Anda di halaman 1dari 22

Hak

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal 31

BAHAYA DİSİPLİN,

ATURAN DAN KONSEKUENSI


BUAT ANAK & REMAJA

Judul bab ini agak bertentangan dengan ide yang mau disampaikan di bükü ini, tapi memang ada
saja sisi negatif dari disiplin dan konsekuensi jika salah menggunakannya. Saya ingin berbagi
bagaimana mindset saya dalam menetapkan disiplin dan konsekuensi dalam kehidupan saya sehari-
hari, semoga ini bermanfaat buat Anda.

GUNAK4N KATA 'TIDAK' DENGAN BIJAK

Saya mengenal beberapa orang tua yang cenderung dengan cepat menyatakan "tidak” kepada
anakanaknya, lalü baru menyadari bahwa ia bersikap tidak adil kepada anaknya dan kemudian
meralat "tidak” itü menjadi "ya” atau "boleh.”

Hal 105

8 PERMASALAHAN ANAK &

REMAJA YANG SERING TERJADI

pengalaman saya sejak 2005 menangani anak-anak& remaja dengan berbagai macam masalah,
sebut saja misalkan masalah anak yang malas belajar, tidak termotivasi belajar, lebih suka main
game daripada belajar. Anak yang susah konsentrasi saat belajar namun pada saat dia main game
dia bisa main berjamjam. Anda pun tentu familiar dengan problem-problem seperti itu bukan?

Atau mungkin problem-problem seorang anak yang Suka membantah, tidak suka menuruti perintah
orang tuanya namun anehnya ketika dia diperintah oleh orang Iain katakanlah tantenya, om nya dia
menjadi begitu

Penurut, begitu manis. Anda tentu heran apa yang terjadi dengan anak anda, anda mungkin juga
heran kenapa dia menjadi lebih patuh, lebih sayang kepada

Hal 106

pengasuhnya, sehingga saat pengasuhnya pulang ia menangis dan tidak rela pengasuhnya pulang.
Narnun ketika anda pergi dia tidak menangis sedikitpun dan ia tetap asyik dengan pengasuhnya.

Nah apa yang terjadi dengan semua itu? belum lagi problem ketika anak menjelang devvasa ada
banyak sekali orang tua yang datang kepada saya berkonsultasi mengkonsultasikan anaknya karena
anak remajanya tiba-tiba menjadi seorang yang sangat berbeda sekali, Yah, mereka hanya
menjadikan rumah sebagai tempat tidur saja, mereka lebih suka main game online, mereka lebih
suka berteman, berkumpul dengan temantemannya di luar sana daripada dengan keluarganya di
rumah.

Jika ada acara keluarga mereka tidak mau diajak, mereka memilih untuk berdiam diri di kamar
daripada pergi bersama anda ke acara-acara keluarga yang harus anda hadiri. Dan anda menjadi
heran kenapa mereka tiba-tiba menjadi begitu pembangkang, mereka tidak mau menurut, mereka
menjadi keras kepala dan anda menjadi bingung bagaimana harus menghadapi mereka

Anda menjadi bingung bagaimana tiba-tiba anak atai remaja yang tadinya manis dan penurut tiba-tib
sekarang menjadi seorang pembrontak di keluarg anda. Dan belum lagi saat anda mengalall

Hal 107

ermasalahan dengan anak-anak yang sudah menjelang dewasa, sudah lulus kuliah, sudah bekerja
dan yang masih punya problem, masih tergantung pada orang tuanya, tidak bisa menyimpan
uangnya, tidak tahu harus bagaimana menghadapi masa depannya dsb.

Nah setidaknya ada 8 masalah yang sering dikonselingkan oleh orang tua tentnag masalah anak dan
remaja. Anda tinggal membaca tulisan ini dan mempraktekan untuk mendekatkan anda pada solusi
yang anda mau.

1. Keras Kepala dan Suka Melawan Orangtua

Memiliki anak yang selalu hormat kepada orangtua, selalu menuruti nasihat orangtua, dan patuh
terhadap perintah atau larangan orangtua, tentu menjadi dambaan semua orang. Hanya saja, sering
kali anak menunjukkan perilaku yang sebaliknya. Anak suka menentang atau melawan orangtua,
serta mengabaikan nasihat, perintah, dan larangan orangtuanya.

Tentu saja perilaku anak yang keras kepala dan suka melawan orangtua ini sangat menggelisahkan,
bahkan mampu membuat orangtua terbenam dalam kesedihan. Betapa tidak, ketika melakukan kesa
ahan, anak selalu

beralasan dan membela diri. Jika dinasihati, anak

Hal 108

meresponnya dengan ekspresi kemarahan, wajah melalui cemberut,kata-kataatau

yang keras, mengentakkan kaki. Apabila diminta mengerjakan sesuatu, tidak mau melakukannya.
Ketika dilarang
melakukan sesuatu, anak nekat melakukannya.

Perilaku keras kepala dan suka melawan orangtua ini biasanya muncul pada anak berusia 2 hingga 5
tahun. Sebab, pada fase ini anak-anak mulai memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah pribadi Yang
independen dari orang-orang dewasa di sekitarnya, termasuk orangtuanya.

Penyebab anak berperilaku keras kepala dan suka melawan orangtua antara Iain sebagai berikut.

1. Sikap otoriter orangtua, yaitu orangtua terlalu menekan atau memaksa anak untuk menuruti
semua kenginannya tanpa melihat kondisi dan kemampuan anak. Orangtua bersikap otoriter kepada
anak biasanya karena mereka merasa serbatahu apa yang terbaik untuk anak dan apa yang harus
dilakukan anak. Orangtua meyakini bahwa untuk berhasil dalam membimbing mengarahkan
perilaku, dan mendidik anal sehingga menjadi anak Yang baik diperlukan cara cara Yang tegas dan
keras. Anak yang merasa terti ditekan atau dipaksa dan merasa tidak mamP

Hal 109

memenuhi semua keinginan orangtua pada akhirnya akan menunjukkan sikap melawan.

Berbicara kepada anak di saat yang tidak tepat.

Kerap kali terjadi, misalnya orangtua meminta anak melakukan sesuatu, padahal anak tengah asyik
bermain atau menikmati aktivitas kesukaannya. Anak pun merasa terganggu dengan permintaan
orangtuanya tersebut. Dalam kondisi seperti ini, anak biasanya akan mengabaikan permintaan
orangtuanya, menunda melakukannya, atau langsung menolaknya. Jika orangtua terus memaksa,
sangat mungkin akan terjadi ketegangan atau konflik dengan anak.

Anak sangat menginginkan sesuatu, tetapi orangtuanya tidak dapat memenuhi keinginan tersebut.
Anak pun kemudian menunjukkan perilaku keras kepala atau suka melawan orangtua. Anak
melakukan ini untuk mencari perhatian orangtua dan sebagai cara untuk menyampaikan protes.
Anak berharap dengan perubahan perilaku yang ditunjukkannnya, orangtua mau memenuhi
keinginannya.Anak dibiarkan tumbuh tanpa bimbingan. Hal ini bisa terjadi ketika orangtua terlalu
sibuk dengan pekerjaannya atau memang orangtua kurana mampu memberi perhatian dan didikan
yang dibutuhkan anak hingga nilai-nilai kebaikan,

Hal 110

seperti sopan santun, menghargai orang Iain, atau batasan benar-salah, boleh tidak boleh, tidak
tertanam dengan baik pada diri anak. Anak pun tumbuh menjadi pribadi yang egois dan Suka
melawan orangtua.
Pengaruh lingkungan. Anak begitu mudah meniru perilaku teman-temannya, orang-orang Iain Yang

dikenalnya, atau tayangan televisi. Ketika anak mendapati teman-temannya atau orang Iain
menunjukkan perilaku suka melawan kepada orangtua, anak-anak pun akan dengan mudah
melakukan hal yang sama.

Mencontoh perbuatan orangtuanya. Mungkin anak sering melihat kedua orangtuanya bertengkar
atau bersikap keras kepala. Atau, anak melihat orangtuanya tidak patuh kepada nenek dan
kakeknya. Anak pun dapat terdorong untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan
orangtuanya.Anak terlalu dimanja oleh orangtuanya. Semua keinginanya selalu diberikan. Jika suatu
saat ada keinginannya yang tidak dipenuhi, anak akan memprotes dan melawan. Hubungan antara
orangtua dan anak tidak harmonis. Ikatan kasih sayang dan pengertian antara mereka pun kurang.
Kondisi ini rentan menimbulkan konflik antara orangtua dan anak•

Hal 111

perlaku keras kepala dan suka melawan orangtua pada anak harus diatasi. Jangan sampai perilaku ini
mengganggu perkembangan perilaku dan kepribadian anak. Di samping itu, semakin usia anak
bertambah, orangtua akan makin sulit mengontrol dan mengendalikan perilaku anak ini. Sedangkan,
anak yang tidak patuh kepada orangtua akan mudah sekali tergoda untuk melakukan hal-hal yang
negatif atau merugikan, baik diri sendiri maupun orang lain. Jika dibiarkan, hal ini dapat mengancam
masa depan anak.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan:

1. Memberi anak label negatif, misalnya anak pembangkang, anak keras kepala, atau bahkan anak
durhaka.

2. Menanggapi perilaku anak dengan ledakan amarah. Kemarahan akan membuat anak makin keras
melawan orangtua.

3. Memberi hukuman fisik, misalnya memukul, mencubit, atau menjewer.

4. Berbicara kepada anak dengan cara menggurui, menekan, memaksa, atau mendikte.

Mempermalukan anak dengan menceritakan sifat anak kepada orang lain atau teman-
temannya.Membandingkan anak dengan anak lain atau saudara kandungnya.

Hal 112

memınca anak 7. Bersikap tidak konsisten. Misalnya, untuk melakukan sesuatu atau melarang
melakukannya,' tetapi di lain waktu melakukan yang sebaliknya. Hal-hal yang tadinya diminta
dilakukan anak, kemudian dilarang. Dan, hal-hal yang tadinya anak dilarang melakukannya,
kemudian anak dibiarkan melakukannya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan:

Memberi anak kesempatan untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan sejauh pilihan atau
keputusan tersebut bermanfaat bagi anak dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai etika atau
moral.Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan di saat yang tepat. Agar
anak mau mendengar dan merespon dengan baik pembicaraan orangtua, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan orangtua saat berkomunikasi dengan anak, yaitu kondisi psikologis (apakah anak
sedang senang, sedih, lapar, mengantuk, sibuk, leıah, sakit, dan sebagainya), mengembangkan
komunikasi dialogis dua aralı, membuat anak merasa penting dan dihargai, dan menggunakan
intonasi atau nada bicara yan! membuat anak nyaman.

Hal 113

Memberi anak perhatian yang cukup dan memenuhi kebutuhannya. Orangtua dapat mengisi waktu
kebersamaan dengan anak untuk melakukan berbagai aktivitas yang disukai anak. Misalnya, bermain
bersama, menonton program televisi kegemaran anak, rekreasi, berkebun, atau olahraga. Cara ini
bermanfaat untuk mempererat hubungan batin dan jalinan cinta kasih antara orangtua dan anak.
Hubungan orangtua dengan anaknya pun akan menjadi harmonis.

Mendidik anak secara proporsional dan seimbang. Tidak terlalu keras, tetapi juga tidak terlalu
memanjakan.Setiap kali memberikan perintah, larangan, atau nasihat kepada anak, orangtua harus
selalu memberikan penjelasan atau pengertian mengenai hal tersebut menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti dan diterima dengan baik oleh anak.

Memberikan hadiah atau pujaan ketika anak menunjukkan perilaku yang baik, dan memberikan
sanksi jika anak melakukan Pelanggaran. Namun, ingat sanksi di sini tidak boleh dalam bentuk
hukuman fisik. Berikan anak sanksi yang mendidik, misalnya diajak menyelesaikan pekerjaan rumah
tangga, diminta membaca buku, berolahraga, disuruh

Hal 114

menabungkan uang sakunya selama beberapa hari, atau tidak boleh menonton televisi selama satu
hari.

7. Melindungi anak dari pengaruh buruk lingkungan. Berikan anak lingkungan yang kondusif untuk
pembentukan perilaku positifnya, baik lingkungan rumah, lingkungan sekolah, maupun lingkungan
sekitar rumah.

2. Berbohong

Kejujuran adalah nilai universal yang sangat dijunjung tinggi di belahan bumi mana pun. Semua
orang menghormati dan menginginkan kejujuran. Kejujuran pun menjadi nilai kebaikan yang selalu
dijaga dan diajarkan di setiap generasi, oleh orangtua kepada anak, guru kepada murid, seseorang
kepada orang Iain.
Sedemikian penting arti kejujuran. Tidak heran, semua orangtua pasti akan sangat kecewa ketika
mendapati anaknya telah berbohong. Berkata tidak jujur atau berbohong memang kadang dilakuan
oleh anak. Anak-anak berbohong dengan berbagai alasan, antara Iain sebagai berikut.

1. Anak berbohong karena ia takut kalau berkata jujur akan dimarahi atau mendapatkan hukuman•

Hal 115

Ingin diperhatikan dan dipuji. Kebutuhan akan perhatian dan pujian kerap kali membuat anak
mengarang cerita tentang dirinya, padahal hal tersebut tidak pernah terjadi. Misalnya, anak
mengatakan kepada teman-temannya bahwa dirinya berhasil menjuarai suatu lomba, baru dibelikan
mainan baru yang mahal, atau akan diajak jalan-jalan ke luar negeri.

3. Keinginan mendapatkan pengakuan. Jika anak bergaul dengan teman-teman yang suka
berbohong, ia pun akan bertingkah laku yang sama dengan teman-temannya. Sebab, hanya dengan
menunjukkan perilaku yang sama anak merasa dapat diterima oleh kelompoknya.

4. Anak berbohong karena tuntutan orangtua yang terlalu tinggi, sedangkan anak merasa tidak
mampu memenuhi tuntutan tersebut. Anak pun berbohong untuk membahagiakan dan
mendapatkan penerimaan dari orangtua.

Meniru orangtua, tayangan televisi, atau bacaan Yang dibacanya. Ketika anak melihat orangtuanya
berbohong atau mengetahui orang-orang yang berbohong dari televisi atau bacaan yang dibacanya,
anak akan menganggap bahwa berbohong itu boleh dilakukan.

Menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Anak yang merasa memiliki kekurangan tertentu

Hal 116

biasanya akan berusaha menutupi kekurangan tersebut dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan berbicara bohong yang melebihlebihkan dirinya, yang berkebalikan dengan kekurangan yang
dimilikinya.

Daya imajinasi atau daya khayal anak yang sangat tinggi kadang membuat anak tidak mampu
membedakan antara khayalan dan kenyataan. la pun kemudian mengatakan hal-hal yang
sebenarnya hanya khayalan belaka. Misalnya, anak mengatakan bahwa dirinya bisa melihat hantu
atau dapat melakukan berbagai pekerjaan.Anak berbohong untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya. Anak mengetahui bahwa dia tidak akan dapat memperoleh apa yang diinginkannya
jika bersikap jujur. Oleh karena itu, anak berbohong demi mendapatkan apa yang
diinginkannya.Melindungi teman. Keberadaan teman begitu penting buat anak. Umumnya anak-
anak akan selalu berusaha untuk menyenangkan, membantu, atau melindungi temannya. Salah satu
cara yang dilakukannya adalah dengan berbohong.

Berbohong merupakan akhlak yang tidak terpuji' Anak-anak tidak boleh dibiarkan berbohong,
apalagi jika berbohong ini menjadi kebiasaan yang melekat

Hal 117

pada diri mereka. Anak yang dikenal sebagai pembohong akan dijauhi oleh temannya. Orang akan
sulit memercayai omongannya karena telanjur percaya bahwa apa pun yang dikatakannya adalah
kebohongan, bahkan ketika anak tersebut berkata jujur.
Jangan sampai anak tumbuh menjadi seorang pembohong. Sebab, reputasi sebagai seorang
pembohong dapat membuat hidupnya menjadi sedemikian sulit, selalui dicurigai, dan tidak
bermartabat.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan:

1. Memberi anak label negatif sebagai pembohong.

2. Memarahi atau rnenghukum anak ketika mengetahui anak telah berbohong. Kemarahan atau
hukuman akan membuat anak makin tidak berani untuk jujur. Hal ini karena anak tahu bahwa jika
dirinya jujur, kemarahan atau hukumanlah Yang akan diterimannya. Untuk menghindari kemarahan
atau hukuman, anak akan terus berbohong.

Terlalu menuntut atau menekan anak, sedangkan kemampuan anak terbatas sehingga tidak mampu
memenuhi tuntutan tersebut. Terimalah anak apa adanya tanpa menuntutnya terialu berlebihan.
Yakinkan anak bahwa dirinya dicintai

Hal

1, Mencontoh orangtua atau orang dewasa lain yang

juga suka berbicara kasar. Anak-anak usia dini kerap kali tidak mengerti makna dari kata-kata buruk
yang diucapkannya. Mereka berbicara kasar karena melihat orangtua atau orang-orang dewasa
lainnya juga berbicara dengan cara tersebut.

2. Meniru tayangan televisi. Setiap hari puluhan sinetron ditayangkan di televisi, mulai dari pagi,
siang, sore, hingga malam hari. Tidak sedikit dari tayangan tersebut terus yang menghamburkan
kata-kata kasar. Di sisi lain, anak-anak begitu akrab dengan televisi. Itulah sebabnya, hal-hal buruk
yang ditayangkan televisi begitu mudah dicontoh oleh anak, termasuk kata-kata makian atau
umpatan.

3. Meniru teman-temannya. Bisa jadi, anak telah mendapatkan didikan yang sangat baik di rumah.
Orangtuanya pun tidak penah berbicara kasar. Akan tetapi, anak tetap saja berbicara kasar. Hal ini
sangat mungkin terjadi karena pengaruh buruk Yang datang dari teman-temannya. Dan, besar
kemungkinan teman-temannya tersebut juga tidak mengetahui bahwa yang mereka ucapkan
merupakan kata-kata yang tidak patut karena tidak tahu maknanya.

Hal

Hal 118
sepenuhnya. Dengan demikian, anak tidak perlu berbohong untuk mendapatkan penerimaan dan
cinta dari orangtua serta keluarganya.

4. Melarang anak berkhayal atau berimajinasi. Berkhayal atau berimajinasi merupakan bagian tidak
terpisahkan dari proses tumbuh kembang anak. Berkhayal dapat memberikan anak kegembiraan dan
keasyikan asalkan tidak dilakukan secara berlebihan hingga membuatnya terjatuh dalam perbuatan
berbohong. Orangtua harus menjaga agar khayalan anak tidak berlebihan. Orangtua juga harus
memberi pengertian kepada anak agar anak mampu membedakan antara khayalan dan kenyataan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan:

Ketika anak melakukan kesalahan, beri tahu anak bahwa orangtuanya tidak dapat menyetujui
tindakannya tersebut dan mintalah anak untuk berusaha tidak mengulangi lagi kesalahannya di
waktu mendatang. Katakan pula bahwa meskipun tidak dapat menyetujui kesalahan yang dilakukan
anak, orangtuanya sangat senang dan bangga bahwa anak telah berani berkata jujur, dan kejujuran
tersebut sangat penting.Memberikan pujian untuk semua hal baik Yang dilakukan anak atau prestasi
yang telah diraihnya•

Hal 119

Dengan demikian, anak tidak haus pujian dan berbohong hanya demi mendapatkan pujian.

3. Jika anak berbohong untuk menutupi kelemahannya, orangtua harus memberi pengertian kepada
anak bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu pula dengan dirinya. Yakinkan
anak bahwa di balik kekurangannya, dia pasti memiliki banyak kelebihan. Katakan kepada anak
bahwa lebih baik fokus pada kelebihan yang dimilikinya dan berusaha mengoptimalkannya
ketimbang selalu melihat kekurangannya, lalu berbohong untuk menutupinya. Ajari anak untuk
selalu mensyukuri segala yang ada pada dirinya karena semua adalah karunia dari Tuhan.

4. Memberikan keteladanan kepada anak. Jangan sampai orangtua menuntut anak untuk senantiasa
jujur, sementara mereka sendiri melakukan kebohongan.

Melindungi anak dari pengaruh buruk pergaulan, tayangan televisi, dan beragam bacaan yang dapat
membuat anak terinspirasi untuk berbohong. Jika anak berbohong, berikan dia konsekuensi Yang
positif dan mendidik. Konsekuensi yang mampu membuatnya belajar bahwa berbohong adalah hal
buruk yang tidak boleh dilakukan,

Hal 120

membuatnya belajar disiplin, dan memberi dia pembelajaran akan tanggung jawab.

3. Anak Suka Berbicara Kasar


Ada begitu banyak ungkapan yang menyatakan betapa perilaku atau kebiasaan yang ada pada anak
sangat dipengaruhi oleh perilaku dan kebiasaan orangtua. Anak adalah cerminan orangtua.
Ungkapan "buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya” atau "air cucuran atap jatuhnya ke
pelimbahan juga” adalah beberapa contoh yang menunjukkan betapa beşar pengaruh pola asuh dan
keteladan dalam pembentukan karakter anak.

Tidak heran, ketika anak menunjukkan perilaku tidak terpuji, termasuk suka berbicara kasar,
orangtua akan merasa malu. Walaupun kenyataannya, anak tidak selalu mencontoh perilaku negatif
tersebut dari orangtuanya. Sangat mungkin kebiasaan anak berbicara kasar ini karena meniru
tayangan televisi, pengasuhnya, atau teman-temannya.

Penyebab anak suka berbicara kasar, rnengucapkan kata-kata makian, kotor, jorok, bermakna
hinaan, atau umpatan antara lain sebagai berikut.

Hal 121

Mencontoh orangtua atau orang dewasa lain yang

1,

juga suka berbicara kasar. Anak-anak usia dini kerap kali tidak mengerti makna dari kata-kata buruk
yang diucapkannya. Mereka berbicara kasar karena melihat orangtua atau orang-orang dewasa
lainnya juga berbicara dengan cara tersebut.

Meniru tayangan televisi. Setiap hari puluhan sinetron ditayangkan di televisi, mulai dari pagi, siang,
sore, hingga malam hari. Tidak sedikit dari tayangan tersebut terus yang menghamburkan kata-kata
kasar. Di sisi lain, anak-anak begitu akrab dengan televisi. Itulah sebabnya, hal-hal buruk yang
ditayangkan televisi begitu mudah dicontoh oleh anak, termasuk kata-kata makian atau
umpatan.Meniru teman-temannya. Bisa jadi, anak telah mendapatkan didikan yang sangat baik di
rumah. Orangtuanya pun tidak penah berbicara kasar. Akan tetapi, anak tetap saja berbicara kasar.
Hal ini sangat mungkin terjadi karena pengaruh buruk Yang datang dari teman-temannya. Dan, besar
kemungkinan teman-temannya tersebut juga tidak mengetahui bahwa yang mereka ucapkan
merupakan kata-kata yang tidak patut karena tidak tahu maknanya.

Hal 122

4. Mengungkapkan kemarahan. Anak-anak yang lebih besar, ketika kesal atau marah akan
mengungkapan perasaannya tesebut melalui katakata yang kasar. Anak-anak ini mengetahui bahwa
kata-kata tersebut dapat memicu kemarahan atau kejengkelan orang lain.
Kebiasaan anak berbicara kasar atau tidak patut memang sangat memprihatinkan dan membuat
orang yang mendengarnya merasa sangat tidak nyaman. Oleh karena itu, orangtua berkewajiban
rntuk mengoreksi perilaku anak yang suka berbicara kasar ini serta mengajarkan anak cara berbicara
yang benar dan dapat diterima.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan:

Memberi anak label negatif, misalnya anak nakal, anak bandel, atau tukang ngumpat.Menertawakan
anak. Sering kali, ketika anak kecil berbicara kasar sementara ia tidak mengerti maksud ucapannya
tersebut, terasa lucu bagi orang dewasa yang mendengarnya. Padahal, ketika anak berbicara kasar
dan ditertawakan, anak akan makin sering melakukannya karena ia menikmati reaksi menyenangkan
yang diterimanya.

Hal 123

3. Memarahi atau menghukum anak secara fisik, misalnya mencubit, menjewer, atau memukul.

Beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Mengatakan dengan tegas kepada anak bahwa ia tidak boleh mengulangi Iagi berbicara
menggunakan kata-kata kasar yang telah diucapkannya.

Jika anak berbicara kasar, tetapi dia belum mengerti maksud ucapannya, jelaskan kepada anak
bahwa makna kata tersebut sangat buruk dan tidak pantas diucapkan di mana pun dan kepada siapa
pun.Mengajarkan anak cara mengungkapkan kekesalan atau kemarahan tanpa harus berbicara
secara kasar. Ada banyak cara positif dan produktifuntuk mengungkapkan kemarahan yang dapat
diajarkan kepada anak. Misalnya, berdoa, beribadah, menuliskan kemarahannya, atau mengeluarkan
emosinya dalam bentuk gambar. Berikan pula alternatif kata-kata yang boleh dia Ucapkan ketika ia
marah, misalnya "aku tidak suka", "jangan ganggu aku", "aku tidak mau", atau t'kembalikan bolaku".

Melindungi anak dari pengaruh buruk televisi dan lingkungan pergaulan. Ingatkan anak untuk tidak

Hal 124

mencontoh ucapan-ucapan buruk yang ia dengar dari siapa saja.

Memberikan contoh yang baik. Jika menginginkan anaknya tidak berbicara kasar, orangtua harus
mampu menunjukkan kepada anak bahwa orangtuanya tidak pernah menggunakan katakata kasar
ketika berbicara dengan siapa saja.Menjelaskan kepada anak bahwa berbicara kasar membuat orang
yang mendengarnya merasa tidak nyaman. Jika ia melakukannya, ia akan dijauhi oleh teman-
temannya.Memberikan pujian ketika anak mengucapkan kata-kata yang baik.

4. Anak Suka Mencuri?

Orangtua pasti sangat terkejut, kecewa, atau bahkan syok ketika mendapati anaknya mencuri, baik
di rumah sendiri maupun di tempat Iain. Anak mencuri di rumah sendiri, misalnya mengambil uang
dari dompet ibu atau ayahnya tanpa izin. Sedangkan, anak mencuri di tempat Iain, misalnya
mengambil mainan temannya, mengambil makanan dari warung, atau mengambil uang milik
tetangga.

Mencuri tidak dapat dipandang dan disikapi hanya sebagai bentuk kenakalan anak-anak lalu
dibiarkan

Hal 125

begitu saja tanpa penanganan karena orangtua atau orang-orang lain meyakini kenakalan dalam
bentuk mencuri ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan pertambahan usia anak.

sesungguhnya, mencuri merupakan perilaku negatif anak yang sangat serius. Perbuatan mencuri
merupakan salah satu bentuk ketidakjujuran. Mencuri juga merupakan bentuk pelanggaran
terhadap nilai moral dan hukum. Bagi orang dewasa, mencuri adalah perbuatan kriminal yang ada
sanksi hükum pidananya.

Penyebab anak melakukan perbuatan mencuri, antara lain sebagai berikut.

1. Anak mencuri karena belum mengerti. Pada tahapan usia tertentu, banyak anak yang belum
mengerti akan konsep kepemilikan. Mereka menganggap bahwa semua barang adalah miliknya.
Oleh karena itu, mereka merasa boleh mengambil barang tersebut tanpa harus meminta izin kepada
siapa pun.

2. Anak sangat ingin memiliki suatu barang, misalnya mainan yang sedang tren di kalangan teman-
temannya, sedangkan keinginan tersebut tidak terpenuhi. Mungkin orangtuanya belum memiliki
uang untuk membelikannya. Anak pun kemudian mencuri mainan tersebut untuk

Hal 126

memenuhi keinginannyas Atau, anak ingin sekali jajan, tetapi ia tidak diberi uang saku oleh
orangtuanya. Anak pun kemudian terdorong untuk mencuri uang temannya agar bisa jajan.
Kebutuhan identifikasi diri. Anak memiliki kebutuhan identifikasi diri yang besar terhadap orang-
orang di sekelilingnya. Hal ini dapat mendorong anak mencuri barang milik orang yang
diidolakannya. Anak berpikir, ia bisa menjadi orang yang diidolakannya itu dengan cara mengambil
barang orang tersebut.Mencontoh orangtua, teman-teman, atau tetangga. Barangkali anak pernah
melihat orang lain mengambil barang yang bukan miliknya tanpa izin. Anak pun kemudian meniru
perbuatan tersebut.

5. Membalas dendam. Ada anak-anak yang mencuri demi membalas dendam terhadap temannya
yang telah membuatnya kesal atau marah. Anak mencuri barang milik temannya sekadar untuk
membuatnya merasa terganggu.

6. Anak mencuri karena gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan ini disebut dengan kleptomania,
yaitu penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Barang-
barang yang dicuri oleh penderita kleptomania umumnya adalah barang-

Hal 127

barang yang tidak begitu berharga dan tidak dibutuhkan oleh pelakunya. Penderita gangguan
kejiwaan ini biasanya merasakan ketegangan sebelum mencuri dan merasakan kelegaan atau
kenikmatan setelah melakukan tindakan mencuri tersebut.

Anak yang mencuri harus mendapatkan perhatian serius dan penanganan dengan segera. Jangan
sampai perilaku ini tumbuh menjadi kebiasaan yang dapat membawanya menjadi seorang yang
gemar melakukan ketidakjujuran atau perbuatan Iain yang melanggar hukum ketika ia dewasa kelak.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan:

1. Memberikan label negatif kepada anak, misalnya pencuri.

2 . Membenarkan perbuatan mencuri dalam situasi tertentu. Anak mungkin mengatakan kalau
dirinya mencuri karena iseng atau main-main saja. Mungkin pula anak mengemukakan kalau ia
mencuri mainan dari anak yang punya

bertumpuk-tumpuk mainan atau anak orang kaya. Jadi, anak tersebut pasti tidak akan merasa
kehilangan atau dapat dengan mudah membeli mainan baru. Apa pun alasan anak, katakan dengan
tegas bahwa mencuri adalah perbuatan
Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal

Hal
Hal

Hal

Hal 144

keluarga yang tidak 5. Pola asuh dalam membiasakan anak menjadi mandiri karena ia selalu dapat
mengandalkan orang lain.

Ada hal-hal yang memang mengganggu konsentrasinya, misalnya televisi atau suasana yang terlalu
berisik.Anak sedang lelah atau sakit.

8. Anak suka melamun.

Meskipun merupakan sesuatu yang normal, anak-

anak yang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi harus tetap dilatih untuk mampu memusatkan
perhatian. Hal Ini karena konsentrasi memang sangat diperlukan anak dalam belajar demi meraih
perkembangan kognitif, sosial, dan emosional yang optimal. Jika dibiarkan tanpa pertolongan,
kemampuan anak-anak yang sulit berkonsentrasi untuk menyerap berbagai informasi atau materi
pelajaran dapat terganggu.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan:

Memberi anak label negatif, misalnya anak malas atau tukang bengong.Memaksa anak untuk terus
belajar, padahal anak telah menunjukkan tanda-tanda kalau ia bosan, lelah, atau sedang tidak mood.

Hal 145

Memarahi anak dengan kata-kata negatif yang dapat mematahkan semangat belajarnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Menciptakan suasana yang kondusif ketika anak belajar, misalnya dengan mematikan televisi,
meminta anggota keluarga yang Iain untuk tenang dan tidak berisik, serta menata tempat belajarnya
serapi mungkin.
2, Mengawali kegiatan belajar anak dengan aktivitas yang menyenangkan, misalnya bernyanyi,
membacakan dongeng singkat, atau bermain permainan tertentu.

3. Memberikan anak tugas-tugas yang membuatnya merasa tertantang, tetapi masih dalam batas-
batas kemampuannya.

Mengulang-ulang suatu pelajaran hingga anak benar-benar memahaminya dan tidak akan cepat
melupakannya.Memotivasi anak secara terus-menerus dengan mengatakan bahwa anak pasti bisa
belajar dengan penuh konsentrasi.

6, Memecah waktu belajar menjadi beberapa kali, misalnya untuk waktu belajar 30 menit dibagi
menjadi tiga bagian, masing-masing sepuluh menit.

Hal 146

Di antara waktu-waktu belajar tersebut diberi jeda untuk anak beristirahat sejenak.

Mendampingi anak saat belajar dan membantu setiap kali anak mengalami kesulitan.Menjaga agar
anak senantiasa sehat, dengan memberikan nutrisi yang baik, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, serta mengajak anak untuk rutin berolahraga.

Konsentrasi anak dapat juga dilatih melalui berbagai permainan. Berikut adalah beberapa permainan
yang berguna untuk melatih konsentrasi anak.

Memasukkan bola plastik atau bola karet ke dalam keranjang dengan cara melempar.Mengambil
butiran beras atau kacang tanah menggunakan jempol dan telunjuk (menjumput) sambil
menghitung jumlahnya.Memindahkan benda-benda, antara lain manikmanik, mainan, atau kelereng,
dari satu wadah ke wadah lain dengan cara menjumput menggunakan ibu jari dan
telunjuk.Melempar bola karet atau bola kertas ke titik tengah pagan target.Bermain
puzzle.Menyusun balok.

Hal 147

Memindahkan air dari suatu wadah ke dalam botol

menggunakan tutup botol tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian menggunakan tangan
kiri dan kanan.
8. Kecanduan Game saya pernah melakukan survey online pada 5000 orang secara random anggota
group belajar pendidikankarakter.com, saya tanyakan hal apa yang menjadi keresahan anda sebagai
orang tua / guru? 88% jawabannya adalah anak yang kecanduan gadget. Tulisan ini sengaja saya
taruh paling belakang agar nikmat membacanya terasa sampai akhir bab ini.

Baiklah mari kita mulai pembahasan ini...

Pernahkah kita bertanya secara spesifik mengapa anak dan remaja bahkan orang dewasa kecanduan
game? Mungkin jawaban sederhananya adalah game itu mengasyikan dan seru-seru model
permainannya.

Sekilas jawabannya baik dan masuk akal. Tetapi yang berkembang belakangan ini game sudah lebih
jauh dari sekedar seru dan asyik. Ada apa disana dan kenapa lebih asyik? Karena sekarang disana ada
kehidupan dan

Hal 148

dunianya sendiri, atau mudahnya ada "alamnya" sendiri.

Kita akan pelajari kenapa anak dan remaja begitu kerajingan sesuatu yang namanya game, dan apa
dampak bahaya secara psikologis dan masa depan anak bangsa.

Banyak orangtua mengeluh dan sudah tidak berkutik jika anaknya sudah nyandu yang satu ini. Disatu
Sisi orangtua juga ada enaknya, pada saat anak mereka main game mereka memilki waktu untuk diri
sendiri dan seakan bisa bebas dari tugas dan rutinitas terhadap konsekuensi mengurus tugas anak.
Tetapi tahukah bahwa ternyata ada banyak "alam" yang berbahaya di alam game dan itu nikmat bagi
anak.

Baiklah kita pahami apa yang terjadi di alam dunia game, di alam ini anda yang bukan siapa-siapa
bisa menjadi siapa-siapa. Maksudnya jika anda di dunia nyata anda adalah orang yang biasa, anak
yang sekolahnya bermasalah dan kehidupan di dunia nyata bermasalah, bisa berubah total jika anda
memainkan peran di alam Game.

Misal anak anda yang sekolahnya bermasalah dengan nilai dan sikapnya, bisa saja di alam gamenya
dia adalah

Hal 149

seorang jagoan Yang banyak menolong orang dan kuat serta dihargai. Dan ini bertolak belakang
dengan dunia nyatanya bukan? Bahkan di dalam alam game atau dunia gamenya dia adalah seorang
raja yang dihormati dan memiliki banyak sekali kekayaan dan semua perintah dan keinginannya
dapat dituruti.
Anak merasa bukan siapa-siapa di dunia nyata, tetapi dia adalah "Raja" atau orang yang berkuasa di
alam gamenya. Dan ini nikmat baginya karena penghargaan dan penerimaan benar-benar dirasakan
di alam game tersebut. Sedangkan di dunia nyatanya, dia tidak dihargai dan berbagai label tentang
anak yang negatif sudah menumpuk pada dirinya.

Mereka yang seakan menjadi pecundang di dunia nyata dan anak yang di "sia-sia", bisa menjadi
juara sejati di alam yang berbeda. Mereka mendapatkan penghargaan dan diterima, di elu-elukan
merasa dibutuhkan, diinginkan dan itu semua berbeda dengan dunia yang nyata dalam
kehidupannya. Paham bukan? Kenapa anak dan remaja bisa kecanduan game?

Sebagai orangtua atau pemerhati tumbuh kembang anak ada baiknya kita memahami hal ini dan
memberikan perlakuan yang berbeda kepada anak kita, terima dia apa adanya dan bantulah agar
berprestasi

Hal 150

dan buat dia menjadi anak yang luar biasa hebat dalam bidang yang dia sukai.

Jika kita tidak mengambil tanggung jawab kita, maka sudah ada yang bisa mengambil alih dan kita
tahu itulah game dan berbagai media sejenis yang siap menjadi guru dan pengaruh dalam
kehidupannya.

Coba perhatikan, didalam permainan game sekarang ini sudah sangat memperhatikan banyak Sisi
psiokologis manusia, jelaslah karena pasar mereka adalah manusia. Tetapi yang ingin kita bagikan
disini adalah mereka jauh lebih bisa mengerti manusia dari pada manusia sendiri kepada sesama
manusia.

Contohnya, jarang sekali atau bahkan tidak pernah ditemukan di dalam dunia game ada kecaman
dan makian saat seorang anak gagal memainkannya, yang ada adalah kata "Coba lagi, ingin
melanjutkan, dan sejenisnya."

Bandingkan dalam keseharian seorang anak atau kita orang dewasa, salah baru sekali atau dua kali
sudah di cap tidak bisa dan tidak becus. Dan label atau cap tersebut melekat di benak kita dan anak
kita yang artinya selamanya, padahal yang kita butuhkan

Hal 151

hanyalah latihan dan pembiasaan, karena kita belum tahu dan mengerti.
Di game tidak ada aturan seperti itu, mereka jauh lebih mengerti dan sabar daripada kita sesama
manusia. Game juga mengatasi banyak hal dalam kehidupan, beberapa waktu lalu ada seorang rekan
yang setiap hari kecanduan game karena kesepian, dan sulit berkomunikasi dengan keluarganya.

Dia akhirnya bermain game bertema peternakan yang umengikatnya”, setiap hari Ipad nya akan
mengeluarkan bunyi suara sapi, jika belum diberi makan, dan dia bisa mengangapnya nyata "Kasihan
belum makan sapisapiku” dan ada jam-jam tertentu dimana dia harus konsentrasi dengan gamenya
tanpa boleh diganggu. Seakan-akan hidupnya seperti seorang profesional yang sibuk namun, hanya
memberi makan sapi di gamenya, diceritakan sendiri kesehariannya dan kekonyolannya dengan
terbahak-bahak.

Nah, anda sudah tahu permasalahannya, lalu bagaimana mengatasinya? Ada 6 tips yang akan kami
bagikan dan bisa anda praktekkan dalam keseharian anda dan anak anda.

Hal 152

I. Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak Iebih banyak, menemani anak di rumah. Jika Anda
sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak anda sedang "sakit" dan perlu ditemani.

Mengembangkan cara berkomunikasi yang lebih enak dan nyambung dengan anak. Perhatikan
yotube siapa yang dia tonton dan anda perlu lihat juga agar komunikasi nyambungBerusaha
memahami kebutuhan anak, termasuk tangka Cinta anak.Menyelami game-game yang dimainkan
supaya bisa menjadi pintu masuk anda bicara dengan anak. Rencanakan waktu untuk makan
bersama dan rekreasi bersama. Saat ngobrol dengan remaja yang enak adalah saat situasi mereka
juga enak, saat makan dan santai.Jangan bicara apalagi dengan marah-marah kepada anak saat
mereka sedang main game. Hal itu justru membuat mereka bertambah terluka. Berusaha bicara
dengan menatap anak dengan kasih sayang.

Hal 153

akah anda tahu bahwa jika anak-anak yang terlalu Ap sering dalam bermain game bisa
membahayakan fisik serta psikologisnya?

sebuah penelitian yang dulu pernah dilakukan oleh Kaiser Family Foundation pada 2.032 orang anak
yang berusia antara 3 hingga 12 tahun tentang berapa sering anak-anak usia tersebut bermain Video
game ataupun game di komputer.

Ternyata sekitar 73% anak laki-laki yang berusia 8 sampai 10 tahun rata-rata bermain game selama
satu jam per hari dan hampir 68% anak dengan usia 12 tahun hingga 14 tahun bermain game yang
sebenarnya diperuntukan bagi usia 17 tahun ke atas.
Sebagaimana pernah dikutip dari Psychiatric Time, alasan anak-anak senang bermain game adalah
karena ingin mencoba hal yang baru dan juga untuk dapat menghilangkan stres dikarenakan tugas
sekolah ataupun karena adanya suatu masalah (biasanya masalah anak hanya sekolah dan keluarga).

Tetapi ternyata terlalu sering bemain game dapat mempengaruhi kepribadian anak itu sendiri. Hal
itu karena di usia 4 hingga 17 tahun anak-anak cenderung akan menyerap dan juga meniru segala
sesuatu yang

Hal 154

dilihatnya sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan tubuhnya.

Apalagi sekarang ini cukup banyak game yang biasa dimainkan oleh anak-anak yang didalamnya
mengandung unsur kekerasan. Dampak negatif dan bahaya video game bagi anak antara lain dapat
membentuk karakter anak menjadi seorang pemberontak, rasa ingin tahu yang beşar akan segala
sesuatu yang sebenarnya dilarang, serta mempunyai tingkah laku yang kadang sangat sulit diterima
oleh masyarakat.

Gangguan pada radang sendi anak

Salah satu yang menjadi masalah kesehatan dan seringkali terjadi pada anak yang senang main game
adalah postur tubuhnya yang membungkuk atau bengkok, hal ini dapat terjadi akibat posisi duduk
anak yang tidak beraturan saat bermain game di depan layar kompüter atau televisi. Selain itü
dengan seringnya bermain game setiap hari dengan rentang waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan kerusakan pada persendian ataupun iritasi kulit.

Gangguan pada penglihatan anak

Masalah lainnya yang juga bisa muncul karena banyak bermain game adalah seperti rusaknya
penglihatan

Hal 155

anak, hal ini dikarenakan waktu bermain game Yang terlalu lama dengan jarak mata dan juga
monitor yang terlalu dekat. Atau atau bisa juga dikarenakan ruangan Yang gelap dengan gambar
atau tampilan pada game yang berubah-ubah dengan cukup cepat.

Hal ini pernah dibuktikan oleh sebuah penelitian di Inggris dan Amerika yang menemukan gejala
sakit dan juga nyeri pada anak-anak setelah mereka bermain
game di handphone ataupun membuka aplikasi lainnya selama berjam-jam. Penyebabnya adalah
gerakan tangan yang selalu sama dan berulang-ulang ketika anak bermain game di handphone.
Dałam keadaan yang sangat parah, hal ini dapat menimbulkan rasa nyeri pada pergelangan tangan.

Bahaya obesitas pada anak

Bahaya atau dampak negatif lainnya dari terlalu seringnya anak bermain game adalah bisa
menyebabkan seorang anak terkena obesitas. Iłu dikarenakan kurangnya aktivitas di luar ruangan
dan mereka hanya duduk saja depan layar.

Perubahan sikap dan perilaku anak

Selain beberapa masalah pada fisik anak, terlalu sering

bermain game juga dapat menimbulkan beberapa

Hal 156

masalah psikologis pada anak. Khususnya apabila game yang dimainkan oleh anak mengandung
unsur kekerasan.

Bisa saja anak-anak akan menirukan apapun yang telah dilihatnya tersebut di dalam kehidupan
nyata, tidak heran apabila saat ini cukup banyak kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak di usia
sekolah dasar.

Kekerasan dalam game ternyata jauh lebih berbahaya, karena anak selalu terlibat di dalam interaksi
tersebut. Para pahlawan atau tokoh yang melakukan kekerasan di dalam game tersebut tidak pernah
mendapat hukuman dan malah cenderung dihargai, sehingga bisa saja anak akan berpandangan
bahwa kekerasan merupakan sesuatu yang sah dan benar.

Penelitian ilmiah yang telah dilakukan dapat membuktikan anak yang cukup sering bermain game
kekerasan cenderung berprilaku lebih agresif. Beberapa dampak negatif dan bahaya bermain video
game bagi anak tersebut tidak terbatas hanya pada game online, game komputer ataupun fasilitas
game Iainnya, tetapi juga berlaku bagi anak yang terlalu sering main game di gadget seperti
Handphone atau iPad.

Hal 157

şebenarnya seorang anak boleh saja jika ingin bermain game, asalkan waktu bermainnya dibatasi
dan hal yang paling penting adalah memilih game yang tepat untuk anak. Sekarang ini cukup banyak
game edukatif seperti di android, namun harus tetap dibatasi penggunaannya agar tidak berlebihan.
Serta yang tidak kalah penting adalah orangtua harus tegas dalam menentukan batasan waktu
bermain game bagi anaknya. Ada beberapa langkah yang.dapat anda lakukan untuk membantu anak
menghindari bahaya video game, antara lain:

Batasi waktu bermain video games, maksimal 4x30 Menit sehari.

Awasi ketika anak bermain agar tidak meniru hal-hal buruk yang mungkin ada di video game.

Pastikan anda memilihkan jenis permainan yang edukatif dan sesuai dengan usia anak.

Jangan letakkan perangkat video game di kamar anak, tetapi letakkan di ruang keluarga agar anda
tetap dapat selalu mengawasi.

Anda mungkin juga menyukai