Anda di halaman 1dari 8

Adi W Gunawan

9 jam
Beberapa waktu lalu saya kedatangan sepasang suami istri, berusia pertengahan 30an tahun, dari
luar kota dan membawa putra mereka berusia 10 tahun, kelas 4 SD, untuk saya terapi. Orangtua
ini ingin saya "menyembuhkan" anak mereka yang, menurut mereka, bermasalah karena sering
meledak (marah), tidak semangat belajar, kalau ada tugas sering tidak mau dikerjakan, tidak
percaya diri, sulit bergaul atau sosialisasi, dan masih banyak lagi.
Seperti biasa, saya berdiskusi dulu dengan kedua orangtua. Saya minta mereka untuk
menyampaikan ke saya apa sebenarnya masalah anak mereka. Biasanya, yang diisi di Intake
Form dengan yang disampaikan oleh orangtua di ruang terapi bisa berbeda atau bahkan lebih
banyak lagi.
Sebelum mereka menyampaikan apa yang diinginkan, hanya dengan melihat bahasa tubuh
mereka, saya langsung berujar, "Bapak dan ibu, saya lihat di rumah yang lebih dominan adalah
ibu. Ibu tipe orang yang perfeksionis, cenderung cemas, suka memikirkan hal-hal yang tidak
perlu, keras, cenderung atau sering memaksakan kehendak, tidak sabaran, merasa paling benar.
Sementara bapak, sebenarnya juga keras tapi mengalah karena terpaksa, daripada ribut dengan
istri. Benar seperti ini?"
"Benar sekali Pak. Tapi bagaimana Pak Adi bisa tahu?" tanya si suami, sementara si istri
tersenyum kaget.
"Mudah sekali. Saya terbiasa membaca dan melakukan analisis komunikasi baik dari bahasa
tubuh dan pilihan kata yang digunakan seseorang," jawab saya.
Sejenak intermeso yang cukup mengagetkan mereka, saya lanjut melakukan wawancara. Pada
sesi ini saya bertanya tentang pola asuh, kebiasaan yang berlaku di rumah, pola komunikasi
antara anak dan orangtua, kualitas relasi suami dan istri, pemahaman mereka mengenai proses
pendidikan keluarga yang baik dan benar, siapa yang bekerja, seberapa sering orangtua
berinteraksi dengan anak, apakah orangtua membantu anak belajar, dll...dll.
Setelah mendengar jawaban dari mereka, saya mendapat gambaran yang lebih jelas apa yang
menyebabkan anak mereka bermasalah. Saya sampaikan bahwa anak bermasalah adalah
cerminan apa yang terjadi dalam keluarga.
Ternyata, anak ini sangat jarang diberi pujian, perhatian, kasih sayang. Orangtua mengirim anak
ke sekolah dan berharap, lebih tepatnya menuntut, sekolah yang mendidik dan "membetulkan"
anak mereka. Mereka, lebih tepatnya si ibu, berdalih sudah bayar uang sekolah. Hmm... ini tipe
orangtua laudry, seperti yang saya tulis di buku Hypnotherapy for Children.
Mereka sangat sering menghukum anak. Alih-alih anak diberi pengertian, bimbingan, anak lebih
sering diberi "penghajaran" bukan "pengajaran" dan ini berlangsung sejak kecil. Anak dipukul,
dimaki, dikerasi, diancam. Salah satunya, saat anak mencoret-coret wajahnya di sekolah, saat
pulang di rumah, si ibu bukannya bertanya mengapa anak melakukan ini, tapi si ibu malah

mencoret-coret wajah anak dengan spidol. Tujuan si ibu adalah agar anaknya jera dan berhenti
melakukan hal ini.
Si ayah juga sering menakuti anak, misalnya anak naik ke tempat tinggi dan diminta turun tapi
tidak mau, dengan mengatakan si anak akan jatuh, lalu kepalanya pecah, keluar darah, otaknya
juga keluar tercecer, dan bisa mati. Bisa dibayangkan, saya yang mendengar cerita ini saja
merasa ngeri, apalagi si anak yang masih kecil. Intinya, anak dibesarkan dengan ancaman.
Saya sampaikan pada orangtua bahwa anak ini tidak punya rasa aman dalam dirinya akibat
tindakan orangtua kepadanya. Saya menerangkan apa saja ciri anak yang tidak merasa aman dan
semuanya dibenarkan, oleh mereka, ada pada diri anaknya.
Saya habiskan waktu 2 jam untuk beri konseling dan edukasi tentang apa yang anak butuhkan,
bagaimana menjadi orangtua yang baik, memahami kepribadian anak, cara kerja pikiran, langkah
perubahan seperti apa yang perlu dilakukan di rumah untuk membantu anak berkembang dan
masih banyak lagi. Saya juga berikan mereka buku-buku yang perlu dibaca.
Di akhir sesi, si Ibu bertanya, "Jadi, anak kita bisa berubah Pak?"
"Saya ralat Bu, bukan anak kita, tapi anak "kami". Bila Ibu menggunakan kata "kita" itu artinya
saya juga turut menjadi ayah dari anak ibu," jawab saya tersenyum sambil menambahkan, "Tentu
sangat bisa. Anda berdua, selaku orangtua, telah mencoba cara anda selama 10 tahun dan tidak
berhasil membentuk anak menjadi seperti yang anda harapkan. Sekarang, coba cara yang saya
sarankan dan lihat hasilnya dalam waktu satu atau dua minggu ke depan. Saya jamin, bila anda
berubah, anak pasti ikut berubah."
Saya juga sampaikan kepada orangtua, terutama si ibu, bahwa ia butuh terapi. Ibu ini
kecemasannya tinggi dan ini pasti memengaruhi keluarganya juga.
Sahabat, inilah masalah utama yang sangat sering saya jumpai. Anak bermasalah selalu berasal
dari orangtua bermasalah. Orangtua tidak tahu cara menjadi orangtua yang baik dan benar, tidak
mengerti cara mendidik anak, mereka menggunakan cara yang dipikir benar ternyata salah dan
justru berakibat buruk pada anak.
Ada sekolah menjadi dokter, akuntan, arsitek, dan yang lain. Tapi tidak ada sekolah menjadi
orangtua. Umumnya kita mendidik anak berdasar pengetahuan atau pengalaman yang kita
dapatkan dari kedua orangtua atau lingkungan.
Solusinya? Selaku orangtua, kita perlu banyak membaca buku tentang pendidikan anak, terus
belajar dan bertumbuh. Raising our children, raising ourselves.

Adi W Gunawan @Tri Wiyadi: Saya menggunakan FB sebagai sarana untuk


komunikasi saling memberdayakan, menguatkan, membelajarkan, bertumbuh dan

berkembang bersama. Itu sebabnya saya tidak pernah menggunakan FB untuk


membahas SARA dan politik.

Mengapa? Karena saya paham betul cara kerja belief (kepercayaan) yang ada di
pikiran bawah sadar (PBS). PBS mengendalikan 99% diri individu. Dengan demikian,
saat seseorang telah memutuskan "percaya" bahwa sesuatu itu benar atau salah
maka proses berpikirnya sepenuhnya dipengaruhi oleh kepercayaan ini. Dan ini
tidak bisa diperdebatkan. Semakin didebat, semakin "panas" karena belief
dikendalikan sepenuhnya oleh emosi.

Tentang hipnoterapis yang pernah belajar ke lembaga saya, apapun yang mereka
lakukan sepenuhnya adalah tindakan atas nama pribadi. Saya telah menghimbau,
baik saat pelatihan maupun melalui group Telegram, untuk bersikap netral dan
hanya memposting tulisan yang membangun dan bermanfaat.

Adi W Gunawan membagikan kiriman Yanah Sucintani.

Kemarin pukul 3:53


Frozen Memory .......
Yanah Sucintani
1 November pukul 4:32
Frozen Memories
Sebagai seorang hipnoterapis, saya juga manusia biasa, dan tentunya masih punya emosi apalagi
emosi yang muncul dari pengalaman masa lalu.
Saat saya menjadi bayi, anak-anak, remaja bahkan saat masih menjadi janin, tentu ada memori
tentang sebuah peristiwa. Itu sebabnya dulu saya memelajari beragam teknik untuk melepaskan
emosi.

Cerita berawal Jumat lalu, sebelum saya ke DAAI TV. Pagi hari ketika masuk ke dalam mobil
tiba-tiba saja saya merasa mual, saya pikir oh, karena saya belum makan. Maka bekal kue pie
yang saya bawa pun dimakan di mobil.
Sepanjang perjalanan, rasa mual ini tidak berhenti, malah sangat terasa, dan kepala terasa
berputar. Saya sedikit komplen kepada suami, "Kok bawa mobilnya ngga enak hari ini?" Tetapi
suami menjawab, "Biasa saja kok." Lalu saya diam dan berpikir ini kenapa ya, ada apa? Padahal
bangun pagi sehat-sehat saja.
Akhirnya tiba di DAAI TV dan saya menunggu di ruang rias. Sebungkus t**ak a***n sy minum
dengan air panas yang disediakan di sana.
Bukannya nyaman tapi kok malah dingin.
Akhirnya saya memutuskan untuk menenangkan diri dan melakukan pengamatan apa yang
terjadi?
Saya teringat saat akan keluar rumah, sempat membaca FB dan ada pertanyaan seorang teman,
yang sebenarnya biasa saja. Dan saat saya berpikir demikian, memori saya langsung
memunculkan gambar ingatan traumatik saat di SD kelas 4.
Mual semakin terasa dan akhirnya saya melakukan salah satu teknik cepat yang diajarkan di
kelas ERASE untuk P3K, dan setelah nyaman, saya berniat akan menyelesaikan hal ini, saat di
rumah nanti.
Singkat cerita, di rumah saat saya ingin menyelesaikan masalah ini dengan teknik ERASE,
teknik ini memungkinkan saya menggali memori yang lebih jauh lagi bahkan saat saya usia 1
bulan di dalam kandungan. Hmmm.. menarik yah? Kok bisa?
Ini bukan hanya saya yang mengalami demikian tetapi banyak sharing peserta workshop ERASE
juga mengalami hal yang sama. Bahkan di antara mereka sangat awam terhadap ilmu pikiran /
hipnoterapi, tapi bisa dengan mudah menerapkan teknik ini.
Saya melakukan prosedur lengkap ERASE hingga akhirnya emosi itu menjadi "biasa biasa saja".
Sebagai terapis yang membantu banyak klien, kurang pas rasanya jika saya tidak mempraktikkan
untuk diri sendiri, dan sepanjang pengalaman saya, dalam menggunakan teknik melepaskan
EMOSI, teknik ERASE efeknya sama jika dilakukan oleh saya ataupun oleh orang lain. Artinya
teknik ini sudah teruji.
Teknik ERASE adalah salah satu yang sering saya gunakan dan sarankan, bila ada permasalahan
yang berhubungan dengan emosi, karena sangat SIMPEL, AMAN, TANPA EFEK SAMPING,
DAN PRIVAT, TIDAK PERLU CERITA DENGAN ORANG LAIN, CUKUP DENGAN DIRI
SENDIRI...dan yang lebih penting TERUKUR dan TERSTRUKTUR.
ERASE punya BAROMETER dan UKURAN kapan pelepasan emosi terjadi. Sehingga bisa
mengetahui apakah EMOSI nya sudah terlepas atau belum?

Dan ini tentu sangat penting. Keberhasilan terapi atas memori traumatik diukur dari dan
ditentukan oleh lepasnya emosi secara tuntas dari memori. Setiap teknik terapi yang mengklaim
dapat mengatasi pengalaman traumatik harus mampu menjelaskan KAPAN emosi ini benarbenar telah lepas semuanya.
Ini pula yang menyebabkan saya mau berbagi dengan ANDA, tentang TEKNIK INI. Dan saya
sering menyarankan agar klien saya memiliki teknik ini agar MENJADI TERAPIS BAGI DIRI
SENDIRI, meskipun tidak harus menjadi TERAPIS.
ERASE bahkan bisa diterapkan untuk anak-anak, aman bagi segala kondisi termasuk orang
hamil, dan tidak menimbulkan ketagihan.
Artinya, Jika emosi terhadap masalah sudah clear, ya sudah STOP. Tidak perlu terus dilakukan.
Saat memori Anda memunculkan ingatan atas sebuah peristiwa, jika Anda tidak melakukan
sesuatu atas memori itu, maka selamanya emosi dalam memori itu tidak akan pernah clear.
Salut kepada dua sahabat saya, Adi Susanto dan Anthony Steven Hambali yang menciptakan
teknik ini dan kepada Pak Adi W. Gunawan, seorang guru yang memberikan dukungan dan
kesempatan hingga memungkinkan teknik ERASE tercipta.
Yanah Sucintani CCH

Adi W Gunawan

Kemarin pukul 13:39


Quantum Life Transformation Workshop
8 - 11 Desember 2016, Hotel Royal Senyiur, Tretes, Surabaya
Workshop berbasis terapi ini secara khusus didesain dengan tujuan untuk membantu peserta
pelatihan mengalami Transformasi Kehidupan secara holistik dan transendental.
Berikut ini beberapa testimoni transformasi diri dan sukses yang dicapai peserta QLT:
"Saya tidak menyangka mendapat fasilitas hotel semewah ini di pelatihan Quantum Life
Transformation. Kualitas pelayanan, akomodasi, dan terutama materi yang Pak Adi ajarkan
sungguh sangat berharga. Apa yang saya dapatkan di workshop ini jauh melebihi pengharapan
saya. Luar Biasa......"
~Dita
"Saya datang di QLT hanya dengan tujuan untuk menyembuhkan sesak napas yang telah cukup
lama saya derita. Ternyata, Pak Adi dengan sangat mudah dan cepat mampu menyembuhkan
sesak napas saya. Dan saya mendapat bonus menjadi Magnet Uang dan Magnet Keberuntungan.

Dalam setahun setelah mengikuti QLT saya berhasil mengumpulkan aset Rp. 7 M. Tahun
berikutnya tambah lagi 10 M. QLT sungguh dahsyat dan saya tidak menyangka mampu
mencapai ini semua dengan begitu mudah"
~Indah
"Saya ikut QLT dengan tujuan untuk berubah dan menjadi pribadi yang lebih baik. Ternyata, apa
yang saya dapatkan di QLT jauh melebihi yang saya harapkan. Selain saya berubah menjadi
pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya, dengan bekal pengetahuan dari QLT, terutama
teknik Hypno-EFT, saya mampu membantu keluarga, rekan, dan sesama mengatasi berbagai
masalah kehidupan mereka seperti fobia, perasaan marah, kecewa, dendam sakit hati,
mendamaikan rekan yang telah di ambang perceraian, membantu anak yang mengalami kesulitan
belajar, ketagihan game, dll. Terima kasih Pak Adi untuk semua pengetahuan luar biasa yang
telah Bapak ajarkan dan bagikan kepada kami semua. You are The BEST, Pak"
~Yuwono
"Terima kasih atas semua ilmu yang Bapak berikan. Saya sungguh merasa lega sekarang setelah
saya bisa melepaskan emosi yang telah menyiksa batin saya selama lebih dari 11 tahun"
~Kartini
Pak Adi yang terhormat. Saya berterimakasih banyak karena telah diberi kesempatan ikut
workshop QLT. Manfaat yang saya dapatkan langsung terasa. Saat malam hari Bapak memberi
sugesti Money Magnet, malamnya saya langsung mendapat BBM dari klien bahwa minggu
depan AJB (Akad Jual Beli). Amazing.... Thanks Pak Adi"
~Yuli
"Saya sungguh menghargai apa yang Bapak lakukan untuk hidup saya. Berkat pelatihan Bapak
hidup saya sangat berubah dan menjadi lebih baik. Saya tidak dapat memilih satu katapun untuk
menggambarkan betapa bersyukur dan berterima kasihnya saya atas pembelajaran yang telah
saya dapatkan melalui workshop QLT. Semoga pak Adi selalu sukses, bahagia, dan bisa
senantiasa berbagi dengan yang lain. Tuhan memberkati Pak Adi"
~Lin Fung
"Dengan mempraktikkan teknik The Secret of Manifesting saya mampu membantu suami
berubah dan berdamai dengan orangtua saya. Ini sungguh satu pencapaian luar biasa bagi diri
dan keluarga saya"
~Merry
"Saya telah mengikuti banyak pelatihan pengembangan diri baik di dalam maupun di luar negeri
dengan pembicara terkenal. Materi yang Bapak ajarkan di QLT sungguh sangat beda dan dalam.
Pengetahuan yang Bapak bagikan bersumber dari kristalisasi pengalaman dan pemahaman akan
cara kerja pikiran, transformasi diri, dan psikologi yang sangat mumpuni, yang didapat dari
penguasaan teori yang sangat kuat dan telah dipraktikkan membantu ribuan klien Bapak. Bapak
mampu menjelaskan materi yang saya tahu cukup kompleks dengan bahasa yang sangat mudah
dipahami. Saya sangat salut. Bapak benar-benar walk the talk, not just talk the talk. Satu hal yang
sangat saya suka dari Bapak yaitu walau sangat knowledgable dan telah dikenal sebagai The
Expert in the Field, Bapak tetap rendah hati dan melayani semua peserta dengan penuh ketulusan

hati. God Bless You Pak Adi "


~Suhanda
Investasi Pelatihan Termasuk:
- Menginap 3 malam 4 hari di Hotel Boutique Royal Senyiur (full board/ peserta mendapat
sarapan pagi, makan siang, coffee break sore, makan malam, dan coffee break malam setiap hari)
- Modul Eksklusif
- Sertifikat
- Buku Quantum Life Transformation
Info Selengkapnya dan Pendaftaran hubungi:
Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology
Telpon 031 5461827, 5470437, 5323945 atau Andy : 0813 3255 2255, Dian : 0856 3529 176,
Alex : 0878 5153 6353, Senin sampai Jumat, jam 09.30 - 17.00.
Simak informasinya di http://goo.gl/QIzdzm.

Kita tidak bisa menjadi baik dengan mencoba untuk menjadi baik. Kita hanya bisa
menjadi baik dengan menemukan kebaikan yang telah ada di dalam diri, dan
mengijinkan kebaikan ini untuk muncul ke permukaan.

(Reposting status 3 Nov 2015 lalu. Silakan share. Semoga bermanfaat.)


Tadi pagi saya dapat pertanyaan dari salah satu Sahabat FB, "Pak, mengapa ada orang yang
sangat suka dengan berita negatif, cerita negatif, berpikir negatif, atau menyebarkan berita
negatif?"
"Orang seperti ini sebenarnya mengalami adiksi emosi. Ia melakukan ini untuk memenuhi
kebutuhan mengalami dan merasakan emosi spesifik," jawab saya.
"Adiksi emosi itu seperti apa?" tanya Sahabat ini lagi.
"Saat seseorang mengalami emosi tertentu, otak akan hasilkan senyawa kimiawi (neuropeptida)
yang selanjutnya dikirim ke sel-sel tubuh. Senyawa kimiawi ini akan memengaruhi sel dan
memodifikasi reseptor sel. Semakin sering seseorang alami emosi yang sama, semakin banyak
modifikasi terjadi pada reseptor sel hingga pada satu saat sel alami "desensitisasi" terhadap
senyawa kimiawi ini. Satu-satunya cara untuk bisa menstimulasi sel-sel tubuhnya adalah dengan

"memberi" senyawa kimiawi dengan "intensitas" yang lebih tinggi karena baseline-nya telah
berubah.
Orang yang sering alami emosi negatif tertentu, misalnya marah atau benci, sering tidak sadar
bahwa marah dan benci telah menjadi kondisi alamiahnya. Dan ini terekam di sel-sel tubuhnya.
Saat tidak marah, ia merasa tidak nyaman, karena ia di luar zona nyamannya. Sel-sel tubuhnya
butuh senyawa kimiawi "marah" atau "benci" untuk bisa merasa nyaman. Dan disadari atau
tidak, ia akan alami situasi, kejadian, peristiwa, atau apapun yang munculkan perasaan marah
atau benci, termasuk membaca berita negatif, cerita hal-hal negatif, berpikir negatif, dan
menyebarkan berita negatif. Dan siklus ini terus berlanjut semakin lama semakin kuat
mencengkeram diri orang ini," jawab saya.
Uraian lengkap tentang hal ini bisa dibaca di artikel "Adiksi Emosi" di http://goo.gl/mvyzQf .

Saat kita melampaui pikiran, waktu berhenti. Ini terjadi karena pikiranlah yang
mencipta waktu. Saat waktu berhenti, kita terbebas dari ilusi masa lalu dan masa
depan. Saat kita terbebas dari ilusi masa lalu dan masa depan, penderitaan
berakhir untuk selamanya.

Anda mungkin juga menyukai