Anda di halaman 1dari 11

TIPS MENGHADAPI ANAK PEMBANGKANG

Diposting oleh Deden heryana pada 00:23, 07-Nov-14


Di: Anak Anak , Keluarga Sakinah , Psikologi , Tips Dan Trik

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Anak-anak prasekolah sebenarnya sudah diajarkan mengenai aturan dan norma
norma secara konsisten dan mereka sedikit banyak sudah memahaminya. Namun
ingat, penanaman aturan dan norma bukanlah proses yang singkat. Ada saja kendala
yang menghadang, termasuk ngeyel dan membangkang untuk tidak mematuhi
aturan/norma yang ada.
Tentu saja ada saatnya sesekali anak tidak patuh kepada orang tua, guru, pelatih, atau
pengasuhnya. Namun biasanya sebuah tatapan yang keras atau teguran yang tegas
sudah cukup untuk mengubahnya. Ada beberapa hal yang menjadi tanda bahaya
bahwa anak Anda telah memasuki kategori "pembangkang" :
1. Tidak hormat.
Anak pembangkang bersikap kasar dan sangat tidak sopan.
2. Mementingkan diri sendiri dan buta terhadap perasaan orang lain.
3. Berjuang untuk mengendalikan.
Seorang anak pembangkang akan menetapkan bahwa dirinyalah yang berwenang,
melawan wibawa orang tua untuk dapat melakukan segala sesuatu sesuai
keinginannya tanpa berhenti.
Sikap dan perilaku membangkang anak bukanlah hal yang akan hilang dalam semalam.

Anda membutuhkan pendekatan khusus untuk hal ini. Anda tidak hanya harus
mengubah anak, tetapi Anda juga harus bersedia mengubah respons Anda sendiri
terhadap anak. Ini membutuhkan komitmen, kesabaran, dan usaha keras, tetapi ini
akan menjadi salah satu upaya paling penting dalam membesarkan anak. Membantu
anak mengurangi pembangkangan tidak hanya akan memperbaiki hubungan Anda dan
kehidupan keluarga, namun juga memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
anak untuk dapat berhasil dalam dunia sosial, sekarang dan di masa yang akan datang.
Tanda-tanda Anak Pembangkang:
1. Tidak fleksibel, sangat keras kepala, tidak mau mengalah.
2. Tidak mau melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
3. Tidak patuh.
4. Mempertanyakan atau menentang wibawa dan kewenangan orang tua.
5. Mudah marah, mengamuk, sering berteriak.
6. Mudah tersinggung, mudah terusik, terlalu peka.
7. Mendebat dan tidak mau menerima kekuasaan orang tua.
8. Mau menang sendiri.
9. Tidak mau mengakui kesalahan.
10. Kasar dan tidak memiliki rasa hormat.
Cari pola perilaku pada anak, tidak hanya pada satu waktu saja. Jika anda melihat
perilaku-perilaku ini sering berulang, itulah saatnya untuk bertindak. Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak yang suka membangkang. Gali lebih dalam.
Pembangkangan, sikap kasar dan tidak hormat tidak boleh dibiarkan. Namun bukan
berarti Anda tidak perlu berusaha memahami mengapa anak bersikap demikian.
Banyak penyebab sikap membangkang.
Beberapa di antaranya yang paling sering terjadi adalah:
Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan anak sulit diatur dan membangkang.
Misal :
1. Cari perhatian
Bisa jadi karena dia merasa kurang diperhatikan oleh Anda sebagai orang tuanya,
anak-anak melampiaskannya denganmembangkang perintah Anda. Tentu saja hal ini
akan membuat anda jengkel dan 'sesaat' memperhatikannya.

2. Power Seeking
Maksudnya adalah anak ingin menang dari ortunya.Tujuannya agar keinginannya
dipenuhi. Misalnya dengan mengancam orang tua.Bisa jadi ini terbentuk karena orang
tua yang suka mengancam dulu. Dalam hal ini orang tua tidak boleh kalah.Harus bisa
mengendalikan anaknya. Tapi tidak boleh secara diktator
3. Balas Dendam
Bisa saja pembangkangan yang dilakukan anak adalah hasil dari rasa sakit yang
diakibatkan orang tuanya.Sering dimarahi atau bahkan disiksa.
4. Putus Asa dan tidak percaya diri
Anak yang sering dimarahi, sedikit-sedikit dikritik atau dikatai bodoh dan sebagainya
akan menjadi anak yang tidak percaya diri dan berusaha menutupinya dengan
melawan.
5. Tidak disiplin.
Apakah cara mendidik anak yang Anda terapkan terlalu keras sehingga anak
memberontak, ataukah terlalu lunak sehingga dia bisa lolos dengan sikap
membangkangnya, atau cara mendidik anak Anda tidak konsisten sehingga anak
bingung?
6. Hubungan yang retak.
Apakah ada perpecahan dengan orang tua tertentu? Apakah Anda kekurangan waktu
untuk bersama dengan anak? Apakah anak merasa tidak dicintai atau tidak dihargai?
7. Rasa kesal dan iri.
Mungkinkah anak merasa iri terhadap saudara, teman sebaya, atau hubungan Anda
dengan pasangan?
8. Perasaan tidak cukup.
Mungkinkah dia membangkang untuk menutupi keyakinan dirinya yang rendah, merasa
memiliki kekurangan, atau merasa bahwa dia tidak cukup baik?
9. Cemas atau stres.
Apakah ada tekanan berat bagi anak bahwa dia harus pintar, harus berprestasi, dan
sebaginya? Apakah jadwalnya padat sehingga anak tidak memiliki waktu luang?
10. Tuntutan yang tidak adil.
Mungkin tuntutan Anda tidak realistis atau tidak adil? Apakah tuntutan Anda sesuai

dengan tingkat perkembangan anak Anda?


11. Perlakuan kekerasan.
Apakah anak Anda diperlakukan secara tidak pantas? Pernahkah dia mengalami
kekerasan verbal atau fisik?
12. Meniru.
Apakah dia meniru sikap seseorang? Tanyakan pada orang lain. Mintalah masukan dari
orang-orang yang peduli pada anak Anda, seperti kakek nenek, pengasuh, guru, atau
pelatihnya. Menurut mereka, mengapa anak Anda begitu pembangkang? Amati
bagaimana anak anda berinteraksi dengan orang dewasa lainnya. Apakah ada orang
dewasa yang direspon anak Anda tanpa sikap membangkang? Jika ada, analisis
bagaimana cara mereka merespon dan cara mereka meminta kepada anak Anda.
Adakah yang bisa Anda pelajari? Mungkin Anda bisa meniru respon orang tersebut
menjadi bentuk respon baru Anda terhadap anak.
13. Identifikasi pemicu pembangkangan.
Temukan hal-hal yang menjadi pemicu sikap membangkang anak Anda. Apakah anak
menolak untuk melakukan semua hal yang Anda minta, atau hanya hal-hal tertentu
saja? Anak-anak biasanya menurut dengan permintaan orang tua yang dia sendiri bisa
menikmatinya. Bijaksanalah dalam bertengkar. Anak-anak pembangkang cenderung
mengubah segala hal menjadi perebutan kekuas;aan yang berujung pada
pertengkaran. Anda harus selektif memilah masalah yang Anda rasa penting (sekolah,
PR, minum obat, akhlak, dsb.) dan membiarkan masalah yang tidak begitu penting
(makan sayur, atau membereskan tempat tidur, dsb). Adakah yang bisa Anda hilangkan
dari daftar pertengkaran yang parah? Apakah pertengkaran itu disebabkan oleh cara
Anda meminta anak untuk menurut? Tujuan utama Anda adalah mengurangi
pembangkangan dan menjadikan anak menurut.
Salah satu cara untuk dilakukan adalah :
1. Menyeleksi pertengkaran Anda dengan anak secara bijaksana.
Daripada berusaha mengubah semua perilaku (dan akhirnya hanya sedikit yang
berhasil), lebih baik prioritaskan pada masalah yang paling penting (misalnya
menghilangkan umpatan atau makian).
2. Introspeksi diri.

Mungkinkah anak Anda belajar cara membangkang dari Anda? Misalnya, apakah Anda
memaksakan suatu hal kepada anak seperti Anda melakukannya kepada teman-teman
Anda? Apakah Anda menolak mendengarkan permintaan keluarga ketika
bernegosiasi/bermusyawarah di rumah? Apakah Anda menginginkan semua peraturan
dipatuhi tanpa kecuali? Apakah Anda terlalu menuntut atau terlalu mengendalikan?
Intinya adalah: Apakah Anda menampilkan sikap yang Anda inginkan untuk ditiru anak
Anda?Anak-anak sedang meniru. Maka hati-hatilah!
3. Ingat-ingatlah respon Anda akhir-akhir ini.
Bagaimana Anda menyampaikan permintaan kepada anak? Apakah Anda menyatakan
permintaan dengan nada yang tenang dan menghargai, atau dengan berteriak,
memaksa atau mengancam? Apakah Anda bersikap santun dan menunggu anak
dengan sopan? Apakah Anda menuntut kepatuhan atau bersedia mendengarkan
permintaan anak?
4. Tekankan Peraturan Emas ini:
"Perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan."Ajarkan pada anak untuk
menanyakan pada diri sendiri sebelum dia melakukan sesuatu hal, "Apakah kamu mau
diperlakukan seperti itu?"
5. Pengalaman dari Orang Tua
Setiap masalah kecil dengan anak saya yang berusia 12 tahun berubah menjadi
perdebatan besar. Dia ingin mengendalikan. Saya akhirnya menyadari saya
memperparah perilakunya dengan balik berteriak membentaknya. Trik saya kemudian
adalah menyampaikan satu kali dengan tenang dan terus mengulanginya setiap kali dia
menentang saya. Saya katakan, "Maaf, tetapi memang harus begitu." Atau, "Mama
mengerti, tetapi begitulah peraturannya." Sebenarnya tujuannya adalah agar tidak
didebat dan terjadi pertengkaran. Saya tahu ternyata saya melakukan hal yang benar
ketika dia mengatkakan, "Ada apa dengan Mama? Mama sudah berubah."
Perbedaannya adalah: saya tidak terpancing untuk berteriak balik, sehingga dia tidak
bisa menang, karena kami tidak berperang. Bagaimana mungkin dia memenangkan
perang yang tak pernah terjadi?
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
,

1. Rubah sikap anda dan beri contoh yang baik kepada anak
2. Jangan mudah marah kepada anak.
Nasehati dengan halus dan jangan membenkitak-bentak
3. Cukup cela perilakunya tetapi jangan cela dirinya
4. Buat aturan bersama anak dan konsekuensinya
5. Bersabarlah ketika anak melakukan kesalahan yang sama berkali-kali
6. Jangan bilang 'jangan' tetapi rubah kata-kata Anda menjadi sebuah anjuran
7. Beri pujian yang tulus saat dia meraih suatu prestasi atau berbuat baik.
Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. Anak yang
membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa
ditentukan. Jadi orangtua harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari
sang anak dan cara menentang anak yang selalu tidak bisa diprediksi.
8. Menghindari memberikan argumen balik ke anak. Hal ini bisa memicu timbulnya
masalah, kadang anak pembangkang menemukan argumen yang bisa memicu
orangtua untuk memberikan argumen balik. Sebaiknya orangtua cukup mengatakan
bahwa "Saya sangat mencintaimu untuk melakukan argumentasi denganmu, dan kita
akan berbicara kembali setelah merasa tenang".
9. Fokus tentang apa yang harus dilakukan. Untuk itu hindari pernyataan yang tidak
bisa dikontrol oleh orangtua. Jika ingin menyuruh anak mengerjakan tugas sekolah,
orangtua bisa mengatakan "Tugas sekolah lebih penting untuk dikerjakan sebelum
menonton televisi, jika tidak mau mengerjakan tugas maka televisi akan dimatikan".
10. Jika orangtua mulai kehilangan kendali, ambilah sedikit waktu untuk menenangkan
diri. Berseteru dengan anak sendiri bisa menghabiskan energi tersendiri. Jika orangtua
tidak tenang dan tidak bisa mengontrol diri, maka perseteruan tersebut bisa melukai
orangtua dan anak itu sendiri.
11. Orangtua harus tetap mempertahankan sikap positif. Konsekuensi yang harus
diberikan adalah mengajarkan anak untuk memikirkan dampak dari sikapnya tersebut
terhadap kehidupan dan hubungannya dengan siapapun. Hal ini penting untuk menjaga
indra kebebasan si anak dan secara langsung akan mengajarkan anak mengenai halhal positif serta bisa fokus terhadap pilihannya.
12. Menghindari penggunaan sindiran yang tajam. Kata-kata sindiran dan teriakan saat

berseteru bisa membahayakan hubungan antara orangtua dengan anak.


13. Cobalah memberikan penghargaan yang positif saat anak mau mendengarkan katakata orangtuanya. Dengan pemberian hadiah tersebut bisa menjadi awal untuk
membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.
Mengatasi Anak Pembangkang;
1. Terlalu banyak larangan akan kegiatan yang anak-anak lakukan. Anak-anak
seringkali bermain dengan imajinasi mereka, seperti main rumah-rumahan, sekolahsekolahan, masak-masakan dll. Jika hal tersebut dilarang, itu sama dengan
membelenggu kreatifitas si anak. Disamping itu dengan kita memaksakan sesuatu yang
sebenarnya tidak disukai anak, pemaksaan seperti itu jika tidak segera dihentikan akan
membuat anak menjadi pembangkang karena mereka merasa tidak sesuai dengan
kemauan mereka.
2. Sering kali tanpa disadari orang tua tidak konsisten dengan apa yang di ucapkan.
Suatu kali anak dilarang untuk melakukan satu kegiatan, dilain waktu orangtua
membiarkan si anak melakukannya. Di saat orang tua melarangnya lagi maka anakanak akan mengabaikan larangan anda tersebut.
3. Orang tua memberikan perintah di luar kemampuan anak. Di saat anak merasa tidak
mampu namun ia harus melakukan perintah orangtua, saat itulah akan timbul
kekesalan kepada orangtuanya yang pada akhirnya akan membuat anak mengabaikan
perintah dan jadilah anak tersebut anak pembangkang.
4. Meminta anak melakukan suatu pekerjaan dengan bahasa yang keras/kasar. Bukan
tidak mungkin anak tidak terima dengan cara kita menyuruh mereka sehingga mereka
menolak melakukannya. Cobalah dengan kalimat yang lebih halus, ucapkan tolong dan
akhiri dengan terima kasih sambil tersenyum.
5. Pada saat anak anda mulai berulah, cobalah untuk mengalihkan perhatian kita pada
hal lain. Menjauhlah sementara darinya, tarik nafas panjang berulang-ulang sampai
anda merasa cukup tenang untuk berhadapan lagi dengannya. Alihkan perhatian anak
dengan menyanyikan lagu kesukaannya atau mengucapkan kata-kata lucu yang
biasanya mampu merubah suasana hatinya.
6. Ajaklah ia pindah dari ruang dimana konflik antara anda dan dia terjadi, pindah
tempat mampu mengalihkan perhatian anak beralih.

7. Berlakulah sebagaimana anda ingin anak anda bertingkah laku, karena orang tua
merupakan contoh nyata terdekat yang dapat di tiru oleh anak-anaknya.
8. Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. Anak yang
membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa
ditentukan. Jadi orangtua harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari
sang anak dan cara menentang anak yang selalu tidak bisa diprediksi.
9. Menghindari memberikan argumen balik ke anak. Hal ini bisa memicu timbulnya
masalah, kadang anak pembangkang menemukan argumen yang bisa memicu
orangtua untuk memberikan argumen balik. Sebaiknya orangtua cukup mengatakan
bahwa "Saya sangat mencintaimu untuk melakukan argumentasi denganmu, dan kita
akan berbicara kembali setelah merasa tenang".
10. Fokus tentang apa yang harus dilakukan. Untuk itu hindari pernyataan yang tidak
bisa dikontrol oleh orangtua. Jika ingin menyuruh anak mengerjakan tugas sekolah,
orangtua bisa mengatakan "Tugas sekolah lebih penting untuk dikerjakan sebelum
menonton televisi, jika tidak mau mengerjakan tugas maka televisi akan dimatikan".
11. Jika orangtua mulai kehilangan kendali, ambilah sedikit waktu untuk menenangkan
diri. Berseteru dengan anak sendiri bisa menghabiskan energi tersendiri. Jika orangtua
tidak tenang dan tidak bisa mengontrol diri, maka perseteruan tersebut bisa melukai
orangtua dan anak itu sendiri.
12. Orangtua harus tetap mempertahankan sikap positif. Konsekuensi yang harus
diberikan adalah mengajarkan anak untuk memikirkan dampak dari sikapnya tersebut
terhadap kehidupan dan hubungannya dengan siapapun. Hal ini penting untuk menjaga
indra kebebasan si anak dan secara langsung akan mengajarkan anak mengenai halhal positif serta bisa fokus terhadap pilihannya.
13. Menghindari penggunaan sindiran yang tajam. Kata-kata sindiran dan teriakan saat
berseteru bisa membahayakan hubungan antara orangtua dengan anak.
14. Cobalah memberikan penghargaan yang positif saat anak mau mendengarkan katakata orangtuanya. Dengan pemberian hadiah tersebut bisa menjadi awal untuk
membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.
15. Bersikap tenang dan introspeksi.
Tak perlu menanggapi sikap menentang anak dengan spontan, reaktif, dan tergesa-

gesa. Bersikaplah tenang dalam menghadapinya. Pahami latar belakang yang


menyebabkan anak membangkang serta kondisi psikologis dan tugas perkembangan
anak usia ini. Orangtua perlu introspeksi terhadap perilaku tidak patuh anak. Misal,
inkosistensi, aturan terlalu kaku, konsekuensi berlebihan, kurang apresiasi, dan
sebagainya.
16. Hindari melabel.
Tak sedikit orangtua menjuluki anak yang kerap protes dengan anak nakal, bandel,
pembangkang atau menyindirnya dengan kata-kata tajam yang sesungguhnya dapat
melukai perasaan anak. Pada saat itu biasanya muncul pernyataan,Maunya kamu ini
apa sih, kok sama orangtua tidak nurut? Bisa-bisanya kamu menentang orangtua.
Kata-kata seperti ini bisa merenggangkan hubungan orangtua dengan anak.
17. Ciptakan suasana menyenangkan.
Caranya dengan mengganti ucapan yang bernada perintah/paksaan menjadi sebuah
ajakan. Dengan bahasa ajakan yang halus, anak akan lebih mendengarkan dan
senang melakukan apa yang menjadi keinginan orangtua. Ia pun merasa nyaman
karena tidak merasa dipaksa. Cara yang lembut akan membuat anak merasa orangtua
mencintainya dan menganggap dirinya sebagai seseorang yang spesial. Dari situ anak
termotivasi melakukan yang terbaik untuk orangtuanya.
18. Ajak anak berbicara.
Bila anak merasa tak diperhatikan, ajaklah ia mengobrol. Posisikan sejajar, duduk
bersama di sofa atau di teras rumah, dengarkan apa pun topik yang ia bicarakan.
Tanggapi dengan baik sehingga ia merasa diperhatikan kembali. Biasakan untuk
mengajak anak boerdialog sejak kecil, meski perkembangan bahasanya masih
terbatas. Umpama, anak menolak permintaan orangtua, tanyakan mengapa ia tidak
mau, pancing jawabannya lalu coba arahkan bagaimana seharusnya. Terlebih di usia
prasekolah, umumnya penolakan anak disertai dengan alasan, Aku enggak mau
makan. Sayurnya pahit.
19. Hindari ancaman/paksaan.
Selain membuatnya makin menolak, anak pun jadi belajar bahwa segala hal bisa
diselesaikan dengan ancaman/paksaan, bukan dengan dialog dan saling
mendengarkan.

20. Instruksi yang jelas.


Bila kita memberikan instruksi atau aturan tertentu pada si prasekolah, utarakan dengan
jelas, gunakan kata-kata yang sederhana, dan tidak otoriter. Anak mungkin merasa
jenuh kalau kita mengatakan sesuatu panjang lebar, apalagi diulang-ulang dan terkesan
menyuruh-nyuruh.
21. Cari saat yang tepat.
Hindari memberikan perintah pada saat dan kondisi anak yang tidak tepat, umpama
sedang capek, lapar atau mengantuk, karena bisa dipastikan akan melahirkan
pemberontakan atau membantah. Permintaan pada anak sebaiknya disampaikan
dalam kondisi anak tenang, santai, dan ceria.
22. Pilihan terbatas.
Misal, anak tidak mau segera tidur, orangtua bisa menggunakan kata, Adek mau gosok
gigi dulu atau ganti baju dulu baru tidur? Dengan begitu anak merasa dilibatkan saat
pengambilan keputusan. Tak kalah penting, fokus tentang apa yang harus dilakukan.
Misal, jika ingin menyuruh anak membereskan mainan, fokuslah pada masalah itu,
Membereskan mainan lebih penting untuk dikerjakan sebelum menonton teve. Jika
tidak mau membereskan mainan, maka teve akan dimatikan. Yang pasti, pesan yang
ingin disampaikan harus jelas, sederhana dan tidak otoriter. Sekali lagi, anak akan
merasa bosan jika orangtua selalu membahas hal yang sama berulang-ulang dan
terlalu panjang.
23. Jadilah contoh.
Orangtua menjadi role modelbagi si prasekolah. Tak hanya menyuruh anak
membereskan mainan, tapi mencontohkan bagaimana kerapian di rumah harus dijaga.
Bagaimana ayah-ibu selalu membereskan seprai tempat tidur setelah bangun, menata
sepatu di raknya kembali dengan baik, dan lainnya. Dengan sering melihat contoh dari
orangtua, lebih mudah bagi anak untuk menurut saat diminta melakukan sesuatu.
24. Reward and punishment.
Penghargaan (reward) diberikan saat anak mau mendengarkan kata-kata orangtua dan
melakukannya. Penghargaan tidak harus bersifat fisik. Justru reward yang bersifat
emosional (seperti pujian dan ekspresi cinta dari orangtua) jauh lebih berarti buat anak.
Penghargaan yang diberikan orangtua dapat menjadi awal dalam membangun

hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.


Akan halnya hukuman, sebaiknya diubah menjadi konsekuensi negatif. Lakukan
negosiasi dengan anak tentang konsekuensi yang diterapkan jika anak tidak mau
mengikuti suatu aturan/norma. Contoh konsekuensi adalah hari Minggu si prasekolah
tidak ikut pergi bertamasya, bermain lebih sebentar, atau tidak boleh bermain dengan
mainan kesukaan anak dalam waktu tertentu.
Bila dengan upaya-upaya di atas, anak masih ngeyel atau membangkang, harap selalu
diingat, tak ada proses penanaman nilai yang bersifat instan. Tetaplah bersabar dan
jangan berputus asa untuk mengoreksi perilaku anak dengan cara-cara positif seperti
yang disarankan di atas. Kabar yang menggembirakan, kepatuhan anak akan
men,ingkat sejalan dengan perkembangan moral dan usianya.Menghadapi si
pembangkangmembutuhkan usaha keras dan telaten.
Referensi :
- duniaanak.org
- panduanparenting.blogspot.com
-Tabloid-nakita
-eHow , Kamis (24/9/2009)
- health.detik.com

BAHAYA JUNK FOODDASAR DASAR MENYUSUI


Komentar

Anda mungkin juga menyukai