Nim : 22081014007
Prodi : PG-PAUD
Kelas : Nonreguler
DAN PENANGANANYA
3. Anak pemalu
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada
seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
1. Keadaan fisik
2. Kesulitan dalam bicara
3. Kurang terampil berteman
4. Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5. Pola asuh yang mencela
❖ Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik :
1. Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangka
2. Belajar bergabung melalui permainan
3. Mengajar cara mulai berteman
4. Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok
❖ Penanganan :
1. Tetap tenang
Saat anak tantrum, Bunda harus tetap tenang dan jangan membalas berteriak
atau memaksa anak menghentikan amukannya. Sikap yang tenang akan
membuat tantrum Si Kecil lebih mudah untuk diatasi. Bunda juga bisa
mengajak Si Kecil ke tempat yang lebih sepi dan tenang guna menenangkan
emosinya.
2. Cari tahu penyebab tantrum
Beragam hal bisa menjadi penyebab tantrum pada anak, seperti keinginan
yang tidak terpenuhi atau adanya perasaan lapar dan mengantuk yang sulit
diungkapkan. Jika anak belum bisa berbicara, salah satu cara untuk
mengenali penyebabnya adalah dengan menanyakan secara langsung,
“Kamu lapar?” atau “Kamu masih ngantuk?”. Anak mungkin akan
mengangguk atau menggeleng. Jika penyebab tantrum anak diketahui, maka
Bunda akan lebih mudah mengatasinya.
3. Alihkan perhatian Si Kecil
Anak kecil sangat mudah melupakan sesuatu dan tertarik pada hal baru.
Bunda bisa memanfaatkan hal ini untuk mengalihkan perhatiannya saat
tantrum. Misalnya, Bunda bisa memberikan mainan yang sudah lama tidak
dimainkan atau memberikan camilan kesukaannya saat anak berteriak,
marah, atau terlihat rewel.
4. Jangan memukul anak
Untuk mengatasi tantrum, pola asuh otoritatif lebih cocok untuk diterapkan.
Jadi, jangan memukul atau mencubitnya. Ini justru dapat membuat anak jadi
suka memukul untuk menyampaikan keinginannya. Sebagai gantinya,
Bunda bisa memeluk atau mencium Si Kecil untuk menenangkan emosinya.
Selain menenangkan, pelukan dan ciuman juga bisa menjadi cara untuk
menunjukkan bahwa Bunda benar-benar peduli dan mencintai mereka. Jika
tantrum pada anak tampak terlalu sering, atau membuatnya menyakiti
dirinya atau orang lain, Bunda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
anak untuk mendiskusikan perilaku tersebut dan cara tepat menanganinya
5. Autisme
Autisme merupakan gangguan terhadap perkembangan anak yang ditandai dengan
anak tidak menguasai kemampuan untuk melakukan interaksi sosial yang timbal
balik, tidak memiliki kemmapuan untuk berkomunikasi, serta munculnya perilaku,
minat, ataupun aktivitas yang stereoptik. Gejala yang muncul pada anak-anak autisme
adalah; Komunikasi; perkembnagan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada, kadang-
kadang kata-kat yang digunakan tidak sesuai dengan artinya. interaksi sosial; suka
menyendiri, tidak ada kontak mata, tidak tertarik untuk bermain dengan teman lainnya.
Gangguan sensoris; sangat sensitif terhadap sentuhan, suara keras, cahaya terang dsb.
Pola bermain; tidak kreatif, tidak imajinatif. Prilaku; hiperaktif, sering marah tanpa
alasan yang jelas, tidak suka pada perubahan, suka menyerang. Emosi; marah-marah,
tertawa-tertawa, menangis tanpa alasan yang jelas, tempertantrum jika dilarang.
❖ Penanganannya yaitu :
6. Mencuri
Penyebab anak mencuri diantaranya dalah; tidak terpenuhinya kebutuhan secara materil,
kecintaan anak untuk melakukan petualangan dalam menaklukan karena petualangan
yang heroik, peniruan, cemburu dan dendam, rasa kepemilikian yang tinggi terhadap
barang orang lain.
Penanganannya :
▪ Menanyakan alasan anak kenapa mencuri
▪ Memberi sanksi atau hukuman yang bisa membuat anak jerah Perilaku mencuri
▪ Memberi pendampingan pada anak
▪ Penuhi keperluan anak
▪ Kurangi tontonan yang kurang pantas
▪ Batasi Gadget
▪ Ajarkan pada anak cara memilih teman yang baik
▪ Ajarkan anak ilmu agama
▪ Anjurkan anak ikut berbagai ekstrakurikuler
7. Berbohong
Penyebab berbohong diantaranya adalah kekasaran dan kekerasan para orang tua dan
para pendidik sehingga mereka berdusta agar terhidar dari hukuman, peniruan dari
orang dewasa, kesadaran anak akan kekurangan dirinya sehingga mendorongnya untuk
berbohong, karena ingin dipuji, karena imajinasinya.
Penanganannya :
❖ Jangan memojokkan anak
Memang, pasti Mama Papa merasa kaget dan kesal saat anak ketahuan
berbohong. Namun, bukan berarti cara utama mengatasi anak yang suka
berbohong dengan memojokkan atau memarahinya, lho. Hal ini akan membuat
mereka takut, bahkan bisa saja memilih diam dan mengulangi perbuatannya
lagi. Ketika tahu si kecil berbohong, ajaklah untuk mengakuinya. Katakan pada
anak untuk jujur, dan Mama Papa tidak akan memarahinya. O, iya, pastikan
juga menghindari penggunaan kalimat atau kata-kata yang kasar.
❖ Hargai kejujurannya
Setelah anak sudah jujur, lebih baik untuk tetap menghargai kejujuran. Sebab
berkata jujur bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, coba ucapkan terima
kasih sudah berkata jujur, sebelum akhirnya memberikan pemahaman tentang
bahaya memiliki kebiasaan berbohong. Meskipun sepele, namun menghargai
kejujuran anak memiliki dampak yang besar, lho. Dengan cara ini, anak akan
mencoba untuk tidak berbohong atau mengulangi kesalahan yang sama.
❖ Tanya alasan berbohong
Mama Papa juga bisa bertanya alasan mengapa anak berbohong. Salah satu
alasan anak berbohong karena takut ketahuan, hingga dimarahi orangtuanya.
Untuk alasan bohong yang satu ini, Mama Papa juga harus berkaca. Bisa saja,
mereka berbohong untuk melindungi diri dari kita yang mungkin kerap
memarahinya. Atau bisa saja alasan berbohong karena mencari perhatian Mama
Papa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Contohnya, mereka ingin
bermain tapi harus mengerjakan PR. Jadi, mereka akan berbohong demi
mendapatkan keinginannya tersebut.