DI SEKOLAH DASAR
Disusun oleh :
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta kesehatan Jasmani dan Rohani sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Permasalahan Temper Tantrum
Pada Anak Di Sekolah Dasar” guna melengkapi salah satu tugas Mata
Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Makalah ini disusun atas kontribusi
berbagai pihak dalam pengerjaannya. Kami berharap semoga makalah
yang kami susun dapat berguna dan bermanfaat dalam menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...............................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran orangtua yang menginginkan anak menjadi pribadi yang baik
dan dapat mengendalikan diri serta emosi sering kali tidak berjalan sesuai
dengan keinginan dan kenyataan yang ada. Dalam kesehariannya masih
banyak anak yang kurang dan belum mampu mengendalikan emosi-emosi
yang sedang berkembang pada dirinya.
Permasalahan yang sering kali timbul adalah tempertantrum.
Kesulitan dalam mengendalikan luapan emosi yang berlebih dan tidak
terkontrol yang biasanya identik terjadi pada anak-anak dengan disertai
aktivitas fisik memukul, berteriak, menjerit, merusak dan melempar
benda-benda yang ada disekitar hingga menangis merupakan bentuk kasus
umum yang terjadi pada tempertantrum. Temper tantrum bukan hanya cara
anak mengutarakan perasaan emosi dan juga kesensitivan yang tidak ia
dapatkan. Temper tantrum merupakan cara anak menanggapi perasaan
frustasi yang tidak dapat lagi ditahan. Namun pada diri anak masih belum
bisa untuk mengendalikan dan memberi batasan apa yang ia inginkan
sehingga obyek sasaranya masih belum jelas sehingga bisa saja menyerang
orang dan mengganggu orang sekitar dan membuat orang yang berada
disekitarnya tersulut emosinya.
3
aktivitas dan hal-hal yang positif. Untuk itu perlu adanya berbagai
pelatihan dan pengetahuan bagi guru dan orangtua untuk mengenal dan
mengatasi permasalahan temper tantrum yang terjadi pada anak, agar
dapat menangani permasalahan ini dengan baik kedepannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan termper tantrum?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi temper tantrum pada anak?
3. Apa saja jenis-jenis temper tantrum?
4. Bagaimana proses dan kriteria diagnosis tantrum yang terjadi pada
anak?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan temper tantrum
2. Mengetahui apa yang menjadi penyebab anak mengalami temper
tantrum
3. Mendeskripsikan penanganan atau mengatasi anak yang temper
tantrum
4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi orang tua dalam mengatasi
anak temper tantrum
4
BAB II
PEMBAHASAN
Temper tantrum adalah suatu letupan amarah anak yang sering terjadi
pada saat anak menunjukkan sikap negativistic atau penolakan dengan
keras. Temper tantrum terjadi pada anak karena anak belum mampu
mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat.
Temper tantrum merupakan anak yang bermasalah terhadap
perkembangan emosi, dengan ciri :
5
kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan
kepribadian. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya
dengan kepribadian anak setelah menjadi dewasa.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat
dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak
menjadi dewasa.
C. Jenis-Jenis Tantrum
Temper tantrum pada anak memiliki dua jenis, yaitu :
a. Tantrum amarah :Tantrum amarah dengan cirri menghentakkan kaki,
menendang, memukul, dan berteriak
b. Tantrum kesedihan :Tantrum kesedihan dengan cirri menangis terisak-
isak, membanting kandiri, dan berlari menjauh
6
membentuk perilaku tantrum sebagai senjata untuk melawan segala
bentuk serangan dari lingkungannya.
2. Berdasarkan kecenderungan bentuk perilaku yang dimunculkan anak
berdasarkan usia
USIA
7
membenturkan kepala ke tembok atau ke lantai, membantingkan
badan ke lantai, mencakar muka atau memaksa diri untuk muntah atau
batuk dan sebagainya.
G. Pencegahan Tantrum
Mencegah terjadinya tantrum dapat dilakukan dengan mengenali
kebiasaan-kebiasaan anak dan mengetahui secara pasti pada kondisi-
kondisi seperti apa tantrum terjadi pada anak. Misalnya, pada anak yang
8
aktif bergerak dan gampang stres maka orang tua perlu mengatur kondisi
agar anak tidak dibuat bosan agar selama perjalanan diusahakan sering-
sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari
diluar mobil. Mendampingi anak mengerjakan tugas-tugas sekolah dan
mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi
stres. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah,
tapi juga pada permainan-permainan, sehingga ketika ia mengalami
kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk. Hal
lain yang bisa dilakukan adalah orang tua perlu memperlakukan anak
secara tepat dengan tidak terlalu memanjakan dan tidak pula terlalu
menelantarkan anak, hubungan anak adalah hubungan kasih sayang dan
perhatian yang proposional.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah tantrum, yakni
perlunya mengidentifikasi konsekuensi dari tantrum, maksudnya bahwa
orang tua perlu mengetahui adakah perilaku dari orangtua atau orang lain
disekitar anak yang justru mendorong dan memberpenguatan terhadap
terjadinya tantrum. Jika ada maka perlu dihilangkan. Selainitu, perlu juga
diwujudkan atau dibangun sebuah sistem reward (penghargaan) untuk
menjaga anak tetap berperilaku terkontrol. Memberikan penghargaan atau
hadiah pada saat tantrum terjadi adalah tidak tepat sebab akan
mengkondisikan anak untuk selalu mengulanginya. Untuk anak yang
usianya lebih tua perlu diajarkan dan dilatih dengan copingskill dalam
menghadapi situasi yang dapat membuat dia tantrum.
Beberapa panduan untuk orangtua guna mencegah terjadinya tantrum
yakni; mengalihkan perhatian anak, mencoba menemukan alasan
kemarahan, menghindari rasa malu kepada anak perihal rasa marah,
ajarkan anak mengenai intensitas tingkat kemarahan, atur secara jelas
batasan harapan akan manajemen kemarahan sesuai dengan usia,
kemampuan dan tempramennya, mengembangkan komunikasi terbuka
dengan anak dan mengajarkan empati dengan memberikan pemahaman
akan efek yang bias ditimbulkan dari sikap mereka terhadap orang lain.
9
H. Tindakan Yang Perlu Dilakukan Dan Dihindari Saat Tantrum
Terjadi
Ketika tantrum terjadi hal yang sangat penting bagi orang tua adalah
segera mengambil tindakan yang tepat, sebab apapun tindakan yang
dilakukan oleh orangtua akan berdampak pada perilaku dan respon anak
pada masa yang akan datang, maka orangtua perlu memahami apa saja
yang perlu dilakukan dan hal apa saja yang mestinya dihindari. Ada tiga
hal yang perlu dilakukan sesegera mungkin saat tantrum terjadi, yakni
memastikan segalanya aman, perlunya orangtua mengontrol emosinya,
serta tidak ambil peduli terhadap pandangan sinis atau ucapan negative
serta segala bentuk reaksi dari lingkungan.
Jika tantrum terjadi maka biarkanlah anak untuk melampiaskan
emosinya tapi pastikan bahwa segala sesuatunya dalam keadaan aman.
Segera evakuasi anak pada tempat-tempat yang empuk seperti kasur atau
sofa, jauhkan anak pada benda-benda yang rawan untuk dirusak seperti
televisi, hand-phone, remote control dan lain-lain. Ada baiknya jika anak
didekap atau dipeluk dengan penuh kasih sayang akan tetapi jika dia
meronta-ronta, memukul atau bahkan mencakar orangtua atau
pengasuhnya sebaiknya tindakan ini jangan dilakukan sebab hanya akan
memicu dan memprovokasi orangtua untuk bertindak kasar pada anak.
Orangtua harus tetap tenang serta berusaha mengontrol emosi untuk tetap
stabil.Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada
anak. Jika terjadi pada tempat umum (ruang publik) seperti swalayan,
pesawat, kendaraan umum, kemungkinan besar lingkungan akan
memberikan reaksi negatif yang dapat memicu emosi orangtua, maka yang
perlu dilakukan adalah jangan terpengaruh dengan reaksi tersebut tetap
sabar dan kendalikan emosi.
Tindakan yang perlu dihindari adalah membujuk, berargumen,
memberikan nasihat-nasihat moral agar anak diam. Usaha menghentikan
tantrum dengan cara-cara seperti itu ibarat “menyiram bensin dalam api”,
anak akan semakin kuat mengekspresikan kemarahannya dan intensitasnya
meningkat. Meminta anak untuk diam dengan memberi hadiah atau
10
menjanjikan hadiah juga merupakan tindakan yang perlu dihindari. Sebab,
sama saja mengajarkan anak untuk menggunakan tantrum sebagai senjata
untuk meluluskan keinginannya atau mendapatkan hadiah. Paling penting
untuk dihindari adalah memaksa anak diam dengan kata-kata kasar atau
menggunakan hukuman fisik dan kekerasan (mencubit, memukul,
menjewer, mengurung dalam kamar mandi,mengikat), hal ini samadengan
mengajarkan anak menggunakan cara-cara kekerasan jika menghadapi satu
masalah.
Satu hal lagi yang perlu dihindari oleh orang tua, yakni meluluskan
keinginan anak yang semula dilarang dengan harapan dia akan diam dan
berhenti tantrum. Cara ini mungkin efektif untuk menghentikan tantrum
anak pada saat itu tapi mungkin juga tidak. Hanya saja yang perlu
ditekankan mengapa hal ini perlu dihindari sebab cara ini akan memberi
efek negatif pada perkembangan anak dan polarelasi dengan orangtua
dalam pengasuhan. Seperti juga dengan cara memberi hadiah caraini
memberikan penguatan kepada anak untuk menggunakan cara cara seperti
meraung-raung, mengamuk, mengumpat dan bentuk tantrum lainnya
sebagai bentuk “demontrasi” guna mendapatkan posisi tawar memuluskan
keinginan dan harapannya yang terhalang oleh pertimbangan orangtua.
Tentu saja ini dapat diterapkan pada anak yang relatif sudah lebih dewasa,
sekitar usia 3-6 tahun.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13