Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERMASALAHAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK

DI SEKOLAH DASAR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik


yang Diampu oleh Dr. Sri Maslihah, M.Psi.

Disusun oleh :

1. Chitra Rubiah (2104895)


2. Annisa Indriyani (2104271)
3. Windi Harwiyati (2104156)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta kesehatan Jasmani dan Rohani sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Permasalahan Temper Tantrum
Pada Anak Di Sekolah Dasar” guna melengkapi salah satu tugas Mata
Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Makalah ini disusun atas kontribusi
berbagai pihak dalam pengerjaannya. Kami berharap semoga makalah
yang kami susun dapat berguna dan bermanfaat dalam menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah membantu. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang.

Depok, 22 November 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5

A. Pengertian Temper Tantrum .................................................................. 5


B. Faktor Yang Mempengaruhi Temper Tantrum .................................... 6
C. Jenis-Jenis Tantrum ................................................................................. 6
D. Bentuk-Bentuk Perilaku Tantrum .......................................................... 6
E. Kriteria Diagnosis Temper Tantrum ...................................................... 8
F. Cara Menghadapi Anaka Dengan Temper Tantrum ........................... 8
G. Pencegahan Tantrum ............................................................................... 9
H. Tindakan Yang Perlu Dilakukan atau Dihindari saat Tantrum
Terjadi .......................................................................................................10

BAB III PENUTUP .............................................................................................12

A. Kesimpulan ...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran orangtua yang menginginkan anak menjadi pribadi yang baik
dan dapat mengendalikan diri serta emosi sering kali tidak berjalan sesuai
dengan keinginan dan kenyataan yang ada. Dalam kesehariannya masih
banyak anak yang kurang dan belum mampu mengendalikan emosi-emosi
yang sedang berkembang pada dirinya.
Permasalahan yang sering kali timbul adalah tempertantrum.
Kesulitan dalam mengendalikan luapan emosi yang berlebih dan tidak
terkontrol yang biasanya identik terjadi pada anak-anak dengan disertai
aktivitas fisik memukul, berteriak, menjerit, merusak dan melempar
benda-benda yang ada disekitar hingga menangis merupakan bentuk kasus
umum yang terjadi pada tempertantrum. Temper tantrum bukan hanya cara
anak mengutarakan perasaan emosi dan juga kesensitivan yang tidak ia
dapatkan. Temper tantrum merupakan cara anak menanggapi perasaan
frustasi yang tidak dapat lagi ditahan. Namun pada diri anak masih belum
bisa untuk mengendalikan dan memberi batasan apa yang ia inginkan
sehingga obyek sasaranya masih belum jelas sehingga bisa saja menyerang
orang dan mengganggu orang sekitar dan membuat orang yang berada
disekitarnya tersulut emosinya.

Tempertantrum merupakan gejala perkembangan yang berhubungan


deangan emosi, dimana perkembangan emosi yang ada mengalami
hambatan yang berakibat dengan perilaku negatif berupa sulit dalam
pengendalian diri dan cenderung dinotasikan sebagai hal-hal yang negatif
sehingga anak dalam masa perkembangannya memiliki banyak gangguan
dan masalah, kebiasaan ini nantinya menyulitkan anak untuk bisa
bersosialisasi dengan teman sebayanya karena dinilai memiliki
kepribadian yang berbeda.

Oleh karena itu anak perlu mendapatkan bimbingan dan perhatian


dalam menyalurkan emosi yang keluar dari dalam dirinya kedalam

3
aktivitas dan hal-hal yang positif. Untuk itu perlu adanya berbagai
pelatihan dan pengetahuan bagi guru dan orangtua untuk mengenal dan
mengatasi permasalahan temper tantrum yang terjadi pada anak, agar
dapat menangani permasalahan ini dengan baik kedepannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan termper tantrum?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi temper tantrum pada anak?
3. Apa saja jenis-jenis temper tantrum?
4. Bagaimana proses dan kriteria diagnosis tantrum yang terjadi pada
anak?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan temper tantrum
2. Mengetahui apa yang menjadi penyebab anak mengalami temper
tantrum
3. Mendeskripsikan penanganan atau mengatasi anak yang temper
tantrum
4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi orang tua dalam mengatasi
anak temper tantrum

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Temper Tantrum

Temper tantrum adalah suatu letupan amarah anak yang sering terjadi
pada saat anak menunjukkan sikap negativistic atau penolakan dengan
keras. Temper tantrum terjadi pada anak karena anak belum mampu
mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat.
Temper tantrum merupakan anak yang bermasalah terhadap
perkembangan emosi, dengan ciri :

a. Marah berlebihan seperti ingin merusak diri dan barang


disekelilingnya
b. Tidak dapat mengungkapkan keinginannya
c. Takut yang sangat kuat sehingga mengganggu orang di sekitarnya
d. Pemalu, hingga menarik diri dari lingkungannya
e. Hipersensitif (sangat peka, sulit mengatasi perasaan tersinggung dan
pandangan cenderung negatif)
Temper tantrum pada anak usia tiga sampai empat tahun meliputi
menangis,menggigit, menjerit, memukul, menendang, melemparkan diri
ke lantai, melengking, melengkungkan punggung, memukul secara
membabi buta, menahan nafas, membenturkan kepala, melemparkan
barang, menghentak-hentakkan kaki, berteriak-teriak, meninju,
membanting pintu, merengek, bahkan memecahkan.
Temper tantrum harus segera diatasi agar tidak membawa dampak saat
ia sudah dewasa. Adapun dampak yang disebabkan oleh temper tantrum
adalah :
a. Anak akan menjadikan tantrum sebagai senjata untuk dipenuhi
keinginannya, serta kurang dapat menunda keinginannya.
b. Perkembangan intelektual dan sosial anak temper tantrum kurang
seimbang.

Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting


perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan

5
kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan
kepribadian. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya
dengan kepribadian anak setelah menjadi dewasa.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat
dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak
menjadi dewasa.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Temper Tantrum


Adapun faktor-faktor tertentu yang dapat memacu dan mempengaruhi
terjadinya tempertantrum pada anak, yaitu :
a. Keinginan anak yang tidak dituruti
b. Ketidakmampuan anak untuk mengungkapkan perasaan
c. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Pola asuh orang tua
e. Perasaan lelah, lapar, sakit
f. Keadaan stress dan rasa tidak nyaman pada diri anak

C. Jenis-Jenis Tantrum
Temper tantrum pada anak memiliki dua jenis, yaitu :
a. Tantrum amarah :Tantrum amarah dengan cirri menghentakkan kaki,
menendang, memukul, dan berteriak
b. Tantrum kesedihan :Tantrum kesedihan dengan cirri menangis terisak-
isak, membanting kandiri, dan berlari menjauh

D. Bentuk-Bentuk Perilaku Tantrum


1. Berdasarkan proses pembentukannya
Dapat melalui tiga tahap, yakni tahap pemicu (trigger), tahap
respon dan tahap pembentukan. Tahap pemicu tampak pada saat anak
diserang, dikritik atau diteriaki oleh orang tua atau saudara dengan
sesuatu yang menyakitkan atau menjengkelkan. Kemudian, anak
merespon kritikan tersebut secara agresif dan destruktif. Jika perilaku
agresi yang dimunculkan oleh anak tersebut mendapatkan reward dari
penyerang (attacker) dengan menjadi diam atau berhenti mengkritik,
maka taktik ini dianggap berhasil. Disinilah anak akan mulai belajar

6
membentuk perilaku tantrum sebagai senjata untuk melawan segala
bentuk serangan dari lingkungannya.
2. Berdasarkan kecenderungan bentuk perilaku yang dimunculkan anak
berdasarkan usia

USIA

< 3 TAHUN 3-4 TAHUN (B) >5 TAHUN (C)


(A)

Menangis Selain perilaku A : Selain perilaku A dan


Menggigit Mengentakkan kaki B, juga :
Memukul
Berteriak-teriak Memaki
Menendang
Menjerit Meninju Menyumpah
Memekik-mekik Membanting pintu Memukul
Melengkungkan
Mengkritik kakak/adik/temannya
punggung
Melempar badan Merengek Mengkritik diri sendiri
ke lantai Memecahkan barang
Memukul tangan
dengan sengaja
Menahan nafas
Membenturkan Mengancam
kepala
Melemparkan
barang

3. Berdasarkan arah agresivitasnya


Agresivitas dapat dibagi menjadi dua yakni agresivitas yang
diarahkan keluar dan ke dalam dirinya. Perilakuagresivitas yang
diarahkankeluar, misalnya anak menampilkan agresif dengan
merusak objek disekitarnya seperti mainan, perabot rumah tangga,
benda-benda elektronik dan lain-lain. Selain pada benda, agresivitas
juga ditunjukan dalam bentuk kekerasan kepada orang tua, saudara,
kawan maupun orang lain dengan cara mengumpat, meludahi,
memukul, mencakar, menendang serta tindakan lainnya yang
bermaksud menyakiti orang lain. Perilaku agresif yang diarahkan
kedalam diri, misalnya menggaruk kulit sampai berdarah,

7
membenturkan kepala ke tembok atau ke lantai, membantingkan
badan ke lantai, mencakar muka atau memaksa diri untuk muntah atau
batuk dan sebagainya.

E. Kriteria Diagnosis Temper Tantrum


Perilaku yang dapat menjadi dasar diagnosis mencakupi hal-halberikut :
1. Perkelahian atau menggertak pada tingkat berlebihan
2. Kejam terhadap hewan atau sesama manusia
3. Perusakan yang hebat atas barang milik orang lain
4. Membakar
5. Pencurian
6. Pendustaan berulang-ulang
7. Membolos dari sekolah dan berlari dari rumah
8. Sangat sering meluapkan temper tantrum yang hebat dan tidak biasa
9. Perilaku provokatif yang menyimpang
10. Sikap menentang yang berat dan menetap

F. Cara Menghadapi Anak Dengan Temper Tantrum


Orangtua sering sekali merespon anak yang tantrum dengan cara yang
tidak tepat, yakni 59 % mencoba menenangkan anak, 37 % mengacuhkan
dan sebanyak 31 %menyuruh anak diam. Data ini menunjukan bahwa
orang tua sering keliru ketika menghadapi anak yang mengalami tantrum.
Padahal, sejatinya tantrum adalah sebuah kesempatan bagi orang tua untuk
mengenalkan emosi marah pada anak dan bagaimana mengatasinya.
Karena itulah penting sekali bagi orangtua untuk mengetahui cara
merespon tantrum secara tepat. Bagaimana pencegahannya, tindakan apa
yang perlu dilakukan dan tindakan yang perlu dihindari saat tantrum
berlangsung serta bagaimana orangtua mengenalkan anak mengenai
manajemen marah paska tantrum.

G. Pencegahan Tantrum
Mencegah terjadinya tantrum dapat dilakukan dengan mengenali
kebiasaan-kebiasaan anak dan mengetahui secara pasti pada kondisi-
kondisi seperti apa tantrum terjadi pada anak. Misalnya, pada anak yang

8
aktif bergerak dan gampang stres maka orang tua perlu mengatur kondisi
agar anak tidak dibuat bosan agar selama perjalanan diusahakan sering-
sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari
diluar mobil. Mendampingi anak mengerjakan tugas-tugas sekolah dan
mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi
stres. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah,
tapi juga pada permainan-permainan, sehingga ketika ia mengalami
kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk. Hal
lain yang bisa dilakukan adalah orang tua perlu memperlakukan anak
secara tepat dengan tidak terlalu memanjakan dan tidak pula terlalu
menelantarkan anak, hubungan anak adalah hubungan kasih sayang dan
perhatian yang proposional.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah tantrum, yakni
perlunya mengidentifikasi konsekuensi dari tantrum, maksudnya bahwa
orang tua perlu mengetahui adakah perilaku dari orangtua atau orang lain
disekitar anak yang justru mendorong dan memberpenguatan terhadap
terjadinya tantrum. Jika ada maka perlu dihilangkan. Selainitu, perlu juga
diwujudkan atau dibangun sebuah sistem reward (penghargaan) untuk
menjaga anak tetap berperilaku terkontrol. Memberikan penghargaan atau
hadiah pada saat tantrum terjadi adalah tidak tepat sebab akan
mengkondisikan anak untuk selalu mengulanginya. Untuk anak yang
usianya lebih tua perlu diajarkan dan dilatih dengan copingskill dalam
menghadapi situasi yang dapat membuat dia tantrum.
Beberapa panduan untuk orangtua guna mencegah terjadinya tantrum
yakni; mengalihkan perhatian anak, mencoba menemukan alasan
kemarahan, menghindari rasa malu kepada anak perihal rasa marah,
ajarkan anak mengenai intensitas tingkat kemarahan, atur secara jelas
batasan harapan akan manajemen kemarahan sesuai dengan usia,
kemampuan dan tempramennya, mengembangkan komunikasi terbuka
dengan anak dan mengajarkan empati dengan memberikan pemahaman
akan efek yang bias ditimbulkan dari sikap mereka terhadap orang lain.

9
H. Tindakan Yang Perlu Dilakukan Dan Dihindari Saat Tantrum
Terjadi
Ketika tantrum terjadi hal yang sangat penting bagi orang tua adalah
segera mengambil tindakan yang tepat, sebab apapun tindakan yang
dilakukan oleh orangtua akan berdampak pada perilaku dan respon anak
pada masa yang akan datang, maka orangtua perlu memahami apa saja
yang perlu dilakukan dan hal apa saja yang mestinya dihindari. Ada tiga
hal yang perlu dilakukan sesegera mungkin saat tantrum terjadi, yakni
memastikan segalanya aman, perlunya orangtua mengontrol emosinya,
serta tidak ambil peduli terhadap pandangan sinis atau ucapan negative
serta segala bentuk reaksi dari lingkungan.
Jika tantrum terjadi maka biarkanlah anak untuk melampiaskan
emosinya tapi pastikan bahwa segala sesuatunya dalam keadaan aman.
Segera evakuasi anak pada tempat-tempat yang empuk seperti kasur atau
sofa, jauhkan anak pada benda-benda yang rawan untuk dirusak seperti
televisi, hand-phone, remote control dan lain-lain. Ada baiknya jika anak
didekap atau dipeluk dengan penuh kasih sayang akan tetapi jika dia
meronta-ronta, memukul atau bahkan mencakar orangtua atau
pengasuhnya sebaiknya tindakan ini jangan dilakukan sebab hanya akan
memicu dan memprovokasi orangtua untuk bertindak kasar pada anak.
Orangtua harus tetap tenang serta berusaha mengontrol emosi untuk tetap
stabil.Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada
anak. Jika terjadi pada tempat umum (ruang publik) seperti swalayan,
pesawat, kendaraan umum, kemungkinan besar lingkungan akan
memberikan reaksi negatif yang dapat memicu emosi orangtua, maka yang
perlu dilakukan adalah jangan terpengaruh dengan reaksi tersebut tetap
sabar dan kendalikan emosi.
Tindakan yang perlu dihindari adalah membujuk, berargumen,
memberikan nasihat-nasihat moral agar anak diam. Usaha menghentikan
tantrum dengan cara-cara seperti itu ibarat “menyiram bensin dalam api”,
anak akan semakin kuat mengekspresikan kemarahannya dan intensitasnya
meningkat. Meminta anak untuk diam dengan memberi hadiah atau

10
menjanjikan hadiah juga merupakan tindakan yang perlu dihindari. Sebab,
sama saja mengajarkan anak untuk menggunakan tantrum sebagai senjata
untuk meluluskan keinginannya atau mendapatkan hadiah. Paling penting
untuk dihindari adalah memaksa anak diam dengan kata-kata kasar atau
menggunakan hukuman fisik dan kekerasan (mencubit, memukul,
menjewer, mengurung dalam kamar mandi,mengikat), hal ini samadengan
mengajarkan anak menggunakan cara-cara kekerasan jika menghadapi satu
masalah.
Satu hal lagi yang perlu dihindari oleh orang tua, yakni meluluskan
keinginan anak yang semula dilarang dengan harapan dia akan diam dan
berhenti tantrum. Cara ini mungkin efektif untuk menghentikan tantrum
anak pada saat itu tapi mungkin juga tidak. Hanya saja yang perlu
ditekankan mengapa hal ini perlu dihindari sebab cara ini akan memberi
efek negatif pada perkembangan anak dan polarelasi dengan orangtua
dalam pengasuhan. Seperti juga dengan cara memberi hadiah caraini
memberikan penguatan kepada anak untuk menggunakan cara cara seperti
meraung-raung, mengamuk, mengumpat dan bentuk tantrum lainnya
sebagai bentuk “demontrasi” guna mendapatkan posisi tawar memuluskan
keinginan dan harapannya yang terhalang oleh pertimbangan orangtua.
Tentu saja ini dapat diterapkan pada anak yang relatif sudah lebih dewasa,
sekitar usia 3-6 tahun.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Temper tantrum terjadi pada anak karena anak belum mampu


mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat,
dengan ciri marah berlebihan, tidak dapat mengungkapkan keinginannya,
takut berlebihan, pemalu, dan hipersensitif. Perilaku tantrum adalah
perilaku yang bersifat universal dan normalterjadi pada anak. Hanya saja
banyak orangtua yang meresponnya secara tidak tepat dengan
menganggapnya sebagai sesuatu yang mengganggu dan distress. Salah
merespon anak yang tantrum akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan berikutnya.

Oleh karena itu, penting sekali bagi orangtua untuk memahami


mengenai tantrum, bagaimana mencegahnya, bagaimana menghadapinya,
serta pelajaran apa yang dapat diberikan oleh orangtua pada anak paska
tantrum terkait dengan manajemen marah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yunianto, Joko. Pengaruh Senam Otak Terhadap Perilaku Temper


Tantrum Pada Anak Usia Prasekolah Di TK. Al Ikhlas Nglempongsari
Ngaglik Sleman. STIK Aisyiyah : Yogyakarta. 2014.
Marsela Wahyu Suzanti, Enggar Riyani, A. Istiqomah, Citra Ihtiar.
Efektivitas Finger Painting Untuk Menurunkan Perilaku Temper Tantrum
Pada Anak KB PK Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta :
Yogyakarta. 2014
Syam, Subham. Hubungan Pola Asuh Orang Terhadap Kejadian
Temper Tantrum Anak Usia Toddler Di PAUD Dewi Kunti Surabaya.
Universitas Airlangga : Surabaya. 2013.
Kristiyanto, Almunawar. Strategi Penanganan Anak Temper
Tantrum Melalui Terapi Permainan Puzzle Di TK Desa Jatingarang,
Jatingarang, Weru, Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta :
Surakarta. 2013.
Silvia D. Elvira. Buku Ajar Psikiatri Ed.2 Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2013.
Syamsuddin. Mengenal Perilaku Tantrum Dan Bagaimana
Mengatasinya. Sulawesi Selatan. 2013.
Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta.
2003.

13

Anda mungkin juga menyukai