Anda membutuhkan pendekatan khusus untuk hal ini. Anda tidak hanya harus
mengubah anak, tetapi Anda juga harus bersedia mengubah respons Anda sendiri
terhadap anak. Ini membutuhkan komitmen, kesabaran, dan usaha keras, tetapi ini
akan menjadi salah satu upaya paling penting dalam membesarkan anak. Membantu
anak mengurangi pembangkangan tidak hanya akan memperbaiki hubungan Anda dan
kehidupan keluarga, namun juga memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
anak untuk dapat berhasil dalam dunia sosial, sekarang dan di masa yang akan datang.
Tanda-tanda Anak Pembangkang:
1. Tidak fleksibel, sangat keras kepala, tidak mau mengalah.
2. Tidak mau melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
3. Tidak patuh.
4. Mempertanyakan atau menentang wibawa dan kewenangan orang tua.
5. Mudah marah, mengamuk, sering berteriak.
6. Mudah tersinggung, mudah terusik, terlalu peka.
7. Mendebat dan tidak mau menerima kekuasaan orang tua.
8. Mau menang sendiri.
9. Tidak mau mengakui kesalahan.
10. Kasar dan tidak memiliki rasa hormat.
Cari pola perilaku pada anak, tidak hanya pada satu waktu saja. Jika anda melihat
perilaku-perilaku ini sering berulang, itulah saatnya untuk bertindak. Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak yang suka membangkang. Gali lebih dalam.
Pembangkangan, sikap kasar dan tidak hormat tidak boleh dibiarkan. Namun bukan
berarti Anda tidak perlu berusaha memahami mengapa anak bersikap demikian.
Banyak penyebab sikap membangkang.
Beberapa di antaranya yang paling sering terjadi adalah:
Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan anak sulit diatur dan membangkang.
Misal :
1. Cari perhatian
Bisa jadi karena dia merasa kurang diperhatikan oleh Anda sebagai orang tuanya,
anak-anak melampiaskannya denganmembangkang perintah Anda. Tentu saja hal ini
akan membuat anda jengkel dan 'sesaat' memperhatikannya.
2. Power Seeking
Maksudnya adalah anak ingin menang dari ortunya.Tujuannya agar keinginannya
dipenuhi. Misalnya dengan mengancam orang tua.Bisa jadi ini terbentuk karena orang
tua yang suka mengancam dulu. Dalam hal ini orang tua tidak boleh kalah.Harus bisa
mengendalikan anaknya. Tapi tidak boleh secara diktator
3. Balas Dendam
Bisa saja pembangkangan yang dilakukan anak adalah hasil dari rasa sakit yang
diakibatkan orang tuanya.Sering dimarahi atau bahkan disiksa.
4. Putus Asa dan tidak percaya diri
Anak yang sering dimarahi, sedikit-sedikit dikritik atau dikatai bodoh dan sebagainya
akan menjadi anak yang tidak percaya diri dan berusaha menutupinya dengan
melawan.
5. Tidak disiplin.
Apakah cara mendidik anak yang Anda terapkan terlalu keras sehingga anak
memberontak, ataukah terlalu lunak sehingga dia bisa lolos dengan sikap
membangkangnya, atau cara mendidik anak Anda tidak konsisten sehingga anak
bingung?
6. Hubungan yang retak.
Apakah ada perpecahan dengan orang tua tertentu? Apakah Anda kekurangan waktu
untuk bersama dengan anak? Apakah anak merasa tidak dicintai atau tidak dihargai?
7. Rasa kesal dan iri.
Mungkinkah anak merasa iri terhadap saudara, teman sebaya, atau hubungan Anda
dengan pasangan?
8. Perasaan tidak cukup.
Mungkinkah dia membangkang untuk menutupi keyakinan dirinya yang rendah, merasa
memiliki kekurangan, atau merasa bahwa dia tidak cukup baik?
9. Cemas atau stres.
Apakah ada tekanan berat bagi anak bahwa dia harus pintar, harus berprestasi, dan
sebaginya? Apakah jadwalnya padat sehingga anak tidak memiliki waktu luang?
10. Tuntutan yang tidak adil.
Mungkin tuntutan Anda tidak realistis atau tidak adil? Apakah tuntutan Anda sesuai
Mungkinkah anak Anda belajar cara membangkang dari Anda? Misalnya, apakah Anda
memaksakan suatu hal kepada anak seperti Anda melakukannya kepada teman-teman
Anda? Apakah Anda menolak mendengarkan permintaan keluarga ketika
bernegosiasi/bermusyawarah di rumah? Apakah Anda menginginkan semua peraturan
dipatuhi tanpa kecuali? Apakah Anda terlalu menuntut atau terlalu mengendalikan?
Intinya adalah: Apakah Anda menampilkan sikap yang Anda inginkan untuk ditiru anak
Anda?Anak-anak sedang meniru. Maka hati-hatilah!
3. Ingat-ingatlah respon Anda akhir-akhir ini.
Bagaimana Anda menyampaikan permintaan kepada anak? Apakah Anda menyatakan
permintaan dengan nada yang tenang dan menghargai, atau dengan berteriak,
memaksa atau mengancam? Apakah Anda bersikap santun dan menunggu anak
dengan sopan? Apakah Anda menuntut kepatuhan atau bersedia mendengarkan
permintaan anak?
4. Tekankan Peraturan Emas ini:
"Perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan."Ajarkan pada anak untuk
menanyakan pada diri sendiri sebelum dia melakukan sesuatu hal, "Apakah kamu mau
diperlakukan seperti itu?"
5. Pengalaman dari Orang Tua
Setiap masalah kecil dengan anak saya yang berusia 12 tahun berubah menjadi
perdebatan besar. Dia ingin mengendalikan. Saya akhirnya menyadari saya
memperparah perilakunya dengan balik berteriak membentaknya. Trik saya kemudian
adalah menyampaikan satu kali dengan tenang dan terus mengulanginya setiap kali dia
menentang saya. Saya katakan, "Maaf, tetapi memang harus begitu." Atau, "Mama
mengerti, tetapi begitulah peraturannya." Sebenarnya tujuannya adalah agar tidak
didebat dan terjadi pertengkaran. Saya tahu ternyata saya melakukan hal yang benar
ketika dia mengatkakan, "Ada apa dengan Mama? Mama sudah berubah."
Perbedaannya adalah: saya tidak terpancing untuk berteriak balik, sehingga dia tidak
bisa menang, karena kami tidak berperang. Bagaimana mungkin dia memenangkan
perang yang tak pernah terjadi?
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
,
1. Rubah sikap anda dan beri contoh yang baik kepada anak
2. Jangan mudah marah kepada anak.
Nasehati dengan halus dan jangan membenkitak-bentak
3. Cukup cela perilakunya tetapi jangan cela dirinya
4. Buat aturan bersama anak dan konsekuensinya
5. Bersabarlah ketika anak melakukan kesalahan yang sama berkali-kali
6. Jangan bilang 'jangan' tetapi rubah kata-kata Anda menjadi sebuah anjuran
7. Beri pujian yang tulus saat dia meraih suatu prestasi atau berbuat baik.
Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. Anak yang
membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa
ditentukan. Jadi orangtua harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari
sang anak dan cara menentang anak yang selalu tidak bisa diprediksi.
8. Menghindari memberikan argumen balik ke anak. Hal ini bisa memicu timbulnya
masalah, kadang anak pembangkang menemukan argumen yang bisa memicu
orangtua untuk memberikan argumen balik. Sebaiknya orangtua cukup mengatakan
bahwa "Saya sangat mencintaimu untuk melakukan argumentasi denganmu, dan kita
akan berbicara kembali setelah merasa tenang".
9. Fokus tentang apa yang harus dilakukan. Untuk itu hindari pernyataan yang tidak
bisa dikontrol oleh orangtua. Jika ingin menyuruh anak mengerjakan tugas sekolah,
orangtua bisa mengatakan "Tugas sekolah lebih penting untuk dikerjakan sebelum
menonton televisi, jika tidak mau mengerjakan tugas maka televisi akan dimatikan".
10. Jika orangtua mulai kehilangan kendali, ambilah sedikit waktu untuk menenangkan
diri. Berseteru dengan anak sendiri bisa menghabiskan energi tersendiri. Jika orangtua
tidak tenang dan tidak bisa mengontrol diri, maka perseteruan tersebut bisa melukai
orangtua dan anak itu sendiri.
11. Orangtua harus tetap mempertahankan sikap positif. Konsekuensi yang harus
diberikan adalah mengajarkan anak untuk memikirkan dampak dari sikapnya tersebut
terhadap kehidupan dan hubungannya dengan siapapun. Hal ini penting untuk menjaga
indra kebebasan si anak dan secara langsung akan mengajarkan anak mengenai halhal positif serta bisa fokus terhadap pilihannya.
12. Menghindari penggunaan sindiran yang tajam. Kata-kata sindiran dan teriakan saat
7. Berlakulah sebagaimana anda ingin anak anda bertingkah laku, karena orang tua
merupakan contoh nyata terdekat yang dapat di tiru oleh anak-anaknya.
8. Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. Anak yang
membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa
ditentukan. Jadi orangtua harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari
sang anak dan cara menentang anak yang selalu tidak bisa diprediksi.
9. Menghindari memberikan argumen balik ke anak. Hal ini bisa memicu timbulnya
masalah, kadang anak pembangkang menemukan argumen yang bisa memicu
orangtua untuk memberikan argumen balik. Sebaiknya orangtua cukup mengatakan
bahwa "Saya sangat mencintaimu untuk melakukan argumentasi denganmu, dan kita
akan berbicara kembali setelah merasa tenang".
10. Fokus tentang apa yang harus dilakukan. Untuk itu hindari pernyataan yang tidak
bisa dikontrol oleh orangtua. Jika ingin menyuruh anak mengerjakan tugas sekolah,
orangtua bisa mengatakan "Tugas sekolah lebih penting untuk dikerjakan sebelum
menonton televisi, jika tidak mau mengerjakan tugas maka televisi akan dimatikan".
11. Jika orangtua mulai kehilangan kendali, ambilah sedikit waktu untuk menenangkan
diri. Berseteru dengan anak sendiri bisa menghabiskan energi tersendiri. Jika orangtua
tidak tenang dan tidak bisa mengontrol diri, maka perseteruan tersebut bisa melukai
orangtua dan anak itu sendiri.
12. Orangtua harus tetap mempertahankan sikap positif. Konsekuensi yang harus
diberikan adalah mengajarkan anak untuk memikirkan dampak dari sikapnya tersebut
terhadap kehidupan dan hubungannya dengan siapapun. Hal ini penting untuk menjaga
indra kebebasan si anak dan secara langsung akan mengajarkan anak mengenai halhal positif serta bisa fokus terhadap pilihannya.
13. Menghindari penggunaan sindiran yang tajam. Kata-kata sindiran dan teriakan saat
berseteru bisa membahayakan hubungan antara orangtua dengan anak.
14. Cobalah memberikan penghargaan yang positif saat anak mau mendengarkan katakata orangtuanya. Dengan pemberian hadiah tersebut bisa menjadi awal untuk
membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.
15. Bersikap tenang dan introspeksi.
Tak perlu menanggapi sikap menentang anak dengan spontan, reaktif, dan tergesa-