaman. Hindari mengontrol pilihan-pilihan hidupnya.

8. Anak selalu mengeluh

Sesekali merengek dan mengeluh di kalangan anak-anak wajar adanya. Tapii, jika
berlanjut terus menerus akan menjadi masalah berat.

Solusi:

- Bicara padanya, apa yang membuat dia mengeluh. Jangan diabaikan.


- Tawarkan solusi sesegera mungkin.
- Ajarkan padanya bagaimana dia bisa mengatasi masalah dirinya sendiri. Selain itu,
tunjukkan cara komunikasi yang bisa dimengerti untuk meminta sesuatu, bukan
dengan cara merengek.
- Buat dia sadar, bahwa masalah-masalah yang dia hadapi, tidak sebesar uang dia
pikirkan.
9. Anak yang tertutup

Setiap anak adalah pribadi yang unik. Jika si kecil termasuk anak yang tertutup, wajar saja
kalau kita merasa khawatir si kecil jadi pribadi yang menyendiri di sekolah, jarang
berinteraksi, dan lain-lain.

Solusi:

- Setiap anak punya zona nyamannya sendiri. Pahami ini dulu.


- Jangan paksa anak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya.
- Amati si kecil, coba untuk memahami kepribadiannya.
- Cari waktu yang tepat, untuk bicara padanya. Menyarankan untuk berteman dengan
lebih banyak orang. Kalau si kecil merasa malu, coba untuk meningkatkan
kepercayaan dirinya. Bilang kalau dulu ibu juga sempat malu, tapi ternyata pas dicoba
sekali, rasanya menyenangkan, lho, punya teman baru. Hargai dan nikmati prosesnya,
jangan terburu-buru.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MENTAL PADA
PEREMPUAN

1. Definisi Kesehatan Mental

Definisi Gangguan jiwa atau mental menurut ahli adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kesultanan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang
lain, dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Sedangkan menurut UU RI NO.18 Tahun 2014
menjelaskan bahwa Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilakku, dan perasaan termanifestasi dalam bentuk gambar atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

2.2Gejala Gangguan Mental Pada Perempuan


1. Selalu merasa khawatir
Rasa khawatir bisa muncul dari waktu ke waktu. Namun, ketika rasa khawatir muncul
secara konstan dan mengganggu sepanjang waktu.
Gejala lainnya yang mengikuti seperti sesak napas, sakit kepala, gelisah, jantung
berdebar-debar, dan alami diare.

2. Kesedihan tanpa sebab


Wanita lebih rentan mengalami penyakit mental internal, seperti depresi
dan gangguan kecemasan. Disebutkan penyakit internal karena lebih
mengarah pada penarikan diri, terlalu banyak merenung, sering merasa sepi,
dan sedih yang berlarut-larut.
Menurut Psychology Today, kesedihan akan jadi gejala dari gangguan mental ketika
memengaruhi pikiran, emosi, persepsi, dan perilaku kita.

3. Masalah tidur
Perubahan pola tidur yang berkelanjutan juga bisa menjadi tanda seseorang mengalami
penyakit mental. Begitu pula kebalikannya, kebiasaan kurang tidur berisiko sebabkan
penyakit mental.
“Kualitas tidur yang buruk dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan masalah
kesehatan. Di antaranya adalah diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke,
obesitas hingga alami depresi,” ungkap Dr. Andrew McClintock-Greenberg, dokter
spesialis paru dari Sutter East Bay Medical Foundation.
Kombinasi gejala-gejala di atas bisa jadi gejala dari gangguan mental pada wanita. Hal ini
bisa diperparah dengan perubahan nafsu makan yang disertai penurunan berat badan yang
cepat. Seseorang yang alami gangguan mental juga cenderung tergantung pada zat-zat
tertentu, seperti alkohol atau obat-obatan.

4. Perubahan suasana hati yang sangat cepat


Suasana hati seseorang memang tidak bisa melulu sama. Namun, perubahan suasana
hati yang tiba-tiba dan terjadi secara dramatis, bisa menjadi gejala dari gangguan mental
pada wanita. Misalnya adalah kemarahan yang ekstrem dan kemudian tiba-tiba merasa
sedih serta tertekan.
2.3 Jenis Gangguan Mental pada Perempuan
Wanita memang lebih mungkin untuk didiagnosis dengan gangguan kecemasan (anxiety
disorder) atau depresi. Sementara pria cenderung melakukan penyalahgunaan zat (substance
abuse) atau gangguan antisosial (antisocial disorder). Semua kembali pada jenis gangguan
mental yang dialami. Beberapa gangguan mental lebih rentan dialami wanita, beberapa
lainnya lebih sering dialami oleh pria. Namun, National Institute of Mental
Health mengungkapkan gangguan mental seperti gangguan bipolar dan skizofrenia tidak
dapat ditentukan paling banyak dialami pria atau wanita.
Adapun beberapa gangguan mental pada wanita, yaitu:

1. Gangguan kecemasan

Melansir dari Women’s Health, anxiety disorder atau gangguan kecemasan juga
sering dialami oleh wanita dan bisa menjadi gangguan mental pada wanita.
Gangguan kecemasan ini juga ada banyak jenisnya, di antaranya general anxiety
disorder (GAD), gangguan panik, fobia sosial atau fobia terhadap hal-hal lainnya.
Gangguan obsesif kompulsif (OCD) dan post-traumatic stress disorder juga bisa
dikatakan masuk ke dalam gangguan kecemasan. Di antaranya seperti peristiwa
traumatis, faktor genetik, dan hormonal. Gangguan kecemasan bukan hanya ditandai
dengan rasa takut saja.

2. Depresi

Depresi adalah gangguan mental pada wanita yang paling umum terjadi. Harvard
Health Publishing mengungkapkan, wanita memiliki risiko dua kali lebih besar untuk
mengalami depresi berat dibandingkan pria.
Wanita juga lebih mungkin mengalami beberapa jenis stres berat, seperti pelecehan
seksual anak, kekerasan seksual orang dewasa, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Faktor lainnya yang juga turut berperan adalah perubahan hormonal terutama saat
hamil dan melahirkan. Ketika wanita hamil dan melahirkan, mereka sangat rentan
mengalami stres.

3. Gangguan makan

Eating disorder atau gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia, dan binge
eating nyatanya lebih sering dialami oleh wanita. Eating disorder nantinya bisa
berhubungan dengan gangguan mental pada wanita lainnya, yaitu borderline
personality disorder atau gangguan kepribadian ambang.
“Wanita lebih rentan mengalami gangguan makan karena mereka lebih rentan
terhadap ketidakpuasan tubuh. Ketika muncul persepsi negatif tentang penampilan
fisik dan ditambah dengan tekanan sosial, maka bisa meningkatkan risiko alami
gangguan makan,” ungkap Dr. Catherine Preston dari Departemen Psikologi di York
University, Inggris.

2.4 Faktor Pemicu Gangguan Mental pada Wanita


Adapun beberapa faktor pemicu wanita lebih mudah terserang depresi dan kecemasan
dibandingkan pria, yaitu :
1. Masalah Hormon
Wanita, cenderung menghasilkan jumlah serotonin lebih rendah daripada pria.
Kekurangan serotonin terlibat dalam sejumlah gangguan mental, terutama depresi dan
kecemasan.Selain itu, ketika wanita hamil dan melahirkan juga dapat menyebabkan
fluktuasi hormon, sedangkan pria tidak mengalaminya.
2. Diskriminasi dan Trauma
Trauma juga merupakan faktor risiko untuk sejumlah penyakit mental, salah
satunya adalah post-traumatic stress disorder (PTSD).
Begitu juga dengan diskriminasi gender, kekerasan gender, dan perlakuan buruk
terhadap wanita bisa melemahkan kesehatan mental.

Anda mungkin juga menyukai