Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Temper tantrum


Temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan
tidak terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak usia 15 bulan
hingga 6 tahun (Zaviera, 2008).
Tantrum lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap sulit
dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar yang tidak
teratur, sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru, lambat
beradaptasi terhadap perubahan, suasana hati lebih sering negative, mudah
terprovokasi, gampang merasa marah dan sulit dialihkan perhatiannya (Zaviera,
2008).
La Forge (dalam Zaviera, 2008) menilai bahwa tantrum adalah suatu
perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses
perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi.
Sebagai periode dari perkembangan, tantrum pasti akan berakhir.

2.2 Jenis Temper Tantrum


Dalam buku Temper Tantrum In Young Children, Psikolog Michael Potegal,
mengidentifikasikan dua jenis tantrum yang berbeda dengan landasan emosional
dan tingkah laku yang berbeda sebagai berikut:
1. Tantrum amarah (anger tantrum) dengan ciri menghentakkan kaki,
menendang, memukul, dan berteriak.
2. Tantrum kesedihan (distress tantrum) dengan ciri menangis dan terisak-isak,
membantingkan diri, dan berlari menjauh. Anak yang masih sangat kecil
sering mengungkapkan kesedihan atau kehilangan dengan tantrum
Dalam buku Raising Happy Children, Jan Parker dan Jan Stimpson, juga
memaparkan dua jenis tantrum yang berbeda:
1. Tantrum yang berawal dari kesedihan dan amarah
2. Tantrum yang berakar pada kebingungan dan ketakutan

2.3 Ciri-ciri anak yang sering mengalami Temper Tantrum


1. Hidup tidak teratur (tidur, makan, buang air besar, dan lain-lain)
2. Sulit beradaptasi dengan situasi atau orang-orang baru
3. Suasana hatinya seringkali negative
4. Cepat terpancing amarahnya
5. Sulit dialihkan perhatiaanya.

2.4 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya temper tantrum


Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya temper tantrum,
diantaranya adalah (Zaviera, 2008) :
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
Anak jika menginginkan sesuatu harus selalu terpenuhi, apabila tidak tidak
berhasil terpenuhinya keinginan tersebut maka anak sangat dimungkinkan
untuk memakai cara tantrum guna menekan orangtua agar mendapatkan apa
yang ia inginkan (Zaviera, 2008).
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.
Anak-anak mempunyai keterbatasan bahasa, pada saatnya dirinya ingin
mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtua pun tidak dapat
memahami maka hal ini dapat memicu anak menjadi frustasi dan terungkap
dalam bentuk tantrum (Zaviera, 2008).
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.
Anak yang aktif membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk selalu
bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Apabila suatu saat
anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil, maka anak
tersebut akan merasa stress. Salah satu contoh pelepasan stresnya adalah
tantrum (Zaviera, 2008).
4. Pola asuh orangtua.
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan tantrum.
Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapat apa yang ia inginkan, bisa
tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Anak yang terlalu
dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa tantrum ketika
suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dan didominasi oleh
orantuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi
orangtua dengan perilaku tantrum. Orangtua yang mengasuh anak secara
tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak tantrum (Zaviera, 2008).
Pola asuh orangtua dalam hal ini sebenarnya lebih pada bagaimana orangtua
dapat memberikan contoh atau teladan kepada anak dalam setiap bertingkah
laku karena anak akan selalu meniru setiap tingkah laku orangtua. Jika anak
melihat orangtua meluapkan kemarahan atau meneriakkan rasa frustasi
karena hal kecil, maka anak akan kesulitan untuk mengendalikan diri.
Seorang anak perlu melihat bahwa orang dewasa dapat mengatasi frustasi dan
kekecewaan tanpa harus lepas kendali, dengan demikian anak dapat belajar
untuk mengendalikan diri. Orangtua jangan menghadapkan anak dapat
menunjukkan sikap yang tenang jika selalu memberikan contoh yang buruk.
5. Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakit
Kondisi sakit, lelah serta lapar dapat menyebabkan anak menjadi rewel. Anak
yang tidak pandai mengungkapkan apa yang dirasakan maka kecenderungan
yang timbul adalah rewel, menangis serta bertindak agresif (Zaviera, 2008).
6. Anak sedang stress dan merasa tidak aman
Anak yang merasa terancam, tidak nyaman dan stress apalagi bila tidak dapat
memecahkan permasalahannya sendiri ditambah lagi lingkungan sekitar yang
tidak mendukung menjadi pemicu anak menjadi temper tantrum (Zaviera,
2008).
2.5 Manifestasi Tantrum Berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan kelompok usia tantrum dibedakan menjadi (Zaviera, 2008):
1. Di bawah 3 tahun
Anak dengan usia di bawah 3 tahun ini bentuk tantrumnya adalah menangis,
menggigit, memukul, menendang, menjerit, memekik-mekik,
melengkungkan punggung, melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan
tangan, menahan napas, membentur-benturkan kepala dan melempar-lempar
barang (Zaviera, 2008).
2. Usia 3-4 tahun
Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai dengan 4 tahun bentuk
tantrumnya meliputi perilaku pada anak usia di bawah 3 tahun ditambah
dengan menghentak-hentakkan kaki, berteriak-teriak, meninju, membanting
pintu, mengkritik dan merengek (Zaviera, 2008).
3. Usia 5 tahun ke atas
Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke atas semakin meluas yang meliputi
perilaku pertama dan kedua ditambah dengan memaki, menyumpah,
memukul, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja dan
mengancam (Zaviera, 2008).

2.6 Cara mencegah terjadinya temper tantrum pada anak :


1. Jangan menuruti kemauan anak secara langsung
Ketika kita sudah mengetahui kemauan anak, kita tidak harus segera
memberikannya. Pastikan lebih dulu anak dalam kondisi tenang jika dalam
keadaan marah maka anak akan merasa dengan marah keinginannya dapat
dipenuhi. Hal ini bisa mengurangi kemungkinan anak mengaitkan kemarahan
dengan terkabulnya kemauan.
2. Berikan hiburan yang disukai anak
Mengenali kesengan anak bisa menjadi modal untuk kita memberikan hiburan
yang tepat. Misalnya anak suka main diluar rumah, maka ketika tantrum
terjadi, kita bisa membuka pintu rumah jika anak posisinya dekat dengan
pintu jika sedang tidak dekat dengan pintu kita bisa membawanya mendekat
ke pintu. Melihat halaman luar diharapkan dapat mereduksi kemarahan anak.
3. Memenuhi keinginan anak saat sudah tenang
Pastikan anak benar – benar tenang, bukan sekedar tangisnya berhenti.
Tenang berarti anak benar – benar sudah rileks. Untuk memastikannya, kita
bisa mengamati dan mengajaknya mengobrol. Jika anak sudah mulai tertarik
membicarakan hal lain atau beraktivitas lain, maka kita bisa memberikan apa
yang diinginkan. Jika ini intens dilakukan, berarti kita memperbesar
kemungkinan anak mengaitkan suasana tenang dengan dipenuhinya
keinginan.
4. Jangan memarahi anak pada saat anak sedang marah
Ketika anak sedang tantrum, sangat mungkin orang tua merasa tidak tahan.
Hal ini bisa memancing emosi orang tua untuk memarahi anak. Kemarahan
kita justru membuat anak semakin marah. Anak sangat sensitif pada saat
kondisi emosional. Jangankan marah,omongan kita yang biasa saja bisa
mereka artikan sebagai kemarahan atau larangan.

2.7 Cara mengatasi Temper Tantrum


1. Mencegahnya jika mungkin. Orang tua pasti sangat mengenal anaknya untuk
menangkap perubahan yang terjadi padanya. Jika orang tua melihat anak
menjadi sensitive, muka merah, dan cemberut, cepat alihkan perhatiannya ke
kegiatan lain.
2. Buatlah catatan kapan waktu tersering anak mulai ngambek dan mengapa hal
itu terjadi. Jika ngambek sering terjadi misalnya bila anak kelelahan saat pergi
ke supermarket, orang tua dapat mencegahnya.
3. Bersikaplah tetap tenang. Jika anak mengamuk, membentaknya hanya akan
membuatnya semakin marah bahkan memukul anda. Cobalah untuk tetap
tenang sehingga anda membantu anak untuk mengatasi emosinya, anak akan
belajar mencontoh dari anda. Semuanya merupakan bagian dari
perkembangan emosinya. Yang terpenting adalah mengatasinya dengan
tenang, sabar, dan konsisten. Bila anda merasa tidak dapat menahan emosi,
cobalah untuk meminta orang lain menggantikan anda dahulu dan pergilah
sejenak ke ruangan lain untuk menenangkan diri.
4. Alihkan perhatian. Untuk anak kurang dari 18 buan, menasihatinya dan
memberikan alas an saat dia mengamuk tidaklah bermanfaat karena dia belum
bisa menerima pemikiran anda. Cobalah mengalihkannya dengan memeluk
atau menggendongnya, dan memberikan mainan. Untuk anak diatas 18 bulan,
alihkan perhatiannya.

Anda mungkin juga menyukai