Anda di halaman 1dari 7

KESEHATAN MENTAL

”Sering Marah Depan Anak Bisa Berpengaruh Pada Kesehatan Mental Mereka, Ini Lho yang

Perlu Dilakukan Orangtua!’

DI SUSUN OLEH : FAHRUL ARQAM


BK ( A ) SEMESTER 6

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP )


TAHUN AJARAN 2022/2023
Marah Depan Anak Bisa Berpengaruh Pada Kesehatan Mental

Marah menjadi bagian dari emosi dasar manusia yang bisa dialami oleh siapapun. Ungkapan hati ini biasanya
keluar secara alami dan terkadang spontan saat seseorang dihadapkan pada suatu hal. Tapi kalau perilaku ini
tak terkendali dan sering terjadi justru bisa berdampak buruk pada diri sendiri maupun orang lain.

Salah satunya sebagai orangtua yang memiliki anak. Terkadang para orangtua tak bisa menahan emosinya
hingga menunjukkan kemarahannya pada anak. Saat orangtua sering marah kepada anak secara berulang-
ulang ternyata bisa berpengaruh pada kesehatan mental anak, Beauties. 

1. Suka Membanding-Bandingkan
Anak depresi karena orang tua bisa terbentuk karena perilaku orang tua yang
seringkali membanding-bandingkan.

Disadari atau tidak, masih banyak orang tua yang sering membandingkan anaknya
dengan anak orang lain ataupun dengan saudara kandungnya sendiri, entah kakak atau
adiknya.

Hal ini disebut favoritisme. Favoritisme merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam
keluarga.

Ini bisa terjadi dan dilakukan secara sengaja atau terkadang pada beberapa orang tua
bahkan tidak menyadari bahwa mereka memperlakukan satu anak dengan lebih baik
dibandingkan lainnya.

oduk yang mungkin kamu suka


Bila Si Kecil dibandingkan terus-menerus dengan orang lain, hal tersebut dapat
membuat mereka berpikir bahwa keberadaan mereka tidak terlalu penting.

Anak mungkin juga akan berpikir bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang
tinggi, dan merasa keluarganya dapat merasa lebih bahagia tanpa mereka.

Perasaan tidak berharga dan rendah diri tersebut tidak hanya berdampak pada  masa
kanak-kanak  saja.

Sebab jika tidak diselesaikan sesegera mungkin, hal tersebut dapat berdampak hingga
anak menjadi dewasa .

Ini dapat memengaruhi hubungan persahabatan, hubungan romantis, dan hubungan


dengan anak-anak mereka sendiri di masa depan nantinya.
Maka dari itu, segera hentikan kebiasaan membanding-bandingkan tersebut ya, Moms.
Karena ini termasuk dalam perilaku yang membuat anak depresi karena orang tua.

2. Sering Meremehkan
Pembagian rapor sekolah telah tiba dan anak Moms sudah berusaha belajar dengan
maksimal, tetapi pencapaian hasilnya belum memuaskan Moms.

Lantas, sepanjang jalan Moms menggerutu dan menasihati anak untuk belajar lebih
giat lagi tanpa memberikan pujian terhadap usahanya.

Jangan lakukan hal ini pada anak Moms karena dia akan merasa tidak dihargai.

Bagaimana pun juga, Moms harus menghargai usahanya dan mencarikan solusi bijak
kepada anak Moms. 

Perilaku sering meremehkan anak juga bisa jadi salah satu penyebab anak depresi
karena orang tua.

3. Sering Memarahi
Anak depresi karena orang tua bisa jadi karena tindakan yang sering memarahi.
Tentunya, tidak ada orang yang senang dimarahi.

Sebaiknya Moms belajar untuk mengontrol emosi  ketika anak melakukan kesalahan.


Masa anak-anak adalah proses belajar untuk mengerti mana yang benar dan salah.

Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung memarahinya. Hal ini dapat
menyakiti hati sang buah hati dan membuatnya menangis.

Ingat, mereka sangat sensitif! Sebaiknya, tegurlah si anak dengan lembut dan jangan
malas untuk memberitahu kesalahannya sekaligus cara untuk memperbaiki
kesalahannya tersebut. 

4. Berteriak atau Membentak


Anak depresi karena orang tua juga dipengaruhi oleh tindakan orang tua yang sering
membentak dan meneriaki anak .

Jika Moms tidak menginginkan anak tumbuh menjadi anak yang kasar dan
membangkang, jangan lakukan hal ini.

Anak sering menjadikan orang tua sebagai figur utama yang dia contoh.
Berhentilah melakukan hal ini karena selain dapat menyakiti  hati anak  yang lembut,
hal ini juga dapat mengubah karakter anak menjadi kasar dan tidak sopan ketika
berbicara kepada orang lain. 

5. Bertindak Kasar

Anak depresi karena orang tua yang sering bertindak kasar.

Selain verbal, tak jarang juga orang tua menghukum anak dengan menyakiti fisiknya.
Misalnya, memukul, mencubit, menjewer, atau menoyor kepala si anak.

Saat Moms melakukan hal itu, sadarilah bahwa anak bukan hanya merasa sakit secara
fisik, tapi juga secara psikologis.

Jangan biarkan anak tumbuh dalam  ketakutan  terhadap orang tuanya karena dia akan
merasa tidak nyaman dan tertekan.

Sehingga, tak jarang pula kita mendengar berita tentang anak yang kabur dari rumah
karena perilaku kejam orang tua. 

Sebagai orang tua, Moms tentu harus membedakan tindakan yang tegas dan kasar
dalam menghadapi anak.

Tegas berarti lebih berorientasi terhadap hal-hal yang positif dan mendidik anak untuk
belajar lebih baik.

Sedangkan tindakan kasar hanya akan membuat anak menjadi trauma dan takut untuk
melangkah ke arah yang lebih baik.

6. Menganggap Remeh Perasaan Anak


Tidak menghargai perasaan anak juga menjadi salah satu penyebab anak depresi
karena orang tua, ya Moms.

Sebagai orang tua, sebaiknya Moms dan Dads dapat menjadi tempat bersandar dan
tempat bercerita oleh anak.

Dari situ, anak-anak akan belajar banyak hal, mulai dari mampu mengekspresikan diri
dan mengatasi emosi yang dialami.
Jika orang tua mendapati anak sedang berkeluh kesah akibat hal-hal yang buruk
menimpa harinya, jangan katakan sesuatu yang membuat Si Kecil harus menekan
perasaan, contohnya seperti mengatakan "tidak usah terlalu bersedih".

Sebaliknya, yang Moms dan Dads perlu lakukan adalah memahami  perasaan anak  dan
menanyakan apa yang harus dilakukan agar perasaan tidak nyaman anak tersebut dapat
teratasi.

Hal tersebut tentunya akan secara perlahan membuat Si Kecil belajar bagaimana cara
mengelola emosi yang benar, dan tidak hanya memendamnya yang dapat memicu
masalah psikologis di masa mendatang.

7. Berekspektasi Tinggi pada Anak


Setiap orang tua pastinya ingin anak mereka menjadi yang terbaik dalam segala hal.

Namun, bila terlalu berekspektasi tinggi dan menetapkan standar yang tinggi, hal
tersebut dapat memicu anak mengalami masalah dalam kepercayaan diri.

"Jika orang tua memiliki ekspektasi yang realistis, hal tersebut dapat mendorong
peningkatan kepercayaan diri anak dan mendorong perkembangan yang sehat.

Sebaliknya, memberi terlalu banyak tekanan pada anak dapat menyebabkan


peningkatan perasaan cemas dan dapat berdampak negatif pada rasa kepercayaan diri
mereka.

Terutama ketika mereka tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya," ungkap
Stefania Romanini, seorang Psikolog asal Afrika Selatan, seperti dilansir dari
AlbertonRecord.

8. Bertengkar di Depan Anak


Bukan hanya tindakan langsung kepada anak yang bisa jadi penyebab anak depresi
karena orang tua. Tapi juga pertengkaran antar orang tua meski tak melibatkan anak.

Sering kali, pertengkaran pasangan bisa melibatkan teriakan, memukul, hingga


melempar-lempar barang.

Jika Si Kecil menyaksikan atau mendengar hal buruk seperti itu, tentunya akan
berpengaruh negatif pada anak.
Dilansir dari laman UniversityofOregon , menjelaskan bahwa bayi dengan orang tua
yang sering berkonflik, memiliki reaktivitas yang lebih besar terhadap nada suara
marah di area otak yang terkait dengan stres dan regulasi emosi.

Selain itu, anak yang menyaksikan perdebatan orang tua nya dapat menyebabkan rasa
tidak aman, yang berdampak negatif pada hubungan orang tua dan anak.

Selain itu dapat menciptakan lingkungan yang penuh tekanan di mana seorang anak
memiliki sedikit kesempatan untuk dapat tumbuh dengan bahagia.

Lalu, ketika anak tersebut tumbuh dewasa, mereka masih harus menghadapi efek
jangka panjang dari trauma yang mereka alami.

Anak-anak dengan kondisi keluarga seperti itu akan lebih rentan  mengalami
depresi  dan kecemasan, serta kesulitan mengatur perhatian dan emosi.

Mereka juga akan berpotensi memiliki hubungan yang tidak sehat, serta mengalami
masalah fisik seperti sulit tidur  atau makan.

9. Berperan Telalu Banyak


Sering kali hal ini terjadi pada orang tua yang terlalu menyayangi anaknya, sehingga
segala masalah atau kesusahan yang dialami anaknya akan membuatnya turun tangan
secara langsung dan membantunya.

Dilansir dari PsychologyToday, jika hal tersebut terus terjadi, maka akan membuat
anak-anak menjadi memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang tua mereka.

Selain itu, anak-anak yang berada dalam situasi tersebut juga sulit  untuk mandiri ,
kekurangan motivasi dan semangat.

Jika nantinya mereka telah dewasa, mereka akan kurang matang secara emosional.

Untuk menghindari hal tersebut, Moms dan Dads sebaiknya melatih Si Kecil sejak dini
untuk mengatasi masalah yang ia hadapi seorang diri.

Hal ini akan melatih mereka menjadi mandiri, di mana jika berhasil, anak akan
semakin terampil dalam mengatasi suatu masalah yang mereka hadapi.

10. Tidak Konsisten


Mendidik anak secara tidak konsisten juga masuk dalam deretan penyebab anak
depresi karena orang tua.
Karena kelabilan orang tua dapat menyebabkan kebingungan pada anak.

Dilansir dari PsychologyToday, orang tua yang sering berubah pikiran, tidak
mengambil sikap, dan mengalami kesulitan membuat keputusan atau memberikan
kepemimpinan yang kuat, berisiko menghasilkan anak-anak yang secara emosional
yang juga tidak konsisten atau berubah-ubah.

Anak-anak seperti itu memiliki emosional yang tidak stabil dan identitas yang lemah.

Mereka mengalami kesulitan mendefinisikan diri mereka sendiri, dan sering


mengembangkan perilaku oposisi dan menantang untuk menyamarkan rasa tidak aman
mereka.

Menyediakan rumah dan kebutuhan yang stabil dan konsisten mungkin tidak dapat
dilakukan semua orang.

Namun, menyediakan pendidikan dari orang tua yang stabil dan konsisten selalu dapat
dilakukan oleh para orang tua.

Anda mungkin juga menyukai