Oleh :
ALIF FIANA
1715152330
Bimbingan dan Konseling
MAKALAH ILMIAH
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan teman-teman dan bimbingan Dosen kami, Dra.Gusti
Yarmi, M.Pd., sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang
pengaruh perceraian orang tua terhadap tingkat kematangan emosi remaja yang
penulis sajikan berdasarkan sumber teori yang ada. Semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta prodi Bimbingan dan Konseling
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing, penulis meminta masukan demi
perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca
Bekasi, 16 Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa Remaja dikenal sebagai periode perubahan. Tingkat perubahan
dalam sikap dan perilaku selama masa remaja, sejajar dengan tingkat perubahan
fisik. Menurut Hurlock, ada lima perubahan remaja yang hampir bersifat
universal, salah satunya adalah meningginya emosi. Perubahan emosi biasanya
terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, sehingga meningginya emosi lebih
menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja.1 Remaja akhir cenderung
memiliki emosi yang labil, oleh sebab itu terkadang muncul dalam bentuk yang
meledak-ledak. Pada fase ini, perilaku remaja mendadak menjadi sulit diduga dan
seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.
Remaja yang dapat mengendalikan emosinya dapat mendatangkan
kebahagiaan yang biasa disebut kematangan emosi. Kematangan emosi adalah
kesanggupan individu untuk menghadapi tekanan berat dalam kondisi yang tetap
baik. Kematangan emosi remaja yang baik, dapat terbentuk karena beberapa
faktor, seperti keluarga, jenis kelamin, dan media. Faktor yang akan penulis bahas
pada makalah ini adalah fakor keluarga.
Keluarga merupakan satuan terkecil di dalam masyarakat, tetapi
menempati kedudukan yang primer. Keluarga merupakan wadah utama bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak.. Keluarga pada awalnya terbentuk karena
adanya perkawinan, namun dalam sebuah hubungan tidak jarang timbul konflik
baik dari pihak suami ataupun istri. Hal ini tidak menutup kemungkinan
perkawinan tersebut dapat mengalami kehancuran atau perceraian.
Perceraian merupakan perubahan yang signifikan bagi anak, dimana anak
akan merasa kehilangan salah satu orang tuanya dan akan berdampak pada kondisi
1 Elizabeth B Hurlock, Development of Psycology, Terj.Istiwidayanti, Soedjarwo,
Ridwan M.S. (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 207.
melakukan
dengan
kematangan emosi anak khusunya remaja. Untuk itu makalah ini akan membahas
lebih lanjut mengenai bagaimana pengaruhnya perceraian orang tua terhadap
tingkat kematangan emosi remaja.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan perceraian?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan perceraian?
3. Bagaimana ciri-ciri kematangan emosioanal remaja?
2 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 32.
Secara Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman tentang
pengaruh perceraian orang tua terhadap tingkat kematangan emosi remaja.
Secara Praktis
a. Bagi Peserta Didik
Untuk memberi gambaran mengenai pengaruh perceraian orang tua
terhadap tingkat kematangan emosi remaja.
b. Bagi Orangtua
Untuk memberi wawasan pada orangtua, bahwa perceraian tersebut
menyebabkan dampak negatif pada tingkat emosi anak khusunya remaja.
c. Bagi Guru/Konselor
Untuk memberi pengetahuan bagaimana pengaruh perceraian orang tua
terhadap tingkat kematangan emosi remaja dan dapat dijadikan dasar
dalam melakukan penanganan masalah peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Perceraian
Keluarga adalah tempat yang utama bagi anak. Selain itu, keluarga juga
merupakan pondasi primer bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga
pada awalnya terbentuk dari perkawinan. Namun, perkawinan tidak selalu
berjalan harmonis, ada saja konflik yang terjadi yang kemungkinan berujung pada
perceraian.
1. Pengertian Perceraian
Dalam sebuah
hubungan
tidak
jarang
menimbulkan
menegosiasikan
maka
tidak
menutup
kemungkinan
Dalam sebuah hubungan keluarga, tidak jarang tejadi konflik akibat dari hal yang
sepele ataupun hal yang serius. Konflik yang tidak dapat ditangani secara efektif
akan memungkinkan pasangan mengalami kehancuran atau perceraian. Perceraian
dapat timbul karena masalah ekonomi, ada pihak ke-tiga, adanya penyiksaan fisik,
pasangan bersikap egois, dan ketidakcocokan dalam tujuan.
Menurut Dariyo dalam Estuti, faktor-faktor yang menyebabkan terjadi
perceraian suami-istri adalah masalah keperawanan, ketidaksetiaan salah satu
pasangan hidup, tekanan kebutuhan ekonomi keluarga, tidak mempunyai
keturunan, salah satu pasangan hidup meninggal dunia dan perbedaan prinsip,
ideologi atau agama.5
Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116 disebutkan bahwa
perceraian dapat terjadi karena : (1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi
pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; (2)
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya; (3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun
atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; (4) Salah satu
pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajiban sebagai suami istri; (5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau
penyakit berat yang membahayakan pihak lain; (6) Antara suami dan istri terus
menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup
rukun lagi dalam rumah tangga; (7) Suami melanggar taklik talak6.
B. Hakikat Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Istilah ini menunjukan masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita.
1. Pengertian dan Karakteristik Remaja
Remaja adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, \punya
dunia tersendiri, sukar dijamah oleh orang tua. Kata remaja berasal dari bahasa
latin yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.7Menurut Konopka masa remaja
ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya : 15-18 tahun, da
remaja akhir 19-22 tahun.8
Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih
luas, mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik.
Pandangan
ini
diungkapkan oleh Piaget dengan mengatakan : (1) Usia dimana anak tidak merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak; (2) Integrasi dalam masyarakat
dewasa mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok; (3) Transformasi
intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.9
Berdasarkan pemaparan diatas, remaja dapat disimpulkan sebagai masa perubahan
dari masa anak-anak menuju dewasa dengan perubahan fisik maupun psikis. Pada
masa ini, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan dalam berbagai aspek untuk
7 Elizabeth B Hurlock, Development of Psycology, Terj.Istiwidayanti, Soedjarwo,
Ridwan M.S. (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 206
8 Syamsu LN Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 184
9 Op.Cit, hlm. 206
aspek tersebut. Aspek yang berubah selama masa remaja menurut Lerner &
Hultsch dapat diuraikan sebagai berikut:10
a. Perubahan Fisik
Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh
remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada
masa pubertas atau pada masa remaja awal, yaitu sekitar umur 11-15 tahun
pada wanita dan 12-16 tahun pada pria. Hormon-hormon baru diproduksi
oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa peruahan dalam ciri-ciri seks
primer dan memunculkan seks sekunder.
Ciri perubahan seks primer pada remaja wanita adalah tumbuhnya
rahim, vagina dan ovarium sehingga remaja wanita mengalami menstruasi,
sedangkan remaja laki-laki adalah pertumbuhan testis dan kelenjar prostat
sehingga mengalami mimpi basah. Kemudian ada ciri sekunder, yaitu
perubahan-perubahan fisik yang tampak pada remaja wanita maupun lakilaki.
b. Perubahan Emosionalitas
Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan
dorongan-dorongan dan persaan-perasaan baru. Keseimbangan hormonal
yang baru menyebabkan individu merasakan hal-hal yang belum pernah
10 Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaintannya dengan
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hlm. 32
Pengertian Emosi
Sarlito W. Sarwono mendefinisikan emosi sebagai reaksi penilaian (positif
atau negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang terhadap rangsangan
dari luar atau dari dalam dirinya sendiri. Definisi tersebut menggambarkan bahwa
emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar maupun dari dalam,
selanjutnya kita menafsirkan persepsi atas rangsan itu sebagai suatu hal yang
positif atau negatif yang selanjutnya secara tidak sadar direpon oleh indera-indera
kita. Pada saat itulah terjadi emosi.11
Sedangkan menurut William James, emosi adalah kecenderungan untuk
memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam
lingkungannya.12 Dari pemaparan dua ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa emosi
adalah suatu reaksi fisiologis yang muncul dari dalam diri akibat dari rangsan dari
2.
dengan cara-cara yang lebih diterima. Petunjuk kematangan emosi lainnya adalah
bahwa individu melihat secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara
emosional.13 Dari pemikiran Hurlock dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi
adalah kemampuan individu dalam merespon emosi-emosi yang dirasakan dengan
baik dan mampu mengendalikan emosi secara matang.
Menurut Syamsu Yusuf remaja yang dalam proses perkembangannya berada
dalam iklim yang kondusif, cenderung akan memperoleh perkembangan emosi
yang matang. Kematangan emosi ini ditandai oleh: (1) adekuasi emosi : cinta
kasih, simpati, altruis (senang menolong orang lain), respek (sikap hormat atau
menghargai orang lain), dan ramah; (2) mengendalikan emosi : tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis dan tidak pesimis (putus asa), dan
dapat menghadapi situasi frustasi yang secara wajar.14
Kemudian Pikunas mengemukakan pendapat Luella Cole mengenai tugas
perkembangan remaja dalam kematangan emosional, yaitu : bersikap toleran dan
merasa nyaman, luwes dalam bergaul, interdependensi dan mempunyai selfesteem, kontrol diri sendiri, perasan mau menerima dirinya dan orang lain, dan
mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif.15
3.
berpendapat,
mencapai
kematangan
emosional
merupakan
tugas
anak
melalui
pendidikan
dini.
Kondisi
orang
tua
akan
orang tua. Terkadang anak akan merasa terperangkap di tengah-tengah saat orang
tua bercerai. Rasa marah, takut, cemas akan perpisahan, sedih dan malu
merupakan reaksi-reaksi bagi kebanyakan anak dari dampak perceraian.
Perceraian merupakan peralihan besar dalam penyesuaian
dengan keadaan. Anak akan mengalami reaksi emosi dan
perilaku karena kehilangan salah satu orang tuanya. Anak
membutuhkan dukungan, kepekaan dan kasih sayang yang lebih
besar untuk membantu mengatasi kehilangan yang dialaminya
selama masa sulit ini. Realitanya diduga banyak anak dari
keluarga yang bercerai memiliki sikap bandel, nakal, pesimis,
penakut, dan tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran di
sekolah serta tidak percaya diri sehingga dalam bersosialisasi
tidak dapat berjalan dengan baik.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada umumnya perceraian akan
membawa resiko yang besar pada anak, baik dari sisi psikologis, kesehatan
maupun akademis.17 Hetherington mengungkapkan bahwa setelah 6 tahun pasca
perceraian orang tuanya, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang merasa
kesepian, tidak bahagia, mengalami kecemasan, dan perasaan tidak aman. 18 Dari
pendapat tersebut, memang benarlah perceraian mengakibatkan dampak
ketidakstabilan emosi pada anak
Sedangkan menurut Hurlock dalam Yusuf, dampak remaja korban perceraian
orang tua, antara lain: mudah emosi (sensitif), kurang konsentrasi belajar, tidak
perduli terhadap lingkungan dan sesamanya, tidak tahu sopan santun, tidak tahu
etika bermasyarakat, senang mencari perhatian orang, ingin menang sendiri, susah
diatur, suka melawan orang tua, tidak memiliki tujuan hidup, kurang memiliki
17 Dewi P.S. & Muhana S.U., 2006, Subjective Well-Being Anak dari Orang Tua yang
Bercerai, Vol. 35, No.2, http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id, 10 Juni 2016
18 Ibid
hampir
selalu
membuat
anak
bersedih,
peralihan
dari
masa
anak-anak
menuju
masa
19 Widi Tri Estuti, 2013, Dampak Perceraian Orang Tua terhadap Kecerdasan
Emosional Anak. http://lib.unnes.ac.id/, 12 Juni 2016
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mencapai
perkembangan
kematangan
yang
emosional
sangat
sulit
merupakan
bagi
remaja.
tugas
Proses
jawab,
kematangan
maka
remaja
emosionalnya,
cenderung
sebaliknya
dapat
mencapai
apabila
kurang
remaja
yang
mereaksikannya
secara
depensif
untuk
B. Saran
1. Pada keluarga yang utuh, orang tua harus mengesampingkan egonya dan lebih
mementingkan kepentingan atau perkembangan anak agar anak dapat
berkembang secara fisik, psikis dan emosional dengan baik. Orang tua juga
harus
menghindari
perselisihan
yang
berkepanjangan
yang
berakhir
perceraian.
2. Bagi anak, khusunya remaja yang orangtuanya mengalami perceraian harus
tetap semangat dalam menjalani hidup ini, bahwa hidup tidak akan berakhir
bila orangtua bercerai. Remaja tetap akan memiliki masa depan yang lebih
baik atas hasil usaha mereka.
DAFTAR PUSTAKA
dari
Orang
Tua
yang
Bercerai.
Vol.
35,
No.2,
LAMPIRAN-LAMPIRAN