Anda di halaman 1dari 6

MamaTolongAku Takut dengan Gelap!!! MamaAku memang Anak Bodoh!!!

-Teknik Komunikasi sebagai bentuk aplikasi HypnoparentingOleh: Cindy Armila Purwatno, S.Psi, MCH,CG,CHt Sebagai: Professional Choach, Professional of Clinical Hypnotherapy, Spiritual Enhancement, dan Konsultan

Saat anda melihat judul diatas, kira-kira apa yang ada dipikiran Anda? Apa dan siapa yang membuat anak menjadi seperti itu? Bagaimana cara mengatasinya? Mari kita bahas satu per satu. Sekilas minggu lalu tanggal 18-09-2011 di kolom visit koran Radar Jogja saya menulis sebuah artikel tentang aplikasi Hipnoterapi untuk orang tua. Pada intinya Hypnoparenting sebagai bekal orang tua ketika berkomunikasi dengan anaknya agar anak merasakan kenyamanan. Intinya semua tergantung pada sebuah komunikasi. Fakta yang Terjadi Percaya atau tidak, bahwa orang tua kita adalah seorang ahli hypnosis paling hebat sedunia? Saya sebagai ahli Hipnoterapi masih kalah jauh. Hampir setiap seorang anak di hypnosis oleh orang tuanya dari bangun tidur hingga malam menjelang tidur. Wajar saja karena tiap waktu yang namanya orang tua pasti berkomunikasi dengan anaknya. Menjadi tidak wajar ketika si anak di beri sugesti-sugesti negative sehingga anaknya menjadi seperti sekarang ini. Peran orang tua terhadap anak sangat penting. Contoh paling gampang ketika kecil kita sering di takut-takuti oleh orang tua di tempat yang gelap sehingga anak menjadi takut gelap. Ada orang tua yang emosi terhadap tingkah laku anaknya kemudian mengatakan Dasar anak bodoh!. Ada juga orang tua yang terlalu protektif dan sering melarang anaknya sehingga anak menjadi cemas atau mungkin tidak percaya diri. Mengapa bisa terjadi? Lihat pada paragraf berikut. Seorang filsuf Inggris bernama John Locke dalam konsepnya tentang tabula rasa menyatakan, semua pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat indranya. Pada waktu manusia

dilahirkan, jiwanya kosong bagaikan sehelai kertas putih yang tidak tertulisi. Segalagalanya yang tertulis pada helai kosong tadi akan tertulis oleh pengalaman-pengalaman dari kecil melalui alat pancaindranya. Perlu hati-hati sekali dalam memberikan sebuah informasi terhadap anak. Karena pancaindra adalah gerbang masuk dimana anak menangkap apa yang segalanya ia tangkap dan masuk ke pikiran bawah sadar si anak.

Gambar

Penjelasannya adalah sebagai contoh anak berada ditempat gelap, kemudian ibunya melarang dan mengatakan: Awas! Nanti ada hantu lho..hiiiiii takuuuut. Perkataan si Ibu tersebut sebagai sebuah satu informasi yang ditangkap oleh anak. Lalu si anak menjadi kaget dan bengong. Namanya juga anak kecil belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah ya tetap ngikut saja apa yang dikatakan orang tuanya. Munculah sebuah rasa emosi yaitu perasaan kaget. Kemudian dilakukan secara berulang-ulang, jadi setiap si anak menuju ke tempat gelap, ibunya selalu mengatakan: Awas! Nanti ada hantu lagi. Hiiiiiii takut ah!. Maka timbul yang namanya sebuah ide atau gagasan bahwa setiap kali aku pergi ke tempat yang gelap maka aku sangat takut dan ditempat yang gelap pasti berhantu. Informasi yang diterima masuk ke subconscious (pikiran bawah sadar) si anak. Itulah mengapa anak-anak bahkan ada orang yang sampai dewasa pun masih takut pergi ketempat gelap. Orang tua perlu introspeksi diri apakah peran kita sebagai orang tua sudah tepat ketika berkomunikasi dengan anak kita? Silakan Anda renungkan sendiri. Di pikiran seorang ibu atau ayah sering muncul pikiran Orang tua mana sih yang menginginkan

anaknya gagal? Semua orang tua pasti ingin anaknya menjadi orang yang sukses. Tapi pada kenyataanya cara penyampainya yang kurang tepat sehingga terjadi penolakkan dan konflik terhadap anak dengan orang tuanya. Menghipnosis Anak itu Mudah Tanpa kita sadari fenomena hipnosis terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mau tau seperti apa? Tidak usah jauh-jauh, kita lihat saja ketika seorang anak sedang menikmati acara televisi kesukaanya kemudian orang tuanya mengajak bicara. Ternyata anak itu tidak memperhatikan apa yang di bicarakan oleh orang tuanya dan bahkan tidak peduli dengan kondisi di sekitarnya. Contoh kedua adalah seorang anak yang sedang membaca buku cerita hingga terhanyut oleh buku cerita tersebut, maka ketika kita memanggil, dia tidak mendengarkan suara kita. Dalam kondisi seperti contoh diatas, orang tua tidak menyadari bahwa anak kita sedang terhipnosis oleh tayangan televisi dan buku cerita. Nah, kondisi inilah yang disebut trance (fokus terhadap sesuatu). Trance adalah fenomena alamiah dan normal dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya anak mudah dihipnosis. Bagaimana cara menghipnosis seorang anak? Simple saja, tidak perlu pusing. Ok saya akan memberikan tips atau metode yang sangat mudah. Pertama, anak di jadikan teman bicara. Ajaklah anak anda untuk komunikasi. Kedua, berkomunikasilah dengan anak baik verbal maupun non verbal. Ketiga, masukkan sugesti-sugesti positif tanpa kentara (tanpa diketahui oleh anak). Keempat, dapat dilakukan sehari-hari, kapanpun, dimanapun dan dalam situasi apapun. Kelima, bisa dilakukan oleh siapa saja, terutama oleh orang tua (tidak harus dengan seorang ahli hipnotis). Dalam hypnoparenting, metode ini disebut dengan konsep hipnoterapi modern yaitu dengan cara indirect (secara tidak langsung/mengalihkan).

Pada dasarnya anak-anak masih di dominasi oleh pikiran bawah sadarnya, sehingga kita tidak memerlukan sesi khusus untuk mengaksesnya. Untuk menunjang keberhasilan pada metode indirect ini orang tua tidak perlu skill (keahlian) secara khusus. Cukup hanya dengan kepandaian cara berkomunikasi dengan anak. Teknik Komunikasi dalam Hypnoparenting
1. Ekspresi Antusias

Mari kita belajar dari pengalaman masa lalu. Di kala kita orang tua (mungkin karena lelah, banyak beban kerja dsb) lalu ekspresi kita tegang bahkan nampak marah, pleasera buatlah diri kita tenang lebih dahulu. Biasakan di depan anak kita, kita pancarkan wajah ceria dan antusias. Wajah gembira ini sangat membantu anak untuk gembira juga. Mengapa ini penting? Saat wajah orang tua tidak menyenangkan (red: kusut) anak merasakannya. Jangan heran dia juga mengikuti gaya kita. Sebaliknya: saat kita ceria dan antusias, maka anakpun senantiasa antusias seperti kita. Tetaplah berwajah antusias buat anak-anak anda. 2. Dibutuhkan pilihan kata yang tepat. Beberapa contoh komunikasi terapeutik

orang tua dengan anaknya: Hindari: Kamu BELUM membereskan buku

Lebih baik: BERESKAN bukumu, SEKARANG Hindari: Kamu AKAN menjadi anak yang rajin

Lebih baik: Kamu anak yang rajin Hindari: Aldi, besok kamu mau ikut bunda pergi, enggak?

Lebih baik: Aldi. Besok ikut bunda pergi khan? Hindari: Kamu seharusnya jangan malas belajar, dong!!!

Lebih baik: Kamu mampu belajar ...dengan rajin, nak Hindari: Kamu kok lupa sih?

Lebih baik: Apa yang kamu ingat? Hindari: KENAPA kamu tidak mengerjakannya?

Lebih baik: APA YANG MEMBUAT kamu DIAM saja? Hindari: Cepat bangun, nanti kesiangan lagi seperti kemarin

Lebih baik: Cepat bangun, SUPAYA bisa lebih pagi daripada kemarin Hindari: Bunda kecewa lho dengan hasil ulanganmu

Lebih baik: Bunda tahu kamu merasa kecewa dengan hasil ulanganmu, bunda JUGA tahu kamu merasa kecewa

3.

Orang tua jangan sungkan minta maaf pada anak

Salah satu hal yang paling dihindari orang tua adalah minta maaf pada anaknya. Pernahkah orang tua yang baru saja menghukum anaknya (mungkin dengan keras) meminta maaf pada anaknya? Saya yakin jarang terjadi. Padahal ketika kita meminta maaf pada anak ada 2 hal terjadi sekaligus. Pertama: anak tidak merasa dipojokkan dan ditekan orang tua. Kedua: anak langsung belajar, bahwa rendah hati dengan cara memaafkan meski kita sudah benar adalah perbuatan mulia dan indah. Rekonsiliasi (saling meminta maaf dengan kembali menjalin hubungan) perlu dibiasakan sejak anak masih kecil. Life is beautiful as you make it (hidup menjadi indah saat anda membuatnya indah). Demikian orang bijak mengatakan. Begitu pula dengan kehidupan keluarga kita. Keluarga dan anak-anak kita bertumbuh dengan indah, di kala kita mengkondisikannya

secara indah. Ketika anak dibesarkan dengan kekerasan fisik dan kekerasan kata-kata (bahkan kata-kata kotor) dari orang-orang yang mestinya membina dia, maka bisa dipastikan, anak bertumbuh menjadi seperti yang diajarkan padanya. Dalam hal ini, orang tua, para pendidik (guru, ustadz, dsb) mestinya meneladankan hal yang baik pada anaknya. Nara sumber: Ari wijaya, SS,MCH,CHt (Praktisi & Trainer Hipnoterapi-YHI-NPowerment) Ir. NSK Nugroho, MBA, MCH, CHt (Professional Hypnosis Trainer & Therapist) Didik Hermawan, SS, MCH, CHt (dalam bukunya Spiritual Hypnoparenting) Drs. Alex Sobur, M.Si. (dalam bukunya Psikologi Umum)

Anda mungkin juga menyukai