Anda di halaman 1dari 3

13/05/2010 SENI MENATA HATI

SENI MENATA HATI


Written by administrator
Friday, 17 April 2009 10:11

Majalah Pesona Juli 2007

Selama ini kita sering bingung mencari kunci menuju ikhlas yang dikatakan sebagai
“jalan menuju kebahagiaan”. Itulah mengapa kita selalu merasa gagal dan men-derita.
Hal inilah yang mendorong Erbe Sentanu (Nunu) lewat Katahati Insti¬tute, melakukan
perenungan dan penelitian selama bertahun-tahun untuk menguak misteri ikhlas. la pun
mengembangkan berba¬gai program transformasi diri untuk mengajak orang
menemukan jati dirinya.Perjalanan Nunu di dunia spiritualitas ini kemudian dituangkan
ke dalam sebuah buku berjudul Quantum Ikhlas. la menjabarkan konsep ikhlas ke dalam
bahasa sehari-hari sehingga mudah dicerna. Yang menarik, ia juga memperkenalkan
sebuah teknologi canggih untuk menemukan jalan pintas menuju ikhlas. Penasaran?
Silakan akses ke: www.quantumikhlas.com.
.....

‘Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran.’
Blaise Pascal - ilmuwan abad ke-17

Belakangan ini berita-berita di koran atau televisi sungguh menyeramkan dan me-
resahkan hati. Mulai dari kasus penganiayaan praja sebuah institut pendidikan, suami
yang membunuh istrinya, sampai ibu yang tega meracuni anaknya sendiri, lalu dia bunuh
diri. Apa yang sebenamya yang dialami oleh mereka itu, yang seolah kehilangan hati
nurani?

SULIT MERASAKAN PERASAAN


erbesentanu.com/…/59-seni-menata-h… 1/3
13/05/2010 SENI MENATA HATI
Berbagai permasalahan dan ketidakbahagiaan manusia zaman sekarang bersumber dari
emosi. Menurut Erbe Sentanu, pendiri lembaga transformasi diri Katahati Institute, salah
satu penyebab adalah karena mereka membiarkan diri disetir oleh akal (olak) sehingga
sulit memahami dan mengungkapkan emosi sendiri. Seperti kasus KDRT (kekerasan
dalam rumah tangga) yang dipicu oleh cemburu atau ledakan emosi marah. Sementara
seorang ibu dilanda depresi karena terlalu sering memendam perasaan, sehingga ia pun
bunuh diri dan tega membunuh anaknya sendiri.
Emosi selalu dianggap lemah dan cenderung diabaikan. Sejak kecil kita dididik di dalam
sistem yang lebih mengutamakan IQ (kecerdasan otak) daripada EQ (kecerdasan
emosi). Sementara dalam budaya Tiinur, ki¬ta diajarkan untuk ‘mengekang’ emosi, di
mana pria ti¬dak boleh menangis dan wanita harus pandai memen¬dam perasaan.
Semakin dewasa, ruang ekspresi itu pun kian terbatas karena kita dituntut untuk lebih
pandai mengendalikan emosi. Lama kelamaan, emosi kita pun menjadi semakin ‘lemah’.
Bahkan wanita yang semula dianggap lebih berperasaan dibanding pria, semakin mirip
pria yang sulit mengakui perasaannya.

Kehidupan yang super-sibuk dan ‘keras’ juga membuat wanita hams bersikap tegar.
Sehingga tanpa sadar kita pun terbiasa menekan perasaan. Dan, ketika emosi sedang
bergejolak, kita terbiasa mengalihkannya dengan membahas, ‘mengapa saya sedih,
seharus-nyakah saya marah’. Dengan kata lain, kita lebih sering memikirkan (di kepala)
perasaan ketimbang merasakannya (di dada).

MEMAHAMI EMOSI
Seperti halnya pikiran untuk dipikirkan, maka pera¬saan (emosi) untuk dirasakan.
Selama ini kita cende¬rung menafsirkan kata ‘mengendalikan emosi’ dengan
memendam atau mengekang emosi. Padahal sejatinya berasal dari emotion, dalam
bahasa Inggris, ‘e’ kependekan dari electromagnetic, berarti gelombang elektromagnetik
dan motion yang berarti gerakan. Jadi emosi adalah gelombang elektromagnetik yang
bergerak di dalam tubuh kita.

Karenanya, emosi memiliki beberapa sifat, antara lain:


» Tarik-menarik. la akan menarik segala hal yang sama sifatnya. Maka, jika kita memulai
hati dengan perasaan tidak enak, akan mengundang hal-hal yang tidak mengenakkan
pula. Begitu pula kalau kita selalu merasa sedih, akan cenderung menarik sesuatu yang
menyedihkan dan sulit menarik sesuatu yang bersifat bahagia.
» Selalu ingin bebas. Seperti sifat energi lainnya, emosi harus dilepas atau
diekspresikan. Kalau tidak dilepaskan (supress), ia akan ‘bersembunyi’ di dalam bawah
sadar kita dan terus aktif mencari celah untuk keluar. Manifestasinya bisa muncul dalam
berbagai gangguan fisik (migrain, maag, kanker, stroke), psikis (stres, depresi), bahkan
jiwa (psikopat).

KUNCINYA : IKHLAS
Kalau seorang pilot membutuhkan alat navigasi untuk mengendalikan pesawat sampai ke
tujuan, maka emosi dirancang supercanggih oleh Tuhan untuk menuntun kita pada
erbesentanu.com/…/59-seni-menata-h… 2/3
13/05/2010 SENI MENATA HATI
tujuan hidup, yaitu kebahagiaan.

Melalui emosi kita bisa mengetahui apakah kita masih berada di zona nafsu (yang
diliputi berbagai emo¬si negatif, seperti marah, takut, cemas) atau sudah berada di zona
ikhlas (diliputi oleh rasa nyaman, te¬nang, damai), di mana kita bisa menemukan
kebaha¬giaan sejati.

Namun karena kurang paham menggunakan ‘instrumen’ tersebut (emosi), kita mudah
lepas kendali dan terjebak di zona nafsu. Berbagai masalah timbul kare¬na kita
bertindak di saat hati masih dikuasai nafsu.

Mengendalikan emosi artinya bukan mengekang-nya, tapi justru melepaskannya. Namun


yang dilepas-kan di sini adalah nafsu. Agar terbebas dari emosi, ki¬ta tidak boleh lari
dari perasaan. Sebaliknya kita ha¬rus mau menerima dan menghadapinya dengan ikhlas.
Kondisi ikhlas hanya dapat dirasakan ketika otak (pikir-an) dan hati (perasaan) berjalan
selaras.

Berdasarkan studi, frekuensi otak, dan hati bisa bertemu pada gelombang alfa (bawah
sadar) atau ke¬tika tubuh dalam kondisi relaks seperti saat bermedi-tasi atau berzikir.
Dalam kondisi ini kita harus ‘berdia-log’ dengan hati untuk merasakan semua sensasi
emosi yang muncul. Jadi ketika kita sedang bersedih, jangan ditahan atau dihindari.
Sambutlah perasaan itu apa adanya dan biarkan hati Anda menjerit atau menangis-lah
sepuasnya sampai Anda merasa ‘plong’. Perasaan lega, tenang, dan damai inilah yang
menandakan kita sudah merasa ikhlas.

Untuk melakukannya, mungkin awalnya sulit. Tapi kalau kita rajin melatih ‘otot’ ikhlas
ini, lama-kelamaan akan semakin kuat dan bekerja secara otomatis. Jadi, apapun
masalah Anda, pastikan hati Anda dalam posisi ikhlas sebelum melangkah. Dijamin
segalanya terasa mudah dan hidup menjadi lebih happy.

Comments Search
Only registered users can write comments!
Powered by !JoomlaComment 3.26

erbesentanu.com/…/59-seni-menata-h… 3/3

Anda mungkin juga menyukai